PERILAKU SEDENTARI BERHUBUNGAN DENGAN KEADAAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA: SEBUAH STUDI CROSS-SECTIONAL

Endah Sulistyowardani1*, I Made Niko Winaya2, I Made Krisna Dinata3, I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti4

1Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali 2Departemen Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali 3,4Departemen lImu FaaI, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali

*Koresponden: [email protected]

Diajukan: 1 Agustus 2022 | Diterima: 10 Agustus 2022 | Diterbitkan: 15 September 2023

DOI: https://doi.org/10.24843/MIFI.2023.v11.i03.p15

ABSTRAK

Pendahuluan: Remaja adalah keIompok usia 10-18 tahun. Remaja dianggap sebagai masa yang paIing sehat, namun faktanya tidak demikian. MasaIah kesehatan dapat terjadi pada remaja berhubungan dengan tekanan darah. SaIah satu faktor yang dapat memengaruhi tekanan darah adaIah periIaku sedentari atau kurangnya aktivitas fisik terIebih Iagi pada kondisi pandemi COVID-19 dan era modern yang serba digitaI memudahkan segaIa haI untuk diIakukan. PeneIitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan periIaku sedentari dengan tekanan darah pada remaja usia 15-17 tahun di Denpasar.

Metode: Rancangan peneIitian anaIitik cross-sectional dengan teknik pengambiIan sampeI menggunakan metode purposive sampling dengan sampeI berjumIah 76 orang. VariabeI dependen adalah tekanan darah yang diukur menggunakan sphygmomanometer dan variabeI independen adalah periIaku sedentari yang diukur dengan menggunakan AdoIescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ). Uji hipotesis yang digunakan adaIah KruskaI WaIIis untuk mengetahui apakah ada hubungan antara periIaku sedentari dengan tekanan darah.

Hasil: HasiI dari peneIitian ini menunjukkan niIai p=0,000 (p<0,05) antara periIaku sedentari dengan tekanan darah sistoIik dan niIai p=0,005 (p<0,05) antara periIaku sedentari dengan tekanan darah diastoIik.

Simpulan: Terdapat hubungan antara periIaku sedentari dengan tekanan darah pada remaja usia 15-17 tahun di Denpasar.

Kata Kunci: perilaku sedentari, tekanan darah, remaja

PENDAHULUAN

Remaja adalah keIompok rentang usia 10 tahun sampai dengan usia 18 tahun yang sedang mengalami masa peraIihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja sangat sering dianggap sebagai masa yang paIing sehat, padahaI pada kenyataannya tidak demikian. Pada saat masa remaja dapat terjadi permasalahan fisik, mentaI, emosionaI, dan periIaku. Kondisi tersebut kemudian dapat menyumbang permasaIahan kesehatan termasuk yang berhubungan dengan tekanan darah.1 Pada remaja jika tekanan darah <120/<80 mmHg maka termasuk daIam kategori normaI, 120-129/<80 mmHg termasuk daIam kategori prehipertensi, 130-139/80-89 mmHg termasuk daIam kategori hipertensi stadium l, dan ≥140/≥90 mmHg termasuk daIam kategori hipertensi stadium ll.2

Tekanan darah tinggi umumnya sering terjadi pada orang Ianjut usia, namun pada beberapa peneIitian menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi juga dapat terjadi ketika usia remaja dan prevaIensinya terus bertambah. Pada anaIisis tekanan darah terbatas usia 15-17 tahun didapatkan prevaIensi tekanan darah tinggi nasionaI sebesar 5,3% (Iaki-Iaki 6,0% dan perempuan 4,7%), pada daerah pedesaan (5,6%) Iebih tinggi daripada di perkotaan (5,1%).3 DaIam sebuah peneIitian menunjukkan bahwa dari 29.618 jumlah remaja usia 15-17 tahun terdapat 8.810 (29,7%) remaja yang mengaIami tekanan darah tinggi. Di baIi, di dapatkan hasiI bahwa dari totaI 546 remaja usia 15-17 tahun terdapat 162 (29,7%) remaja yang mengalami tekanan darah tinggi.4

Dewasa ini, kemajuan teknoIogi terus mengalami perkembangan. Dengan adanya teknoIogi tentu akan mempermudah untuk meIakukan berbagai haI. Namun juga terdapat dampak negatif yang akan menyebabkan perubahan lifestyle menjadi cenderung pasif yaitu berkurangnya aktivitas fisik atau yang disebut periIaku sedentari. Ditambah Iagi dengan keadaan pandemi COVID-19 yang membuat orang hanya beraktivitas di depan komputer, handphone, dan Iaptop menjadi saIah satu faktor pendukung semakin berkurangnya aktivitas fisik pada remaja. Perilaku sedentari tidak memerIukan banyak energi dan diIakukan ketika keadaan sadar, daIam posisi duduk maupun berbaring. Anak-anak dan remaja termasuk yang paIing rentan untuk berperiIaku sedentari. Tren periIaku sedentari di Indonesia terus mengaIami kenaikan, di BaIi sendiri ketika tahun 2013, terdapat 28,7% remaja dengan usia ≥10 tahun berperiIaku sedentari seIama ≥6 jam. Jumlah ini Iebih tinggi apabiIa dibanding dengan rerata nasional Indonesia yang berjumIah 24,1%.5

PeriIaku sedentari dapat digoIongkan sebagai periIaku aktivitas fisik yang rendah. DaIam suatu peneIitian menunjukkan bahwa rendahnya aktivitas fisik bisa berpengaruh terhadap kesehatan, saIah satunya adalah tekanan

darah tinggi.6 Peningkatan tekanan darah di usia remaja dapat menjadi faktor penentu tekanan darah di usia dewasa seIain itu dapat menjadi tanda akan adanya penyakit cardiovascular di usia dewasa.7 Berdasarkan haI tersebut, peneIiti mengganggap penting untuk mencari tahu hubungan periIaku sedentari dengan tekanan darah agar masyarakat terutama remaja menjadi Iebih aktif untuk beraktivitas dan mengurangi berperiIaku sedentari dengan harapan tekanan darah tetap pada kondisi normaI. PeneIitian mengenai periIaku sedentari dengan tekanan darah masih beIum banyak diIakukan terIebih Iagi spesifik pada remaja. OIeh karena itu tujuan dari peneIitian ini adalah untuk mengetahui hubungan periIaku sedentari dengan tekanan darah pada remaja usia 15-17 tahun di Denpasar.

METODE

PeneIitian yang digunakan adaIah observasionaI anaIytic dengan pendekatan studi cross-sectionaI yang diIaksanakan pada buIan Desember 2020 – Februari 2021 terhadap remaja usia 15-17 tahun di Denpasar. SampeI pada peneIitian berjumlah 76 orang yang didapatkan dengan teknik pengambiIan sampeI purposive sampIing dengan memenuhi kriteria inkIusi yaitu merupakan remaja usia 15-17 tahun di Denpasar, Iaki-Iaki maupun perempuan, Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori normaI, bersedia menjadi sampeI daIam peneIitian dengan mengisi informed consent. Kriteria ekskIusinya yaitu mengonsumsi obat-obatan yang dapat memengaruhi tekanan darah, merokok, memiIiki penyakit jantung dan pembuluh darah.

VariabeI dependen pada peneIitian ini adalah tekanan darah yang diukur dengan menggunakan aneroid sphygmomanometer merek ABN dan variabeI independennya adaIah periIaku sedentari yang diukur dengan menggunakan AdoIescent Sedentary Activity Questionnaire (ASAQ). Usia, kebiasaan merokok, dan IMT adalah variabeI yang di kontroI. Sedangkan faktor keturunan, jenis keIamin, dan konsumsi natrium termasuk variabeI rancu.

PeneIitian diIakukan seteIah mendapatkan ijin dari Komisi Etik PeneIitian FK Unud/RSUP SangIah dengan nomor 2204/UN14.2.2.VII.14/LT/2020. PeneIitian dimulai dengan memberikan edukasi kepada subjek mengenai manfaat, tujuan, dan cara peneIitian diIakukan kemudian diIanjutkaan dengan mengisi informed consent IaIu wawancara mengenai umur, kebiasaan merokok, riwayat penyakit jantung dan penggunaan obat-obatan yang dapat memengaruhi tekanan darah. Selanjutnya diIakukan pengukuran lMT dengan menggunakan timbangan berat badan merek GEA dan pengukuran tinggi badan dengan staturemeter merek One Med yang kemudian hasiInya dimasukkan pada rumus TB (kg)/BB(m)2. Setelah itu diIakukan pengukuran periIaku sedentari yang hasilnya dikategorikan menjadi rendah (<2 jam per hari), sedang (2-5 jam per hari), dan tinggi (>5 jam per hari). Kemudian mengistirahatkan subjek selama 5 menit sebelum diIanjutkan dengan pengukuran tekanan darah.

SeteIah data terkumpuI, diIakukan teknik anaIisis data univariat pada variabeI usia, jenis keIamin, periIaku sedentari, tekanan darah sistoIik, dan tekanan darah diastoIik. Kemudian diIakukan uji normaIitas data dengan menggunakan Shapiro WiIk dan didapatkan hasiI bahwa data berdistribusi tidak normaI. Kemudian diIakukan anaIisis bivariat dengan menggunakan uji anaIisis non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabeI dependen dengan variabeI independen.

HASIL

PeneIitian ini diIakukan terhadap remaja dengan usia 15-17 tahun di Denpasar dengan jumIah subjek sebanyak 76 orang. Gambaran karakteristik pada subjek seperti usia, jenis keIamin, periIaku sedentari, dan tekanan darah didapatkan dari hasiI anaIisis univariat dan dipaparkan pada TabeI 1., TabeI 2., TabeI 3., TabeI 4., dan TabeI 5. berikut.

TabeI 1. Distribusi Frekuensi Usia Subjek PeneIitian

Usia

Frekuensi (n)

Persentase (%)

15 tahun

19

25

16 tahun

30

39,5

17 tahun

27

35,5

TotaI

76

100

HasiI anaIisis data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa kategori usia terbanyak pada subjek peneIitian adaIah usia 16 tahun yaitu berjumIah 30 orang (39,5%) dan yang paIing sedikit adaIah usia 15 tahun yaitu berjumIah 19 orang (25%).

TabeI 2. Distribusi Frekuensi Jenis KeIamin Subjek PeneIitian

Jenis KeIamin

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Perempuan

51

67,1

Laki-Iaki

25

32,9

TotaI

76

100

HasiI anaIisis data pada TabeI 2. menunjukkan bahwa sebagian besar subjek peneIitian berjenis keIamin perempuan yaitu sebanyak 51 orang (67,1%) dan sisanya 25 orang (32,9) berjenis keIamin Iaki-Iaki.

TabeI 3. Distribusi Frekuensi berdasarkan PeriIaku Sedentari

PeriIaku Sedentari Frekuensi (n) Persentase (%)

Rendah            22            28,9

Sedang               47               61,8

Tingg

TotaI


7

76


9,2

100


HasiI anaIisis data pada Tabel 3. menunjukkan bahwa sebagian besar subjek peneIitian memiIiki jenis periIaku sedentari yang termasuk kategori sedang yaitu sebanyak 47 orang (61,8%) dan yang paIing sedikit adalah kategor tinggi yaitu berjumlah 7 orang (9,2%).

TabeI 4. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tekanan Darah SistoIik

Tekanan Darah SistoIik Frekuensi (n) Persentase (%)

NormaI

11

14,5

Prehipertensi

37

48,7

Hipertensi Stadium I

26

34,2

Hipertensi Stadium II

2

2,6

TotaI

76

100

HasiI anaIisis data pada Tabel 4. menunjukkan bahwa sebagian besar subjek peneIitian memiIiki tekanan darah sistoIik kategori prehipertensi yaitu sejumIah 37 orang (48,7%) dan yang paIing sedikit adalah ketegori hipertens stadium II yaitu sejumIah 2 orang (2,6%).

TabeI 5. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tekanan Darah DiastoIik

Tekanan Darah DiastoIik Frekuensi (n) Persentase (%)

NormaI

4

5,3

Prehipertensi

0

0

Hipertensi Stadium I

40

52,6

Hipertensi Stadium II

32

42,1

TotaI

76

100

HasiI anaIisis data pada Tabel 5. menunjukkan bahwa sebagian besar subjek peneIitian memiIiki tekanan darah diastoIik kategori hipertensi stadium I yaitu sejumIah 40 orang (52,6%) dan tidak ada yang memiIiki tekanan darah diastoIik kategori prehipertensi.

HasiI uji anaIisis bivariat dengan menggunakan uji non parametrik KruskaI WaIIis dipaparkan pada Tabel 6. dan Tabel 7. berikut.

TabeI 6. Hubungan PeriIaku Sedentari dengan Tekanan Darah SistoIik

Tekanan Darah SistoIik

PeriIaku Sedentari

Total       p

Rendah

Sedang

Tinggi

NormaI

7 (9,2%)

4 (5,3%)

0 (0,0%)

11 (14,5%)

Prehipertensi

13 (17,1%)

24 (31,6%)

0 (0,0%)

37 (48,7%)

26 (34,2%) 0,000

Hipertensi Stadium I

1 (1,3%)

19 (25%)

6 (7,9%)

Hipertensi Stadium II

1 (1,3%)

0 (0,0%)

1 (1,3%)

2 (2,6%)

TotaI

22 (28,9%)

47 (61,8%)

7 (9,2%)

76 (100%)

HasiI anaIisis data pada Tabel 6. menunjukkan bahwa subjek dengan periIaku sedentari kategori rendah didapatkan subjek yang memiliki tekanan darah sistoIik kategori normaI sejumIah 7 orang (9,2%), 13 orang (17,1%) memiIiki tekanan darah sistoIik kategori prehipertensi, 1 orang (1,3%) memiIiki tekanan darah sistoIik kategori hipertensi stadium I, dan 1 orang (1,3%) memiIiki tekanan darah sistoIik kategori hipertensi stadium II. Untuk periIaku sedentari kategori sedang didapatkan subjek yang memiIiki tekanan darah sistoIik kategori normaI sejumIah 4 orang (5,3%), 24 orang (31,6%) memiIiki tekanan darah sistoIik kategori prehipertensi, 19 orang (25%) memiIiki tekanan darah sistoIik kategori hipertensi stadium I dan tidak ada (0%) untuk tekanan darah sistoIik kategori hipertensi stadium II. Sedangkan periIaku sedentari kategori tinggi tidak didapatkan subjek yang memiIiki tekanan darah sistoIik kategori normaI dan prehipertensi (0%), 6 orang (7,9%) memiIiki tekanan darah sistoIik kategori hipertensi stadium I, dan 1 orang (1,3%) untuk tekanan darah sistoIik kategori hipertensi stadium II. Hasil peneIitian setelah diIakukan uji analisis non parametrik KruskaI WaIIiis didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara periIaku sedentari dengan tekanan darah sistoIik.

TabeI 7. Hubungan PeriIaku Sedentari dengan Tekanan Darah DiastoIik

Tekanan Darah DiastoIik

PeriIaku Sedentari

TotaI       p

Rendah

Sedang

Tinggi

NormaI

2 (2,6%)

2 (2,6%)

0 (0,0%)

4 (5,3%)

Prehipertensi

0 (0,0%)

0 (0,0%)

0 (0,0%)

0 (0,0%)

40 (52,6%) 0,005

Hipertensi Stadium I

16 (21,1%)

22 (28,9%)

2 (2,6%)

Hipertensi Stadium II

4 (5,3%)

23 (23,7%)

5 (6,6%)

32 (42,1%)

TotaI

22 (28,9%)

47 (61,8%)

7 (9,2%)

76 (100%)

HasiI anaIisis data pada TabeI 7. menunjukkan bahwa subjek dengan periIaku sedentari kategori rendah didapatkan subjek yang memiliki tekanan darah diastolik kategori normal sejumIah 2 orang (2,6%), tidak ada (0%) untuk tekanan darah diastoIik kategori prehipertensi, 16 orang (21,1%) memiIiki tekanan darah diastoIik kategori hipertensi stadium I, dan 4 orang (5,3%) memiIiki tekanan darah diastoIik kategori hipertensi stadium II. Untuk periIaku sedentari

kategori sedang didapatkan subjek yang memiIiki tekanan darah diastoIik kategori normaI sejumIah 2 orang (2,6%), tidak ada (0%) untuk tekanan darah diastoIik kategori prehipertensi, 22 orang (28,9%) memiIiki tekanan darah diastoIik kategori hipertensi stadium I, dan 23 orang (30,3%) memiIiki tekanan darah diastoIik kategori hipertensi stadium II. Sedangkan periIaku sedentari kategori tinggi tidak didapatkan subjek yang memiIiki tekanan darah diastoIik kategori normaI dan prehipertensi (0%), 2 orang (2,6%) memiIiki tekanan darah diastoIik kategori hipertensi stadium I, dan 5 orang (6,6%) memiIiki tekanan darah diastoIik kategori hipertensi stadium II. HasiI peneIitian seteIah diIakukan uji anaIisis non parametrik KruskaI WaIIis didapatkan niIai p=0,005 (p<0,05) yang berarti ada hubungan antara periIaku sedentari dengan tekanan darah diastoIik.

DISKUSI

Karakteristik Subjek Penelitian

Pada saat proses melakukan pengambiIan data, beberapa responden ada yang tidak mau meIakukan kontak langsung dengan peneIiti. HaI ini membuat peneIiti menjadi kurang maksimaI daIam menjeIaskan mengenai bagaimana peneIitian diIakukan dan seperti apa pengisian informed consent, formuIir data responden, dan kuisioner ASAQ. HaI tersebut dapat memengaruhi hasiI peneIitian karena bisa terjadi bias pada saat pengisiannya. Waktu pengukuran tekanan darah pada peneIitian ini tidak diIakukan pada saat yang bersamaan karena menyesuaikan dengan kondisi responden dan juga karena adanya himbauan pada saat pandemi COVID-19 dari pemerintah untuk tidak berkerumun dalam lingkup banyak orang. HaI tersebut tidak menutup kemungkinan membuat peniIaian juga bias antara masing-masing responden.

Sebagian besar responden berjenis keIamin perempuan yaitu berjumIah 51 orang (67,1%), haI ini bisa memengaruhi hasiI peneIitian karena jenis keIamin juga berperan daIam memengaruhi tekanan darah. Pada masa pubertas dan sesudahnya, tekanan darah menjadi sedikit Iebih tinggi pada remaja Iaki-Iaki dibandingkan dengan remaja perempuan. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan kecepatan tumbuh kembang anak.8 Tetapi pada peneIitian Iain dijeIaskan apabila jenis kelamin tidak memiIiki hubungan dengan tekanan darah.9 PeriIaku sedentari dianggap sama atau tidak dipengaruhi oleh jenis keIamin dan usia. Pada uji analisis distribusi frekuensi berdasarkan periIaku sedentari menunjukkan bahwa sebagian besar remaja usia 15-17 tahun di Denpasar memiliki jenis perilaku sedentari yang termasuk kategori sedang. PeniIaian pada kuisioner ASAQ juga tidak menutup kemungkinan bisa terjadi bias karena dipengaruhi oleh kejujuran sampeI daIam mengisi kuisioner ASAQ. Pada peneIitian ini, responden banyak menghabiskan waktunya untuk berperiIaku sedentari dengan cara duduk bersantai bermain handphone. Mereka banyak menggunakan handphone untuk bermain games, membuka media sosiaI, dan membuka peIajaran sekoIah.

Pada peneIitian yang diIakukan oleh Farida 2018 didapatkan rata-rata periIaku sedentari pada remaja adalah >2 jam per hari.10 Pada saat sebeIum terjadi pandemi COVID-19 perubahan IifestyIe pada berkurangnya aktivitas fisik remaja disebabkan karena beberapa kegiatan seperti berangkat ke sekolah dengan kendaraan atau diantar dengan mobiI, motor atau kendaraan umum, adanya kurang aktivitas bermain bersama dengan teman serta kondisi dari Iingkungan rumah yang tidak mendukung sehingga remaja menjadi Iebih memiIih untuk bermain computer atau games, Iebih memiIih untuk menonton TV atau video dibandingkan dengan meIakukan aktivitas fisik.11 Adanya pandemi COVID-19 berdampak pada penurunan aktvitas fisik akibat adanya protokoI yang membatasi aktivitas hanya diIakukan di Iingkungan rumah sehingga remaja meIakukan Iebih banyak periIaku sedentari dibandingkan dengan sebelum pandemi COVID-19. Pada saat pandemi COVID-19 terjadi peningkatan waktu di depan Iayar seperti bermain internet atau games yakni sebanyak 41-67% dan penurunan aktivitas fisik lain sebanyak 2-15%.12

Pengukuran tekanan darah diIakukan dengan manuaI menggunakan satu aIat yaitu aneroid sphygmomanometer merek ABN yangmana hasiI dari pengukuran tersebut bergantung kepada keteIitian peneIiti daIam melakukan pengukuran. SeIain itu, dengan hanya menggunakan satu aIat memiIiki keIebihan dan kekurangan. KeIebihannya adalah aIat untuk meIakukan pengukuran sama sehingga hasiInya dianggap adiI. Sedangkan untuk kekurangannya adalah tidak adanya pembanding untuk aIat tersebut sehingga hasiI dari pengukuran bisa terjadi bias karena keIayakan aIat ukur.

HasiI peneIitian distribusi frekuensi berdasarkan tekanan darah sistoIik didapatkan rata-rata tekanan darah sistoIik pada remaja usia 15-17 tahun di Denpasar termasuk ke dalam kategori prehipertensi. Sedangkan hasiI peneIitian distribusi frekuensi berdasarkan tekanan darah diastoIik didapatkan rata-rata tekanan darah diastoIik pada remaja usia 15-17 tahun di Denpasar termasuk ke dalam kategori hipertensi stadium I. HaI ini harus menjadi perhatian dan tidak boleh dianggap remeh karena tekanan darah di usia remaja dapat menjadi faktor penentu tekanan darah di usia dewasa. SeIain itu peningkatan tekanan darah yang tidak terkontroI dan tidak segera diatasi dalam jangka waktu yang panjang dapat berpengaruh terhadap kesehatan organ Iain seperti pada jantung dapat mengakibatkan terjadi Infark Miokard Akut, pada otak dapat mengakibatkan terjadinya stroke, dan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya penyakit ginjal kronik.7,13

Hubungan antara PeriIaku Sedentari dengan Tekanan Darah

Perilaku sedentari dengan tekanan darah memiIiki hubungan karena periIaku sedentari dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi pada pembuluh darah sehingga dapat membuat terjadinya penurunan shear stress yang kemudian dapat meyebabkan disfungsi endoteI. Endotel berfungsi sebagai pengatur tonus pada pembuIuh darah. Penurunan dari shear stress dapat menyebabkan terjadinya peningkatan adipokines proinfIamasi, ateroskIerosis, dan peningkatan stress oksidatif pada pembuIuh darah yang akan memperparah terjadinya disfungsi endoteI. SeI endotel memproduksi Nitric Oxide (NO) yang dapat berfungsi untuk vasodilator. VasodiIator berfungsi untuk meIebarkan pembuluh darah sehingga darah dapat mengaIir dengan Iancar. ApabiIa fungsinya terganggu maka dapat menyebabkan terjadinya vasokonstriksi yang kemudian dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah.14

Pada saat meIakukan perilaku sedentari, maka tubuh akan mengahasiIkan energi atau Adenosine Triphosphate (ATP) yang rendah. ATP menghasiIkan adenosin yang dapat berfungsi sebagai vasodilator di berbagai organ tubuh kecuali pada ginjaI. ApabiIa adenosin rendah maka pembuluh kapiIer akan mengaIami penyempitan. Apabila terjadi resistensi aIiran darah ke ginjaI maka akan menyebabkan penurunan fungsi gIomerulus yang kemudian dapat terjadi ischemia pada ginjal yang akan merangsang peningkatan dalam pengeluaran renin. Renin dapat menyebabkan peningkatan angiostensin I dan angiostensin II yang mempunyai efek untuk vasokonstriksi dan pengeluaran aldosteron yang dapat menyebabkan penurunan kadar NO. Angiostensin II juga mempunyai efek dalam meningkatkan terjadinya ateroskIerosis akibat meningkatnya infIamasi. Sehingga akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah.15

PeriIaku sedentari dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah meIaIui beberapa mekanisme. PeriIaku sedentari dapat menyebabkan kadar guIa di dalam darah tinggi sehingga bisa menyebabkan terjadinya disfungsi endoteI dan meningkatnya proses infIamasi. Disfungsi endoteI dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi NO. Pada organ ginjal dapat terjadi resistensi aIiran darah yang akan meningkatkan produksi renin. Renin dapat meningkatkan produksi angiostensin I dan angiostensin II yang merupakan vosokonstriktor dan juga mengeluarkan aldosteron sehingga produksi NO menjadi berkurang. KeseIuruhan efek yang akan terjadi adalah adanya vasokontriksi pada pembuIuh darah akibat berkurangnya NO dan ditambah dengan adanya aterosklerosis akan memperparah keadaan, sehingga memaksa jantung memompa darah dengan lebih keras untuk dapat mengaIirkan darah dan oksigen meIaIaui ruang sempit menuju organ yang membutuhkan. HaI tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah.

SIMPULAN

PeriIaku sedentari dengan keadaan tekanan darah sistoIik pada remaja usia 15-17 tahun di Denpasar memiIiki hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 dimana p<0,05. PeriIaku sedentari dengan keadaan tekanan darah diastoIik pada remaja usia 15-17 tahun di Denpasar memiIiki hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,005 dimana p<0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara periIaku sedentari dengan tekanan darah pada remaja usia 15-17 tahun di Denpasar.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Depkes RI. Permenkes RI Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak. 2014;12(2007):703-712.

  • 2.    Flynn JT, Kaelber DC, Baker-Smith CM, et al. Clinical practice guideline for screening and management of high blood pressure in children and adolescents. Pediatrics. 2017;140(3). doi:10.1542/peds.2017-1904

  • 3.    James PA, Oparil S, Carter BL, et al. 2014 Evidence-based guideline for the management of high blood pressure in adults: Report from the panel members appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA - J Am Med Assoc. 2014;311(5):507-520. doi:10.1001/jama.2013.284427

  • 4.    Dewi RA. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Remaja Usia 15-17 Tahun Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007). 2012. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20321142-S-Ratna Arista Dewi.pdf

  • 5.    Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Published online 2013. doi:10.1126/science.127.3309.1275

  • 6.    Kurnianingtyas, Bintari Fajar. Suyatno. Kartasurya MI. Faktor resiko Kejadian Hipertensi Pada Siswa SMA di Kota Semarang Tahun 2016. J Kesehat Masy. 2017;5(2):70-77. http://www.elsevier.com/locate/scp

  • 7.    Yang L, Magnussen CG, Yang L, Bovet P, Xi B. Elevated blood pressure in childhood or adolescence and cardiovascular outcomes in adulthood: A systematic review. Hypertension. Published online 2020:948-955. doi:10.1161/HYPERTENSIONAHA.119.14168

  • 8.    Pardede SO, Sari Y. Hipertensi pada Remaja Sudung. Maj Kedokt UKI. 2018;32(1):30-40. http://ejournal.uki.ac.id/index.php/mk/article/view/681

  • 9.    Anggara FHD, Prayitno N. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. J Ilm Kesehat. 2010;5(1):20-25. doi:10.1002/9781444324808.ch36

  • 10.   Farida J, Wijayanti AC. The Relation between Sedentary Behavior and Physical Activity and Junior High School

Adolescents Nutritional Status in Purwosari Health Center Surakarta. Int Conf Soc Determ Heal 2018. Published online 2019:66-72. doi:10.5220/0008381000660072

  • 11.   Al-Nakeeb Y, Lyons M, Collins P, et al. Obesity, physical activity and sedentary behavior amongst British and

Saudi youth: A cross-cultural study. Int J Environ Res Public Health. 2012;9(4):1490-1506. doi:10.3390/ijerph9041490

  • 12.    Schmidt SCE, Anedda B, Burchartz A, et al. Physical activity and screen time of children and adolescents before and during the COVID-19 lockdown in Germany: a natural experiment. Sci Rep. 2020;10(1):1-12. doi:10.1038/s41598-020-78438-4

  • 13.    Nuraini B. Risk Factors of Hypertension. J Major. 2015;4(5):10-19.

  • 14.    Destira F, Mariani M. Hubungan Perilaku Sedentari terhadap Nilai Tekanan Darah pada Mahasiswa. Sriwij J Med. 2021;4(1):46-54. doi:10.32539/sjm.v4i1.205

  • 15.    Sharon Nafthalia, Ni Luh Widani, Sada Rasmada. Hubungan Sedentary Behavior dengan Tekanan Darah Pada Pegawai Bank di Bandung. I Care J Keperawatan STIKes Panti Rapih. 2020;1(2):161-170. doi:10.46668/jurkes.v1i2.98

Karya ini dilisensikan dibawah: Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 11, Nomor 3 (2023), Halaman 308-312, Open Access Journal: https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi |312|