ORIGINAL ARTICLE

Vol 8 No 1 (2020), P-ISSN 2303-1921

MAJALAH ILMIAH FISIOTERAPI INDONESIA

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA SUMERTA KELOD

Anak Agung Istri Dewi1, Nila Wahyuni2, Ni Luh Nopi Andayani3, I Putu Adiartha Griadhi4

1Program Studi Sarjana Fisioterapi dan Profesi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2,4 Departemen Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3 Departemen Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana [email protected]

ABSTRAK

Gangguan tidur merupakan masalah yang sering dialami oIeh usia lanjut yang berdampak terhadap kualitas tidur. Faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur adaIah aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang rutin dilakukan dapat meningkatkan kualitas tidur. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada usia lanjut di Desa Sumerta KeIod. Rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik cross sectional dengan teknik consecutive sampling. Jumlah sampel sebanyak 56 usia lanjut (23 laki-laki dan 23 perempuan) berusia 60-74 tahun. Variabel bebas yang diukur adalah aktivitas fisik dengan menggunakan kuesioner Baecke Index dan variabel terikat adaIah kualitas tidur dengan menggunakan kuesioner PSQI. Uji hipotesis yang digunakan adaIah Chi-Square Test dengan hasiI niIai p=0,006 (p<0,05). Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada usia lanjut di Desa Sumerta Kelod. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengontrol jenis kelamin pada sampel yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Kata Kunci: aktivitas fisik, kualitas tidur, usia lanjut

THE CORRELATION BETWEEN PHYSICAL ACTIVITY AND SLEEP QUALITY AMONG ELDERLY IN SUMERTA KELOD VILLAGE

ABSTRACT

Sleep disturbance is a problem that is often experienced by the elderly who have an impact on sleep quality. Factors that can affect the quality of sleep are physical activity. Physical activity carried out regularly can improve sleep quality. The purpose of this research was to determine the correlation between physical activity and sleep quality among elderly in Sumerta KeIod Village. The research design used was cross sectional analytic with consecutive sampling. The number of samples is 56 elderly (23 men and 23 women) aged 60-74 years. The independent variables measured were physical activity using the Baecke Index questionnaire and the dependent variable was the quality of sleep using the PSQI questionnaire. The hypothesis test used is Chi-Square Test with the value of p = 0.006 (p <0.05). The conclusion of this study is that there is a significant relationship between physical activity and sleep quality among elderly in Sumerta KeIod Village. Further research needs to control the sex of samples that can influence the results of the research.

Keywords: physical activity, sleep quality, elderly

PENDAHULUAN

Usia lanjut menurut World Health Organization (WHO) adalah orang yang berusia 60 tahun atau Iebih, yang diklasifikasikan menjadi empat yaitu middle age berusia 45-59 tahun, elderIy berusia 60-74 tahun, old berusia 70-90 tahun dan very old berusia lebih dari 90 tahun1. Usia lanjut merupakan suatu periode yang menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan berjalannya waktu2. Jumlah penduduk lanjut usia mengalami peningkatan seiring dengan tingginya harapan hidup. Analisis usia lanjut di Indonesia menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2017 memprediksi bahwa presentase penduduk usia lanjut akan mengalami peningkatan. Meningkatnya populasi usia lanjut akan menyebabkan semakin banyak masalah kesehatan yang dialami karena proses penuaan. Proses penuaan ditandai dengan menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita dan mempertahankan fungsi normalnya3.

Masalah kesehatan yang sering ditemui pada usia lanjut adalah gangguan tidur4. Usia lanjut memerlukan waktu yang lebih lama untuk memulai tidur tetapi memiliki waktu yang pendek untuk tidur dengan nyenyak5. Setiap tahun dilaporkan sekitar 20-50% orang dewasa mengalami gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius sedangkan pada usia lanjut prevalensi gangguan tidur cukup tinggi sekitar 67%6. Hasil penelitian yang dilakukan di Iran menyebutkan bahwa sebesar 86,2% dari 390 usia lanjut dengan rata-rata usia 60 tahun ke atas mengalami gangguan tidur dan lebih dari setengah usia lanjut membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk memulai tidur7. Gangguan tidur yang terjadi pada usia Ianjut tentunya akan mempengaruhi kualitas tidur. Kualitas tidur merupakan suatu kondisi dimana tidur yang dijalani seseorang dapat memberikan kebugaran, kesegaran dan kepuasan ketika terbangun. Tidur yang cukup dipengaruhi oIeh jumlah jam tidur (kuantitas) dan kedalaman tidur (kualitas)8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pada usia lanjut antara lain usia, depresi, penyakit, penggunaan obat-obatan, gaya hidup, lingkungan serta aktivitas fisik9,10. Pemeliharaan kualitas tidur merupakan aspek penting peningkatan kesehatan usia lanjut untuk memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai tingkat fungsional sehingga dapat melakukan aktivitas dan meningkatkan kualitas hidup11.

Aktivitas fisik adaIah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur pada usia lanjut. Aktivitas fisik merupakan semua pergerakan sebagai hasil dari kontraksi otot rangka yang memerlukan energi12. Aktivitas fisik terdiri dari gerakan kegiatan bebas, terstruktur, kegiatan olahraga maupun kegiatan sehari-hari. Usia lanjut dengan aktivitas fisik yang kurang dan tidak terstruktur akan mempengaruhi pengurangan waktu tidur atau kualitas tidur. Perubahan tidur normaI yang diaIami usia lanjut adaIah pada tahap Non Rapid Eye Movement (NREM) 3 dan 4. Usia lanjut hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur dalam13. Aktivitas fisik menyebabkan peningkatan konsumsi energi, sekresi endorphin dan suhu tubuh yang dapat meningkatkan kebutuhan tidur dan proses penyembuhan tubuh14. Semakin banyak energi yang dikonsumsi maka semakin besar kemungkinan restorasi. Usia lanjut yang aktif beraktivitas fisik diharapkan dapat meningkatkan kebutuhan tidur untuk memulihkan dan memperbaiki tubuh serta menyeimbangkan energi yang dikonsumsi15. Aktivitas fisik yang diIakukan dengan rutin akan memberikan dampak yang positif bagi kesehatan karena dapat membuat metabolisme menjadi baik, peredaran darah lancar sehingga tidur dapat lebih tenang dan nyaman16. MelaIui aktivitas fisik dapat merangsang aktivitas saraf simpatis dan aktivitas saraf parasimpatis sehingga hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin menurun17. Sistem saraf simpatis diaktivasi ketika beraktivitas fisik yang menyebabkan peningkatan denyut jantung, sedangkan sistem saraf parasimpatis menyebabkan proses pemulihan18. Aktivitas saraf parasimpatis akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuIuh darah yang menyebabkan oksigen ke otak dan seluruh tubuh menjadi lancar sehingga menyebabkan peningkatan relaksasi19.

Aktivitas fisik dan istirahat saling berkaitan karena apabila tidak aktif beraktivitas maka akan mempengaruhi waktu istirahat sehingga akan menyebabkan gangguan tidur dan akan mempengaruhi pengurangan waktu tidur dan kualitas tidur5. Pada penelitian yang diIakukan oIeh Rosdianti et al (2018) tentang Hubungan Activity of Daily Living dengan Kualitas Tidur pada Usia lanjut di Panti SosiaI Tersna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru dikatakan bahwa dari 49 responden yang terlibat sekitar 75,5% dengan ADL (Activity of Daily Living) mandiri memiliki kualitas tidur yang baik. Usia lanjut dengan aktivitas fisik yang baik akan memiliki kondisi tubuh yang lebih bugar sehingga kemampuan untuk tidur dengan baik semakin meningkat. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oIeh Rachmawati PanguIu (2015) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian insomnia pada usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur. Hal tersebut disebabkan karena selain aktivitas fisik terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan insomnia. Masih terdapat berbagai faktor atau variabel yang dapat menyebabkan insomnia yang belum diteliti pada penelitian tersebut sehingga perlu dikembangkan kembali.

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada usia lanjut. Hal ini menarik untuk diteliti, dilihat dari adanya perbedaan pada penelitian sebelumnya terkait ada atau tidak hubungan antara kedua variabel tersebut.

METODE

Rancangan penelitian yang digunakan adaIah analitik cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada buIan April-Mei 2019 di tiga banjar yang berada di Desa Sumerta Kelod. SampeI penelitian dipilih berdasarkan kriteria inkIusi yaitu bersedia menjadi subjek penelitian, berusia 60-74 tahun, memiliki kognitif yang baik dengan skor MMSE minimal 24, tidak mengalami depresi dengan skor GDS (Geriatric Depression Scale) maksimal 4 dan tidak menggunakan obat-obatan. Sementara itu, kreteria eksklusi yaitu merokok dan minum alkohoI, mengalami nyeri, asma, gatal-gatal, inkontinensia urine. Penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling dengan total sampel 56 orang.

Variabel independen pada penelitian ini dilakukan pengukuran dengan menggunakan kuesioner Beacke Index untuk mengetahui tingkat aktivitas fisik yang dimiliki sedangkan variabeI dependen diukur dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengetahui skor kualitas tidur.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan software SPSS yang dibagi menjadi dua yaitu analisis univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi tiap variabel dan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel dengan metode analisis menggunakan Chi Square Test.

HASIL

Berikut adaIah hasil penelitian berdasarkan distribusi karakteristik sampel antara Iain usia, jenis kelamin aktivitas fisik dan kualitas tidur pada usia lanjut di Desa Sumerta Kelod yang berjumlah 56 responden.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Usia (tahun) Frekuensi (n) Presentase (%)

60-64

19

33,9

65-69

19

33,9

70-74

18

32,1

Jumlah

56

100

Jenis Kelamin

Frekuensi (n)

Presentase (%)

Laki-laki

23

41,1

Perempuan

33

58,9

Jumlah

56

100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui jumlah responden berdasarkan rentang usia hampir sama yakni usia 6064 tahun berjumlah 19 orang (33,9%), usia 65-69 tahun berjumlah 19 orang (33,9%) sedangkan usia 70-74 tahun berjumlah 18 orang (32,1%). Dilihat berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan mendominasi dibandingkan dengan laki-laki. Jumlah responden perempuan yakni sebanyak 33 orang (58,9%) sedangkan responden laki-laki sebanyak 23 orang (41,1%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Berdasarkan Usia

Usia (tahun)

Aktivitas Fisik

Total

Ringan

Sedang

Tinggi

60-64

4 (21,1%)

10 (52,6%)

5 (26,3%)

19 (100%)

65-69

5 (26,3%)

8 (42,1%)

6 (31,6%)

19 (100%)

70-74

7 (38,9%)

8 (44,4%)

3 (16,7%)

18 (100%)

Total

16 (28,6%)

26 (46,4%)

14 (25,0%)

56 (100%)

Berdasarkan tabel 2, Hasil penelitian ini menunjukkan masing-masing rentang usia 60-74 tahun memiliki kategori aktivitas fisik yang berbeda-beda. Aktivitas fisik ringan lebih banyak dimiliki oIeh responden berusia 70-74 tahun sebesar 38,9%, aktivitas fisik sedang lebih banyak pada responden berusia 60-64 tahun sebesar 52,6% sedangkan aktivitas fisik tinggi lebih banyak pada responden berusia 65-69 tahun sebesar 31,6%.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis             Aktivitas Fisik                   Total

Kelamin    Ringan    Sedang     Tinggi

Perempuan Laki-laki

10 (30,3%)

6 (26,1%)

17 (51,5%)

9 (39,1%)

6 (18,2%)

8 (34,8%)

33 (100 %)

23 (100 %)

Total

16 (28,6%)

26 (46,4%)

14 (25,0%)

56 (100%)

Berdasarkan tabel 3, Hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik ringan didominasi oIeh responden perempuan sebesar 30,3%. Begitu pula untuk aktivitas fisik sedang didominasi oIeh responden perempuan sebesar 51,5% sedangkan aktivitas fisik tinggi sebesar 34,8% didominasi oIeh responden laki-laki.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Berdasarkan Usia

Usia         Kualitas Tidur       Total

(tahun)     Baik       Buruk

60-64

11 (57,9%)

8 (42,1%)

19 (100%)

65-69

14 (73,7%)

5 (26,3%)

19 (100%)

70-74

13 (72,2%)

5 (27,8%)

18 (100%)

Total

38 (67,9%)

18 (32,1%)

56 (100%)

Berdasarkan Tabel 4, kualitas tidur baik lebih banyak dimiliki oIeh responden dengan usia 65-69 tahun sebesar 73,7% dan kualitas tidur buruk pada responden dengan usia 60-64 tahun sebesar 42,1%.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Kualitas Tidur        Total

Baik      Buruk

Perempuan Laki-laki

23 (69,7%)  10 (30,3%)  33 (100%)

15 (65,2%)  8 (34,8%)  23 (100%)

Total

38 (67,9%)  18 (32,1%)  56 (100%)

Berdasarkan tabel 5, Kualitas tidur baik Iebih banyak pada respoden perempuan sebesar 69,7% dan kualitas tidur buruk Iebih banyak pada responden Iaki-Iaki sebesar 34,8%.

Tabel 6. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada Usia Lanjut

Aktivitas        Kualitas Tidur           Total        p

Fisik       Baik        Buruk

Ringan   6 (37,5 %)   10 (62,5 %)  16 (100 %)

Sedang  22 (84,6%)   4 (15,4%)   26 (100 %)

Tinggi   10 (71,4 %)  4 (28,6 %)   14 (100 %)

Total    38 (67,9%)   18 (32,1%)  56 (100 %)  0,006

Berdasarkan tabel 6 dari hasil uji statistik Chi Square Test menunjukkan bahwa bahwa usia Ianjut dengan aktivitas fisik ringan berjumlah 16 orang yang memiliki kualitas tidur yang baik sebanyak 6 orang (37,5%) dan kualitas tidur yang buruk sebanyak 10 orang (62,5%). Sebagian besar usia lanjut memiliki aktivitas fisik sedang dengan jumlah 26 orang yang memiliki kualitas tidur yang baik sebanyak 22 orang (84,6%) dan kualitas tidur yang buruk sebanyak 4 orang (15,4%). Usia Ianjut dengan aktivitas fisik tinggi berjumlah 14 orang yang memiliki kualitas tidur yang baik sebanyak 10 orang (71,4%) dan kualitas tidur yang buruk sebanyak 4 orang (28,6%).

DISKUSI

Hasil penelitian menunjukkan terdapat usia Ianjut dengan rentang usia 60-64 tahun sebanyak 19 orang (33,9%), rentang usia 65-69 tahun sebanyak 19 orang (33,9%) dan rentang usia 70-74 tahun sebanyak 18 orang (32,1%). Ketika memasuki usia Ianjut akan terjadi proses degenaratif yang akan berdampak pada perubahan fisik maupun psikologis20. Masalah yang sering ditemukan pada usia Ianjut adalah gangguan tidur yang dialami oIeh usia lanjut berusia 60 tahun atau Iebih baik pada perempuan ataupun Iaki-Iaki. Proses menua yang ditandai dengan perubahan anatomi dan fisiologis dapat menyebabkan waktu tidur efektif usia Ianjut semakin berkurang7. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 33 orang (58,9%) dari sampel adalah berjenis kelamin perempuan sedangkan 23 orang (41,1%) adaIah Iaki-Iaki. Distribusi jenis kelamin perempuan yang Iebih besar disebabkan perbedaan usia harapan hidup antara Iaki-Iaki dan perempuan. Secara teoritis angka harapan hidup perempuan Iebih tinggi daripada Iaki-Iaki sehingga keberadaan usia Ianjut perempuan Iebih banyak. Usia Ianjut yang tinggal baik di desa maupun di kota, proporsi usia Ianjut perempuan Iebih tinggi daripada Iaki-Iaki21.

Berdasarkan aktivitas fisik, dari 56 responden terdapat 16 orang (28,6%) dengan aktivitas fisik ringan, 26 orang (46,4%) dengan aktivitas fisik sedang dan 14 orang (25,0%) dengan aktivitas fisik tinggi. Aktivitas fisik ringan Iebih banyak dimiliki oleh responden berusia 70-74 tahun sebesar 38,9%, aktivitas fisik sedang Iebih banyak pada usia Ianjut berusia 60-64 tahun sebesar 52,6% sedangkan aktivitas fisik tinggi Iebih banyak pada usia Ianjut berusia 65-69 tahun sebesar 31,6%. Semakin bertambahnya usia pada usia Ianjut akan berdampak pada ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik. Usia Ianjut yang teIah memasuki usia 70 tahun atau Iebih adalah usia Ianjut dengan resiko tinggi untuk mengalami penurunan dalam berbagai hal termasuk dalam melakukan aktivitas fisik3. Responden pada penelitian ini di setiap rentang usia memiliki IeveI aktivitas fisik yang berbeda-beda. Responden pada rentang usia 70-74 tahun masih ada yang memiliki aktivitas fisik tinggi sebanyak 3 orang (16,7%). Aktivitas fisik tinggi yang dimiliki oIeh responden tersebut diperoleh dari perhitungan kuesioner Baecke Index yang dominan pada indeks olahraga dan indeks waktu senggang dan masih aktif daIam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Penuaan menyebabkan perubahan fisiologis yang berpengaruh pada organ-organ tubuh termasuk sistem muskuloskeIetal yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari oIeh usia Ianjut daIam kategori sedang ataupun tinggi membutuhkan kondisi fisik yang baik, semakin baik kondisi fisik yang dimiliki maka semakin mudah dalam melakukan kegiatan ataupun aktivitas fisik22. Aktivitas fisik ringan didominasi oleh responden perempuan sebesar 30,3%. Begitu pula untuk aktivitas fisik sedang didominasi oIeh responden perempuan sebesar 51,5% sedangkan aktivitas fisik tinggi sebesar 34,8% didominasi oIeh responden Iaki-Iaki. Hasil observasi menunjukkan bahwa responden Iaki-Iaki cenderung sering melakukan aktivitas duduk, berjalan, dan berolahraga berat dibandingkan perempuan. Responden Iaki-Iaki cenderung tidak pernah melakukan aktivitas rumah tangga dibandingkan perempuan. Tetapi, Iaki-Iaki cenderung Iebih banyak yang masih bekerja dibandingkan dengan perempuan.

Berdasarkan distribusi kualitas tidur dari 56 responden terdapat 38 orang (67,9%) dengan kualitas tidur yang baik sedangkan 18 orang (32,1%) dengan kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur yang baik ditandai dengan tidak adanya kelelahan di siang hari, gelap di area mata, sakit kepala, mudah Ielah, dan sering menguap dan mengantuk23. Sebagaian besar usia Ianjut memiliki kualitas tidur yang baik karena kondisi tubuh yang optimal baik secara fisiologis dan psikologis. Berdasarkan hasil kuesioner PSQI didapatkan bahwa usia Ianjut memiliki efisiensi tidur yang baik dimana usia Ianjut tidak mengeluh bangun terIalu pagi. Pada komponen Iatensi tidur juga baik dimana usia Ianjut tidak mengalami kesulitan dalam memulai tidur. Biasanya pada usia Ianjut akan membutuhkan waktu 30-60 menit untuk memulai tidur dan terbangun terlaIu pagi. Usia Ianjut juga tidak mengalami gangguan tidur pada malam hari dimana mereka hanya terbangun sesekali untuk buang air kecil, kondisi Iingkungan yang baik seperti tidak merasa kepanasan atau kedinginan. Selain itu usia Ianjut tidak mengeluh mengalami nyeri, sesak, ataupun batuk yang mengganggu tidur. Usia Ianjut juga tidak ada yang mengkonsumsi obat-obatan untuk membantu mempermudah tidur sehingga mereka tidak ada yang mengalami ketergantungan. Hal-hal tersebut yang menyebabkan kebutuhan tidur pada usia Ianjut menjadi tercukupi sehingga dari hasil kuesioner total skor yang diperoleh adaIah kualitas tidur baik.

Kualitas tidur baik Iebih banyak dimiliki oIeh responden dengan usia 65-69 tahun sebanyak 14 orang (73,7%) dan kualitas tidur buruk pada responden dengan usia 60-64 tahun sebanyak 8 orang (42,1%). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin kualitas tidur baik Iebih banyak pada respoden perempuan sebesar 69,7% dan kualitas tidur buruk Iebih

banyak pada responden Iaki-Iaki sebesar 34,8%. Semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin buruk kualitas tidur yang dimiliki. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidur24. Tetapi pada penelitian ini kualitas tidur yang dimiliki responden pada masing-masing rentang usia dan jenis kelamin menunjukkan hasil yang bervariasi. Responden berusia 60-64 tahun memiliki kualitas tidur buruk dibandingkan responden berusia 65-69 tahun dan 70-74 tahun. Hal ini dapat disebabkan karena ada beberapa usia Ianjut yang memerlukan waktu tidur Iebih dari 7 jam yang kemungkinan disebabkan karena usia Ianjut tersebut dapat beradaptasi dengan perubahan akibat proses penuaan yang terjadi pada dirinya9. Selain itu juga dapat disebabkan karena faktor Iain seperti kelelahan dan Iingkungan. Beberapa usia Ianjut yang mengalami kelelahan setelah beraktivitas fisik akan membuat tidurnya menjadi Iebih cepat dan nyenyak, tetapi ada pula usia Ianjut yang mengalami kelelahan malah membuat kebutuhan waktu tidur menjadi berkurang24. Faktor Iingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang adaIah suara atau kebisingan, suhu ruangan dan pencahayaan. Keadaan Iingkungan yang nyaman dan aman dapat mempercepat proses tidur seseorang25.

Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan total durasi tidur dan kualitas tidur. Penelitian yang dilakukan oIeh Anggarwati dan Kuntarti (2016) menunjukkan bahwa 98 usia Ianjut wanita yang rutin mengikuti senam lansia memiliki rerata skor kualitas tidur yang baik daripada yang tidak rutin mengikuti senam lansia. Aktivitas fisik yang dilakukan dengan teratur dapat meningkatkan konsumsi energi, sekresi endorphin dan suhu tubuh yang dapat memfasilitasi tidur daIam proses pemulihan tubuh. AIiran darah yang Iancar akan menyebabkan oksigen ke otak menjadi Iancar sehingga hal ini dapat mengontroI tekanan darah yang kemudian dapat meningkatkan rasa nyaman saat tidur14. Melalui aktivitas fisik yang dapat meningkatkan suhu inti manusia maka sistem termal sirkadian akan mengimbangi peningkatan suhu tersebut dengan menurunkan suhu Iebih dari biasanya26. Peningkatan suhu tubuh diperIukan oIeh hipotalamus untuk melakukan penurunan suhu tubuh yang Iebih teratur sehingga dapat meningkatkan kuaIitas tidur ketika proses pemulihan tubuh. Hal ini dapat berdampak baik terhadap fase tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) fase 3 dan 4 usia Ianjut yang mulai menurun14.

Aktivitas fisik yang diIakukan secara teratur menjaga keseimbangan homeostatis tubuh melalui jalur Hypotalamic Pytuitari Adrenal (HPA) Axis. Pada keadaan ini produksi serotonin, encephalin dan endorphin mengalami peningkatan. Aktivitas fisik menyebabkan cadangan gIukosa daIam tubuh berkurang sehingga akan menyebabkan munculnya endorphin. Endorphin yang muncul akan memberikan rasa nyaman, senang dan bahagia. DaIam kondisi rileks maka usia Ianjut akan mudah dalam memenuhi kebutuhan tidurnya27. Kondisi yang rileks dan nyaman akan mempercepat usia Ianjut untuk mampu memulai tidur dengan Iebih cepat. Hormon melatonin dibantu oIeh serotonin dan endorphin membantu mencapai tidur yang dalam (delta deep) sehingga ketika ada rangsangan dari Iuar atau dalam usia Ianjut akan Iebih toleran dan tidak mudah terbangun. Pemenuhan tidur yang cukup akan meningkatkan proses regenerasi sel dan tercapai kebugaran tubuh yang baik. Latensi dan durasi tidur yang cukup akan membuat usia Ianjut dapat beraktivitas dengan baik dan tidak mudah mengantuk pada siang hari19.

Penelitian Iain yang dilakukan oIeh Rosdianti et al pada tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Activity DaiIy Living (ADL) dengan kualitas tidur pada usia Ianjut di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru. Usia Ianjut dengan ADL mandiri cenderung memiliki kualitas tidur yang baik. MelaIui aktivitas fisik dapat merangsang aktivitas saraf simpatis dan aktivitas saraf parasimpatis sehingga hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin menurun17. Sistem saraf simpatis diaktivasi ketika beraktivitas fisik yang menyebabkan peningkatan denyut jantung, sedangkan sistem saraf parasimpatis menyebabkan proses pemulihan18. Aktivitas saraf parasimpatis akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan oksigen ke otak dan seluruh tubuh menjadi Iancar sehingga menyebabkan peningkatan relaksasi19. Aktivitas fisik yang baik akan menyebabkan tingkat kebugaran yang baik sehingga meningkatkan kualitas tidur menjadi baik17.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada usia Ianjut di Desa Sumerta Kelod.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Naftali A, Ranimpi Y, Anwar M. Kesehatan Spiritual dan Kesiapan Lansia DaIam Menghadapi Kematian. BuIetin PsikoIogi. 2017; 25 (2), 124-135.

  • 2.    Suardiman, P. S. PsikoIogi Lanjut Usia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2011.

  • 3.  Maryam S, dan Rosidawati. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

  • 4.  Sharma R, Das K, Randhawa H, Subodh B. Sleep Quality and Its Effect On Activities of DaiIy Living Among

Substance Dependent Subjects. Delhi Psychiatry. 2015; 18 (1), 32-39.

  • 5.    Darmojo B. Geriatri (IImu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbitan. 2011.

  • 6.    Bandiyah S. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. 2009.

  • 7.    Malakouti S, Foroughan M, Nojomi M, Ghalebandi M, Zandi T. SIeep Patterns, SIeep Disturbances and Sleepiness In Retired Iranian EIders. InternationaI JournaI Of Geriatric Psychiatry. 2009; 24 (11), 1201-1208.

  • 8.  Potter P, dan Perry A. Buku Ajar FundamentaI Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. 2010.

  • 9.  Potter P, dan Perry A. Buku Ajar FundamentaI Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. 2005.

  • 10.    Maas L. Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. 2011.

  • 11.    Triyadini, Asrin, Upoyo A. Efektifitas Terapi Massage Dengan Terapi Mandi Air Hangat Terhadap Penurunan Insomnia Lansia. JurnaI Keperawatan Soedirman. 2010; 5 (3), 174-181.

  • 12.    Bouchard C, BIair S, & Haskell W. PhysicaI Activity and HeaIth 2nd Edition. United States: Human Kinetics. 2012.

  • 13.    Khasanah K, & Hidayati W. KuaIitas Tidur Lansia BaIai RehabiIitasi SosiaI "MANDIRI" Semarang. JurnaI Nursing Studies. 2012; 1 (1), 189-196.

  • 14.    Chennaoui M, ArnaI P, Savet F, Ieger D. SIeep and Exercise: A ReciprocaI Issue? SIeep Medicine Review. 2014;

  • 20,    1-14.

  • 15.    Tatum J. The ReIationship Between PhysicaI Activity and SIeep. Texas: University of North Texas. 2010.

  • 16.    Nina N, Kalesaran A, & Iangi F. Hubungan Aktivitas Fisik dengan KuaIitas Tidur Pada Masyarakat Pesisir Kota Manado. KESMAS. 2018; 7 (4), 1-7.

  • 17.    Rosdianti Y, HerIina, Hasanah O. Hubungan Activity of DaiIy Living (ADL) dengan KuaIitas Tidur pada Lansia di PSTW KhusnuI Khotimah Pekanbaru. JOM FKp. 2018; 5 (2), 660-666.

  • 18.    Khomarun, Nugroho M, Wahyuni E. Pengaruh Aktivitas Fisik JaIan Pagi Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Dengan Hipertensi Stadium I di Posyandu Lansia Desa Makamhaji. JurnaI Terpadu IImu Kesehatan. 2013; 3 (2), 106-204.

  • 19.    Komsiatiningsih. Pengaruh Program Rutin Exercise Aerobik dan Pemberian Iatihan ReIaksasi Otot Progresif Terhadap Latensi dan Durasi Tidur Pada Lansia di UPT PSIU Magetan. FakuItas Keperawatan Universitas AirIangga Surabaya . 2015.

  • 20.    Azizah, dan Ma'rifatuI I. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha IImu. 2011.

  • 21.    Kemenkes RI. AnaIisis Lansia di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2017.

  • 22.    Putra K, Kurniasari, M, Purnamasiwi A. AnaIisa Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Kondisi Fisik Lansia di Desa dan Kota. Seminar NasionaI Pendidikan Jasmani. 2018; 235-243.

  • 23.    AimuI. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : ApIikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: SaIemba Medika. 2006.

  • 24.    Rudimin, Harianto T, Rahayu W. Hubungan Tingkat Umur Dengan Kualitas Tidur Pada Lansia di Posyandu Permadi KeIurahan TIogomas Kecamatan Iowokwaru MaIang. Nursing News. 2017; 2 (1), 119-127.

  • 25.    Hidayat A. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia ApIikasi Konsep dan Proses Keperawatan Edisi 2. Surabaya: SaIemba Medika. 2009.

  • 26.    GiIbert S, Van de HeuveI C, Ferguson S, & Dawson D. ThermoreguIation as a sIeep sigaIIing system. SIeep Medicine Reviews. 2004; 8 (2), 81-93.

  • 27.    Mahardika J, Haryanto J, Bakar A. Hubungan Keteraturan Mengikuti Senam Lansia dan Kebutuhan Tidur Lansia di UPT PSIU Pasuruan di Barat Iamongan. Indonesian JournaI of Community HeaIth Nursing. 2012; 1 (1), 1-11.

  • 28.    PanguIu R. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Insomnia pada Usia Ianjut di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan Bantul. Stikes Aisyiyah Yogyakarta. 2015.

  • 29.    Kuntarti, dan Anggarwati ES. Peningkatan Kualitas Tidur Lansia Wanita Melalui Kerutinan Melakukan Senam Lansia. Jurnal Keperawatan Indonesia. 2016; 19 (1), 41-48.

Open Access Journal : https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi/index | 27 |