THE PENAMBAHAN CODMAN PENDULAR EXERCISE PADA PEMBERIAN TERAPI MICRO WAVE DIATHERMY, TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN STRETCHING DAPAT MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI ABDUKSI PADA KASUS
on
PENAMBAHAN CODMAN PENDULAR EXERCISE PADA PEMBERIAN TERAPI MICRO WAVE DIATHERMY, TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN STRETCHING DAPAT
MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI ABDUKSI PADA KASUS FROZEN SHOULDER
I Nyoman Warta
Bagian Fisioterapi RSUD Badung, Bali
Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
ABSTRAK
Tujuan : Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui Penambahan Codman Pendular Exercise pada pemberian terapi MWD, TENS dan Stretching dapat meningkatkan lingkup gerak sendi abduksi pada kasus Frozen Shoulder. Metode : Penelitian dilakukan dengan desain pre test and post test control group, dimana didapatkan jumlah sampel untuk kelompok kontrol dengan intervensi MWD, TENS dan Stretching sebanyak 16 orang dan pada kelompok perlakuan dengan intervensi MWD, TENS, Stretching dan Codmann Pendular exercise sebanyak 16 orang. Hasil : Dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu Wilcoxon match pair test pada kelompok kontrol didapatkan nilai p>0,05 (0,000) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata nilai LGS sebelum dan sesudah intervensi. Sedangkan pada kelompok perlakuan didapatkan nilai p<0,05 (0,000) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara rata-rata nilai LGS sebelum dan sesudah intervensi. Dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu Mann-whitney U test didapatkan nilai p<0,05 (0,000) yang berarti intervensi pada kelompok perlakuan (MWD, TENS, Stretching dan Codmann Pendular exercise) lebih efektif secara signifikan dibandingkan dengan intervensi pada kelompok kontrol (MWD, TENS dan Stretching) dalam meningkatkan LGS abduksi pada kasus frozen shoulder. Kesimpulan : Penambahan Codman Pendular Exercise pada pemberian terapi MWD, TENS dan Stretching dapat meningkatkan lingkup gerak sendi abduksi pada kasus Frozen Shoulder.
Kata kunci : Frozen shoulder, LGS, Codmann pendular exercise
ABSTRACT
Problem: Range of motion is limited abduction usually occurs in the case of frozen shoulder. This is due to immobilization, resulting in adhesions to the capsule and ligaments that cause decreased tissue elasticity and cause stiffnes. Objective : This research aimed to identifi addition Codman Pendular Exercise on therapy MWD, TENS and stretching to increase range of motion in the case of frozen shoulder abduction. Method : This research is usingpre test and post test control group design. Patients were randomised into two groups : the Control Group (CG) that use MWD, TENS and stretching is 16 patients. The Experimental Group (EG) that use MWD, TENS, stretching and Codmann Pendular exercise is 16 patients too. Result : The result of CG test which using compare means with Wilcoxon match pair test, p>0,000 (p=0,000) that mean the intervention in CG is t having significant to increasing range of motion. In the result of EG test which using compare means with paired Wilcoxon match pair test, p<0,05 (p=0,000) that mean the intervention in EG is having significant to increasing range of motion. The result test researcher using compare mean test with Mann-whitney U test, p<0,05 (p=0,000), that means there are significant different between EG result and CG result. In one tail hypothesis got result p<0,05, so it shows that intervention in EG more effective significantly than CG in to increasing range of motion in the case of frozen shoulder abduction. Conclusion : Addition Codman Pendular Exercise on therapy MWD, TENS and stretching to increase range of motion in the case of frozen shoulder abduction.
Key Word : Frozen shoulder, range of motion, Codman pendular exercise.
PENDAHULUAN
Aktivitas yang dilakukan oleh manusia membutuhkan kerja dari tulang, sendi dan otot sehingga terjadi sebuah gerakkan yang dinamis. Seperti yang kita ketahui bahwa fungsi lengan selalu dibutuhkan dalam beraktivitas, seperti mengangkat, memukul, menarik, mendorong, menyisir rambut, mengancingkan baju dan lain sebagainya, walaupun pada kenyataannya aktivitas berjalan dan berlari lebih membutuhkan fungsi dari kaki tetapi lengan tetap berperan untuk menganyun tubuh sehingga dapat menambah kecepatan dan keseimbangan tubuh dalam bergerak (Priguna, 1984).
Dalam hal ini Sendi bahu mempunyai gerakan yang
memungkinkan semua sendi di dalamnya saling berhubungan melakukan suatu gerakkan. Yang termasuk sendi bahu adalah glenohumeral joint, Acromoiclavicular joint, Sternoclavicular joint, dan Scapulothorakal joint yang kesemua sendi ini mempunyai peranan dan kerjanya masing-masing yang saling berkaitan. Selain sendi ada juga otot-otot di bagian belakang tubuh, leher, dada, bahu dan lengan atas yang bekerja bersama-sama untuk menjaga agar sendi bahu menjadi stabil dan terjadi gerakan yang baik. Ada juga tendon, bursa, ligament dan lainnya yang juga membantu terjadinya gerakan di dalam sendi bahu (Darlene, 2006).
Banyaknya kasus Frozen Shoulder yang terjadi pada masyarakat kita umumnya akibat aktivitas, banyak juga yang terjadi berdasarkan faktor usia, populasi yang ada menunjukan bahwa pada usia di atas 40 sampai 60 tahun banyak terjadi kekakuan dan keterbatasan gerak, dimana pada usia ini sudah terjadinya proses degenerasi yang dapat mempengaruhi kekuatan dan kelenturan otot. Selain itu 70% kasus ini dialami oleh wanita, dan pada pemeriksaan X-ray terlihat normal tanpa adanya gangguan pada capsul sendinya. Pada 10% - 20% kasus Frozen Shoulder terjadi akibat Diabetes Mellitus. Penyebab dari Frozen Shoulder itu sendiri kurang begitu diketahui. Proses ini meliputi terjadinya penebalan dan kontraktur dari capsule sendi bahu. Pada frozen shoulder patofisiologinya terjadi kekakuan pada capsul sendinya. Dimana bila terjadi gangguan pada kapsul sendinya maka keterbatasan gerak yang terjadi adalah pola kapsuler. Pola kapsuler pada bahu adalah external rotasi lebih terbatas daripada abduksi lebih terbatas dari internal rotasi. Salah satu gerakan yang terhambat adalah abduksi shoulder dimana pada gerakan abduksi tersebut terjadi gerakan atrhrokinematik berupa tranlasi ke kaudal (Gispen, 2001).
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peran fisioterapi sangat penting dalam pemulihan gerak dan fungsi sesuai dengan definisi fisioterapi menurut Kep.Menkes RI no.1363 tahun 2001 tentang registrasi dan ijin praktek fisioterapi : Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada induvidu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara
dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan modalitas manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektrik, mekanis, pelatihan fungsi) dan komunikasi.
MATERI DAN METODE
Subyek
Pasien perempuan dengan assesmen fisioterapi yang menunjukkan adanya keterbatasan lingkup gerak sendi abduksi pada kasus Frozen Shoulder, berumur 40 – 60 tahun, sebanyak 16 orang untuk setiap kelompok.
Rancangan
Rancangan penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan randomized pre test and post test control design.
Prosedur penelitian
Kelompok kontrol dengan MWD, TENS dan Stretching , sedangkan kelompok perlakuan dengan MWD, TENS, Stretching dan Codman Pendular exercise. Intervensi diberikan seminggu 3 kali sampai 10 sesi/terapi. Pemberian MWD dengan frekuensi 2450 MHz, gelombang 12,25cm, durasi 15 menit . Pemberian TENS dengan pulsa 50 uµ, frekwensi 100 Hz, dan waktu 15 menit. Stretching dengan dosis latihan tahan 6 hitungan dan 3 kali pengulangan, sedangkan Codman pendular Exercise : hitungan gerakan mengayun dengan pengulangan 5 kali setiap gerakan.
Parameter yang di ukur
Peningkatan LGS (Luas Gerak Sendi) dalam satuan derajat, diukur dengan goniometer.
Analisis
Data penelitian dianalisis dengan beberapa uji statistik, yaitu :
-
a. Uji Statistik Deskripsi
Untuk menganalisis data tentang karasteristik
penelitian yang meliputi umur, tinggi badan, berat badan dan sisi sendi.
-
b. Uji Normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov
Untuk mengetahui distribusi sebaran data normal atau tidak.
-
c. Uji Homogenitas data dengan Leven’s test
Untuk mengetahui sebaran data bersifat homogen atau tidak.
-
d. Analisis Komparasi Non Parametrik dengan Wilcoxon match pair test dan Mann-whitney U test.
HASIL
Tabel 1 Distribusi karakteristik subyek
Variabel |
Kel.Kontrol Mean ± SD |
Kel.Perlakuan Mean ± SD |
Statistk |
p |
Umur (tahun) |
53,25 ± 4,328 |
51,19 ± 6,263 | ||
Tinggi Badan (cm) |
154,31 ± 4,110 |
154,75 ± 3,296 | ||
Berat Badan (kg) |
55,19 ± 4,308 |
53,94 ± 4,781 | ||
Normalitas kontrol sebelum |
0,107 |
0,200 | ||
Normalitas kontrol sesudah |
0,252 |
0,008 | ||
Normalitas perlakuan sebelum |
0,182 |
0,162 | ||
Normalitas perlakuan sesudah |
0,169 |
0,200 | ||
Homogenitas sebelum |
0,743 | |||
Homogenitas sesudah |
0,004 | |||
LGS sebelum |
68,44 ± 11,736 |
66,81 ± 13,512 | ||
LGS sesudah |
87,12 ± 11,983 |
100,12 ± 3,243 | ||
Wilcoxon match pair test | ||||
kontrol |
0,000 | |||
Wilcoxon match pair test | ||||
perlakuan |
0,000 | |||
Mann-whitney U test |
0,000 |
Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa uji normalitas sesudah intervensi pada kelompok kontrol nilai p<0,05 yang artinya data berdistribusi tidak normal. Sedangkan pada uji homogenitas sesudah intervensi nilai p<0,05 yang artinya data bersifat tidak homogen.
Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu Wilcoxon match pair test, pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai LGS abduksi sebelum dan
sesudah intervensi Sedangkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu Mann-whitney U test didapatkan nilai p= 0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai LGS kelompok kontrol (MWD, TENS dan Stretching) dengan kelompok perlakuan (MWD, TENS, Stretching dan Codmann Pendular exercise). Hal tersebut menunjukkan bahwa intervensi pada kelompok perlakuan lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan intervensi kelompok kontrol dalam meningkatkan LGS abduksi pada kasus frozen shoulder. Dari pengujian hipotesis tersebut dapat ditetapkan pengujian sebagai berikut Penambahan Codman Pendular Exercise pada pemberian terapi MWD, TENS dan Stretching dapat meningkatkan lingkup gerak sendi abduksi pada kasus Frozen Shoulder.
PEMBAHASAN
Terapi I (MWD, TENS dan Stretching)
Dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu Wilcoxon match pair test nilai p=0,000 (p<0,05), yang artinya ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai LGS abduksi sebelum dan sesudah intervensi berupa pemberian MWD, TENS dan Stretching.
Hasil dari peneliti sebelumnya, Donny Hermawan (2008) melakukan penelitian dengan judul “ Perbedaan pengaruh penambahan traksi osilasi pada intervensi MWD, US dan over head pulley terhadap penurunan nyeri pada kasus frozen shoulder “. Penelitian ini dilakukan di unit fisioterapi
RSAL Mintoharjo Jakarta didapatkan hasil penelitian bahwa penembahan traksi osilasi lebih efektif dalam mengurangi nyeri kasus frozen shoulder.
Terapi II (MWD, TENS, Stretching dan Codman Pendular Exercise)
Dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu Wilcoxon match pair test nilai p=0,000 (p<0,05), yang artinya ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai LGS abduksi sebelum dan sesudah intervensi berupa pemberian MWD, TENS, Stretching dan Codman Pendular exercise. Sedangkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji beda dua rata-rata yaitu Mann-whitney U test didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna rata-rata nilai LGS antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa intervensi pada kelompok perlakuan lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan intervensi kelompok kontrol dalam meningkatkan LGS abduksi pada kasus frozen shoulder.
Nia Kurniawati, (2006) melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh penambahan teknik LPAVP upper thoracal pada intervensi micro wave diathermy, transcutaneus electrical nerve stimulation, dan hold relax terhadap peningkatan lingkup gerak sendi abduksi pada kasus frozen shoulder “. Penelitian ini dilakukan di Jakarta dengan hasil penelitian bahwa penambahan teknik LPAVP sangat efektif dalam meningkatkan LGS abduksi pada kasus frozen shoulder.
Dengan meningkatnya LGS sendi tentunya akan meningkatkan aktivitas fungsional, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
SIMPULAN DAN SARAN
Penambahan Codman Pendular Exercise pada pemberian terapi MWD, TENS dan Stretching dapat meningkatkan lingkup gerak sendi abduksi pada kasus Frozen Shoulder. Hal tersebut dapat dilihat dari uji beda dua rata-rata yaitu Wilcoxon match pair test didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) dan Mann-whitney U test didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05).
Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, diharapkan fisioterapis menggunakan instrument pengukuran yang tepat sebagai media untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu metode, juga melakukan dokumentasi sebagai bahan evaluasi dan re-evaluasi. Penerapan penambahan Codmann pendular exercise yang dikombinasikan dengan stretching merupakan salah satu latihan terapi terpilih yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan lingkup gerak sendi abduksi bahu. Fisioterapis melakukan pemeriksaan yang dapat menunjang penyakit apa dan treatment yang bagaimana yang tepat untuk diberikan, sebelum intevensi.
Berikan penjelasan pada pasien dengan bahasan yang mudah agar pasien dapat mengerti maksud dan tujuan terapi tersebut. Diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini secara mendalam agar efektifitas codmann pendular exercise menjadi suatu tehnik fisioterapi terpilih yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan LGS abduksi bahu.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada sampel penelitian ini yang telah bersedia dan tekun mengikuti segala tata cara dan prosedur terapi yang peneliti sarankan sampai berakhirnya program terapi, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Darlene H. Randolph M. Kessler. 2006.
Management of Common Musculoskeletal Disorder Physical Therapy Principles and Methods. Philadelphia. Page 201
Donny Hermawan. 2008.
Perbedaan pengaruh
penambahan traksi osilasi pada intervensi MWD, US dan over head pulley terhadap penurunan nyeri pada kasus frozen shoulder. Universitas Indonusa Esa Unggul Jakarta [Tidak dipublikasikan].
Gispen JG. 2001.
A Tex Book Of Rheumatology 14 Edition. William & Wilking. Philadelphia. Page 159
Kep.Menkes RI no.1363 tahun 2001 tentang registrasi dan ijin praktek fisioterapi
Nia Kurniawati. 2006.
Pengaruh penambahan teknik LPAVP upper thoracal pada intervensi micro wave diathermy, transcutaneus
electrical nerve stimulation, dan hold relax terhadap
peningkatan lingkup gerak sendi abduksi pada kasus frozen shoulder. Universitas Indonusa Esa Unggul Jakarta [Tidak dipublikasikan].
Sidharta Priguna.Dr. 1984.
Sakit Neuromuskuloskeletal, PT. Dian Rakyat, Jakarta. Hal 93
Discussion and feedback