PRODUKTIVITAS TENAGA PENGARIT BERDASARKAN MODA PENGANGKUT DI PETERNAKAN SAPI PERAH PONDOK RANGGON, JAKARTA TIMUR
on
pastura Vol. 4 No. 1 : 16 - 19
ISSN : 2088-818X
PRODUKTIVITAS TENAGA PENGARIT BERDASARKAN MODA PENGANGKUT DI PETERNAKAN SAPI PERAH PONDOK RANGGON, JAKARTA TIMUR
Iwan Prihantoro, M.A Setiana, Annisa Bahar
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas tenaga pengarit dan efektivitasnya berdasarkan moda pengangkut yang dipergunakan di peternakan sapi perah Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Peternakan sapi perah Pondok Rangon merupakan salah satu peternakan yang masih bertahan di DKI Jakarta yang ketersediaan hijauan pakannya berasal pada padang rumput alam. Penelitian didasarkan pada sumber data primer dan sekunder dengan cara sensus dari total 22 peternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik peternak di Pondok Rangon 40,91% telah berumur > 55 tahun dan 45,46% telah memiliki pengalaman >20 tahun. Kapasitas mengarit tertinggi pada umur 38 tahun (395 kg/hari) dan moda truck lebih efisien dalam penyediaan hijauan dibanding pick up dan becak motor.
Kata kunci: produktivitas tenaga pengarit, hijauan, sapi perah.
PRODUCTIVITY OF GRASS SEEKERS BASE ON THE TRANSPORT VEHICLE USED IN PONDOK RANGGON DAIRY CATTLE FARM, EAST JAKARTA
ABSTRACT
The aim of this study wereanalyzeproductivityof grass seekers base on the transport vehicle used in pondok ranggon dairy cattle farm, east jakarta. Pondok Ranggon farmis one of thedairy cattle farmsin Jakartawherethesupply offoragedependonnatural pastures. Research based on primary and secondary data from the farmers and grass seekers using census techniques of 22 farmers. The result showed, that 40.91% farmers were > 55 years old and 45.46% had >20 years of experience. The highest capacity of grass seeker were 38 years old (395 kg/d). Truck more efficient in supplying forages (p<0.05) than pick up and motor tricycles.
Keywords: grass seeker productivity, forage, dairy cattle
PENDAHULUAN
Usaha peternakan sapi perah sangat bergantung pada ketersediaan pakan terutama hijauan yang nilainya mencapai 60-70% dari biaya produksi. Mengingat tingginya biaya tersebut, perlu adanya perhatian tentang penyediaan pakan yang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. DKIJakarta merupakan kota metropolitan dengan pembangunan yang bertambah pesat setiap tahunnya yang berdampak langsung terhadap berkurangnya lahan terbuka yang beralih fungsi menjadi berbagai macam jenis bangunan. Dibalik pesatnya pembangunanIbukota, masih terdapat kawasan peternakan yang berbasis sapi perah. Peternakan sapi perah Pondok Ranggon terletak pada koordinat 06021.435’ lintang selatan dan 106054. 391’ bujur timur. Kawasan peternakan Pondok Ranggon berbatasan langsung dengan jalan Munjul Raya Kecamatan Cipayung (sebelah utara), perikanan ikan arwana dan perkemahan pramuka Cibubur (sebelah barat), Kabupaten Bekasi (sebelah selatan), dan Tempat Pemakaman Umum (sebelah timur).
Penyediaan hijauan makanan ternak di Jakarta cukup sulit didapat karena ketersediaan lahan yang
sedikit dan produktivitas hijauan sangat tergantung pada musim.Ketersediaan lahan hijau di Jakarta tiap tahun semakin berkurang seiring bertambahnya penduduk, sehingga lahan hijau beralih fungsi menjadi pemukiman. Hal ini menyebabkan ketersediaan hijauan pakan ternak berkurang, sehingga peternak akan mencari hijauan ke daerah lain hingga ke luar daerah Jakarta. Pola mengarit ke luar daerah ini mengakibatkan waktu peternak akan banyak terbuang untuk mencari hijauan daripada mengurus ternaknya.
Tingginya minat beternak sapi perah di Pondok Ranggon semakin menuntut pakan asal hijauan yang semakin tinggi. Permasalahan lain yang dihadapi yaitu umumnya peternak tidak memiliki lahan khusus penyedia hijauan seperti kebun rumput potong. Hingga saat ini penyediaan hijauan sangat bergantung pada padang rumput alam yang ketersediaanya semakin menurun. Saat ini kajian tentang produktivitas tenaga pengarit dan komposisi hijauan pakan domestik di daerah penyedia hijauan belum dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas tenaga pengarit dan efektivitasnya berdasarkan moda pengangkut yang dipergunakan di peternakan sapi perah Pondok Ranggon, Jakarta Timur.
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di kawasan usaha ternak sapi perah Pondok Ranggon Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta Timur.Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan Februari - April 2013.
Materi
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, GPS device,kamera, dan kuisioner.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggambarkan situasi atau keadaan berdasarkan data-data faktual dengan teknik survei dan observasi langsung di kawasan peternakan sapi perah Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Kotamadya Jakarta Timur.Responden dari penelitian ini adalah peternak sapi perah di Pondok Ranggon, dimana pemilihan responden ini menggunakan teknik sensus terhadap 22 peternak sapi perah yang berada di kawasan tersebut.Pengamatan dan pengukuran terhadap 19 peternak dari total 22 peternak yang berada dikawasan ini hanya dilakukan terhadap peternak atau buruh yang mengarit di area terbuka dalam penyediaan hijauan pakan.
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.Observasi di lapangan meliputi pengamatan aktivitas pengarit dengan mengikuti peternak selama mengarit dan dilakukan pencatatan serta dokumentasi.Observasi juga dilakukan terhadap jarak dan waktu tempuh peternak ke tempat mengarit menggunakan GPS untuk mengetahui jelajah pengarit dalam mencari hijauan, dan jenis moda yang dipakai peternak untuk mengangkut dari hasil mengarit. Waktu efektif dan areal jelajah peternak dalam mengarit dihitung, serta dilakukan penimbangan terhadap hasil mengarit tiap peternak.
Analisis Deskriptif
Data survei dan observasi yang diperoleh terhadap responden masing-masing dari peternak dan buruh pengarit di daerah Pondok Ranggon, kemudian diolah secara deskriptif.Analisis deskriptif ini meliputi gambaran keadaan umum di daerah penelitian, serta menggambarkan karakteristik peternak dan tenaga pengarit yang meliputi, umur, pengalaman (beternak atau mengarit), pekerjaan, dan pendidikan.Selain itu, analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk menggambarkan komposisi hijauan yang dikonsumsi ternak, waktu dan jarak tempuh ke tempat mengarit, moda transportasi yang digunakan dalam mengarit, serta kapasitas mengarit per satuan waktu dan areal jelajah dalam mengarit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Peternakan Pondok Ranggon
Kawasan peternakan sapi perah Pondok Ranggon terletak di Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.Keadaan permukaan tanah di Pondok Ranggon bergelombang dengandengan ketinggian 36 mdpl dengan curah hujan 10002000 mm/tahun (Anggraeni 2010).Temperatur dan kelembaban udara harian berkisar antara 24-350C dan 65-91% (Dewayani 2012).Pondok Ranggon mempunyai luas wilayah 366.015 ha dengan jumlah penduduk 24 962 jiwa (Profil Kelurahan Pondok Ranggon 2012).
Peternak di Pondok Ranggon secara turun-temurun telah melakukan kegiatan berternak secara tradisional sejak di daerah Kuningan, Jakarta Selatan.Peternak di daerah ini telah memiliki struktur organisasi yang bernama Kelompok Tani Ternak Swadaya Pondok Ranggon yang berdiri sejak tahun 1993.Kawasan peternakan sapi perah Pondok Ranggon mempunyai luas sebesar 11 ha dari 30 ha yang telah disediakan oleh pemerintah sesuai dengan SK Gubernur No. 300 tahun 1986. Ternak yang dipelihara meliputi ternak ruminansia, yaitu: sapi perah, sapi potong, kerbau, domba, dan kambing perah. Sapi perah merupakan ternakdominan yang dipelihara dengan populasi 1100 ekor atau setara dengan 941.5 satuan ternak.
Penggunaan Lahan Kelurahan Pondok Ranggon
Berdasarkan data penggunaan lahan, penggunaan lahan di Kelurahan Pondok Ranggon terdiri dari perumahan, perkantoran, rekreasi, sekolah, sarana ibadah, pemakaman, jalur hijau dan lain-lain. Lahan yang dapat digunakan sebagai sumber hijauan pakan di Kelurahan Pondok Ranggon meliputi jalur hijau sebesar 0.54% dan pemakaman sebesar 18.56%. Kondisi ini menggambarkan luas lahan hijau yang sangat terbatas. Hal ini dikarenakan maraknya pembangunan pemukiman dan bangunan lainnya sehingga lahan untuk sumber hijauan pakan berkurang.
Tabel 1 Luas Penggunaan Lahan di Kelurahan Pondok Ranggon
Jenis Lahan |
Luas (Ha) |
Persentase (%) |
Perumahan |
210.015 |
56.47 |
Perkantoran |
4.6 |
1.24 |
Rekreasi/ OR |
26 |
6.99 |
Fasum/Sekolah |
20.5 |
5.51 |
Sarana Ibadah |
22 |
5.92 |
Pemakaman |
69 |
18.56 |
Jalur Hijau |
2 |
0.54 |
Lain-lain |
17.8 |
4.79 |
Sumber :Profil Kelurahan Pondok Ranggon 2012
Karakteristik Peternak
Karakteristik peternak di Pondok Ranggon dibedakan berdasarkan umur peternak, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengalaman beternak.Berdasarkan Tabel 2, sebagian besar peternak di Pondok Ranggon berumur antara 25-70 tahun. Peternak berumur >55 tahun memiliki persentase paling besar yaitu sebesar 40.91%.
Umur tersebut merupakan umur yang cukup sulit untuk mendapat pengarahan dalam mengembangkan usaha ternaknya.Hal tersebut dikarenakan peternak beranggapan bahwa pengalaman adalah sumber utama pengetahuan mereka dalam beternak.
Tingkat pendidikan peternak di Pondok Ranggon sebagian besar adalah lulusan SMA (54.54%), sedangkan lulusan SD, D2, dan S1 masing-masing sebanyak 27.27%, 4.55%, dan 13.64%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum peternak memiliki pendidikan yang relatif cukup tinggi.Meskipun tingkat pendidikan tergolong cukup tinggi, peternak di Pondok Ranggon belum menerapkan teknologi/mekanisasi dan masih bersifat tradisional.
Pekerjaan utama masyarakat di Pondok Ranggon adalah peternak dengan persentase sebesar 90.9%. Secara umum peternak sapi perah di Pondok Ranggon menjadikan usaha ternaknya sebagai usaha utama.Hal ini disebabkan usaha ternak sapi perah memberikan jaminan pendapatan yang berkesinambungan jika dikelola dengan baik.Tingkat pengalaman beternak di Pondok Ranggon relatif lama yaitu lebih dari 20 tahun yang merupakan warisan keluarga secara turun menurun.
tersebut dapat diambil kesimpulan berupa satu tenaga pengarit bertanggung jawab terhadap 7.02 ST dengan Y = 32,23x - 25,21; R² = 0,552. Banyaknya kapasitas mengarit meningkat seiring besar berat badan pengarit dengan setiap kenaikan bobot badan tenaga pengarit sebesar 1 kg meningkatkan menaikkan kapasitas mengarit sebesar 19.663 kg. Berdasarkan umur tenaga pengarit, kapasitas mengarit tertinggi berada pada umur 38 tahun dengan kapasitas mengarit sebesar 395 kg/hari dan pengalaman mengarit cenderung meningkatkan banyak kapasitas mengarit.
Pemberian hijauan cenderung menurun seiring dengan banyaknya jumlah kepemilikan satuan ternak (Gambar 2).Hal ini disebabkan oleh keterbatasan peternak dalam mengarit.Peternak cenderung mengkonpensasi kekurangan hijauan dengan konsentrat dan ampas tahu.Konsentrat memiliki zat makanan utama (protein, lemak, karbohidrat) yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ternak. penambahan konsentrat terhadap sapi perah dara pada usaha peternakan rakyat secara efektif meningkatkan pertambahan berat badan dan mempercepat umur pubertas ternak (Mariyono et al.1995)
Tabel 2 Karakteristik Peternak
Karakteristik Individu |
Jumlah Responden Peternak |
Persentase (%) |
Umur (Tahun) | ||
a. 25 - 35 tahun |
6 |
27.27% |
b. 36 - 45 tahun |
2 |
9.09% |
c. 46 - 55 tahun |
5 |
22.73% |
d. > 55 tahun |
9 |
40.91% |
Pendidikan | ||
a. SD |
6 |
27.27% |
b. SMA |
12 |
54.54% |
c. D2 |
1 |
4.55% |
d. S1 |
3 |
13.64% |
Pekerjaan | ||
a. Peternak |
20 |
90.9% |
b. Petani |
1 |
4.55% |
c. Lainnya |
1 |
4.55% |
Lama beternak | ||
a. 1 – 10 tahun |
8 |
36.36% |
b. 11– 20 tahun |
4 |
18.18% |
c. > 20 tahun |
10 |
45.46% |
Sumber :Data primer 2013

(a)


(b)
x
M
y = 26.451x + 221.18 R² = 0.2935

Pengalaman Mengarit (tahun)
Gambar 1
Keterangan : (a) adalah hubungan banyak pengarit terhadap jumlah ternak, (b) adalah hubungan kapasitas mengarit terhadap bobot badan, (c) adalah grafik hubungan antarakapasitas mengarit terhadap umur, dan (d) adalah hubungan antara kapasitas mengarit terhadap pengalaman.
Produktivitas Tenaga Pengarit dan Manajemen Pakan Hijauan
Penyediaan hijauan pakan tidak terlepas dari ketersediaan alam dan produktivitas tenaga pengarit. Berdasarkan status tenaga pengarit, hanya terdapat 5.26% pengarit yang berstatus sebagai pemilik ternak. Tenaga pengarit didominasi oleh tenaga lepas/buruh sebanyak 94.74%.Karakteristik tenaga pengarit di kawasan Pondok Ranggon disajikan pada Gambar 1.
Banyaknya tenaga pengarit meningkat seiring banyaknya jumlah ternak.Pengaruh ini dimodelkan dalam bentuk persamaan linear. Berdasarkan model
Moda Penyediaan Hijauan di Pondok Ranggon
Moda penyediaan hijauan di Pondok Ranggon terbagi atas 3 jenis alat angkut yaitu gerobak (29%), pick-up (53%), truk (12%) dan becak motor (6%). Berdasarkan hasil uji sidik ragam, moda truk berbeda nyata lebih efisien (p<0,05) dibanding pick-up dan gerobak dalam perolehan hijauan. Hal ini disebabkan jarak tempuh yang lebih jauh dan areal jelajah yang lebih luas. Berdasarkan jumlah ternak, moda truk nyata lebih banyak dari gerobak dan pick up. Meskipun demikian jumlah ternak/tenaga pengarit tidak menunjukkan perbedaan.
Tabel 3 Moda Penyediaan Hijauan Pakan
Parameter |
Jenis alat angkut | ||
Gerobak |
Pick-up |
Truk | |
Jumlah Tenaga Pengarit (orang) |
1.25±0.50c |
2.33±0.71 b |
4±0a |
Waktu tempuh (menit) |
22.75±22.65 |
15.22±6.98 |
32±1.41 |
Jarak (mil) |
1.20±1.22b |
2.81±2.29b |
10.6±1.84a |
Jelajah mengarit (m2) |
189.41±161.08b |
155.84±52.49b |
243.31±116.5a |
Kapasitas hijauan (kg) |
310.25±231.42b |
859.00±377.17b |
2382±195.16a |
jumlah Ternak (ekor) |
28.75±17.59b |
43.88±12.27b |
151±41.01a |
Jumlah Ternak/ Tenaga Pengarit |
22.38±9.69 .±. |
21.87±13.64 .±. |
37.75±10.25 |
Keterangan : Superscript yang berbeda pada baris yang sama meunjukkan berbeda nyata pada taraf p< 0.05
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik peternak di Pondok Rangon 40,91% telah berumur > 55 tahun dan 45,46% telah memiliki pengalaman >20 tahun. Kapasitas mengarit tertinggi pada umur 38 tahun (395 kg/hari) dan moda truck lebih efisien dalam penyediaan hijauan dibanding pick up dan becak motor.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, L. 2010. Evaluasi usaha sapi perah dalam aspek financial berdasarkan skala usaha yang berbeda (studi kasus pada kelompok tani ternak sapi perah swadaya Pondok Ranggon di Jakarta Timur).Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Dewiyani, N. 2012. Hubungan antara produksi dan kualitas susu sapi perah dengan faktor yang mempengaruhi (studi kasus di Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kantor Kelurahan Pondok Ranggon. 2011. Profil Kelurahan Pondok Ranggon Tahun 2012. Kecamatan Cipayung. Kota administrasi Jakarta Timur.
Mariyono, A. Musofie, D. Pamungkas dan D. E. Wahyono. 1995. Pengaruh pemberian pakan konsentrat pada sapi perah dara dalam usaha peternakan rakyat terhadap tampilan produktivitas dan efisiensi ekonomis. J. Ilmu Penelitian Ternak Grati. Vol 4 (1) : 1-5
19
Discussion and feedback