PENGGUNAAN TEPUNG DAUN Indigofera sp TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM LOKAL PEDAGING UNGGUL (ALPU)
on
pastura Vol. 10 No. 1 : 37 - 41
p-ISSN 2088-818X e-ISSN 2549-8444
PENGGUNAAN TEPUNG DAUN Indigofera sp TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN AYAM LOKAL PEDAGING UNGGUL (ALPU)
Muhammad Daud, M. Aman Yaman, Zulfan, dan Herawati Latif
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengkaji potensi penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi dalam campuran ransum komersial terhadap performan ayam lokal pedaging unggul. Materi penelitian yang digunakan adalah ayam lokal pedaging unggul (ALPU) umur sehari (DOC) sebanyak 100 ekor dan dipelihara sampai umur 70 hari. Metode penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan ransum dan 5 ulangan. Ransum perlakuan yang digunakan adalah: R1 (100% ransum komersial/kontrol), R2 (95% ransum komersial + 5% tepung daun Indigofera sp terfermentasi), R3 (90% ransum komersial + 10% tepung daun Indigofera sp terfermentasi), dan R4 (85% ransum komersial + 15% tepung daun Indigofera sp terfermentasi). Variabel yang diamati meliputi: konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, efisiensi ransum, bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas dan harga ransum. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisys of variance (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi dalam campuran ransum komersial tidak berpengaruh nyata terhadap performan ayam lokal pedaging unggul (konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, efisiensi ransum, bobot badan akhir, bobot karkas dan persentase karkas). Disimpulkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi tidak memberi efek negatif dan dapat digunakan sampai 15% dalam campuran ransum komersial tanpa memengaruhi performan ALPU.
Kata kunci: ALPU, performan, Indigofera sp, fermentasi
USE OF FERMENTED Indigofera sp LEAF FLOUR IN RATION ON ALPU CHICKEN PERFORMANCE
ABSTRACT
This research aimed to examine the potential use of fermented Indigofera sp leaf flour in commercial ration on the performance of ALPU chicken. The research material used is ALPU day old chicks (DOC) as much 100 heads and maintained until the age of 70 days. The method was experimental, using a completely randomized design (CRD) consisted of 4 ration treatments and 5 replications. The treatment rations used were: R1 (100% commercial ration /control), R2 (95% commercial ration + 5% fermented Indigofera sp leaf flour), R3 (90% commercial ration + 10% fermented Indigofera sp leaf flour), and R4 (85% commercial ration + 15% fermented Indigofera sp leaf flour). Variables observed included: feed consumption, body weight gain, feed conversion, feed efficiency, final body weight, carcass weight, carcass percentage and ration price. Data were analyzed with analysis of variance (ANOVA). The results showed that the use of fermented Indigofera sp leaf flour in commercial ration did not significantly affect the performance of ALPU chicken (feed consumption, body weight gain, feed conversion, feed efficiency, final body weight, carcas weight and carcas percentage). Concluded that the use of Indigofera sp fermented leaf flour does not have a negative effect and could be used up to 15% in commercial rations without affecting the performance of ALPU.
Keywords: ALPU, performance, Indigofera sp, fermented
PENDAHULUAN
Pakan merupakan komponen yang signifikan dalam struktur biaya produksi ternak. Selain faktor biaya, kandungan dan komposisi nutrisi pakan juga akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan
ternak. Kesehatan ternak secara langsung juga akan memengaruhi produktivitas dan kualitas hasil ternak. Untuk mencapai kualitas pakan yang bermutu dan harga terjangkau perlu dicari bahan pakan alternatif. Salah satu bahan pakan alternatif yang mudah didapat adalah Indigofera sp. Indigofera sp adalah hijauan
leguminosa pohon tropis dan memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik sebagai bahan pakan ternak. Kandungan protein kasar beberapa spesies Indigofera sp tergolong tinggi berkisar antara 22-28%, lemak kasar atau ekstrak ether (EE) sebesar 3,70%, dan serat kasar sebesar 14,96% (Santi, 2018). Kandungan proteinnya yang tinggi dalam Indigofera akan memberikan kontribusi untuk pemenuhan kebutuhan protein ternak unggas. Akan tetapi, Indigofera sp juga memiliki faktor pembatas seperti umumnya hijauan mengandung serat kasar yang tinggi. Untuk menurunkan kadar serat kasar dan memperbaiki nilai gizi bahan pakan dapat dilakukan dengan cara fermentasi (Daud et al., 2015).
Fermentasi adalah proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan melibatkan mikroorganisme. Fermentasi mampu meningkatkan kualitas bahan pakan yang memiliki nutrisi rendah menjadi bahan pakan yang memiliki nilai nutrisi yang lebih baik (Pamungkas, 2011). Proses fermentasi dibutuhkan sebagai penghasil enzim untuk memecah serat kasar dan meningkatkan kadar protein. Fermentasi menyebabkan sejumlah protein, karbohidrat dan lemak dipecah menjadi fraksi yang lebih kecil sehingga memudahkan pencernaan dan penyerapan zat nutrisi (Liwe et al., 2014). Penggunaan tepung daun Indigofera fermentasi sebanyak 10% sebagai subsitusi ransum komersial tidak memengaruhi persentase karkas ayam broiler (Rizkia, 2013). Sejauh ini, belum ada laporan tentang penggunaan tepung daun Indigofera sp fermentasi terhadap pertumbuhan dan produksi karkas ayam lokal pedaging unggul (ALPU).
Hal tersebut merupakan dasar perlunya penelitian tentang penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi dalam ransum sehingga dapat meningkatkan performan dan produksi karkas ayam ALPU. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi sebagai subsitusi sebagian ransum komersial terhadap performan ayam ALPU.
MATERI DAN METODE
Materi penelitian yang digunakan adalah ayam lokal pedaging unggul (ALPU) umur sehari (DOC) sebanyak 100 ekor dan dipelihara sampai umur 70 hari. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapangan Peternakan Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh.
Metode penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan ransum dan 5 ulangan (5 ekor/ulangan). Ransum perlakuan yang digunakan adalah sebagai
berikut: R1 (100% ransum komersial/kontrol), R2 (95% ransum komersial + 5% tepung daun Indigofera sp terfermentasi), R3 (90% ransum komersial + 10% tepung daun Indigofera sp terfermentasi), dan R4 (85% ransum komersial + 15% tepung daun Indigofera sp terfermentasi). Susunan ransum dan kandungan nutrisi ransum perlakuan ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Ransum Perlakuan
Bahan pakan |
Perlakuan ransum | |||
R0 |
R1 |
R2 |
R3 | |
Ransum komersial (%) |
100 |
95 |
90 |
85 |
Tepung daun Indigofera sp |
0 |
5 |
10 |
15 |
terfermentasi (%) | ||||
Jumlah (%) |
100 |
100 |
100 |
100 |
Kandungan nutrisi: | ||||
Kadar air (%) |
14,0 |
14,10 |
14,15 |
14,19 |
Protein kasar (%) |
21,00 |
20,60 |
20,81 |
20,92 |
Lemak kasar (%) |
7,00 |
7,35 |
7,70 |
8,05 |
Serat kasar (%) |
6,00 |
5,88 |
5,77 |
5,66 |
Abu (%) |
8 |
8,30 |
8,60 |
8,90 |
Kalsium (%) |
3,50 |
3,55 |
3,60 |
3,87 |
Fosfor (%) |
0,30 |
0,38 |
0,40 |
0,37 |
Energi metabolisme (Kkal/kg) |
2900 |
2845 |
2860 |
2890 |
Sumber :
Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Pertanin Unsyiah (2019)
Keterangan : R0 = 100% ransum komersial (kontrol),
R1 = 95% ransum komersial + 5% Indigofera sp terfermentasi
R2 = 90% ransum komersial + 10% Indigofera sp terfermentasi R3 = 85% ransum komersial + 15% Indigofera sp terfermentasi
Variabel yang diamati meliputi: konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, efisiensi ransum, bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas dan harga ransum. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut: Konsumsi ransum diperoleh dengan cara menimbang ransum menggunakan timbangan digital, dihitung berdasarkan jumlah pakan yang diberikan dalam sehari kemudian dikurangi dengan pakan yang tersisa, dan dihitung setiap minggu selama penelitian dan dinyatakan dalam satuan g/ekor/ minggu. Pertambahan bobot badan diperoleh dengan cara menimbang ayam penelitian dengan timbangan digital, kemudian dikurangi dengan bobot badan awal sebelumnya, dihitung setiap minggu selama penelitian, dan dinyatakan dalam satuan g/ekor/ minggu. Konversi ransum, diperoleh dari jumlah ransum yang dikonsumsi selama penelitian dibagi dengan bobot badan akhir.
Selanjutnya efisiensi ransum, diperoleh dari bobot badan akhir penelitian dibagi dengan konsumsi ransum selama penelitian dan dikali 100%, dinyatakan dalam satuan %. Bobot badan akhir diperoleh dengan cara menimbang ayam ALPU di akhir periode penelitian tanpa dikurangi bobot badan awal dan dinyatakan dalam satuan g/ekor. Bobot karkas diperoleh dengan
Tabel 2. Performan Ayam ALPU Umur 70 Hari
Variabel |
Perlakuan | |||
R0 |
R1 |
R2 |
R3 | |
Konsumsi ransum (g/ekor/minggu) |
341,44±39,75 |
323,92±17,09 |
364,12±48,08 |
339,94±34,88 |
PBB (g/ekor/minggu) |
109,19±5,60 |
104,29±10,03 |
108,12±11,12 |
98,23±10,08 |
Konversi ransum |
2,01±0,27 |
1,98±0,21 |
2,09±0,17 |
2,05±0,11 |
Efisiensi ransum (%) |
50,54±6,94 |
50,95±5,32 |
48,10±3,92 |
48,81±2,69 |
Bobot badan akhir (g/ekor) |
854,15±68,74 |
834,45±86,20 |
870,85±88,32 |
826,15±38,39 |
Keterangan :
R0 = 100% ransum komersial (kontrol)
R1 = 95% ransum komersial + 5% Indigofera sp terfermentasi
R2 = 90% ransum komersial + 10% Indigofera sp terfermentasi
R3 = 85% ransum komersial + 15% Indigofera sp terfermentasi
cara menimbang ayam ALPU setelah dipotong, tanpa kepala, leher, kaki mulai dari sendi tarso metatarsus, bulu serta seluruh alat jeroan kecuali paru-paru dan ginjal. Sedangkan persentase karkas diperoleh dari bobot karkas dibagi dengan bobot hidup dikali 100%. Harga ransum diperoleh dari hasil perhitungan harga bahan pakan dikalikan dengan persentase penggunaan dalam formulasi ransum dan dinyatakan dalam satuan Rp/kg ransum.
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisys of variance (ANOVA), jika diperoleh hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penampilan Ayam ALPU
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi dalam ransum komersial pada taraf yang berbeda tidak memengaruhi penampilan ayam ALPU (Tabel 2). Konsumsi ransum ayam ALPU dengan pemberian ransum mengandung tepung daun Indigofera sp terfermentasi berkisar antara 323,92 - 364,12 g/ekor/ minggu (Tabel 2 ). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum ayam ALPU. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi dapat digunakan sampai 15% dalam campuran ransum komersial tanpa memengaruhi konsumsi ransum. Artinya ransum yang mengandung tepung daun Indigofera sp terfermentasi disukai oleh ayam ALPU dan tingkat konsumsinya setara dengan ransum kontrol (100% ransum komersial). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi dalam ransum komersial dapat merubah palatabilitas dan kualitas pakan sehingga cenderung lebih disukai dan dicerna lebih baik oleh ayam ALPU.
Pagala et al. (2018) menyatakan penggunaan tepung daun Indigofera zollingeriana tidak memengaruhi konsumsi ransum pada ayam arab. Selanjutnya Daud
et al. (2018) menyatakan penggunaan tepung kulit pisang fermentasi sebanyak 12% sebagai subsitusi ransum komersial tidak memengaruhi performan itik peking. Ulfa dan Djunaidi (2019) menyatakan bahwa penggunaan campuran tepung bonggol pisang dan Indigofera sp. sebagai pengganti bekatul sebesar 10% dalam ransum dapat meningkatan konsumsi ransum pada ayam broiler. Konsumsi ransum pada ternak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor utama menurut Hernandez et al. (2004) adalah kualitas pakan termasuk kandungan gizi yang terdapat di dalam pakan tersebut. Faktor lain yang memengaruhi konsumsi ransum adalah bobot badan, temperatur lingkungan, palatabilitas ransum, tingkat energi ransum, bentuk fisik ransum, fase produksi dan umur ternak (Mitra et al., 2014).
Penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi dalam ransum juga tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan bobot badan (PBB) ayam ALPU dan bobot badan akhir (Tabel 2). Hal ini disebabkan konsumsi ransum pada masing-masing perlakuan juga tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan diantara perlakuan. Wahju (1997) menyatakan bahwa PBB ternak dipengaruhi oleh jumlah ransum yang dikonsumsi dan kualitas dari ransum. Semakin tinggi tingkat konsumsi ransum, semakin tinggi pula PBB yang dihasilkan dan sebaliknya semakin rendah konsumsi ransum maka semakin rendah pula pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Faktor-faktor yang memengaruhi pertambahan bobot badan ayam diantaranya adalah manajemen pemeliharaan, bibit, pakan, dan kondisi lingkungan (Daud et al., 2017).
Selanjutnya penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap konversi dan efisensi ransum. Rataan konversi ransum ayam ALPU selama penelitian berkisar antara 1,98 - 2,09 dan efisiensi ransum berkisar antara 48,10 - 50,95% (Tabel 2). Hal ini sejalan dengan pembahasan sebelumnya bahwa konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan tidak berpengaruh nyata sehingga nilai konversi ransum dan efisiensi ransum juga tidak menunjukkan
Tabel 3. Bobot Karkas dan Persentase Karkas Ayam ALPU Umur 70 hari
Variabel |
Perlakuan | |||
R0 |
R1 |
R2 |
R3 | |
Bobot karkas (g/ekor) |
555,50 ± 44,02 |
556,75 ± 27,98 |
497,38 ± 74,96 |
514,38 ± 42,36 |
Persentase karkas (%) |
67,82 ± 0,82 |
69,71 ± 3,52 |
67,06 ± 1,41 |
67,71 ± 1,17 |
Keterangan :
R0 = 100% ransum komersial (kontrol)
R1 = 95% ransum komersial + 5% Indigofera sp terfermentasi
R2 = 90% ransum komersial + 10% Indigofera sp terfermentasi
R3 = 85% ransum komersial + 15% Indigofera sp terfermentasi
pengaruh yang nyata. Hasil rata-rata konversi ransum dan efisiensi ransum pada Tabel 2 menunjukkan kualitas ransum yang mengandung tepung daun Indigofera sp terfermentasi setara dengan ransum kontrol (ransum komersial).
Bobot Karkas dan Persentase Karkas ALPU
Pengaruh penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi dalam ransum komersial terhadap bobot karkas, dan persentase karkas ayam ALPU dari masing-masing perlakuan ditampilkan pada Tabel 3.
Rataan bobot karkas ayam ALPU yang dihasilkan berkisar antara 497,38 - 556,75 g/ekor (Tabel 3). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi dalam ransum komersial tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap bobot karkas ayam ALPU. Hasil yang sama seperti yang dilaporkan Astuti et al. (2016) bahwa pemberian pakan fermentasi yang mengandung tepung kulit buah naga tidak memberi pengaruh yang signifikan pada ayam broiler. Menurut Tumanggor et al. (2017) produksi karkas erat hubungannya dengan bobot hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkasnya semakin meningkat.
Selanjutnya persentase karkas ayam ALPU yang dihasilkan juga tidak menunjukkan pengaruh yang nyata diantara perlakuan. Persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup yang sering digunakan sebagai pendugaan jumlah daging pada unggas. Daud et al. (2020) menyatakan bahwa persentase karkas ayam dipengaruhi oleh bobot karkas. Sementara bobot karkas dipengaruhi oleh bobot hidup. Selain disebabkan oleh bobot hidup, persentase karkas juga dipengaruhi oleh penanganan pada saat proses pemotongan (prosesing). Persentase karkas ayam ALPU umur 70 hari yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 67,06 - 69,71% (Tabel 3), dan hampir setara dengan persentase karkas ayam broiler yaitu 64,03 - 67,85% (Rasid et al., 2019).
Harga Ransum
Harga ransum yang mengandung tepung daun Indigofera sp terfermentasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4. Harga ransum
penelitian pada masing-masing perlakuan berkisar antara Rp. 5.850,- sampai dengan Rp. 6.000,-/kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga ransum tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol (R0) yaitu Rp. 6.000,-/kg dan harga ransum terendah terdapat pada perlakuan ransum yang mengandung tepung daun Indigofera sp terfermentasi 15% (R3) yaitu Rp. 5.850,-/kg (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi dalam campuran ransum komersil dapat menekan harga ransum menjadi lebih rendah atau lebih murah dibanding dengan penggunaan ransum komersial 100% (ransum kontrol).
Tabel 4. Harga Ransum Perlakuan | |||
Bahan pakan Harga (Rp/kg) |
R0 |
Perlakuan R1 R2 |
R3 |
Ransum komersial 6.000,- Tepung daun Indi- 5.000,-gofera sp terfer-mentasi |
6.000,0 |
5.700,- 5.400, 250,- 500,- |
5.100, 750,- |
Total harga (Rp/kg) |
6.000,- |
5950,- 5.900,- |
5.850,- |
Keterangan : R0 = 100% ransum komersial (kontrol) R1 = 95% ransum komersial + 5% Indigofera sp terfermentasi R2 = 90% ransum komersial + 10% Indigofera sp terfermentasi R3 = 85% ransum komersial + 15% Indigofera sp terfermentas |
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada konsep input biaya rendah, yaitu dengan menggunakan tepung daun Indigofera sp terfermentasi. Tersedianya ransum dengan harga lebih murah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha peternakan, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam memproduksi pakan tidak hanya harus murah hingga terjangkau oleh peternak tetapi yang paling penting adalah terjamin kualitasnya (Diwyanto et al., 2008). Bahan pakan Indigofera sp yang digunakan pada penelitian ini dipilih berdasarkan kandungan gizi, harga, ketersediaan dan palatabilitasnya agar ternak ALPU dapat mengkonsumsi seoptimal mungkin. Tingkat konsumsi pakan yang lebih baik pada ternak akan berpengaruh langsung terhadap meningkatnya pertumbuhan, sehingga dalam waktu yang relatif singkat pertumbuhan ternak menjadi optimal dan menghasilkan bobot badan yang lebih tinggi (Purba et al., 2015).
SIMPULAN
Penggunaan tepung daun Indigofera sp terfermentasi tidak memberi efek negatif terhadap performan dan dapat digunakan sampai 15% dalam campuran ransum komersial tanpa memengaruhi performan ayam ALPU dan secara ekonomi dapat menekan harga ransum.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, I., I M. Mastika, dan G. A. M. K. Dewi. 2016. Performan broiler yang diberi ransum mengandung tepung kulit buah naga tanpa dan dengan Aspergillus niger terfermentasi. Majalah Ilmiah Peternakan 19 (2): 65-70.
Daud, M., Fuadi Z., dan Mulyadi. 2020. Performan dan produksi karkas itik lokal dengan pemberian ransum yang mengandung limbah ikan leubim (Canthidermis maculata). Jurnal Agripet. 20(1):9-16.
Daud, M., Zulfan., dan Yaman M. A. 2018. Subsitusi kulit pisang fermentasi dalam ransum komersial terhadap performan itik peking. Prosiding Seminar Nasional Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI).
Daud, M., Fuadi Z., dan Mulyadi. 2017. Performa dan Persentase Karkas Ayam Ras Petelur Jantan pada Kepadatan Kandang yang Berbeda. Jurnal Agripet 1: 67-74
Daud, M., Yaman M. A., dan Zulfan. 2015. Penggunaan hijauan kangkung (Ipomoea aquatica) fermentasi probiotik dalam ransum terhadap performans itik peking. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Diwyanto, K. 2008. Pemanfaatan sumber daya lokal dan inovasi teknologi dalam mendukung pengembangan sapi potong di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian 1(3): 173-188.
Faradillah, F. 2015. Penggunaan tepung pucuk Indigofera zollingeriana sebagai substitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap produktivitas dan aspek kesehatan puyuh. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hernandez, F. J, Madrid V, Garcia J. Orengo and M. D.
Megias. 2004. Influence of two plants extracts on broilers performance, digestibility, and digestive organ size. Poult.Sci. 83: 169-174.
Santi, M. A. 2018. Penggunaan tepung pucuk Indigofera zollingeriana sebagai pengganti bungkil kedelai
dalam ransum dan pengaruhnya terhadap kesehatan ayam broiler. Jurnal Peternakan (Jurnal of Animal Science) 1(2): 17-22.
Steel, R. G. D and J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistka: Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tumanggor, B. G., Suci, D.M., dan Suharti, S., 2017. Kajian pemberian pakan pada itik dengan sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif di Peternakan Rakyat. Bul. Mak. Ter. 104(1): 21-29.
Ulfa, M. L., dan Djunaidi, I. H. 2019. Substitusi tepung bonggol pisang dan indigofera sp. sebagai pengganti bekatul dalam ransum untuk meningkatkan performa ayam broiler. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis 2 (2) 65-72
Liwe, Hengkie, Bagau B., dan Imbar M. 2014. Pengaruh lama fermentasi daun pisang dalam ransum terhadap efisiensi penggunaan pakan ayam broiler. Jurnal Zootek. 34(2): 114 – 123.
Mitra H.T, H. Yurmiaty dan Mansyur. 2014. Pengaruh pemberian tepung daun Indigofera sp terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan efisiensi ransum kelinci peranakan Newzealand white. Jurnal Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Sumedang.
Pamungkas, W. 2011. Teknologi fermentasi, alternatif solusi dalam upaya pemanfaatan bahan pakan lokal. J. Media Akuakultur. 6(1): 43-48.
Pagala M. A, Ali B, dan Asis S. 2018. Pengaruh penambahan tepung daun indigofera zollingeriana dalam ransum terhadap produksi dan berat telur ayam Arab. Jitro 5(1):51-61
Purba, M., Haryati T, dan Sinurat A.P. 2015. Performans itik pedaging EPMp dengan pemberian pakan yang mengandung berbagai level lisine selama periode starter. JITV. 20:58-63.
Rasid, R. A., Baba, A. R., Yaakub, N. M., dan Milan, A. R., 2019. Performance and carcass characteristics of broiler chickens fed various components of candlenut kernel. Tropical Animal Science Journal. 42(3): 203-208.
Rizkia, R. O. 2013. Pengaruh pemberian tepung daun indigofera (Indigofera tintoria) didalam ransum komersial dengan substitusi pakan fermentasi dan suplementasi probiotik terhadap berat dan persentase karkas ayam broiler. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
41
Discussion and feedback