ORIGINAL ARTICLE

Vol 8 No 1 (2020), P-ISSN 2303-1921

MAJALAH ILMIAH FISIOTERAPI INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEMAMPUAN MEMORI JANGKA PENDEK MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI, FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS UDAYANA

Ni Luh Nopi Andayani1, Made Hendra Satria Nugraha2

1,2 Departemen Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected]

ABSTRAK

Mahasiswa tidak terlepas dari kegiatan belajar dan mengingat. Memori digunakan untuk menyimpan informasi dari proses belajar dan informasi tersebut dapat digunakan kembali di masa yang mendatang. Penelitian terdahulu menjelaskan mengenai manfaat aktivitas fisik dalam hal merangsang neurogenesis, memfasilitasi metabolisme neurotransmitter, serta menjaga dan meningkatkan stimulasi molekuler dan seluler di otak yang mendukung terjadinya plastisitas otak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik terhadap kemampuan memori jangka pendek mahasiswi program studi fisioterapi, fakultas kedokteran, universitas udayana. Penelitian ini dilaksanakan bulan April – Mei 2019 dengan desain studi cross sectional analytic. Sampel pada penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel mencapai 61 mahasiswi. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna positif antara tingkat aktivitas fisik dengan memori jangka pendek dengan p=0,003 (p<0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,375. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang cukup, signifikan, dan searah antara aktivitas fisik dengan memori jangka pendek pada mahasiswi program studi fisioterapi FK Unud yaitu semakin tinggi tingkat aktivitas fisik seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan memori jangka pendeknya. Kata kunci: aktivitas fisik, memori jangka pendek, mahasiswi

THE RELATIONSHIP BETWEEN PHYSICAL ACTIVITY LEVEL AND SHORT-TERM MEMORY IN STUDENTS AT PHYSIOTHERAPY STUDY PROGRAM, MEDICAL FACULTY, UDAYANA UNIVERSITY

ABSTRACT

Students are inseparable from learning and remembering activities. Memory is used to store information that has been obtained from the learning process and the information can be reused in the future. Previous research explains the benefits of physical activity in terms of stimulating neurogenesis, facilitating neurotransmitter metabolism, and maintaining and increasing molecular and cellular stimulation in the brain that supports brain plasticity. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of physical activity and the short-term memory skills of a physiotherapy study program student, medical faculty, udayana university. This research was conducted in April - May 2019 with a cross sectional analytic study design. Samples were taken using simple random sampling with a total sample of 61 female students. The results showed that there was a positive significant relationship between the level of physical activity with short-term memory with p = 0.003 (p <0.05) with a coefficient correlation of 0.375. This means that there is a sufficient, significant, and directional relationship between physical activity and short-term memory in physiotherapy study program students, the higher the level of physical activity, the higher the ability of short-term memory.

Keywords: physical activity, short-term memory, student

PENDAHULUAN

Mahasiswa tidak terlepas dari kegiatan belajar dan mengingat. Memori digunakan untuk menyimpan informasi dari proses pembelajaran dan informasi tersebut dapat digunakan kembali di masa yang mendatang. Berdasarkan waktunya, memori dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: memori jangka pendek, menengah, dan panjang. Memori jangka pendek memiliki peran dalam hal pemahaman bahasa dan pemecahan masalah. Selain itu, aktivasi memori jangka pendek juga menentukan kecepatan proses kognitif. Proses kognitif yang baik diperlukan oleh mahasiswa fisioterapi dalam hal memahami materi saat proses pembelajaran sehingga dapat menunjang kemajuan prestasi belajar mahasiswa melalui indeks prestasi kumulatif.1

Memori dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti fisiologi, psikologis, dan patologis, diantaranya: usia, jenis makanan, kemampuan berkonsentrasi, hormonal, tingkat aktivitas fisik, jenis kelamin, gen, dan lain-lain.2 Beberapa penelitian terdahulu menjelaskan bahwa tingkat aktivitas fisik dan latihan fisik berpengaruh terhadap fungsi otak. Hal disebabkan aktivitas fisik dapat menjaga aliran darah yang adekuat serta meningkatkan nutrisi ke otak. Peran lain dari aktivitas fisik yaitu menghasilkan faktor tropik yang merangsang neurogenesis, memfasilitasi metabolisme neurotransmitter, serta menjaga dan meningkatkan stimulasi molekuler dan seluler di otak yang mendukung terjadinya plastisitas otak.3

Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2013, tingkat aktivitas fisik penduduk Indonesia masih tergolong rendah dan memiliki pola hidup sedentari (kurang bergerak). Hasil uji pada siswa menunjukkan bahwa sebesar 45% tingkat kebugaran kurang. Kondisi tersebut menyebabkan daya tahan tubuh kurang yang dapat berdampak pada penurunan prestasi belajar. Masalah kesehatan seperti pre-diabetes di usia muda, penurunan fungsi kognitif seperti memori kerja, motivasi, dan konsentrasi dapat muncul akibat tingkat aktivitas fisik yang rendah. Peneliti terdahulu menyatakan bahwa penurunan kosentrasi dan ketidakmampuan melakukan pekerjaan secara bersamaan berkaitan dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah.4 Penelitian yang dilakukan ingin membuktikan bahwa keterkaitan antara tingkat aktivitas fisik dapat berpengaruh terhadap kemampuan memori jangka pendek. Hal ini dikarenakan memori jangka pendek adalah tempat untuk mengolah informasi baru yang memiliki kapasitas terbatas dan bertahan dalam waktu singkat.5

METODE

Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Mei 2019 dengan jenis penelitian observasional analitik dengan studi cross sectional. Sampel ditentukan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi secara random sampling dan diperoleh sebanyak 62 sampel. Pengukuran variabel dependent tingkat aktivitas fisik menggunakan International Physical Activity Questionnaires (IPAQ) sementara variabel independent memori jangka pendek menggunakan Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS) dengan digit span test. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan SPSS.

HASIL

Karakteristikk Respondenn

Padaa penelitiann inii yangg menjadii respondenn yaitu mahasiswi fisioterapi yang berusia 21-23 tahunn dengann pengambilann sampell secaraa simple randomm yangg telahh mmemenuhi kriteriaa inklusii dann eksklusii dan didapatkan 61 responden. Adapun karakteristik responden berdasarkan usia, aktivitas fisik, dan memori jangka pendek dapatt dilihatt padaa tabell bberikut ini:

Tabel 1. Karakteristik Sampel

Berdasarkan Usia,,Tingkat Aktivitas Fisik, dan Memori Jangka Pendek

Data                  Mean±StandarDeviasi

Usia                     22,21 ± 0,86

Aktivitas Fisik            5,30 ± 337

Memori Jangka Pendek 12,67 ± 1,89

Berdasarkan tabel 1 dari 61 mahasiswi menunjukan bahwa responden berusia (22,21 ± 0,86) tahun dan 100% berjenis kelamin perempuan.

Uji Normalitas

Untukk menentukann ujii statistikk yangg digunakann dalamm mengujii hipotesis, maka dilakukann ujii normalitass terlebihh ddahulu. Uji normalitass padaa penelitiann ini terteraa pada tabel 2 berikut.

Tabel 2 Ujii Normalitas Kolmogrof-Smirnov

Variabel                Signifikan

Aktivitas Fisik            0,200

Memori Jangka Pendek  0,000

Berdasarkan tabel 2 uji normalitas Kolmogrof-Smirnov bahwa didapat aktivitas fisik (p>0,05) yangg diinterpretasikann bahwaa dataa berdistribusii nnormal, sedangkan untuk memori jangka pendek (p<0,05) sehinggaa dataa tidakk berdistribusii normal.. Maka,, ujii hipotesiss yang digunakann adalahh ujii non-parametrik.

Uji Hipotesis Hubungan Tingkat Aktivitas FIsik terhadap Kemampuan Memori Jangka Pendek

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan kemampuan memori jangka pendek yaitu menggunakan analisis statistik non-parametrik sperman rho. Hasil uji analisis ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3 Hubungan Tingkat Aktivitas FIsik terhadap Kemampuan Memori Jangka Pendek

Korelasi Variabel                          Reabilitas (Rs) p

Aktivitas fisik dengan memori jangka pendek 0,375           0,003

Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna positif antara tingkat aktivitas fisik dengan memori jangka pendek (p<0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,375. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang cukup, signifikan, dan searah antara aktivitas fisik dengan memori jangka pendek pada mahasiswi program studi fisioterapi FK Unud yaitu semakin tinggi tingkat aktivitas fisik seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan memori jangka pendeknya.

DISKUSI

Tingkat aktivitas fisik penduduk Indonesia masih tergolong rendah dan memiliki pola hidup sedentari (kurang bergerak). Hasil uji pada siswa menunjukkan bahwa sebesar 45% tingkat kebugaran kurang. Kondisi tersebut menyebabkan daya tahan tubuh kurang yang dapat berdampak pada penurunan prestasi belajar. Masalah kesehatan seperti pre-diabetes di usia muda, penurunan fungsi kognitif seperti memori kerja, motivasi, dan konsentrasi dapat muncul akibat tingkat aktivitas fisik yang rendah. Hasill penelitiann menunjukkann bahwaa terdapatt hubungan bermaknaa positif antaraa tingkatt aktivitass fisikkdengann memorii jangkaa pendekk (p<0,05) dengann koefisienn korelasii sebesarr 0,375. Hal ini berartii bahwa terdapatt hubungann yang cukup, signifikan, dan searah antara aktivitass fisikk dengan, memori jangka pendek pada mahasiswi program studi fisioterapi FK Unudd yaitu semakinn tinggii tingkatt aktivitass fisik seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan memori jangka pendeknya. Hall inii didukung olehh penelitiann terdahulu menyatakan bahwa penurunan kosentrasi dan ketidakmampuan melakukan pekerjaan secara bersamaan berkaitan dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah.4 Penelitian lainnya membuktikan bahwa keterkaitan antara tingkat aktivitas fisik dapat berpengaruh terhadap kemampuan memorii jangkaapendek.5

Memori jangka pendek menjadi sarana dalam mengelola informasi baru dan bertahan dalam waktu yang singkat. Tahapan dalam pemrosesan memori jangka pendek meliputi: tahapan pemasukan pesan dalam hal pemilahan dan pengkodean informasi yang masuk, dilanjutkan ke tahapan penyimpanan, dan proses mengingat kembali (recall). Seorang mahasiswa tidak dapat mengingat sebagian materi dikarenakan kapasitas memori jangka pendek yang terbatas serta perhatian yang kurang. Pengulangan sangatlah penting agar informasi penting tidak hilang. Memori jangka pendek akan mendukung aktivitas mahaiswa seperti berkomunikasi dan memahami pembicaraan serta bahan bacaan. Dengan memiliki kemampuan memori jangka pendek yang baik mahasiswa dapat mempertahankan informasi yang dibutuhkan. Sebaliknya apabila kemampuan memori jangka pendek terganggu, maka proses mengingat informasi akan terganggu pula dan berujung kepada penurunan prestasi belajar.5

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Pratiwi, SE. Handoko, W. dan Rahmatania, R. 2016. PPengaruh Senamm Otakk terhadap Memori Jangka Pendekk Mahasiswa. Jurnal Vokasi Kesehatan: 2(1); 1 – 9

  • 2.    Susanto,Y., Djojosoewarno,, P., dan Rosnaeni. 2009. Pengaruhh Olahragaa Ringann Terhadap Memorii Jangkaa Pendekk Pada Wanita Dewasa. JKM: 8(2): 144-1500

  • 3.    Wahyuni, A dan Nisa K. 2016. Pengaruhh Aktivitas dann Latihann Fisikj terhadap Fungsi Kognitif padaa Penderitaa Demensia. Majority: 5(4): 12 – 16

  • 4.    Junaidi, MCc dan sSoegiarto, B. 2016. Hubungann antaraa Aktivitass Fisikk terhadap Memori Kerjaa Muridd SMA Don Bosco III Bekasi.. Sari Pediatri: 18(4)

  • 5.    Putri, DR. 2018. Pengaruh Depresii Terhadapp Kemampuan Memorii Jangka Pendekk pada Remaja (Skripsi). Malang: UMM

  • 6.    Kramerr AF & Ericksonn KI. Capitalizingg on corticall plasticity:: influencee of physicall activity on cognitionn and brain function.. TRENDS inn Cognitivee Sciences.. 2007; 11(8): 344-348.

  • 7.    Yaffee K, Barness D, Nevittt M, Li-Yungg Lui, Covinskyy K., 2001. A Prospectiveeestudyy of physicall activityy andd cognitivee decline in elderly womenn whoi walk.. Arch Intern Med,161:1703-1708

  • 8.  Cotmann C. W, Berchtoldd N. C. 2002. EExercise: A Behaviorr interventionn to enhancee brain health and

plasticity.. Trendss inn NNeurosciences, 25(6) : 295-300

  • 9.  Muzamil, MS, Afriwardi, dan Martini, RD. 2014. Hubungan Antaraa Tingkatt Aktivitas Fisikk dengann Fungsii

Kognitiff padaa Usilaa di Kelurahann Jatii Kecamatann Padang Timur.. Jurnall Kesehatann Andalas:: 3(2)

Open Access Journal : https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi/index | 66 |