pastura Vol. 5 No. 1 : 26 - 28

ISSN : 2088-818XX

KELIMPAHAN SPESIES DAN PRODUKSI BAHAN KERING

HIJAUAN PAKAN KELINCI DI KABUPATEN PANIAI

Diana Sawen dan B.W. Irianti Rahayu

Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua

Jl. Gunung Salju Amban Manokwari

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Potensi hijauan sangat menentukan keberhasilan pengembangan suatu usaha peternakan ruminansia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kelimpahan spesies dan produksi bahan kering hijauan pakan kelinci. Penelitian dilakukan selama satu bulan di Distrik Paniai Timur dan Distrik Tigi Kabupaten Paniai, analisis bahan kering di laboratorium nutrisi dan makanan ternak FPPK UNIPA Manokwari, menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey dan observasi lapangan. Hasil studi memperlihatkan bahwa terdapat 5 spesies rumput, 5 spesies hijauan non pakan dan 4 jenis tanaman pertanian yang dikonsumsi oleh kelinci dengan produksi hijauan segar sebesar 4600 gram/m2. Produksi bahan kering sebesar 5630,71 gram/m2 dan persentase bahan kering sebesar 23,56%, sedangkan spesies legume tidak ditemukan.

Kata kunci: kelimpahan spesies, bahan kering, pakan kelinci

SPECIES ABUNDANCE AND DRY MATTER PRODUCTIONS

OF RABBIT FORAGE IN PANIAI REGENCY

ABSTRACT

The potential forage largely determines the success of the development of a ruminants farm. This study aims to find out how much abundance and production of dry matter forage of rabbits. The study was conducted for one month in the District of East Paniai and Tigi in Paniai Regency, analysis of dry matter at the Laboratory of Animal Nutrition and Feed FPPK UNIPA Manokwari, using descriptive method with survey techniques and field observations. This study shows that there are five species of grasses, 5 species of non forage and 4 types of food crops which is consumed by the rabbit with fresh forage production is 4600 gram/ m2. Dry matter production of 5630.71 gram/m2 and dry matter percentage of 23.56%., while the legume species was not found.

Key words: species abundance, dry matter, rabbit forage

PENDAHULUAN

Secara umum, potensi hijauan pakan sangat menentukan perkembangan dan keberlanjutan suatu usaha peternakan. Papua merupakan kawasan potensial untuk pengembangan peternakan ruminansia termasuk juga beberapa jenis aneka ternak berupa kelinci. Kabupaten Paniai merupakan salah satu daerah yang cukup berpotensi untuk itu. Distrik Paniai Timur terletak pada ketinggian 1750 m dpl dengan luas wilayah 1966,18 km2 dan jumlah penduduk mencapai 39394 KK sedangkan di Distrik Tigi memiliki luas wilayah 485,39 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 21394 KK (Anonymous, 2004).

Di kedua wilayah ini, hampir semua masyarakat mengusahakan atau membudidayakan kelinci. Jumlah populasinya mencapai 324 ekor di Paniai Timur dan 39750 ekor di Tigi (Anon, 2004). Kelinci pertama kali dikembangkan oleh misionaris gereja Katolik, yang kemudian terus disebarkan dan dikembangkan kepada semua penduduk (Anonimous, 2001). Jenis kelinci yang dikembangkan adalah kelinci import. Namun

potensi ini belum dimanfaatkan dan dikelola secara optimal, karena belum diimbangi dengan kemampuan pengetahuan dan ketrampilan dari sejumlah peternak yang ada termasuk di dalamnya pengelolaan pakan dengan memanfaatkan sejumlah potensi hijauan pakan yang ada. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kelimpahan spesies dan produksi bahan kering hijauan pakan kelinci yang ada di daerah ini.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di Distrik Paniai Timur dan Distrik Tigi Kabupaten Paniai selama 1 bulan. Sedangkan analisis bahan kering dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan UNIPA Manokwari. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan teknnik survey dan observasi lapang. Penentuan jumlah cuplikan, didasarkan pada syarat minimum pengambilan cuplikan hijauan yaitu untuk padang seluas 65 ha ditetapkan sebanyak 50 cluster atau 100 cuplikan (Susetyo,

Tabel 1. Spesies Hijauan yang ditemukan di kedua lokasi

Lokasi

Spesies

Rumput                   Leguminosa                  Non Pakan               Tanaman Pertanian

Paniai Timur

African star grass                              -               Hyptis capitata                 Ipomoea batatas

Paspalum conjugatum                        -              Cyclorus sp                   Zea mays

Murdarininae nudiflora                       -              Muntingia colabura           Doucus corata

Imperata cylindrica                            -               Biden spilosa                   Brassica oleraceae

Tigi

African star grass                              -               Hyptis capitata                 Ipomoea batatas

Paspalum conjugatum                        -              Cyclorus sp                   Zea mays

Murdarininae nudiflora                       -              Lantana camara               Doucus corata

Cyrtococcum patens                           -               Biden spilosa

1980). Pengambilan cuplikan, dilakukan dengan metode pelemparan kuadran ukuran 1 m × 1 m searah lorong tanam. Selanjutnya dilakukan pemotongan dan penimbangan semua hijauan yang berada dalam kuadran setinggi 10 cm dari permukaan tanah. Setiap jenis hijauan dipisahkan untuk dihitung jumlahnya dan ditimbang beratnya. Identifikasi dilakukan pada beberapa spesies hijauan yang tidak teridentifikasi yang telah terlebih dahulu dibuat spesimen dan selanjutnya dibawa ke Pusat Studi Keanekaragaman Hayati UNIPA. Selanjutnya hijauan yang telah ditimbang, diambil sampelnya untuk analisis bahan kering sesuai prosedur. Semua data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Spesies Hijauan

Berdasarkan pengamatan dan identifikasi di lapangan, ditemukan bahwa terdapat 5 spesies rumput, 5 spesies hijauan non pakan dan 4 spesies tanaman pertanian atau tanaman pangan yang juga dikonsumsi oleh ternak kelinci. Sedangkan spesies leguminosa tidak ditemukan atau tidak ada. Selanjutnya beberapa spesies hijauan yang dtemukan sama untuk kedua lokasi, hanya yang berbeda yaitu Imperata cylindrica hanya terdapat di Paniai Timur sedangkan Cyrtococcum patens hanya di wilayah Tigi.begitu pula dengan hijauan non pakan dan tanaman pertanian.

Komposisi Botani

Potensi suatu padang penggembalaan alami berupa vegetasi rumput dan hijauan lainnya dapat diketahui melalui pengukuran atau pengamatan spesies-spesies yang ditemukan. Hasil deskrispsinya disajikan pada Gambar 1.

Secara umum dapat dinyatakan bahwa di kedua lokasi ini memiliki dominansi penutupan spesies rumput yang cukup besar yaitu 71,83% untuk daerah Paniai Timur dan 58,11% untuk Tigi dengan rata-rata sebesar 64,97%. Sedangkan golongan leguminosa sama sekali tidak ditemukan. Dan hijauan lain juga memiliki proporsi yang cukup besar dengan rata-rata 35,03%, dimana proporsi yang lebih tinggi yaitu pada wilayah Tigi (41,89%). Hasil ini menunjukkan bahwa kondisi tersebut ternyata berbeda dengan keadaan ideal yang direkomendasikan untuk suatu wilayah atau areal padang penggembalaan. Keadaan ideal untuk pertumbuhan suatu hijauan pakan adalah 60%

■ non pakan (¾)

■ rumput (%)

Gambar 1. Komposisi spesies hijauan

rumput dan 40% leguminosa (Susetyo, 1980). Dengan demikian, maka pada areal atau wilayah keduanya harus dilakukan pembasmian hijauan non pakan dan menggantikannya dengan menanam jenis leguminosa yang unggul, yang dapat dikonsumsi juga oleh ternak kelinci, sekaligus juga dapat menyuburkan tanah dan rumput yang sudah ada.

Kelimpahan Spesies dan Produksi Bahan Kering

Kandungan bahan kering (Gambar 2) spesies hijauan pakan yang dikonsumsi oleh kelinci di kedua lokasi.

Gambar 2. Kandungan bahan kering hijauan pakan

Jenis hijauan pakan yang ada di kedua lokasi ini memiliki kandungan bahan kering sebesar 8,22-31,87%, dengan rataan 47,13%. Yang tertinggi yaitu African star grass dan yang terendah adalah Imperata cylindrica. Hasil pengamatan dan pengukuran produksi hijauan pakan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan kandungan bahan kering dan produksinya

Lokasi

Bahan Kering (%)

Produksi Hijauan (g/m2)

Segar

Bahan Kering

Paniai Timur

21,59

5100

1248,53

Tigi

25,54

4100

10012,9

Jumlah

47,13

9200

11261,43

Rata-rata produksi bahan segar hijauan pakan untuk wilayah Paniai Timur adalah sebesar 5100 gram/m2 atau 51.000 kg/ha, sedangkan total produksi untuk

luasan 6 ha yaitu 306.000 kg. sedangkan untuk wilayah Tigi, diperoleh 41.000 kg/ha dan untuk luas lahan 5 ha diperoleh 205.000 kg. Dengan demikian rataan produksi bahan kering untuk kedua wilayah tersebut adalah 5630,71 gram/m2. Berdasarkan hasil ini, dapat dilihat bahwa produksi hijauan pakan di wilayah Paniai Timur lebih tinggi daripada di wilayah Tigi. Hal ini terjadi karena di wilayah Tigi, merupakan areal alam sehingga peternak secara kontinyu dan terus menerus mengambil atau memotong semua hijauan yang ada untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ternak kelincinya, selain itu pula berdasarkan data jumlah populasi kelinci di wilayah ini lebih banyak daripada wilayah Paniai Timur. Dengan demikian terjadi pula kompetisi nutrisi oleh ternak yang ada dengan ternak lainnya yang juga diusahakan oleh para peternak yang ada. Susetyo (1980), menyatakan bahwa padangan yang gak berat terutama agak berat pada awal fase pertumbuhan, akan terjadi tekanan untuk pertumbuhan kembali (regrowth) hijauan, pertumbuhan akar dan dapat menurunkan produktivitas padangan.

Hasil ini secara simultan juga mempengruhi produksi bahan kering hijauan pakan yang ada di kedua wilayah tersebut, karena keduanya berbanding lurus. Dengan demikian produksi bahan kering hijauan pakan pada lokasi paniai Timur juga lebih tinggi dibandingkan dengan di wilayah Tigi. Hasil ini berbanding terbalik dengan perserntase kandungan bahan kering hijauan. Hal ini diduga karena pengaruh akibat tekanan pemotongan atau defoliasi dari sejumlah hijauan pakan yang ada. Hal ini ditunjang dengan pernyataan McIlroy (1977) bahwa dimana terjadi pemotongan atau defoliasi secara berlebihan pada suatu padangan maka akan mempengaruhi produktivitas hijauan yang ada karena tidak mampu menghasilkan perakaran yang sehat akibat defoliasi berat.

Estimasi Kapasitas Tampung

Estimasi kapasitas tampung kedua wilayah ini disajikan pada Tabel 3.

Hasil estimasi ini menunjukkan bahwa, untuk lokasi wilayah paniai Timur memiliki kapasitas tamping sebesar 4636 ekor kelinci untuk luasan 6 ha sedangkan wilayah Tigi sedikit lebih rendah yaitu sebesar 3417 ekor untuk luasan 5 ha. Berdasarkan Reksohadiprodjo (1984), nilai kapasitas tampung untuk ternak besar adalah 2,5 UT/ha/tahun, sedangkan ternak kecil seperti kelinci adalah 0,01 UT/ha/tahun. Selanjutnya data populasi ternak kelinci menunjukkan bahwa jumlah kelinci yang ada di wilayah Distrik Paniai Timur adalah 324 ekor yang terdiri dari jantan 42 ekor, betina 87 ekor dan anak kelinci 195 ekor. Sedangkan di wilayah Tigi jumlah kelincinya sebesar 39750 ekor yang terdiri dari jantan 19810 ekor, betina 1786 ekor dan anak kelinci sebanyak 18154 ekor.

Dengan demikian, kapasitas tampung untuk wilayah Paniai Timur lebih rendah, dimana jumlah ternak yang ada masih dapat ditambah populasinya lagi karena hijauan yang tersedia masih memadai. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan di wilayah Tigi,

Tabel 3. Estimasi kapasitas tampung

No

Parameter

Paniai Timur

Tigi

1

Produksi hijauan pakan (kg/ha)

51000

41000

2

Kebutuhan kelinci/ekor/hari (kg)

3

3

3

Kebutuhan per tahun/ekor (Ha)

0,001294

0,001463

4

Kapasitas tampung (ekor/ha/tahun)

772

683

5

KT sesuai luas lahan (ekor)

4636

3417

dimana telah terjadi over grazing, dimana jumlah ternak kelinci yang ada sudah melebihi kapasitas atau kemampuan potensi wilayahnya untuk menyediakan hijauan. Dengan demikian perlu dilakukan pengurangan populasi dengan jalan menjual atau memasarkan ternak kelinci yang ada, ataupun juga dapat dicarikan alternatif penyediaan hijauan pakan untuk mencukupi kebutuhan ternak kelincinya. Hal lainnya yang menyebabkan penumpukan atau kepadatan populasi pada wilayah ini yaitu sulitnya pemasaran dan akses ke wilayah ibu kota distrik (Paniai Timur).

SIMPULAN

  • 1.    Spesies hijauan yang ditemukan sebagai pakan kelinci terdiri dari 5 jenis rumput dan 4 jenis tanaman pertanian, sedangkan leguminosa tidak ada.

  • 2.    Komposisi spesies hijauan pakan (rumput) di kedua wilayah ini telah mencapai kondisi yang ideal, antara lain spesies rumput sebesar 71,83% untuk wilayah Paniai Timur sedangkan wilayah Tigi sebesar 58,11%.

  • 3.    Rataan produksi hijauan segar dan produksi bahan kering hijauan pakan untuk kedua wilayah sebesar 4600 gram/m2 dan 5630,71 gram/m2, dan kandungan bahan kering sebesar 23,56%.

  • 4.    Kapasitas tampung wilayah Distrik Tigi telah mengalami over grazing.

UCAPAN TERIMA KASIH

Disampaikan kepada seluruh masyarakat di Distrik Paniai Timur dan Tigi yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2001. Paniai Dalam Angka. BP3D dan BPS, Kabupaten Paniai.

Anonimous. 2004. Data Populasi Ternak di Kabupaten Paniai tahun 2003. Dinas Peternakan Kabupaten Paniai.

Mc Ilroy, R.J. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropik. Pradnya Paramita, Jakarta.

Reksohadiprodjo S. 1984. Produksi Tanaman Makanan Ternak Tropik. Edisi kedua. BPFE, Yogyakarta.

Subagyo I dan Kusmartono. 1988. Ilmu Kultur Padangan. NUFFIC-Universitas Brawijaya, Malang.

Susetyo S. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak, IPB. Bogor.

28