pastura Vol. 6 No. 2 : 63 - 65

ISSN : 2088-818X

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS DAN KANDUNGAN NUTRISI GULMA DI KECAMATAN BATUR, KABUPATEN BANJARNEGARA YANG POTENSIAL SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA

P. Yuwono 1), T. Warsiti 1) dan M. Kasmiatmojo 2)

1) Fakultas Peternakan Unsoed, 2) Fakultas Pertanian Unsoed

Email : goyuwono@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menambah informasi mengenai jenis-jenis gulma dan kandungan nutrisinya yang tumbuh di areal pertanaman palawija di kecamatan Baturyang potensial sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Hasil penelitian menunjukan paling sedikit ada tujuh jenis/spesies gulma yang tumbuh di desa Batur dan sering digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu Axonopus compresus (Swarttz) Beauv, Alternanthera sesilis (L) D,C, Lantana camara L., Nasturtium montanum Wall, Commelina benghalensis L., Cynodon dactylon (L.) Pers, Digitaria adscendens (H.B.K.)Henr. Hasil analisis proksimat menunjukan bahwa gulma memiliki kandungan protein kasar berkisar 8,02 - 23,66 % dan kandungan serat kasar berkisar 19,87 - 39.36%. Dapat disimpulkan bahwa gulma tersebut memiliki kandungan protein kasar dan serat kasar yang cukup baik untuk pakan ruminansia.

Kata kunci : gulma, ruminansia, protein kasar, serat kasar

ABSTRACT

The purpose of this study was to find out the types of weeds and their nutrition content that grow in the planting area of crops in Batur district, Banjarnegara regency potential as ruminant feed. The results showed that at least there were seven types / species of weeds that grows in the Batur village and is often used as an animal feed that were Axonopus compresus (Swarttz) Beauv, Alternanthera sesilis (L) D, C, Lantana camara L., Nasturtium montanum Wall, Commelina benghalensis L ., Cynodon dactylon (L.) Pers, Digitaria adscendens (HBK) Henr. Results of the proximate analysis showed that the weeds have crude protein content ranged from 8.02 to 23.66% and crude fiber content ranged from 19.87 - 39.36%. It could be concluded that the weeds contain crude protein and crude fiber that were pretty good for ruminants.

Keywords: weeds, ruminants, crude protein, crude fiber

PENDAHULUAN

Salah satu keuntungan komparatif daerah beriklim tropis seperti Indonesia adalah peluang berlangsungnya proses fotosintesis tanaman sepanjang tahun. Kondisi ini menawarkan produksi biomassa tanaman yang sangat besar yang dapat ditransformasikan menjadi bahan baku pakan ternak, khususnya ruminansia seperti kambing dan domba. Biomassa yang tersedia sebagai bahan pakan dapat berasal dari hijauan pakan ternak atau gulma.

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki, terutama di tempat manusia mengusahakan tanaman lain sehingga manusia berusaha untuk mengendalikannya. (Sastroutomo, 1982; Moenandi, 1988 dan Soerjani 1990). Gulma merugikan manusia karena menyaingi pertumbuhan tanaman, mengeluarkan zat penghambat

(racun), mengganggu proses budidaya, menjadi inang hama dan pathogen penyakit, mengurangi efisiensi dalam sistem irigasi. Persaingan gulma terhadap pertumbuhan tanaman akan berakibat berkurangnya produksi baik kuantitas maupun kualitasnya (Chisaka, 1977 dalam Birowo, 1977, Edowes, 1977 dan Kuntohartono, 1980). Kecamatan Batur merupakan sentra pengembangan domba Batur yang merupakan ternak unggulan untuk Kabupaten Banjarnegara. Kecamatan Batur terletak pada ketinggian 1663-2093 meter dpl dengan curah hujan 394 mm. Faktor utama penghambat rendahnya kapasitas/skala usaha peternakan domba Batur di Kecamatan Batur Kabupaten banjarnegara adalah karena keterbatasan lahan hijauan (sebagian besar untuk tanaman sayuran). Disisi lain, gulma banyak dijumpai pada tanaman palawija dan sepanjang tepian jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan domba.

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tambahan informasi mengenai jenis-jenis gulma yang tumbuh di antara pertanaman palawija di daerah dataran tinggi Dieng yang potensial sebagai bahan pakan ternak dan mengetahui kandungan nutrisi tanaman gulma tersebut

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di wilayah outreach Pilot Proyek Peternakan Domba di Kecamatan Batur, terletak di dataran tinggi (1663-2093 meter dpl), Kabupaten Banjarnegara. Pengambilan sampel gulma dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling), dan gulma diamati dengan menggunakan metode kuadrat sensus. Gulma diamati jenis-jenisnya, kemudian dicatat nama-nama daerah dan nama ilmiahnya. Bagi gulma yang belum diketahui namanya diambil gambarnya (foto) dan dicabut, dimasukkan ke dalam kantong plastik berlabel untuk kemudian dibawa ke laboratorium Agroekologi Fakultas Pertanian Unsoed untuk diidentifikasi dan dideterminasi dengan menggunakan kunci determinasi dan pustaka yang tersedia. Gulma-gulma tersebut dianalisis proksimat untuk kandungan protein kasar dan serat kasar menurut AOAC (1990).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat paling tidak tujuh jenis/spesies gulma yang dominan tumbuh di daerah dataran tinggi Dieng khususnya di desa Batur Kabupaten Banjarnegara disajikan dalam Tabel 1.

Secara kualitas pakan lokal berserat tinggi merupakan yang terbesar. Pada dasarnya bahan tersebut mengandung energi kasar yang relatif sebanding dengan biji jagung, namun struktur kimianya membuat potensi energy menjadi tidak tersedia seluruhnya apabila diberikan apa adanya (Kerley et al., 1985). Karakter umum pakan lokal berserat tinggi dan berprotein rendah merupakan

beban yang lebih berat bagi ternak ruminansia dengan ukuran tubuh kecil seperti domba. Mendasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis/spesies gulma tersebut di atas banyak digunakan sebagai bahan pakan ternak dengan kandungan protein kasar yang cukup baik Devendra dan Thomas (2002) menyatakan bahwa sistem pertanian tanaman dan ternak sangat mendominasi di wilayah Asia Tenggara, termasuk ditemukan di wilayah Batur. Ternak akan mengubah sumberdaya alam berkualitas rendah menjadi produk yang sangat berkualitas berupa daging dan berkontribusi mengendalikan pertumbuhan gulma dan menyediakan nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman melalui produksi pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Gulma banyak digunakan sebagai bahan pakan domba Batur dengan kandungan protein kasar dan serat kasar cukup baik. Perlu dilakukan penelitian potensi produksi gulma secara kuantitas dan kualitas untuk ternak ruminansia terutama domba Batur untuk mendukung peningkatan populasi dan produktivitas.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Universitas Jenderal Soedirman yang telah mendanai penelitian dari sumber DIPA Universitas Jenderal Soedirman Tahun Anggaran 2012, Nomor Kontrak : 1163/UN23.9/ PN/2012

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 1990. Official Methods of Analysis. Association of Official Agricultural Chemists. Agricultural Chemical; Contaminats; Drugs Vol. 1. Asociation of Official Agricultural Chemists, Inc. Virginia-USA.

Birowo, A.T. 1977. Economis aspescts in The Improvement of Weed Control Methods. Proc. of the Workshop on Weed Control in Small Farms . p. 1-7

Tabel 1. Jenis/spesies dan kandung protein kasar (PK) dan serat kasar (SK) gulma yang tumbuh di desa Batur dataran tinggi Dieng

No              Nama Daerah

Nama Ilmiah

PK (%)

SK (%)

1 Blembem (Rumput papahitan)

Axonopus compresus (Swarttz) Beauv

8,02

39,36

2 Braja lintang (kremah

Alternanthera sesilis (L) D,C

14,57

29,22

3 Daun Klathi (tahi ayam = tembelekan)

Lantana camara L.

23,66

19,87

4 Gembos (Sawi tanah)

Nasturtium montanum Wall

9,66

39,27

5 Gewor

Commelina benghalensis L.

15,44

29,25

6 Grinting (kekawatan)

Cynodon dactylon (L.) Pers

10,59

21,21

7 Jampang

Digitaria adscendens (H.B.K.)Henr

10,38

30,39

Devendra, C. and D. Thomas. 2002. Crop-Animal Interaction in Mixed Farming System in Asia. Agricultural System : 71 (1-2) : 27-40

Edowes, M., 1977. Weed Control in Small Area Crops in Europe. Proc. of The Workshop on weed Control in Small Farms, Jakarta, p. 15 – 24

Kerley, M.S., G.C. Fahey, L.L. Berger, N.R. Mewchen and J.M. Gould. 1985. Effects of Alkaline Hydrogen Peroxide Treatment un lock energy in Agricultural by-products. Science, 230: 820

Kuntohartono, T. 1980. Pengantar Ilmu Gulma.

Departemen Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, 43 p.

Moenandir, J. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma – Buku I). Rajawali Press, Jakarta, 122 p.

Soerjani, M. 1990. Pengelolaan Hama berwawasan Lingkungan. Konferensi X Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Malang, 13 – 15 Maret 1990, p. 9 – 24

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Penerbit PT

Gramedia Utama. Jakarta, 217 p.

65