pastura Vol. 6 No. 2 : 94 - 97

ISSN : 2088-818X

PRODUKSI DAN KARAKTERISTIK KACANG PINTO YANG DIBERI PUPUK KANDANG SAPI DAN MIKORIZA

Roni, N.G.K., N.N.C. Kusumawati, N.M. Witariadi, S.A. Lindawati dan N.W. Siti

Fakultas Peternakan, Universitas Udayana

Email: gustironi_fapetunud@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui produksi dan karakteristik kacang pinto (Arachis pintoi) yang diberi pupuk kandang sapi dan mikoriza serta kombinasinya dilakukan di rumah kaca menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola factorial dua faktor. Faktor pertama adalah dosis pupuk kandang sapi (tanpa,10 ton/ha, 20 ton/ha dan 30 ton/ha). Faktor kedua adalah dosis mikoriza yaitu (tanpa, 10 g/pot, 20 g/pot dan 30 g/pot), dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pengaruh nyata (P<0,05) interaksi antara pupuk kandang sapi dan mikoriza pada peubah kolonisasi akar. Perlakuan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata (P<0,05) pada peubah berat kering batang, berat kering daun, berat kering akar, berat kering tajuk, dan jumlah bintil akar. Perlakuan mikoriza berpengaruh nyata (P<0,05) pada peubah kolonisasi akar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa interaksi antara perlakuan pupuk hayati mikoriza dengan pupuk kandang sapi berpengaruh pada peubah kolonisasi akar, perlakuan pupuk kandang sapi dosis 20 ton/ha meningkatkan berat kering daun, batang, tajuk, akar dan jumlah bintil akar sama dengan dosis 30 ton/ha, dan perlakuan pupuk hayati mikoriza dosis 20 g/pot menghasilkan kolonisasi akar paling tinggi.

Kata kunci: Pupuk kandang sapi, mikoriza, kacang pinto (Arachis pintoi)

PENDAHULUAN

Dalam ransum ruminansia, porsi hijauan pakan mencapai 40-80% dari total bahan kering ransum atau sekitar 1,5-3% dari bobot hidup ternak. Secara nutrisi hijauan pakan merupakan sumber serat, bahkan hijauan pakan asal leguminosa menjadi suplementasi mineral dan protein murah bagi ternak ruminansia. Hijauan pakan berperan sebagai factor penggertak agar rumen sapi dapat berfungsi normal (Abdullah et al., 2005).

Kacang pinto (Arachis pintoi) merupakan salah satu tanaman pakan yang sangat disukai oleh ternak (palatable), memiliki nilai nutrisi yang tinggi dan memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai pakan baik untuk ruminansia maupun non ruminansia, meningkatkan kesuburan tanah, mencegah erosi, serta menjadi tanaman hias (Ferguson, J.E. dan D.S. Loch, 1999). Kacang pinto juga dilaporkan memiliki produktivitas yang tinggi pada naungan 55% dibandingkan tanpa naungan (Sirait, 2005). Panen hijauan pakan berarti pengambilan unsur-unsur hara sehingga jumlahnya di dalam tanah menurun. Pemupukan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jumlah hara yang tersedia di dalam tanah, namun penggunaan pupuk kimia (anorganik) secara terus menerus dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan tercemarnya kondisi lingkungan, juga dapat mengubah sifat-fisik tanah

menjadi keras (Sugito, 1999). Pupuk hayati dan pupuk kandang adalah pupuk yang dapat memperbaiki sifat-fisika, kimia, dan biologi tanah serta lingkungan, dengan demikian pupuk hayati dan pupuk kandang merupakan solusi yang sangat tepat. Salah satu Pupuk hayati yang sering digunakan adalah Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA).

Pupuk kandang sapi merupakan salah satu pupuk organic yaitu pupuk yang memiliki kandungan hara yang lengkap (Sumarsono dkk., 2005), dapat memperbaiki struktur tanah dan membantu perkembangan mikroorganisme tanah (Widjayanto dkk.,2001). Informasi tentang produktivitas kacang pinto yang diberi pupuk hayati dan pupuk kandang sapi masih sangat terbatas, sehingga berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dengan dugaan adanya hubungan antara CMA dan pupuk organic maka penelitian dengan menggabungkan kedua faktor tersebut perlu dilakukan.

METODE PENELITIAN

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola factorial yang terdiri atas 2 faktor yaitu factor pertama adalah pupuk kandang sapi (S0= tanpa pupuk kandang sapi, S1= pupuk kandang sapi10 ton/ ha, S2 =pupuk kandang sapi 20 ton/ha, dan S3 = pupuk kandang sapi 30 ton/ha), dan factor kedua

adalah pupuk hayati mikoriza (M0 = tanpa mikoriza, M1 = mikoriza10 g/pot, M2 = mikoriza 20 g/pot, dan M3 = mikoriza 30 g/pot). Percobaan dilakukan dengan 3 kali ulangan sehingga terdiri atas 4 x 4x 3 = 48 unit percobaan.

Persiapan Tanah dan Pupuk

Tanah yang digunakan diambil secara komposit dari kedalaman 0-20 cm kemudian dibersihkan dari sisa tanaman, batu dan kerikil. Untuk mendapatkan agregat tanah yang homogen terlebih dahulu tanah dikering udarakan, selanjutnya diayak dengan ayakan dari kawat dengan ukuran lubang berdiameter 2 mm. Pupuk kandang sapi yang sudah matang didapat dari kandang peternakan sapi Bali perbibitan yang diberi pakan utama hijauan dan limbah sagu terfermentasi. Pupuk kandang tersebut dibersihkan dari sisa-sisa pakan dan benda-benda lain kemudian dihomogenkan, dikeringkan, dan ditimbang sesuai perlakuan pemupukan. Pupuk hayati mikoriza didapat dari koleksi Laboratorium taksonomi tumbuhan (Mikologi), Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Udayana.

Persiapan Media Tanam dan Bibit

Sebanyak 4 kg tanah kering udara yang lolos ayakan dengan lubang berdiameter 2 mm dimasukkan ke dalam pot plastik berdiameter 20 cm, kemudian tiap-tiap pot diberi pupuk kandang sapi sesuai perlakuan, dan selanjutnya diberi label. Bibit kacang pinto (Arachis pintoi) yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari lahan kebun tanaman pakan milik petani berupa stek, dipilih batang kacang pinto dengan diameter batang yang homogeny selanjutnya dipotong-potong untuk mendapatkan stek yang masing-masing berisi 3 (tiga) ruas.

Penanaman Bibit dan Inokulasi Mikoriza

Setiap pot ditanami dengan 2 stek kacang pinto, apabila ada yang mati maka segera dilakukan penyulaman. Inokulasi mikoriza dilakukan pada saat penanaman bibit dengan memberikan mikoriza pada lubang tanam sesuai perlakuan.

Pemeliharaan dan Pengamatan

Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman setiap hari pada volume 100% kapasitas lapang, serta pengendalian hama dan penyakit bila diperlukan. Pengamatan terhadap peubah produksi dan karakteristik dilakukan setelah panen.

Pemanenan

Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 12 minggu setelah tanam dengan cara memotong tanaman diatas permukaan tanah kemudian memisahkan

antara batang, daun, dan bunga. Setiap bagian-bagian tersebut ditimbang untuk mengetahui berat segarnya, kemudian dimasukkan ke dalam amplop untuk selanjutnya dikeringkan dengan oven pada suhu 70-800C selama 48 jam atau sampai mencapai berat konstan untuk mendapatkan berat keringnya. Pengukuran luas daun dilakukan dengan mengambil beberapa sampel daun secara acak, ditimbang beratnya, dan diukur luasnya denganLeaf Area meter. Akar tanaman dibersihkan dengan air secara sangat hati-hati agar tidak merusak bintil akar yang ada pada akar tersebut, kemudian dihitung jumlah bintil akar yang ada pada setiap unit percobaan.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam. Apabila diantara nilai rata-rata perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (ProgramSPSS).

HASIL DANPEMBAHASAN

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pupuk hayati mikoriza dengan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata (P<0,05) pada peubah kolonisasi akar kacang pinto. Perlakuan pupuk kandang sapi secara nyata (P<0.05) meningkatkan berat kering daun, batang, tajuk, akar dan jumlah bintil akar kacang pinto. Perlakuan pupuk hayati mikoriza berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kolonisasi akar kacang pinto.

Pemberian pupuk kandang sapi meningkatkan secara nyata (P<0,05) berat kering daun dan berat kering batang kacang pinto (Tabel 1), Hal ini disebabkan oleh kemampuan pupuk kandang dalam menambah hara, memperbaiki sifat-fisik, kimia, dan biologi tanah (Hartatik dan Widowati, 2006). Nilai pupuk kandang tidak saja ditentukan oleh kandungan nitrogen, asam fosfat, dan kalium saja, tetapi juga mengandung hamper semua unsure hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah. Disamping itu, pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang sapi yang dihasilkan oleh sapi yang diberi pakan limbah sagu terfermentasi sehingga mikroba yang digunakan untuk fermentasi pakan masih ada saat sisa pakan keluar berupa feses, dan masih aktif ketika diaplikasikan ke dalam media tanam.

Berat kering tajuk kacang pinto yang diberi pupuk kandang sapi nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian (Tabel 2), dan terus meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk. Peningkatan berat kering tajuk terkait dengan peningkatan berat kering daun

Tabel 1. Berat Kering Daun dan Batang Kacang Pinto (Arachis pintoi) yang Diberi Pupuk Kandang Sapi dan Mikoriza

Peubah

Dosis Pupuk Kandang Sapi

Dosis Mikoriza2)

Rataan

SEM3)

M0

M1

M2

M3

Berat Kering

S0

1.23

1.43

0.47

1.40

1.13B1)

Daun (g)

S1

1.77

1.70

1.60

1.53

1.65A

0.14

S2

1.70

2.07

1.93

1.67

1.84A

S3

1.90

1.60

2.07

1.80

1.84A

Rataan

1.65A

1.70A

1.52A

1.60A

Berat Kering

S0

0.53

0.67

0.47

0.60

0.57C

Batang (g)

S1

0.60

0.63

0.67

0.60

0.63BC

0.73

S2

0.70

0.83

0.70

0.70

0.73AB

S3

0.90

0.67

0.93

0.80

0.83A

Rataan

0.68A

0.70A

0.69A

0.68A

Keterangan

1) Nilai dengan huruf kapital berbeda pada kolom atau baris yang sama berbeda nyata (P<0,05)

2) M0= tanpa mikoriza, M1 = mikoriza 10 g/pot, M2= mikoriza 20 g/pot, M3= mikoriza 30 g/pot

3) Standard Error of the Treatment Means

dan batangnya (Tabel1), yang disebabkan oleh kemampuan pupuk kandang sapi memperbaiki sifat-fisik, kimia dan biologi tanah (Hartatik dan Widowati, 2006) sehingga dapat mendukung tanaman untuk meningkatkan produksinya.

Perlakuan pupuk kandang sapi dan mikoriza berpengaruh tidak nyata terhadap Nisbah daun/batang dan nisbah tajuk/akar tanaman kacang pinto (Tabel 3). Ini berarti tidak berpengaruh terhadap kualitas hijauan yang dihasilkan karena nisbah daun/batang merupakan salah satu indicator kualitas hijauan. Hal ini terjadi karena peningkatan berat kering daun diikuti dengan peningkatan berat kering batangnya.

Tabel 2. Berat Kering Tajuk dan Akar Kacang Pinto (Arachis pintoi) yang Diberi Pupuk Kandang Sapi dan Mikoriza

Peubah

Dosis Pupuk Kandang Sapi

Dosis Mikoriza2)

Rataan

SEM3)

M0

M1

M2

M3

Berat Kering

S0

1.77

2.10

1.80

2.00

1.92C1)

Tajuk (g)

S1

2.37

2.33

2.27

2.13

2.28BC

0.18

S2

2.40

2.90

2.63

2.37

2..58AB

S3

2.80

2.27

3.00

2.60

2.67A

Rataan

2.33A

2.40A

2.43A

2.28A

Berat Kering

S0

1.53

2.13

1.37

1.87

1.73B

Akar (g)

S1

2.00

2.20

2.00

1.80

2.00AB

0.20

S2

1.90

2.67

2.33

2.13

2.26A

S3

2.50

2.00

3.00

2.20

2.43A

Rataan

1.98A

2.25A

2.18A

2.00A

Keterangan

1) Nilai dengan huruf kapital berbeda pada kolom atau baris yang sama berbeda nyata (P<0,05)

2) M0 = tanpa mikoriza, M1 = mikoriza10 g/pot, M2 = mikoriza 20 g/pot, M3 = mikoriza 30 g/pot

3) Standard Error of the Treatment Means

Perlakuan mikoriza mampu meningkatkan jumlah bintil akar kacang pinto pada perlakuan tanpa pupuk kandang sapi (So), tetapi tidak terjadi pada

perlakuan kombinasi dengan pupuk kandang sapi (Tabel4). Hal ini berhubungan dengan kemampuan pupuk kandang sapi memperbaiki sifat biologi tanah sebagai pembawa mikroba yang bermanfaat untuk kesuburan tanah. Pupuk kandang sapi merupakan salah satu pupuk organic yaitu pupuk yang memiliki kandungan hara yang lengkap (Sumarsono dkk., 2005), dapat memperbaiki struktur tanah dan membantu perkembangan mikroorganisme tanah (Widjayanto dkk., 2001).

Tabel 3. Nisbah Daun/Batang dan nisbah Tajuk/akar Kacang Pinto (Arachispintoi) yang Diberi Pupuk Kandang Sapi dan Mikoriza

Dosis

Dosis Mikoriza2)

Peubah

Pupuk Kandang

M0

M1

M2

M3

Rataan

SEM3)

Sapi

Nisbah

S0

2.49

2.14

2.97

2.54

2.53A1)

Daun/Batang

S1

2.97

2.70

2.57

2.57

2.70A

0.25

S2

2.59

2.55

2.81

2.41

2..59A

S3

2.11

2.41

2.33

2.26

2.28A

Rataan

2.54A

2.45A

2.67A

2.44A

Nisbah

S0

1.17

0.99

1.34

1.17

1.17A

Tajuk/Akar

S1

1.20

1.06

1.20

1.20

1.16A

0.08

S2

1.27

1.13

1.13

1.12

1.16A

S3

1.12

1.15

1.01

1.19

1.12A

Rataan

1.18A

1.08A

1.17A

1.17A

Keterangan

1) Nilai dengan huruf kapital berbeda pada kolom atau baris yang sama berbeda nyata (P<0,05)

2) M0= tanpa mikoriza, M1 = mikoriza 10 g/pot, M2= mikoriza 20 g/pot, M3= mikoriza 30 g/pot

3) Standard Error of the Treatment Means

Tabel 4. Jumlah bintil akar dan Kolonisasi akar Kacang Pinto (Arachis

p

intoi) yang Diberi Pupuk Kandang Sapi dan Mikoriza

Dosis

Dosis Mikoriza2)

Peubah

Pupuk Kandang

M0

M1

M2

M3

Rataan

SEM3)

Sapi

Jumlah

S0

32.67

44.33

42.67

40.67

40.08B1)

Bintil Akar

S1

101.67

102.00

82.00

82.67

92.08A

13.6

(buah)

S2

103.67

118.67

116.67

115.53

113.58A

S3

138.67

84.67

131.33

111.67

116.58A

Rataan

94.17A

87.42A

93.17A

87.58A

Kolonisasi

S0

27.33c

66.00a

40.00b

42..00b

43.83AB

Akar (%)

S1

47.67ab

30.00c

39.67bc

61.33a

44.67AB

2.07

S2

24.33c

40.67b

61.67a

40.00b

41.67B

S3

51.33ab

31.33c

62.67a

44.67b

47.50A

Rataan

37.67C

42.00B

51.00A

47.00A

Keterangan

1) Nilai dengan huruf kapital berbeda pada kolom atau baris yang sama berbeda nyata (P<0,05)

2) M0= tanpa mikoriza, M1 = mikoriza 10 g/pot, M2= mikoriza 20 g/pot, M3= mikoriza 30 g/pot

3) Standard Error of the Treatment Means

Kolonisasi akar tertinggi terjadi pada perlakuan mikoriza M1untuk perlakuan tanpa pupuk kandang sapi, perlakuan M3 untuk perlakuan pupuk kandang sapi S1,dan perlakuan M2 pada perlakuan pupuk kandang sapi S2 dan S3 (Tabel 4). Hal ini terjadi

berkaitan dengan adanya persaingan dengan mikroba yang berasal dari pupuk kandang sapi dan kemampuan pupuk kandang sapi sebagai penyedia faktor tumbuh untuk mikroba tanah dan tanaman. Pupuk kandang selain mengandung unsur-unsur makro (Nitrogen, Fosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan Belerang) juga mengandung unsur-unsur mikro (Besi, Mangan, Boron, Tembaga, Seng, Klor dan Molibdinum) yang kesemuanya membentuk pupuk, menyediakan unsur-unsur atau zat-zat makanan bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Sutedjo,1999).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa interaksi antara perlakuan pupuk hayati mikoriza dengan pupuk kandang sapi berpengaruh pada peubah kolonisasi akar, perlakuan pupuk kandang sapidosis 20 ton/ha meningkatkan berat kering daun, batang,tajuk, akardan jumlah bintil akar sama dengan dosis 30 ton/ha, dan perlakuan pupuk hayati mikoriza dosis 20 g/pot menghasilkan kolonisasi akar paling tinggi.

REFERENSI

Abdullah, L. Panca Dewi, M.H.K., Soedarmadi, H. 2005. Reposisi tanaman pakan dalam kurikulum fakultas peternakan. Prosiding Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak; Bogor,

16 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hlm 11-17.

Ferguson, J.E and D.S. Loch. 1999. Arachis pintoi in Australia and Latin America. In Loch DS and JE Ferguson, editor. Forage seed Production. Tropica land Subtropical Species Volume 2. Oxon.UK.CABI Publishing. Hlm 427-434.

Hartatik W.dan L.R. Widowati. 2006. Pupuk Kandang. Balai Besar Litbang Sumber daya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sirait, J., S.P.Ginting dan A.Tarigan. 2005. Karakterisasi morfologi dan produksi legume pada tiga taraf naungan di dua agroekosistem. Pros. Lokakarya Nasional tanaman Pakan Ternak Bogor, 16 September 2005.

Sugito, Y., 1999. Ekologi Tanaman: Pengaruh Factor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Tanaman dan Beberapa aspeknya, UB Press. Malang.

Sumarsono, S. Anwar dan S. Budiyanto. 2005. Peranan Pupuk Organik untuk Keberhasilan Pertumbuhan Tanaman Pakan Rumput Poliploid pada Tanah Masam dan Salin. Laporan Penelitian.Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Sutedjo, M M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Widjajanto, D.W., Honmura, T., Matsushita, K., and Miyauchi, N. 2001.Studies on the release N from water hyacinth in corporate into soil-crop systems using 15 N- labeling techniques. Pak. J. Biol. Sci.,4 (9):1075-1077

97