E-Jurnal Matematika Vol. 8(3), Agustus 2019, pp.222-229

DOI: https://doi.org/10.24843/MTK.2019.v08.i03.p257

ISSN: 2303-1751

ANALISIS KEKAMBUHAN ORANG DENGAN SKIZOFRENIA MENGGUNAKAN METODE PARTIAL LEAST SQUARE STRUCTURAL EQUATION MODEL

Ira Indriyanti, G.K. Gandhiadi2, Made Susilawati3

1Program Studi Matematika, Fakultas MIPA – Universitas Udayana [Email: ira.indri19@gmail.com ] 2Program Studi Matematika, Fakultas MIPA - Universitas Udayana [Email: gandhiadi@unud.ac.id] 3Program Studi Matematika, Fakultas MIPA – Universitas Udayana [Email: mdsusilawati@unud.ac.id ] §Corresponding Author

ABSTRACT

Schizophrenia is a psychotic disorder characterized by major disorders in the mind and emotions. People with schizophrenia (ODS) can experience recurrence if they do not receive proper care. The latent variable used in this study was ODS reccurence. One method that can determine the relationship between latent variables and latent variables with the indicator is the partial least square structural equation model (PLS-SEM). This study was conducted to see how the structural model of ODS recurrence data and to know the factors that most influence ODS recurrence. The results of this study concluded that the resulting model was good enough with a large R-square value of 0.8577, but not all variables used in this study had a significant effect on ODS recurrence. ODS recurrence is significantly influenced by family support and community social support variables. While medication compliance and physician control regularity will not have a significant effect without family support. The worse treatment of families and communities around ODS recurrence will occur more often.

Keywords: Community social support, Family Support, ODS recurrence, PLS-SEM

  • 1.    PENDAHULUAN

Kesehatan pada manusia dikategorikan menjadi dua yaitu kesehatan fisik dan kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa merupakan kondisi sehat secara emosional dan psikologis dimana kondisi ini dapat dilihat dari hubungan komunikasi dengan orang lain yang efektif, kemampuan mengatasi masalah, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011). Terganggunya kesehatan jiwa menyebabkan adanya gangguan jiwa. Terdapat dua jenis gangguan jiwa yaitu gangguan jiwa berat dan gangguan jiwa ringan. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak terjadi di Indonesia adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku. Orang dengan skizofrenia (ODS) biasanya masuk kedalam dunia fantasinya sendiri sehingga ODS cenderung menarik diri dari orang lain dan kenyataan, (Davison, et al., 2014).

Berdasarkan riset kesehatan dasar pada tahun 2013, jumlah ODS di Indonesia adalah 1,7 kejadian per 1000 penduduk dan Bali termasuk peringkat ketiga wilayah di Indonesia

dengan gangguan jiwa berat. Data yang terungkap dari Renungan Kesehatan Mental di Bali tahun 2015, sebanyak 9.000 orang di Bali mengalami skizofrenia dan 350 orang di antaranya mengalami pemasungan.

Provinsi Bali hanya memiliki satu rumah sakit jiwa yaitu Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali (RSJ Bangli) yang terletak di kabupaten Bangli. RSJ Bangli hanya menerapkan pemberian perawatan selama enam bulan dikarenakan tidak memungkinkan untuk merawat pasien seumur hidup. Setelah pasien dibawa pulang oleh pihak keluarga akan sulit untuk me-ngontrol kesembuhan pasien dikarenakan kurang terbukanya keluarga terhadap keadaan pasien. Kekambuhan (relapse) pasca perawatan sering terjadi apabila ODS tidak mendapat perawatan dengan baik. Gejala dari kekam-buhan ODS yaitu menjadi ragu-ragu serta takut, tidak nafsu makan, sukar berkonsentrasi, sulit tidur, depresi dan menarik diri, serta raptus atau mengamuk (Yosep, 2009).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kekambuhan pada ODS seperti kepatuhan dalam mengonsumsi obat, dukungan

keluarga, keteraturan kontrol ke dokter, dan dukungan sosial masyarakat (Widodo, 2003). Berdasarkan data rawat inap RSJ Bangli, 90% dari ODS yang sudah pernah dirawat inap akan dirawat inap kembali karena mengalami kekambuhan. Kekambuhan pada ODS dapat memicu penderita untuk melakukan upaya bunuh diri sehingga diperlukan penanganan yang baik agar dapat menurunkan risiko kekambuhan pada ODS.

Kekambuhan ODS merupakan sesuatu yang tidak dapat diukur secara langsung. Dalam statistika hal tersebut dinamakan variabel laten. Salah satu metode yang dapat menentukan hubungan antar variabel laten dengan variabel laten lainnya dan variabel laten dengan indikatornya adalah partial least square (PLS). Penelitian tentang ODS dan penelitian menggunakan PLS sebelumnya pernah dilakukan oleh Riawati (2011) yang menduga waktu sintasan ODS terhadap kekambuhan namun penelitian tersebut hanya menggunakan faktor internal dari diri ODS tanpa memperhatikan faktor lain yang dapat menyebabkan kekambuhan seperti faktor dukungan keluarga, keteraturan kontrol dokter, dan dukungan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Kekambuhan Orang Dengan Skizofrenia Menggunakan Metode Partial Least Square”.

  • 2.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, Bangli dan Rumah Berdaya Denpasar dengan pertimbangan bahwa kedua tempat tersebut merupakan tempat bagi para ODS baik untuk berkarya, diterapi, dan diobati dari penyakitnya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh ODS, keluarga, dokter atau perawat atau terapis, serta masyarakat sekitar ODS yang ada di provinsi Bali. Sampel dalam penelitian ini adalah ODS, keluarga, dokter atau perawat atau terapis , serta masyarakat sekitar ODS yang ada di RSJ Bangli dan Rumah Berdaya Denpasar. Sebanyak 50 responden digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini dengan pertimbangan bahwa dalam penelitian ini data sulit untuk di-dapatkan. PLS dapat digunakan untuk menge-neralisasi estimasi walaupun dengan sampel yang sangat kecil (30 observasi bahkan lebih kecil) maka 50 responden sudah dianggap cukup dalam proses analisis ini (Hair, et al., 2010). Sampel dalam penelitian ini merupakan data primer yang

diperoleh menggunakan teknik purposive sampling. Sampel yang digu-nakan dalam penelitian diambil berdasarkan pertimbangan bahwa responden merupakan ODS, keluarga dari ODS, dokter atau perawat yang ada disekitar ODS, serta masyarakat yang ada disekitar ODS di tempat pengambilan sampel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kekambuhan ODS (K1), kepatuhan mengonsumsi obat (X1); dukungan keluarga (X2 ), keteraturan kontrol dokter (X3 ); dan dukungan sosial masyarakat (X4). Penelitian ini dilakukan dengan bantuan instrumen penelitian berupa kuesioner sebagai alat ukur penyebab ter-jadinya kekambuhan maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner untuk menguji kelayakan kuesioner yang digunakan.

Uji validitas bertujuan untuk menguji valid tidaknya jawaban kuesioner yang telah diberikan oleh responden. Pengukuran validitas dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai corrected item-total correlation. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi dari suatu instrumen. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai cron-bach alpha.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

  • 1.    Mengkonstruksi diagram jalur

Mengonstruksi diagram jalur bertujuan untuk menjelaskan bentuk hubungan antara variabel laten satu dengan variabel laten lainnya dan variabel laten dengan indikator-indikatornya.

  • 2.    Mengonversi diagram jalur ke sistem persamaan

  • a.    Outer Model

Outer model adalah hubungan antara variabel laten dengan indikatornya dimana outer model mendefinisikan karakteristik konstruk dengan indikatornya.

  • b.    Inner Model

Inner model menggambarkan hubungan antara variabel laten satu dengan lainnya berdasarkan hipotesis. Model persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

rI = βη + Γξ + S (1) dengan η mewakili vektor variabel laten endogen (dependen) , ξ mewakili vektor variabel laten eksogen (independen), dan ς mewakili vektor sisaan.

  • 3.    Mengestimasi parameter

Metode kuadrat terkecil (least square methods) adalah pendugaan parameter yang

digunakan dalam PLS. pendugaan dilakukan dengan proses pengulangan (iterasi) yang berhenti ketika sudah mencapai kondisi konvergen. Besarnya variabel laten dipengaruhi oleh indikator penyusunnya dapat dilihat pada outer loading untuk indikator bersifat reflektif dan outer weight untuk indikator bersifat formatif dari output yang dihasilkan oleh software SmartPLS, sedangkan besar pengaruh antar variabel laten dapat dilihat pada besar path coefficients dari output software SmartPLS.

  • 4.    Goodness of Fit (GoF)

Uji kecocokan model pada model struktural bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penjelasan yang dapat digambarkan oleh model struktural.

  • a.    Outer model

GoF model pada outer model dapat dilihat berdasarkan convergent validity dan discriminant validity (Jaya & Sumertajaya, 2008).

Discriminant validity digunakan memperhatikan nilai square root of extracted (AVE)

dengan average


∑ λ2l

A VE = _ „  _ 1--—

∑ λ2i +∑v rr(ε )

(2)


  • b.    Inner model

GoF pada inner model diukur dengan memperhatikan R-square variabel laten endogen dengan interpretasi yang sama dengan analisis regresi.

  • 5.    Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode resampling boostrap. Statistik t atau uji t adalah statistik uji yang digunakan. Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  • a.    Pengaruh kepatuhan mengonsumsi obat terhadap kekambuhan ODS

H0: Kepatuhan mengonsumsi obat tidak mempengaruhi kekambuhan ODS

H1: Kepatuhan mengonsumsi obat mempengaruhi kekambuhan ODS

  • b.    Pengaruh dukungan keluarga terhadap kekambuhan ODS

H0: Dukungan keluarga tidak mempengaruhi kekambuhan ODS

H1: Dukungan keluarga mempengaruhi ke-kambuhan ODS

  • c.    Pengaruh keteraturan kontrol doker terhadap kekambuhan ODS

H0: Keteraturan kontrol doker tidak mempengaruhi kekambuhan ODS

H1: Keteraturan kontrol doker mempengaruhi kekambuhan ODS

  • d.    Pengaruh dukungan sosial masyarakat terhadap kekambuhan ODS

H0:  Dukungan sosial masyarakat tidak

mempengaruhi kekambuhan ODS

H1: Dukungan sosial masyarakat mempengaruhi kekambuhan ODS

Dengan kriteria pengujian H0 ditolak ketika stat is tic t > t 224tati. Metode resampling memungkinkan adanya data berdistribusi be-bas, tanpa asumsi kenormalan, serta tidak memerlukan sampel yang besar. Pengujian dilakukan menggunakan statistic t, apabila diperoleh statistik t ≥ t-tabel (alfa 5%), maka hasil tersebut signifikan dan sebaliknya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


  • 3.1    Karakteristik Reponden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: umur, gender, jenjang pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan hubungan dengan ODS. Adapun hasil kuesioner tersebut diperoleh dalam bentuk Tabel yang menggambarkan karakteristik dari responden, antara lain:

Tabel 1. Karakteristik Responden

Hubungan dengan ODS

S 5

QO Q O

03 ⅛

Th C3

5

Q ‰

03

03

S

i

21-30

4

8

10

8

30

31-40

10

2

0

3

15

41-50

3

0

0

0

3

> 50

2

0

0

0

2

Jumlah

19

10

10

11

50

O

Laki-laki

12

7

6

5

30

Perempuan

7

3

4

6

20

Jumlah

19

10

10

11

50

Tabel 1. Karakteristik Responden (Lanjutan)

Hubungan dengan ODS

-S

Q O

αi

00

^

~⅛→

Q f‰

S

S

’S S (L) ⅛ ‰ 2

SMP

3

0

0

0

3

SMA

15

8

1

5

29

Sarjana

1

2

8

6

17

Pascasarjana

0

0

1

0

1

Jumlah

19

10

10

11

50

Λ⅛ ‰

ASN

1

0

10

0

11

Karyawan

0

0

0

2

2

Wirausaha

14

8

0

2

24

Mahasiswa

1

2

0

6

9

Tidak Bekerja

3

0

0

1

4

Jumlah

19

10

10

11

50

∞ ⅛

Belum Kawin

10

4

10

9

33

Kawin

9

6

0

2

17

Jumlah

19

10

10

11

50

Sumber: Data Primer (2019), diolah

Pada Tabel 1. mengambarkan responden dari kalangan ODS yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar daripada responden perem-puan. Hal ini sesuai dengan teori Adamo (2007) menyebutkan bahwa laki-laki memiliki kecenderungan menunjukan risiko tinggi mengalami skizofrenia sebab laki-laki cenderung memiliki produksi hormon stres yang berlebihan.

  • 3.2    Kelayakan Instrumen Penelitian

Pada pengujian validitas dan reliabilitas ini dilakukan untuk masing-masing dimensi. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan 30 data sebelum disebarkan kepada responden sebenarnya. Hasil pengujian validitas instrumen penelitian ini menunjukan bahwa semua pernyataan yang digunakan telah valid karena nilai corrected item-total correlation untuk semua variabel lebih besar dari 0,3. Hasil pengujian reliabelitas juga menunjukkan bahwa intrumen penelitian telah reliabel karena nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6.

  • 3.3    Analisis Model Pengukuran

Model pengukuran menampilkan hubu-ngan antara variabel laten dan indikator. Terdapat tiga tahap analisis, yaitu:

  • 1.    Convergent Validity

Pada tahap ini terdapat dua hal yang dilakukan, yaitu memerhatikan nilai outer loading dan nilai AVE. Nilai outer loading menunjukan kesamaan indikator dalam me-refleksikan suatu variabel laten.

  • a.    Variabel Kepatuhan Mengonsumsi Obat (^l )

Tabel 2. Nilai Outer Loading dan AVE Variabel Kepatuhan Mengonsusi Obat

Variabel laten

Indikator

Outer

Loading

AVE

⅛-

O

S O 00 8

05

ODS tidak merasa jenuh atau bosan minum obat (x 11 )

0,6504

σ∖

O

ODS beranggapan bahwa penyakitnya belum sembuh sehingga perlu minum obat (x 2)

0,9063

Tangan ODS tidak sering gemetaran (tremor) setelah minum obat( X-I 3 )

0,6910

ODS selalu meminum obat secara teratur tanpa diingatkan oleh keluarga (x 14 )

0,5979

ODS selalu meminum obat sesuai dengan dosis yang di berikan dari klinik atau rumah sakit (x 5)

0,5986

ODS tidak menghentikan obat yang dikonsumsi sebelum waktunya (x16)

0,7884

Sumber: Data Primer 2019, (diolah)

Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa ter-dapat empat variabel dengan nilai outer loading kurang dari 0,7. Hair, et al. (2014) menjelaskan bahwa apabila nilai outer loading kurang dari 0,4 indikator reflektif harus dihilangkan. Sementara apabila nilai outer loading berada pada interval 0,4 sampai 0,7 (0,4 ≤ outer loading ≤ 0,7) maka penghapusan in-dikator dilakukan dengan memper-hatikan nilai AVE, artinya penghapusan indikator akan dilakukan ketika nilai AVE tidak memenuhi nilai yang diharapkan (AVE ≥ 0,5) apabila eliminasi indikator menyebab nilai AVE meningkat, maka indikator tersebut harus

dihilangkan, namun ketika eliminasi faktor tidak meningkatkan nilai AVE maka indikator tersebut dapat di pertahankan. Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat nilai AVE pada variabel ini adalah 0,5099. Hal ini berarti sudah melebihi nilai yang diharapkan sehingga eliminasi indikator pada variabel ini tidak diperlukan.

  • b.    Variabel Dukungan Keluarga (%2 )

Tabel 3. Nilai Outer Loading dan AVE Variabel

Dukungan Keluarga

Variabel laten

Indikator

Outer

Loading

AVE

c3

Q

Keluarga menganggap bahwa skizofrenia adalah penyakit yang tidak memalukan ( X21)

0,6013

OO

Selalu   mengajak

ODS  berkomuni

kasi (^22 )

0,8114

Memberikan pujian pada ODS saat membantu mengerjakan pekerjaan rumah ( ⅝)

0,7978

Mendukung kegiatan yang dilakukan ODS selama bersifat positif ( %24 )

0,6349

Keluarga   perduli

dengan   keadaan

ODS  dan  tidak

membiarkannya (x25)

0,8632

Keluarga selalu mengajak ODS untuk berobat melakukan jadwal kon-trol ulang (*26)

0,6499

Sumber: Data Primer (2019), diolah

Pada Tabel 3. terlihat bahwa indikator %21 , %24 , dan %26 memiliki outer loading kurang dari 0,7. Indikator pada variabel dukungan keluarga tidak ada yang dihilangkan dengan pertimbangan bahwa nilai AVE pada variabel ini adalah 0,5378 yang telah melebihi 0,5.

  • c.    Variabel Keteraturan Kontrol Dokter (■^3 )

Pada Tabel 4. terlihat bahwa indikator %33 memiliki outer loading kurang dari 0,7. Indikator pada variabel keteraturan kontrol dokter tidak ada yang dihilangkan dengan pertimbangan bahwa nilai AVE pada variabel ini adalah 0,5502 yang telah melebihi 0,5.

Tabel 4. Nilai Outer Loading dan AVE Variabel Keteraturan Kontrol Dokter

Variabel laten

Keterangan Indikator

Outer

Loading

AVE

Q

⅛2

ODS tidak malas kontrol karena tidak memiliki kendaraan (*31)

0,8467

O

ODS tidak malas kontrol ulang ke rumah sakit walaupun jenuh menunggu antrian berobat (⅛)

0,7738

ODS menjalani terapi atas kesadarannya ingin sembuh ( ⅛)

0,5456

ODS harus kontrol tepat waktu agar cepat sembuh (X34)

0,7664

Sumber: Data Primer (2019), diolah

  • d.    Variabel Dukungan Sosial Masyarakat (¾)

Tabel 5. Nilai Outer Loading dan AVE Variabel Dukungan Sosial Masyarakat

Variabel laten

Keterangan Indikator

Outer

Loading

AVE

03

CS

o

CS 00

Q

Masyarakat sekitar ODS menerima keberadaannya dengan baik (¾)

0,7130

?—<

o'

ODS yang baru keluar dari Rumah Sakit Jiwa tidak kesulitan mendapat pekerjaan (■^42 )

0,6365

Masyarakat sekitar mengikut sertakan ODS dalam kegiatan sosial (¾)

0,8398

Lingkungan tempat tinggal ODS tidak mengucilkannya karena tahu penyakitnya

0,6704

Sumber: Data Primer (2019), diolah

Pada Tabel 5. terlihat bahwa indikator %33 dan %34 memiliki outer loading kurang dari 0,7. Indikator pada variabel dukungan sosial masyarakat tidak ada yang dihilangkan dengan pertimbangan bahwa nilai AVE pada variabel ini adalah 0,5171 sudah melebihi nilai yang diharapkan 0,5.

  • e.    Variabel Kekambuhan ODS (K)

Tabel 6. Nilai Outer Loading dan AVE Variabel Kekambuhan ODS

Variabel laten

Keterangan Indikator

Outer

Loading

AVE

b

Q O

Λ⅛

ODS tidak ragu-ragu maupun takut (y1)

0,6783

ODS memiliki nafsu makan yang baik (y 2 )

0,8490

ODS dapat berkonsentrasi dengan baik

Cv 3 )

0,9096

ODS tidak sulit tidur

Cv4)

0,8469

ODS tidak mengalami depresi dan me

narik diri (y5)

0,8643

ODS tidak mengalami raptus (mengamuk tanpa sebab) (yfi)

0,9372

Sumber: Data Primer (2019), diolah

Pada Tabel 6. terlihat bahwa indikator y1 memiliki outer loading kurang dari 0,7. Indikator pada variabel kekambuhan ODS tidak ada yang dihilangkan dengan pertimbangan bahwa nilai AVE pada variabel ini adalah 0,7251 sudah melebihi nilai yang diharapkan 0,5.

  • 2.    Discriminant Validity

Discriminant validity merupakan suatu tahap yang menyiratkan bahwa setiap variabel laten adalah variabel yang unik, artinya variabel itu tidak diwakili oleh variabel lain dalam suatu model (Hair, et al., 2014). Hasil analisis terhadap nilai cross loading ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Cross Loading

*5«

= § ½ a a a ^ ^ O

M CJj

5 ⅛ Q W

O ≡ S S

« O O a a O

a   B

Oii    £

S-S

« iε ⅛ O W O

x11

0,6504

0,3412

0,2435

0,4846

0,4647

x12

0,9063

0,8640

0,5863

0,6616

0,7921

x13

0,6910

0,5620

0,4984

0,4645

0,5059

x14

0,5979

0,3708

0,1932

0,3126

0,4249

x15

0,5986

0,5264

0,4408

0,4372

0,5426

x16

0,7884

0,6600

0,6521

0,5601

0,6271

x21

0,4156

0,6013

0,4937

0,4120

0,5479

x22

0,6815

0,8114

0,3833

0,5679

0,6442

Tabel 7. Nilai Cross Loading (Lanjutan)

*5«

Ξ 5 -= o ½

w S o

&

Ml M

S §

Q W

O ≡≡i SsS « O O a a O

= — a

O Oc≡l*

a a Ie

⅛ O W O

x23

0,7927

0,7978

0,6150

0,5366

0,6498

x24

0,4029

0,6349

0,4569

0,4536

0,5692

x25

0,6396

0,8632

0,6282

0,6020

0,7128

x26

0,5978

0,6499

0,5718

0,4973

0,5651

x31

0,3700

0,5434

0,8467

0,6535

0,6433

x32

0,4334

0,4821

0,7738

0,6046

0,6358

x33

0,4824

0,4392

0,5456

0,2705

0,3093

x34

0,6738

0,6761

0,7664

0,5168

0,5798

x41

0,4781

0,4166

0,4347

0,7130

0,5273

x42

0,3641

0,2210

0,5276

0,6365

0,4835

x43

0,6222

0,7598

0,6555

0,8398

0,8386

x44

0,5057

0,4956

0,4148

0,6704

0,5050

y1

0,4655

0,6174

0,5418

0,5701

0,6783

y2

0,7459

0,7168

0,6853

0,7323

0,8490

y3

0,7257

0,7797

0,6842

0,7572

0,9096

y4

0,6732

0,7230

0,6408

0,7243

0,8469

y5

0,7753

0,7060

0,5687

0,7602

0,8643

y6

0,6942

0,7562

0,7372

0,7854

0,9372

Sumber: Data Primer (2019), diolah

Berdasarkan Tabel 7. dapat dilihat bahwa nilai cross loading suatu variabel terhadap indikatornya lebih tinggi dibandingkan indikator pada variabel lainnya. Hal ini menjelaskan bahwa variabel laten dapat memprediksi indikatornya lebih baik dibandingkan dengan indikator pada variabel lainnya.

  • 3.    Composite Reliability

Composite reliability adalah tahap analisis pada model pengukuran yang memberikan perkiraan keandalan berdasarkan korelasi indikator yang digunakan. Hair, et al.(2014) menyatakan bahwa nilai composite reliability lebih dari 0,7 dianggap memuaskan sedangkan nilai composite reliability 0,6 sampai 0,7 dikatakan masih dapat diterima. Adapun hasil analisis pada tahap ini berdasarkan output smartPLS dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Composite Reliability

Varibel Laten

Composite Reliability

Keterangan

Kepatuhan mengonsumsi obat

0,8590

Baik

Dukungan keluarga

0,8726

Baik

Keteraturan    kontrol

dokter

0,8089

Baik

Dukungan       sosial

masyarakat

0,8270

Baik

Kekambuhan ODS

0,9400

Baik

Sumber: Data Primer (2019), diolah

Pada Tabel 8. terlihat bahwa nilai composite reliability dari setiap variabel laten lebih dari 0,7. Hal ini berarti, dapat diartikan model pengukuran pada penelitian ini baik dan dapat dipercaya keandalannya.

  • 3.4    Analisis Model Struktural

Analisis model struktural bertujuan untuk melihat kemampuan prediksi model dan hubungan antara variabel laten satu dengan variabel laten lainnya. Ukuran paling umum untuk mengoreksi model struktural adalah R2 yang mewakili efek gabungan antar variabel eksogen pada variabel endogen. Hasil analisis R2 terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai R2 Variabel Kekambuhan ODS

Variabel Laten

R Square

R Square Adjusted

Kekambuhan ODS

0,8577

0,8451

Sumber: Data Primer (2019), diolah

Pada Tabel 9. terlihat bahwa nilai R2 pada kekambuhan ODS sebesar 0,8577, sehingga dapat dikatakan bahwa kepatuhan mengonsumsi obat, dukungan keluarga, keteraturan kontrol dokter, dan dukungan sosial masyarakat memiliki efek yang besar terhadap kekambuhan ODS.

  • 3.5    Hasil Analisis PLS dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui faktor yang signifikan mempengaruhi kekambuhan ODS dengan menggunakan metode resampling boostrap. Hasil pengujian dengan boostraping dapat dilihat pada Tabel 10.

dan Gamber 1. berikut:

Gambar 1. Hasil Pengujian dengan Boostraping Kasus

Kekambuhan ODS

Tabel 10. Hasil Pengujian dengan Boostraping Kasus Kekambuhan ODS

Variabel laten eksogen

Koefisien Jalur

T statistics

Kepatuhan    Mengonsumsi

Obat (X1) -> Kekambuhan

ODS (Y)

0,180

1,2742

Dukungan Keluarga (X2) -> Kekambuhan ODS (Y)

0,325

2,2203

Keteraturan Kontrol Dokter (X3) -> Kekambuhan ODS (Y)

0,107

0,7925

Dukungan Sosial Masyarakat (X4) -> Kekambuhan ODS (Y)

0,421

4,9501

Sumber: Data Primer (2019), diolah

Menurut koefisien-koefisien parameter jalur yang diperoleh pada Gambar 1. dan Tabel 10. maka dapat dibentuk model persamaan struktural sebagai berikut:

Y = 0,18X1 + 0,325X2 + 0,107X3 + 0,421*4 +ϛ

Berdasarkan pada Gambar 1. dan Tabel 10. diperoleh hasil pengujian hipotesis dengan metode boostraping dengan t tabel sebesar 1,6794 adalah:

  • 1.    Kepatuhan       mengonsumsi       obat

mempengaruhi kekambuhan ODS

Hubungan antara variabel kepatuhan mengonsumsi obat dengan kekambuhan ODS memiliki nilai statistik t sebesar 1,2742 dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,180. Hal ini berarti tidak terdapat bukti yang cukup untuk menolak Hq sehingga dapat dikatakan bahwa kepatuhan mengonsumsi obat tidak berpa-ngaruh signifikan terhadap kekambuhan ODS.

  • 2.    Dukungan    keluarga    mempengaruhi

kekambuhan ODS

Hubungan antara variabel dukungan keluarga dengan kekambuhan ODS memiliki nilai statistik t sebesar 2,2203 dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,325. Hal ini berarti Hq ditolak sehingga dikatakan bahwa dukungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap ke-kambuhan ODS.

  • 3.    Keteraturan kontrol dokter mempengaruhi kekambuhan ODS

Hubungan antara variabel keteraturan kontrol dokter dengan kekambuhan ODS memiliki nilai statistik t sebesar 0,7925 dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,107. Hal ini berarti tidak terdapat bukti yang cukup untuk menolak Hq sehingga dapat dikatakan bahwa keteraturan kontrol dokter tidak berpangruh signifikan terhadap kekambuhan ODS.

  • 4.    Dukungan sosial masyarakat mempengaruhi kekambuhan ODS

Hubungan antara variabel dukungan sosial masyarakat dengan kekambuhan ODS memiliki nilai statistik t sebesar 4,9501 dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,421. Hal ini berarti Hq ditolak sehingga dikatakan bahwa dukungan sosial masyakat berpengaruh signifikan terhadap kekambuhan ODS.

Relapse dapat terjadi pada pasien yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga, dan hanya menyerahkan pasien ke rumah sakit dan diberi obat-obatan anti psikotik. Hal ini berarti bahwa kepatuhan ODS mengonsumsi obat dan keteraturan ODS kontrol dokter dipengaruhi oleh dukungan keluarga ODS sehingga pemberian obat dan keteraturan kontrol tidak akan berpengaruh secara signifikan tanpa adanya dukungan dari keluarga. Sehingga secara langsung dapat dikatakan bahwa adanya dukungan sosial dapat menurunkan risiko timbulnya gejala-gejala terjadinya kekambuhan (Sefrina et al., 2016).

  • 4.    KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terkait kekambuhan ODS dengan menggunakan PLS-SEM dapat disimpulkan bahwa model yang dihasilkan sudah cukup baik dengan nilai R-square yang cukup besar yaitu 0,8577. model yang diperoleh adalah:

Y = 0,18X1 + 0,325X2 + 0,107*3 + 0,421*4 +ϛ

Kekambuhan ODS dipengaruhi secara signifikan oleh variabel dukungan keluarga dan dukungan sosial masyarakat Sedangkan kepatuhan mengonsumsi obat dan keteraturan kontrol dokter tidak akan berpengaruh secara signifikan tanpa adanya dukungan dari keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Adamo, P. J. (2007). The Genotype Diet.

Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.

Davidson, G.C., Neale, J.M., & King, A.M. (2012). Abnormal Psychology,  12th ed.

Berkeley: John WIley and Sons Inc.

Ghozali, I. (2011).   Structural  Equation

Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Semarang: Badan Penerbit Undip.

Hair, J. J., Hult, G.M., Ringle, C. M. & Sa rstedt, M. (2014). A Primer On Partial Least Square Equation Modeling (PLS-SEM). Los Angeles: SAGE.

Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L., & Black, W.C. (2010). Multivariate Data Analysis with Reading Seventh Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Jaya, I.G.N.M. & Sumertajaya, I.M. (2008). Pemodelan Persamaan Struktural Dengan Partial Least Square. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika , 1,pp.118-32.

Riawati, N. M. (2011). Analisis Sintasan Pasien Skizofrenia Terhadap    Kekambuhan

(Relapse) Dengan Pendekatan Regresi Cox. Skripsi. Bukit Jimbaran:    Jurusan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.

Sefrina, F. & Latipun. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga dan Keberfungsian Sosial Pada Pasian Skizofrenia Rawat Jalan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan , Vol. 04, No. 02, 140-160.

Videbeck, S. L. (2011). Psychiatric Mental Health Nursing. 5th Edition. Wolters Kluwer Health. Lippincott William & WIlkins.

Widodo, A. (2003). Buku Ajar Keperawatan Jiwa     I.      Surakarta:     Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

229