PIRAMIDA Vol. XI No. 1 : 13 - 19

ISSN : 1907-3275

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KONSUMEN BERAS ORGANIK DI KOTA DENPASAR

Ni Made Tisnawati

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas UDayana

ABSTRAK

Salah satu tantangan utama bonus demografi di Indonesia adalah masih rendahnya kualitas pangan. Salah satu contoh pangan yang berkualitas dan menjamin kelestarian lingkungan adalah beras organik. Keunggulan beras organik tidak hanya menjamin kelestarian lingkungan, namun juga berpengaruh positif bagi kesehatan konsumen. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan konsumen beras organik, khususnya di Kota Denpasar. Hal ini dilakukan guna mengetahui segmentasi konsumen, serta meningkatkan minat konsumen dalam mengkonsumsi beras organik, sebagai upaya mendukung keberlanjutan pertanian organik di Provinsi Bali dan meningkatkan kualitas SDM Bali dalam jangka panjang. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, dipergunakan pendekatan kuantitatif (analisis faktor, analisis non-parametrik) dan pendekatan kualitatif. Hasil analisis pengolahan data dengan teknik analisis faktor eksplanatori menunjukkan ada dua faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen yakni produk dan manfaatnya, serta faktor sosial konsumen.

Kata kunci: permintaan, konsumen, beras organik

ABSTRACT

One of the main challenges of the demographic bonus in Indonesia is still low quality of food. One example of food quality and ensuring environmental sustainability are organic rice. Organic rice excellence not only ensure the preservation of the environment, but also a positive effect for the health of the consumer. This study was conducted to identify the factors that influence consumer demand for organic rice, especially in the city of Denpasar. This is done in order to determine the segmentation of consumers, as well as increasing consumer interest in consuming organic rice, as an effort to support the sustainability of organic farming in the province of Bali, and to improve the quality of human resources in the long term. To achieve the objectives of the study, used a quantitative approach (the factor analysis, non-parametric analysis) and a qualitative approach. Results of the analysis of data processing techniques explanatory factor analysis shows there are two factors that affect consumer demand for the product and its benefits, as well as social factors consumers.

Keywords: demand, consumers, organic rice

Pendahuluan

Beras organik tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan konsumen, namun dalam jangka panjang memiliki dampak nyata bagi kelestarian lingkungan. Gerakan dan semangat kembali ke pertanian organik didukung langsung pemerintah melalui kebijakan Departemen Pertanian yang menganggarkan dana sebesar 4 juta USD untuk program organik dan menjadikan tahun 2014 sebagai tahun penggunaan pupuk organik.

Provinsi Bali dengan sistem subak sebagai sistem sosial pertanian di Bali sebenarnya telah menerapkan prinsip-prinsip pertanian organik dalam kearifan lokalnya. Diakuinya subak sebagai warisan budaya dunia (world heritage) oleh UNESCO pada Bulan Juli 2012, membuktikan keberadaan subak sebagai sistem sosial pertanian di Bali yang menghormati kelestarian lingkungan, oleh dunia internasional. Pengakuan tersebut

juga membuktikan bahwa dunia juga mensyaratkan pentingnya pengelolaan pertanian secara alami (organik), untuk kelestarian lingkungan.

Dari penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di salah satu subak di Bali, masih banyak petani yang enggan menerapkan pertanian organik. Beberapa alasan diberikan, antara lain kerumitan proses ‘pemurnian lahan’ sebagai akibat penggunaan pupuk kimia sebelumnya, hingga pada kekhawatiran minimnya permintaan konsumen. Harga jual beras organik lebih mahal dibandingkan beras an-organik, sehingga hanya dikonsumsi kelompok masyarakat tertentu. Ada kekhawatiran di kalangan petani bahwa permintaan konsumen akan beras organik tidak sebanyak beras anorganik. Segmen konsumen terbatas pada kelompok masyarakat kelas menengah. Tingginya harga jual beras organik berpengaruh signifikan bagi total penerimaan

petani. Dari segi biaya produksi, petani beras organik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit (Tisnawati, 2013). Dua keunggulan ini sebenarnya dapat dijadikan pendorong utama bagi petani an-organik untuk beralih memproduksi beras organik.

Jika dilihat dari sisi permintaan, pengembangan sektor pertanian di Bali memiliki pangsa pasar yang potensial. Meningkatnya pendapatan masyarakat membuat semakin tingginya kesadaran konsumen akan pentingnya mengkonsumsi pangan yang sehat. Masyarakat semakin sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan kimia sintetis dalam pertanian. Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature”, ‘Go green’ telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode pertanian organik.

Provinsi Bali sebagai daerah yang menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor andalan, sebenarnya memiliki potensi untuk mensinergikan sektor pariwisata dengan pertanian melalui pengembangan produk pertanian organik. Kebutuhan produk pertanian organik sangat tinggi pada restoran dan hotel berbintang di Provinsi Bali. Beberapa rumah makan di Ubud misalnya, banyak yang hanya mempergunakan beras organik dan produk organik lainnya untuk dihidangkan kepada wisatawan dan pengunjung domestik lainnya.

Permintaan akan beras organik terutama di kalangan masyarakat kelas menengah teridentifikasi cukup tinggi. Indikasinya terlihat dari tingginya permintaan supermarket yang menyediakan beras organik. Salah seorang distributor beras organik mengaku setiap hari kewalahan untuk memenuhi pesanan. Rata-rata dalam sehari harus memenuhi permintaan minimal 50 kantong beras organik di salah satu supermarket besar di Kota Denpasar (Tisnawati, 2013).

Namun dari sisi konsumen, berlaku kondisi sebaliknya. Hasil penelitian pendahuluan mengidentifikasi bahwa sangat sering konsumen merasa kesulitan memperoleh beras organik. Padahal kesadaran untuk menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi beras organik semakin meningkat, terutama di kalangan kelas menengah di Provinsi Bali.

Belum tergarapnya potensi permintaan konsumen menunjukkan pentingnya untuk dilakukan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap beras organik. Temuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen tersebut sekaligus dapat menggambarkan perilaku konsumen beras organik, dan sebagai informasi penting bagi sosialisasi kepada masyarakat terutama yang masih mengkonsumsi beras an-organik. Jika diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tersebut, maka akan lebih mudah dilakukan strategi pemasaran dan

menjamin keberlanjutan pertanian organik di Kota Denpasar khususnya atau di Provinsi Bali pada umumnya. Petani akan lebih tergerak minatnya untuk menerapkan pertanian organik, jika permintaan konsumen meningkat.

Konsumsi Rumah Tangga

Sukirno (2000) menunjukkan, ada beberapa alasan yang menyebabkan analisis makroekonomi perlu memperhatikan secara lebih mendalam mengenai konsumsi rumah tangga. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan yang paling besar kepada pendapatan nasional. Di kebanyakan negara, pengeluaran konsumsi meliputi sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Jauh lebih penting dari ketiga komponen pengeluaran lainnya yakni investasi perusahaan, perbelanjaan pemerintah dan ekspor bersih. Alasan kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya (multiplier effect).

Sebagai usaha untuk menerangkan sifat-sifat dari konsumsi rumah tangga, ada beberapa pandangan. Studi empiris yang dilakukan setelah Teori Keynes dikemukakan tidak sepenuhnya menyokong pandangan Keynes. Hasil studi Kuznets menunjukkan bahwa dalam jangka panjang sifat hubungan di antara konsumsi dan pendapatan adalah berbeda dengan yang diterangkan oleh Keynes. Menyadari bahwa Teori Keynes tidak sepenuhnya disokong kenyataan yang diperoleh dari studi empiris mendorong dua ahli ekonomi lain mengemukakan teori baru mengenai konsumsi.

Permintaan Konsumen

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada sesuatu barang ditentukan oleh banyak faktor antara lain; harga barang itu sendiri, harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk dan ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang (Sukirno, 2008).

Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang, maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Denpasar, dengan pertimbangan keberadaan toko atau supermarket yang menjual beras organik. Variabel yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap beras organik di Kota Denpasar. Sesuai kajian teori dipergunakan variabel bebas harga beras organik, pendapatan konsumen, harga barang beras non-organik, selera konsumen, gaya hidup konsumen, pendidikan formal, status pekerjaan, dan akses membeli beras organik. Sebagai variabel terikat adalah jumlah permintaan konsumen terhadap beras organik

Jika dilihat dari sifat data, penelitian ini mempergunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka, berupa jumlah pendapatan, harga beras organik, harga beras anorganik, jumlah permintaan konsumen. Data kualitatif adalah informasi yang bersifat kualitatif, dengan skala pengukuran ordinal dan nominal. Antara lain data selera, gaya hidup konsumen, pendidikan, status pekerjaan. Menurut sumbernya, penelitian ini mempergunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan dari sumbernya yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap beras organik di Kota Denpasar.

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, baik data kuantitatif maupun kualitatif digunakan metode kuisioner dan wawancara. Kuisioner merupakan daftar pertanyaan terstruktur yang diajukan kepada konsumen beras organik. Wawancara dilakukan untuk melengkapi pertanyaan terstruktur kepada responden dan praktisi penyalur beras organik seperti pedagang dan petani organik.

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini mempergunakan pengambilan sampel nonprobabilitas yaitu Purposive sampling. Jogiyanto (2005: 79) menjelaskan, pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgment) tertentu atau jatah (quota) tertentu. Dalam penelitian ini dipilih 70 responden konsumen beras organik yang berdomisili di Kota Denpasar. Teknik analisis faktor dengan software SPSS dipergunakan untuk mengolah data hasil penelitian.

Go Green, Pola Konsumsi Beras Organik Karakteristik responden menurut jumlah beras organik yang dikonsumsi

Responden penelitian ini mengkonsumsi beras organik dengan jumlah yang bervariasi, selama sebulan. Variasi jumlah beras organik yang dikonsumsi dipengaruhi banyak faktor, mulai dari jumlah anggota keluarga yang mengkonsumsi, harga, hingga cara memasak yang murni hingga dicampur. Distribusi frekwensi jumlah beras organik yang dikonsumsi responden terlihat pada tabel dan gambar berikut ini.

No

Keterangan

Jumlah (kg)

1

Minium

2,00

2

Maksimum

60,00

3

Rata-rata

21,91

Sumber : data primer, 2014

Gambar 1. Jumlah Konsumsi Beras Organik Responden

Konsumsi

Konsumsi

Tabel 1 menginformasikan jumlah maksimal yang dikonsumsi responden adalah 60 kg selama satu bulan, dan jumlah minimal adalah 2 kg. Jumlah dominan yang dikonsumsi responden adalah 10 kilogram (15,7 persen), 50 kilogram (14,3 persen), 5 dan 15 kilogram masing-masing sebanyak (11,4 persen), dan 25 kilogram (12,9 persen). Sisanya mengkonsumsi sejumlah 3 – 40 kilogram.

Konsumen yang mengkonsumsi beras organik dalam penelitian ini memiliki dua cara dalam mengkonsumsi. Ada yang murni hanya mengkonsumsi beras organik. Namun ada yang memasak dengan mencampur beras anorganik. Beberapa alasan yang dikemukakan responden yang memasak secara campuran, antara lain karena harga beras organik yang tergolong premium atau lebih mahal daripada harga beras an-organik, hingga alasan teknis seperti kesulitan akses untuk mendapatkan beras organik. Sungguh disayangkan konsumen yang secara pribadi menyadari pentingnya mengkonsumsi beras organik sebagai pangan yang berkualitas namun terpaksa mencampur dengan beras an-organik karena harga beras organik yang dirasa mahal.

“Saya ingin memberikan keluarga saya yang terbaik. Beras organik sangat bagus untuk kesehatan anak-anak. Namun harganya mahal. Agar cukup dengan uang dapur, saya campur saja dengan beras biasa, daripada tidak sama sekali” (Ibu Wijayanti, 45 tahun)

Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan

Responden yang menjadi konsumen beras organik ternyata memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Pendidikan formal yang dimiliki memang terbukti memberikan informasi dan wawasan tentang pentingnya menjaga kualitas nutrisi bagi kesehatan seseorang.

Pendidikan formal juga memungkinkan seseorang untuk memperoleh pekerjaan formal yang secara khusus memiliki jaringan informasi dan komunikasi yang lebih luas. Tabel 4.2 menunjukkan sebanyak 38,6 persen responden memiliki tahun sukses 12 tahun (setara SMP), dan 20 persen responden memiliki tahun sukses pendidikan 16 tahun setara dengan S-1 (sarjana strata 1). Hanya 1,4 persen responden tamatan SD (tahun sukses 6 tahun). Sebanyak 10 persen responden mengenyam tahun sukses pendidikan lebih dari 16 tahun (setara S-2 dan S-3). Pentingnya pendidikan formal bagi pengambilan keputusan seorang konsumen beras organik, terutama saat menerima informasi seputar pentingnya beras organik untuk menjaga kesehatan, biasanya diterima dari internet atau media cetak lainnya.

dalam gambar berikut ini.


Gambar 2. Distribusi Harga Beras organik di Kota Denpasar

Mean = 13931.4286

Std. Dev. = 3983.42737

N = 70

x12


Karakteristik responden menurut status perkawinan

Data menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam status kawin, sedangkan 10 persen responden berstatus tidak dan belum kawin. Status kawin akan mempengaruhi jumlah tanggungan keluarga, dan jumlah beras organik yang dikonsumsi. Hasil uji statistik non parametrik menunjukkan bahwa status perkawinan konsumen secara signifikan mempengaruhi permintaan konsumen beras organik di Kota Denpasar.

Ketika seorang responden menikah dan berkeluarga, maka jumlah anggota keluarga yang ditanggung menjadi meningkat pula, baik karena harus menanggung anak dan kerabat. Status perkawinan mempengaruhi juga keputusan seorang konsumen untuk mengkonsumsi beras organik. Pengaruh pasangan, kerabat, dan pertimbangan kesehatan keluarga menjadi faktor penarik yang sangat tinggi.

“Mertua dan suami yang menganjurkan saya untuk mengkonsumsi beras organik, dengan alasan utama kesehatan” (Marika (Jl.Kebo Iwa, Denpasar) dan Yuli Puspita Sari (Jl. Badak Denpasar)

Harga produk dan produsen beras organik di Kota Denpasar

Beras organik memang belum banyak dikonsumsi masyarakat Kota Denpasar, tidak sebanding dengan beras an-organik. Konsumen beras organik masih kalangan khusus, yang sebagian besar memiliki prinsip menghargai kesehatan tubuh melalui menjaga asupan makanan. Belum banyaknya konsumen yang mengkonsumsi beras organik, membuat produsen beras organik pun masih sedikit. Seluruh responden mengaku memperoleh beras organik dari beberapa toko, seperti dari toko beras organik milik yayasan, Supermarket, maupun dari Koperasi pegawai negeri.

Masing-masing produsen memberikan harga berbeda per kilogram beras organik, sebagaimana tergambar

Gambar 2 menunjukkan harga beras organik terendah yang diterima konsumen adalah Rp 7.400,- dan paling mahal mencapai harga Rp 25.000,-/kilogram. Konsumen yang memperoleh harga yang paling murah, mengaku memperoleh langsung dari petani organik yang kebetulan masih kerabatnya. Sedangkan konsumen yang membeli beras organik dengan harga Rp 25.000,-/kilogram mendapatkan beras organik dari swalayan dengan kualitas beras premium. Konsumen ini mengkonsumsi beras organik kualitas premium ini sebanyak 15 kilogram setiap bulan. Pola konsumsi beras organik yang dilakukan konsumen ini adalah dengan mencampur beras organik dan an-organik.

“Saya memilih menggunakan beras organik karena memperoleh informasi dari media cetak dan elektronik yang menyebutkan bahwa beras organik memiliki kandungan serat lebih banyak dan sehat. Mengingat harga beras yang relatif mahal, saya mencampurnya dengan beras an-organik” (Susi Agustina Dewi, ibu rumah tangga)

Sebagian besar responden (24,3 persen) membeli beras organik seharga Rp 10.000/kilogram. Sebanyak 18,6 persen membeli beras dengan harga Rp 18.000,-Harga lain yang diterima konsumen berkisar antara Rp 11.000,- (11,4 persen), dan Rp 12.000,- (11,4 persen). Harga produk beras organik yang diterima responden memiliki nilai rata-rata Rp 13.931,4, lebih tinggi jika dibandingkan dengan beras an-organik yang rata-rata Rp 8500,- per kilogram.

Beberapa konsumen memperoleh beras organik melalui sistem daring (online) dengan harga premium. Beberapa alamat pembelian beras secara daring terdapat di situs tertentu, dengan harga yang relatif lebih mahal, yaitu Rp 25.000/kilogram. Beras organik juga dipasarkan melalui jejaring multilevel seperti Amway. Harga yang ditawarkan konsumen berjejaring ini berkisar antara Rp 18.000,- hingga Rp 19.000 per kilogram. Untuk memperolehnya diberikan bonus bagi yang mau menjadi

anggota Amway sebesar Rp 98.000,-, untuk kemudian setiap pembelian beras organik akan diberikan poin untuk memperoleh bonus.

Sebuah yayasan di Bali membuat teknik pemasaran khusus menjangkau langsung masyarakat di Kota Denpasar. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan mengadakan bazar dan pameran produk beras organik setiap hari minggu di tempat umum seperti lapangan renon Denpasar. Harga yang ditawarkan pun relatif lebih terjangkau dibandingkan beras organik lainnya, mencapai Rp 11.000/kilogram. Beberapa produsen lain yang menjual beras organik di Kota Denpasar antara lain Koperasi, beberapa toko dan swalayan

Analisis faktor yang mempengaruhi konsumsi beras organik di Kota Denpasar

Pada tahapan ke-2, nilai KMO Pada tabel KMO dan Bartlet’s test menunjukkan nilai 0,729. Angka KMO ini >0,5 dan dilihat dari Bartletfs test of sphericity dengan nilai chi square sebesar 64,515 dengan signifikansi 0,00, berarti kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut.

Pada tabel anti image Matrices (anti image correlation), terlihat angka-angka yang membentuk diagonal merupakan MSA sebuah variabel. Pada lampiran rotasi 2 menunjukkan, semua variabel memiliki nilai > 0,5. Ini menunjukkan semua variabel yang tersisa yakni variabel x1 (manfaat), x2 (gaya hidup), x3 (peduli lingkungan), x4 (Rasa beras organik), x5 (Akses memperoleh beras organik) dan x9 (pendidikan), adalah faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi beras organik di Kota Denpasar.

Ini menunjukkan bahwa konsumen beras organik di Kota Denpasar memang masih terbatas pada kelompok khusus. Responden beras organik rata-rata memiliki alasan utama mengkonsumsi beras organik karena memiliki kepedulian yang tinggi pada kelestarian lingkungan, merasa mendapatkan manfaat kesehatan setelah mengkonsumsi. Sebagian besar responden (87,14 persen) menjadikan kesehatan sebagai alasan utama mengkonsumsi beras organik. Sisanya sebanyak 12,86 persen mengemukakan alasan beragam, mulai dari rasa militansi terhadap produk organik hingga keinginan untuk memenuhi saran kelurga dekat. Beberapa komentar responden yang menjawab alasan kesehatan sebagai motivasi utama mengkonsumsi beras organik sebagai berikut:

“Saya mengkonsumsi beras organik, karena lebih sehat dan takut akan beras suntik” (Murikah, Jl. Sutomo Denpasar) “Alasan utama adalah anjuran dokter, karena saya adalah pasien penderita diabetes mellitus. Saya dianjurkan untuk mengkonsumsi beras organik untuk menurunkan kadar gula. Setelah satu tahun pemakaian, kadar gula saya

hingga sekarang sudah normal” (Lantini, Jl. Gunung Agung Denpasar)

Mahalnya biaya kesehatan penyakit degenerative, seperti diabetes mellitus, tidak hanya membebani keluarga pasien, mengurangi produktifitas kerja pasien dan keluarga, namun juga membebani keuangan negara. Tindakan preventif penyakit diabetes mellitus di kalangan masyarakat, terutama usia produktif dan anak-anak, bisa dilakukan dengan mengkonsumsi beras organik sebagai salah satu metoda pola diet. Dengan demikian, akan berimbas pada peningkatan kualitas hidup yang berpengaruh pada peningkatan produktifitas tenaga kerja dimasa mendatang.

Responden yang mengkonsumsi beras organik umumnya memiliki alasan sesuai dengan gaya hidup sehat yang dijalani selama ini. Variabel gaya hidup yang dimaksud adalah bagaimana seorang konsumen melakoni pola hidup organik sebagai alasan mengkonsumsi beras organik. Selain mengkonsumsi beras organik saja, beberapa aktivitas dan kebiasaan hidup sehat responden antara lain; tidak mengkonsumsi daging, vegetarian (25,7 persen), olahraga teratur seperti jogging (28,6 persen), mengkonsumsi suplemen kesehatan secara teratur (8,6 persen), yoga dan meditasi (14,3 persen), mengkonsumsi buah dan sayuran organik (15,1 persen), dan rutin melakukan perawatan tubuh dengan produk herbal (7,1 persen). Signifikansi gaya hidup terhadap pilihan konsumen mengkonsumsi beras organik, menunjukkan bahwa konsumen beras organik adalah masyarakat yang memandang pentingnya pengaturan gaya hidup bagi kesehatan tubuh. Gaya hidup sehat responden juga disertai pada tingginya kepedulian terhadap lingkungan, yang juga menjadi alasan yang signifikan terhadap pilihan konsumen dalam mengkonsumsi beras beras organik. Mengkonsumsi beras organik berarti ikut serta dalam penurunan penggunaan pestisida dalam pertanian di Bali.

Deskripsi alasan responden

Rasa beras organik terpilih sebagai variabel yang ikut mempengaruhi, mengingat rasa beras organik memang lebih enak, dan tidak cepat basi. Hasil pengolahan data menunjukkan sebagian besar responden (51,4 persen) menilai rasa beras organik enak, dan 48,6 persen menilai rasa beras organik sangat enak.

Variabel kemudahan memperoleh beras organik, terpilih sebagai faktor yang mempengaruhi karena kemudahan untuk memperoleh beras organik menjamin keberlanjutan mengkonsumsi beras organik. Sebanyak 73 persen responden mengaku mudah untuk mendapatkan beras organik secara teratur. Responden ini umumnya memiliki akses dengan supplier beras organik, petani langsung, supermarket, atau jaringan multilevel. Namun sebanyak 27 persen responden mengaku masih kesulitan dalam mendapatkan beras organik. Keluhan beberapa

konsumen antara lain terkadang persediaan bera organik terbatas, sebagaimana yang dikeluhkan konsumen sebagai berikut :

“Di Kota Denpasar, jumlah toko/dagang yang menjual beras organik masih terbatas. Demikian juga dengan harga yang perbandingannya cukup jauh dengan beras an-organik. Produksi beras organik perlu ditingkatkan” (I Wayan Laken, karyawan swasta)

Pendidikan formal terbukti mempengaruhi jumlah konsumsi beras organik, mengingat sebagian besar responden mengaku memperoleh informasi pentingnya mengkonsumsi beras organik dari media cetak, online, atau media sosial elektronik lainnya. Responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan untuk memiliki keinginan untuk mencari informasi melalui media cetak maupun internet. Sebagian besar (41,43 persen) dari komunitas yang digeluti, seperti teman, jaringan multilevel marketing, sosialisasi yayasan penggerak pertanian organik (yayasan Trikaya Bali),

Untuk menjelaskan peranan masing-masing variabe terhadap faktor yang terbentuk, dapt dilihat pada tabel Communalities berikut ini :

Tabel 2. Communalities Tahap II

Communnalities

Initial

Extraction

X1

1,000

,554

X2

1,000

,705

X3

1,000

,595

X4

1,000

,526

X5

1,000

,465

X9

1,000

,672

Extraction Method: Principal Component Analysis

Angka Communalities untuk variabel x1 (Manfaat) sebesar 0,554 berarti sekitar 55,4 persen varians dari variabel manfaat dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Angka Communalities untuk variabel x2 (gaya hidup) sebesar 0,705 berarti sekitar 70,5 persen varians dari variabel gaya hidup dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Angka Communalities untuk variabel x3 (peduli lingkungan) sebesar 0,595 berarti sekitar 59,5 persen varians dari variabel peduli lingkungan dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Angka Communalities untuk variabel x4 (rasa beras) sebesar 0,526 berarti sekitar 52,6 persen varians dari variabel rasa beras dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Angka Communalities untuk variabel x5 (akses memperoleh beras) sebesar 0,465 berarti sekitar 46,5 persen varians dari variabel akses memperoleh beras dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Angka Communalities untuk variabel x9 (pendidikan) sebesar 0,672 berarti sekitar 67,2 persen

varians dari variabel pendidikan dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk.

Berdasarkan hasil print out, dari nilai Total Varince Explained dan Scree plot, terlihat bahwa hanya ada dua faktor terbentuk dari variabel yang sudah terpilih, karena dengan dua faktor di atas angka eigen value di atas 1. Varian faktor 1 sebesar 39,625 persen dan faktor 2 sebesar 18,971 persen, sehingga kedua faktor tersebut dapat menjelaskan 58,596 persen dari variabilitas semua variabel tersebut.

Tahap selanjutnya adalah penamaan faktor yang terbentuk. Tabel 3. menunjukkan nilai Component Matrix tersebut.

Tabel 3. Component Matrix faktor

Communnalities

1

2

X1

,737

,107

X2

,423

,725

X3

,759

,136

X4

,720

,081

X5

,552

-,400

X9

-,506

,645

Extraction Method : Principal Component Analysis a. 2 componens extracted

Tabel 3 menunjukkan Variabel 1 (Manfaat) masuk faktor 1, variabel 2 (Gaya hidup) masuk faktor 2, variabel 3 (peduli lingkungan masuk faktor 1, variabel 4 (Rasa beras) masuk faktor 1, variabel 5 (akses memperoleh beras organik) masuk faktor 1, variabel 9 (Tingkat pendidikan) masuk faktor 2. Hasil analisis pengolahan data dengan teknik analisis faktor eksplanatori menunjukkan Faktor 1 yang terdiri dari manfaat, peduli pada lingkungan, rasa beras, akses memperoleh beras organik dinamakan Produk dan Manfaatnya, sedangkan Faktor 2 meliputi gaya hidup dan tingkat pendidikan dinamakan Faktor Sosial Konsumen.

Kedua faktor yang terbentuk, menunjukkan pentingnya untuk lebih melakukan sosialisasi manfaat pentingnya beras organik, terutama di kalangan masyarakat menengah Kota Denpasar yang mulai memiliki kesadaran menjalani gaya hidup sehat. Produsen beras organik hendaknya tetap mempertahankan kualitas beras organik yang dihasilkan dan lebih memperbanyak tempat-tempat dan pedagang yang menjual beras organik. Sehingga konsumen beras organik akan semakin bertambah. Pertanian organik pun akan semakin tumbuh dan memberikan kesejahteraan bagi produsen dan konsumen beras organik.

Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh simpulan bahwa Hasil analisis pengolahan data dengan teknik analisis faktor eksplanatori menunjukkan Faktor 1 yang

terdiri dari manfaat, peduli pada lingkungan, rasa beras, akses memperoleh beras organik dinamakan Produk dan Manfaatnya. Faktor 2 meliputi gaya hidup dan tingkat pendidikan dinamakan faktor Sosial Konsumen. Semua faktor tersebut menentukan permintaan konsumen terhadap beras organik di Kota Denpasar.

Saran

Sosialisasi manfaat pentingnya beras organik, terutama di kalangan masyarakat menengah Kota Denpasar yang mulai memiliki kesadaran menjalani gaya hidup sehat harus ditingkatkan. Produsen beras organik hendaknya tetap mempertahankan kualitas beras organik yang dihasilkan dan lebih memperbanyak tempat-tempat dan pedagang yang menjual beras organik, sehingga konsumen beras organik akan semakin bertambah. Pertanian organik pun akan semakin tumbuh dan memberikan kesejahteraan bagi produsen dan konsumen beras organik. Sinergitas antara pemerintah, pedagang dan konsumen menjadi kunci bagi peningkatan jumlah konsumsi beras organik di Kota Denpasar.

Daftar Pustaka

BPS (2011). Bali dalam angka 2011.

Cahyono, dkk (2008). Persepsi dan faktor-faktor Penentu Perilaku Konsumen Beras Lokal (Beras Jawa). Habitat Volume XIX no 1 Bulan April 2008/ISSN 0853-5167

Jogiyanto (2004). Metodologi Penelitian Bisnis, salah kaprah dan pengalaman-pengalaman. BPFE Yogyakarta.

Mulyo, Handoyo (2013). Konsumsi Beras Organik di Wilayah Yogyakarta. Prosiding seminar nasional pertanian organik, fakultas pertanian 28 dan 29 Agustus 2013.

Pravita, Dewi (2013). Persepsi Konsumen terhadap Beras Organik dan Anorganik di Toko Satvika Boga Sanur Denpasar. E-Journal Agribisnis Volume 2 nomor 2 April 2013

Koerniawati, dan L. Debertin (2011). Modul ekonomi produksi pertanian: teori dan aplikasi di Indonesia. Diunduh juni 2013.

Ryna (2011). Konsumsi pangan organik : meningkatkan kesehatan konsumen? Jurnal Econo-Sains/Volume IX, Nomor 2 Agustus 2011

Sukirno, Sadono (2005). Mikro ekonomi Teori pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Tisnawati, 2014. Analisis Komparasi biaya produksi pertanian organik dan An-organik. Penelitian Pembelajaran Pengantar Ekonomi Mikro FEB Unud Tahun 2013

Utami, Dyah Panuntun (2011). Analisis Pilihan Konsumen dalam Mengkonsumsi Beras Organik di Kabupaten Sragen. Mediagro Volume 7 Nomor 1.

Volume XI No. 1 Juli 2015

19