HUBUNGAN ANTARA FLAT FOOT DENGAN Q-ANGLE PADA ANAK – ANAK USIA 9-12 TAHUN DENGAN IMT NORMAL DI SEKOLAH DASAR NEGERI DENPASAR BARAT
on
ORIGINAL ARTICLE
MAJALAH ILMIAH FISIOTERAPI INDONESIA
Vol 7 No 2 (2019), P-ISSN 2303-1921
HUBUNGAN ANTARA FLAT FOOT DENGAN Q-ANGLE PADA ANAK – ANAK USIA 9-12 TAHUN DENGAN IMT NORMAL DI SEKOLAH DASAR NEGERI DENPASAR BARAT
Bella Aulya Safitri1, Ari Wibawa2, I Wayan Sugiritama3
1Program Studi Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Departemen Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3Departemen Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana [email protected]
ABSTRAK
Flat foot ialah masalah muskuloskeletal yang sering kita jumpai pada anak – anak. Flat foot bersifat progresif dan Flat foot tidak hanya di anggap sebagai masalah alignment statis dari ankle dan foot namun kelainan fungsi dinamis dari ekstremitas bawah lainnya. Q- angle sudah diterima sebagai faktor penting dalam menilai fungsi sendi lutut. Penelitian digunakan untuk mengetahui hubungan pada flat foot dan Q-angle anak – anak usia 9-12 tahun dengan IMT normal di Sekolah Dasar Negeri Denpasar Barat. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional analitik yang dilakukan pada bulan Maret 2018. Sampel penelitian berjumlah 60 sampel. Dengan teknik pengambilan sampel adalah consecutive sampling dan cocok dengan kriteria yang dicari sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Pemilihan sampel diperoleh dari pemeriksaan IMT, pemeriksaan flat foot menggunakan Wet Footprint Test untuk mengetahui derajat keparahan flat foot. Selanjutnya sampel melakukan pengukuran Q-angle menggunakan goniometer. Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat dengan uji Spearman’s Rho. Berdasarkan hasil analisis bivariate menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan flat foot kanan terhadap Q-angle kanan (r=0,334) dan ada hubungan signifikan pada flat foot kiri dan Q-angle kiri (r=0,399) anak-anak umur 9-12 tahun dengan IMT normal di Sekolah Negeri Denpasar Barat. Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian maka disimpulkan ada hubungan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara Flat foot dengan Q-angle pada anak – anak usia 9-12 tahun dengan IMT normal di Sekolah Dasar Negeri Denpasar Barat.
Kata Kunci : flat foot, Q-angle
RELATIONSHIP BETWEEN FLAT FOOT WITH Q-ANGLE IN CHILDREN AGE 9-12 YEARS OLD WITH NORMAL IMT IN ELEMENTARY SCHOOL, WEST DENPASAR
ABSTRACT
Flat foot is a musculoskeletal problem that we often encounter in children. Flat foot is progressive and Flat foot is not only regarded as a static alignment problem of ankle and foot but also a dynamic dysfunction of other lower extremities. Q-angle has been accepted as an important factor in assessing the function of the knee joint. This study aims to determine the relationship between flat foot and Q-angle in children aged 9-12 years with normal BMI at West Denpasar State Elementary School. This research is a cross sectional analytic research that has been studied in March 2018. The research total sample number 60 respondents. The sampling method is consecutive sampling and according to the inclusion criteria until the required number of subjects is met. The sample selection was obtained from BMI examination, next flat foot examination using Wet Footprint Test to determine the degree of severity of flat foot. The respondents then measured Q-angle using a goniometer. The analysis used was bivariate analysis with Spearman's Rho test. The result of bivariate analysis shows which there is a significant correlation between right flat foot with right Q-angle (r = 0.334) and existence of significant relation between left flat foot with left Q-angle ( r = 0.399) in children aged 9-12 years with normal BMI in West Denpasar State Elementary School. Based on the objectives and research results, therefore concluded which there was a statistically significant relationship (p <0.05) between Flat foot and Q-angle in children aged 9-12 years with normal BMI at West Denpasar State Elementary School.
Keywords: flat foot, Q-angle
PENDAHULUAN
Di masa pertumbuhan, anak-anak sangat aktif bergerak dan bermain yang tidak jarang bisa menyebabkan cedera. Salah satu resiko terjadinya cedera dapat dipengaruhi oleh kelainan muskuloskeletal pada anak. Kelainan muskuloskletal yang sering kita jumpai pada anak – anak adalah flat foot. Bagi sebagian orang kondisi flat foot dapat berkontribusi terhadap timbulnya masalah pada anggota gerak bawah. Sehingga perlu dilakukan deteksi dini kelainan muskuloskeletal pada anak yang bertujuan mencegah kondisi yang tidak diharapkan.
Q-angle sudah diterima sebagai faktor penting dalam menilai fungsi sendi lutut. Patella Femoral Pain Syndrome (PFPS), hipermobilitas sendi lutut, subluksasi patella dan cedera yang diakibatkan cedera olahraga adalah hasil peningkatan Q- angle diluar rentang normal, karena dianggap indikasi misalignment pada mekanisme ekstensor1.
Q-angle di definisikan sebagai sudut dari hasil pengukuran garis dari pelvic (Superior Iliac Anterior Spine) ke titik tengah patella dan garis lain dari tuberkulum tibialis ke titik tengah patella2. Seseorang dengan Q-angle 10° sampai 15° memiliki resiko terendah untuk mengalami cedera pada lutut dan dengan Q-angle lebih dari 20° berisiko tinggi mengalami cedera di lutut. Q-angle yang berlebih dikarenakan beberapa faktor yaitu ketidakseimbangan otot, kelainan struktur, dan instability3. Selain itu Q-angle yang berlebihan disebabkan oleh peningkatan lemak tubuh4.
Flat foot atau foot pronation didefinisikan kondisi lengkungan medial kaki hilang. Terjadinya penekanan pada sendi subtalar mengakibatkan tibia internal rotation5. Arkus normalnya terbentuk dari rentang umur 2 sampai 6 tahun. Lengkungan tersebut pada sebagian anak – anak yang lain memang belum sepenuhnya berkembang6. Flat foot terjadi karena lebih dari satu faktor yaitu kelemahan pada ligament, kelainan neurologis, kelainan muscular, kelainan genetic dan kolagen7. IMT ialah faktor lain dari terbentuknya arkus8.
Sebanyak 27,5% anak umur 6-12 tahun di Kota Surakarta memiliki angka kejadian flat foot9. Penelitian pada anak umur 6 - 11 tahun di Sekolah Dasar Negeri 4 Tonja Kota Denpasar, Bali berjumlah subyek 713 dan 101 anak mengalami flat foot10.
Jika arkus longitudinal rendah maka berat badan akan ke sisi medial kaki ketika berdiri maupun berjalan. Maka dari itu flat foot tidak hanya di anggap sebagai masalah garis lurus statik (static alignment) dari ankle dan foot namun kelainan fungsi dinamis dari ekstremitas bawah11.
Sampai sekarang di Indonesia belum ada yang melakukan sebuah penelitian hubungan flat foot dan Q-angle pada kelompok apapun. Dan juga untuk mencegah lebih dini resiko yang disebabkan oleh flat foot sehingga nantinya bisa memberi intervensi dan treatment yang sesuai maka dari itu penulis berminat melakukan penelitian keterkaitan flat foot dan Q-angle terhadap anak usia 9-12 tahun dengan IMT normal di Sekolah Dasar Negeri Denpasar Barat.
METODE
Observasional analitik dengan metode penelitian pendekatan cross-sectional merupakan desain penelitian kali ini. Maret 2018 dilaksanakan penelitian di Denpasar Barat. Kriteria inklusi dan eksklusi sample, yaitu umur 9-12 tahun dan IMT normal dengan menggunakan pengambilan sampel consecutive sampling. Sampel anak – anak berjumlah 60.
Pemeriksaan flat foot pada sampel menggunakan Wet Foot Print Test untuk mengetahui derajat keparahan seorang anak yang mengalami flat foot dan pengukuran Q-angle untuk mengetahui derajat sudut quadriceps pada sample. Data diuji menggunakan aplikasi komputer menggunakan beberapa uji statistik seperti: uji deskriptif, uji normalitas, dan uji bivariat Spearman’s rho.
HASIL
Penelitian ini terdiri dari 60 responden laki – laki berjumlah 39 orang dan 21 responden perempuan. Tabel 1 menunjukkan flat foot kanan maupun flat foot kiri didapatkan derajat paling ringan yaitu tingkat I, derajat sedang yaitu tingkat II, dan yang paling parah yaitu tingkat III. Kemudian di flat foot kanan dan flat foot kiri memiliki simpang baku (0,530 dan 0,535).
Anak – anak yang memiliki Q-angle kanan dan Q-angle kiri memiliki derajat yang paling kecil yaitu 10 ° dan yang paling tinggi yaitu 30°. Dengan simpang baku pada Q-angle kanan dan Q-angle kiri (4,427 dan 4,53).
Tabel 1. Karakteristik Sampel
n |
Min |
Med |
Max |
SD | |
Flat Foot Kanan |
60 |
1 |
2 |
3 |
0,53 |
Flat Foot Kiri |
60 |
1 |
2 |
3 |
0,555 |
Q-angle Kanan |
60 |
10 |
18,5 |
30 |
4,427 |
Q-angle Kiri |
60 |
10 |
20 |
30 |
4,53 |
Kolmogorov –Smirnov Test untuk uji normalitas data di Tabel 2. Nilai probabilitas untuk flat foot kanan p sebesar 0,000 (p<0,05), untuk flat foot kiri p sebesar 0,000 (p<0,05) , Q-angle kanan p=0,174 (p<0,05) , dan untuk Q-angle kiri p sebesar 0,037 (p<0,05).
Tabel 2. Kolmogorov - Smirnov Test
Kolmogorov - Smirnov
p
Flat Foot Kanan |
0,000 |
Flat Foot Kiri |
0,000 |
Q-angle Kanan |
0,174 |
Q-angle Kiri |
0,037 |
Tabel 3. menampilkan uji Spearman’s rho diperoleh p-value pada flat foot kanan dengan Q-angle kanan adalah 0,009. Kemudian p-value pada flat foot kiri dengan Q-angle kiri adalah 0,002. Membuktikan flat foot kanan dan kiri terhadap Q-angle kanan dan kiri anak – anak usia 9-12 tahun dengan IMT normal di Sekolah Dasar Negeri Denpasar Barat mempunyai hubungan signifikan. Diketahui R (koefesien korelasi) pada flat foot kanan dengan Q-angle kanan 0,334 dan flat foot kiri dengan Q-angle kiri 0,399 hingga keduanya mempunyai kekuatan hubungan lemah.
Tabel 3. Hubungan Flat foot dengan Q-angle
Flatfoot kanan-Q-angle kanan 0,009 0,33460
Flatfoot kiri-
DISKUSI
Sampel sebanyak 60 orang merupakan siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri di Denpasar Barat berusia 9-12 tahun yang telah disesuaikan dengan kriteria inklusi serta eksklusi.
Dalam cabang ilmu kedokteran yaitu bayi hingga dewasa muda, kaki datar adalah topik yang kontroversial. Sementara banyak laporan terkait dengan flat feet / pes planus / pes valgus yang telah memenuhi literatur medis12. Pronasi ialah kombinasi dari dorsifleksi, eversi, dan abduksi. Selama weight bearing, pronasi pada sendi subtalar dan tarsal membawa dampak arkus roll ke dalam13. Sendi subtalar ditopang sama ligament kolateral medial dan lateral14. Pronasi pada sendi subtalar membawa dampak sedikit bahkan tidak ada sokongan dari ligament15.
Umumnya sendi hendak mengurangi gaya rotasi antara tungkai dan kaki sehingga tidak menimbulkan gerakan memutar kaki kearah dalam atau luar secara berlebihan sementara kaki menapak pada permukaan14. Sedangkan flat foot mengalami pronasi subtalar dan midtarsal selama kaki menyentuh tanah, dengan mengubah torsi rotasi tibia dan femur16.
Jika kaki secara biomekanik berfungsi dalam pronasi secara konstan, maka seluruh kaki mengalami rotasi internal secara berlebihan. Tekanan rotasi internal yang berlebih dari kaki dapat menyebabkan masalah pada angulasi tendon patella dan tekanan yang berlebihan dari sisi lateral patella17. Secara teoritis bahwa rotasi internal os femur menyebabkan peningkatan tekanan kontak pada sisi facet lateral patella, oleh karena itu pronasi kaki yang berlebihan dapat menyebabkan nyeri lutut bagian anterior di samping itu posisi valgus dari lutut dapat meningkatkan sudut quadriceps18.
Pengujian melalui uji Sperman’s rho didapatkan nilai p-value 0,009 dan 0,002 dimana bisa disimpulkan adanya hubungan signifikan antara flat foot dengan Q-angle. Dengan hasil seperti itu, disimpulkan tingkat flat foot parah meningkatkan derajat Q-angle. Besarnya Q-angle pada penderita flat foot dipengaruhi oleh perubahan struktur dan fungsi kaki yang berdampak pada atas ekstrimitas bawah lainnya. Hal ini didukung oleh penelitian Letafatkar19 dengan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Q-angle dengan flat foot, flat foot dengan nyeri lutut dan Q-angle dengan nyeri lutut pada atlet gulat sementara penelitian Alkhouli20 menunjukkan terdapat khubungan flat foot dengan Q-angle baik kanan maupun kiri signifikan dan tidak ada hubungan antara kaki sehat normal dengan Q-angle baik kanan maupun kiri laki-laki berumur 16-18 tahun.
Dengan mencegah bertambah buruknya kelainan arkus pada penelitian Esmaeili16 memfokuskan pada pencegahan pronasi yang berlebihan dengan mengendalikan eversi dari calcaneus agar tidak berdampak pada atas ekstremitas bawah lainnya.
SIMPULAN
Penelitian ini disimpulkan oleh penulis ada hubungan bermakna secara signifikan statistik (p<0,05) antara Flat foot dengan Q-angle pada anak umur 9-12 tahun dengan IMT normal di Sekolah Dasar Negeri Denpasar Barat.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Raveendranath, R. 2011. Bilateral Variability of the Quadriceps Angle (Q angle) in an Adult Indian Population. Iranian Journal of Basic Medical Sciences, 14(5): 465–471.
-
2. Caylor, D. 1993. The Relationship between Quadriceps Angle and Anterior Knee Pain syndrome. J Orthop Sports Phys Ther, Vol 17(1):11-16
-
3. Rauh, M., Koepsell, T.D., Rivara, F.P., Rice, S.G., & Margherita, A.J (2007). Quadriceps Angle and Risk of Injury Among High School Cross-Country Runners. J Orthop Sports Phys Ther,725-733.
-
4. Oakman J., Parez A., Neal M. 2015. The Relationship between Foot and Knee Angle and Cardiovascular Health. The Official Journal of the Federation of American Societies for Experimental Biology Vol. 29.
-
5. Lavangie, P.L., Norkin, C.C. 2011. Joint Structure and function: a comprehensive analysis. FA Davis.
-
6. Pfeiffer, Martin, Rainer Kotz, Prof, Thomas Ledl, Gertrude Hauser, Prof, Maria Sluga, Prof. 2006. Prevalence of
flatfoot in Pre-school age children. Journal of The American Academy of Pediatrics: Illinois 118(2):4-634.
-
7. Halabchi, F., Mazaheri, R., Mirshahi, M., Abbasian, L. 2013. Pediatric Flexible Flatfoot; Clinical Aspect and
Algorithmic Approch. Iranian Journal of Pediatric 23(3): 247–260.
-
8. Pourghasem, M., Kamali, N., Farsi, M., Soltanpour, N. 2016. Prevalence of flatfoot among school students and its relationship with BMI. Journal of Acta Orthopaedica et Traumatologica Turcica 50(5):554-557.
-
9. Seteriyo, W. 2013. Prevalensi kelainan bentuk kaki (flatfoot) pada anak usia 6- 12 tahun di kota Surakarta [Skripsi]. Surakarta: Jurusan Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
-
10. Antara, K. A. 2017. Hubungan Flat Foot Dengan Keseimbangan Statis Dan Dinamis Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 4 Tonja Kota Denpasar [Skripsi]. Denpasar: Jurusan Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
-
11. Lee, T., Anzel, S., Bennett, K., Pang, D., & Kim, W. 1994. The influence of fixed rotational deformities of the femur on the patellofemoral contact pressures in human cadaver knees. Clinical Orthopaedics, 69-74.
-
12. Evans, A.M., Nicholson, H., Zakarias, N. 2009. The paediatric flat foot proforma (p-FFP): improved and abridged following a reproducibility study. Journal of Foot and Ankle Research, 2:25.
-
13. Juhn, M.S. 1999. Patellofemoral Pain Syndrome : A Review and Guidelines for Treatment. American Academy of Family Physicians 1;60(7):2012-2018.
-
14. Kisner, C dan Colby, L.A. 2014. Terapi Latihan Dasar dan Teknik Vol 3 Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
-
15. Franco, A. H. 1987. Pes Cavus and Pes Planus: Analyses and Treatment.
-
16. Esmaeili, A. M, Daneshmandi, H., Samami, N. 2015. The Study of Relationship Malalignment Knee and Foot with Injury in Professional Sprinters. International Journal of Sport Studies, 5(5):576-581.
-
17. Cote, K. P. 2005. Effects of Pronated and Supinated Foot Postures on Static and Dynamic Postural Stability. Journal Athletic Training, 40(1): 41–46.
-
18. Boling, M. C. 2008. A Prospective Investigation Of Biomechanical Risk Factors For Anterior Knee Pain. A dissertation submitted to the faculty of the University of North Carolina at Chapel Hill in partial fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy in the Department of Interdisciplinary Human Movement Science (School of Medicine).
-
19. Letafatkar, A., Zandi, S., Khoday, M., Vahmesara, J.B. 2013. Flat Foot Deformity, Q Angle and Knee Pain are Interrelated in Wrestlers. J Nov Physiother 3:138.
-
20. Alkhouli, M. N. 2017. Relationship Between Flatfoot and Q- angle in Male Secondary School Student . International Journal of Physiotherapy and Research . Vol 5(6):2477-81.
Open Access Journal : https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi/index | 44 |
Discussion and feedback