THE THERE WAS NO DIFFERENCE BETWEEN FINGER PAINTING AND MERONCE GAMES TO IMPROVED FINE MOTOR ON CHILDREN OF PRASEKOLAH AGE IN EDUCATION OF EARLY AGE CHILDREN IN DENPASAR CITY
on

ORIGINAL ARTICLE
Vol 6 No 1 (2018), P-ISSN 2303-1921
MAJALAH ILMIAH FISIOTERAPI INDONESIA
TIDAK ADA PERBEDAAN ANTARA PERMAINAN FINGER PAINTING DAN MERONCE DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOTA DENPASAR
I Nyoman Ari Suryawan1, Ari Wibawa2, I Putu Adiartha Griadhi3 1,2Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana arisuryawan99@gmail.com
ABSTRAK
Finger Painting dan meronce dapat meningkatkan motorik halus pada anak usia 4 - 6 tahun yang mana anak sedang dalam masa perkembangan yang sangat baik secara fisik ataupun psikis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang perbedaan permainan finger painting dan meronce dan perkembangan motorik halus anak prasekolah memperlancar pengembangan motorik anak prasekolah di PAUD Kota Denpasar. Desain adalah Quasy Eksperimental Design pre-post test with control Grup Design. Sampel yang terbagi menjadi tiga kelompok dengan jumlah masing-masing 14 anak. Teknik sampling menggunakan random sampling. Uji statistik menggunakan one-way ANOVA . Hasil penelitian didapatkan p sebesar 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan tidak ada perbedaan antara bermain finger painting dengan meronce untuk memperlancar pengembangan motorik anak prasekolah. Penelitian ini menunjukkan bahwa antara finger painting dan meronce efektif untuk membantu pengembangan motorik anak prasekolah dengan nilai p= 0,192 pada uji post hoc LSD. Simpulan penelitian ini adalah Permainan Finger Painting dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak prasekolah. Permainan Meronce dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak prasekolah. Permainan Finger Painting dan Meronce sama-sama efektif dalam meningkatkan motorik halus anak prasekolah. Hasil penelitian ini diharapkan guru atau orang tua dapat memberi finger painting atau meronce sebagai salah satu permainan yang dapat membantu merangsang perkembangan motorik anak prasekolah yang mulus.
Kata Kunci : finger painting, meronce, motorik halus
THERE WAS NO DIFFERENCE BETWEEN FINGER PAINTING AND MERONCE GAMES TO IMPROVED FINE MOTOR ON CHILDREN OF PRASEKOLAH AGE IN EDUCATION OF EARLY AGE CHILDREN IN DENPASAR CITY
ABSTRACT
Finger Painting and meronce could enhance fine motor in children aged 4-6 years. Children in this period was good physical or psychological development. This study aimed to find out difference of finger painting and meronce to improved fine motor development of preschool children in early childhood in Denpasar. This study used Quasy Experimental Design with pre and post test with control Group Design. The samples were divided into three groups with 14 children each group. The sampling technique was random sampling. Statistical test used one-way ANOVA. The results obtained p = 0,000 (p <0.05) which showed no difference between playing finger painting and meronce to improve motor development of preschool children. This study showed between finger painting and meronce were effective to improve motor development of preschool children with p = 0.192 in LSD post hoc test. The conclusion of this study was Finger Painting Game can enhance the fine motor development of preschoolers. Meronce game could enhance fine motor development of preschoolers. Finger Painting and Meronce games were equally effective on improving fine motor of preschoolers. The results of this study could be useful to stimulate the fine motor development of preschool children.
Keywords: finger painting, meronce, fine motor
PENDAHULUAN
Usia 4–6 merupakan usia emas (the golden age) karena sedang mengalami masa perkembangan yang baik. Pada usia prasekolah merupakan fase sensitif dalam perkembangan berpikir setiap anak dimana dalam suatu periode suatu fungsi tertentu perlu distimulus, sehingga anak tidak mengalami keterlambatan perkembangan. Pemberian stimulus dengan baik merupakan hal yang sangat penting untuk membantu anak untuk berkembang dengan baik.
Perkembangan motorik halus penting bagi anak karena semakin baik perkembangannya akan sangat membantu dalam bereksplorasi mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya dan lebih terampil dalam membuat suatu karya dan segi pembelajaran lainnya. Perkembangan motorik terdiri dari motorik kasar dan halus. Namun, faktor yang mempengaruhi terjadinya keterlambatan motorik halus adalah pengawasan orang tua yang terlalu overprotektif, kurangnya pemberian rangsangan belajar, serta tidak memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan aktivitasnya dengan sendiri sehingga anak menjadi terbiasa dibantu dalam memenuhi kebutuhannya 1.
Berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) pelayanan kesehatan pada balita dalam deteksi dini tumbuh kembang balita sebesar 78,11%, didapatkan jumlah balita yang mengalami gangguan perkembangan motorik halus di Indonesia sebesar 45,7% 2. Dalam hasil penelitian yang dilakukan Ariyana3 mengenai perkembangan motorik halus anak didapatkan motorik halus anak yang normal sebesar 75,4% dan motorik halus anak yang abnormal sebesar 24,6%. Pada perkembangan anak yang abnormal disebabkan oleh faktor lingkungan anak, status gizi anak, kesehatan, stimulasi dan budaya 4.
Mengingat kondisi tersebut, perlu dilakukan pengembangan kemampuan motorik halus anak agar mengalami peningkatan kemampuan yang lebih baik. Finger painting dan meronce dapat digunakan untuk meningkatkan motorik halus anak karena kegiatan tersebut lebih banyak menggunakan gerakan otot-otot jari. Finger painting merupakan suatu kegiatan melukis dengan menggunakan cat berwarna secara langsung dengan jari-jari ataupun telapak tangan pada kertas gambar yang dapat melatih imajinasi yang mereka pernah mereka lihat, melalui kegiatan melukis ini dapat juga melatih kreativitas anak koordinasi motorik halus, sehingga dapat meningkatkan kesiapan menulis anak5. Meronce yaitu suatu kegiatan merangkai manik-manik dengan bantuan tali dimana dibentuk menjadi satu berdasarkan bentuk, jumlah, atau warna. Kegiatan ini sangat membutuhkan koordinasi mata dan tangan, serta kemampuan gerakan jari-jari tangan untuk memasukkan tali kedalam butir manik-manik yang dapat melatih konsentrasi, mampu mengasah kemampuan kognitif 6.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental Design dengan rancangan pre-post-test with control Grup Design yang mana kelompok 1 diberikan permainan finger painting dan kelompok 2 meronce dan kelompok 3 sebagai kelompok kontrol. Penelitian dilaksanakan bulan April-Mei 2017. Sampel adalah anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini Harapan Bangsa dan Kesuma Sari Denpasar. Masing-masing kelompok pelatihan diukur motorik halusnya (pre-test dan post-test), kemudian diberikan intervensi bermain finger painting untuk kelompok perlakuan 1, kelompok 2 meronce dan kelompok 3 kelompok kontrol. Penilaian motorik halus menggunakan form tes kemampuan motorik halus Depdiknas 2004.Motorik halus adalah kemampuan untuk melakukan gerakan yang menggunakan otot-otot kecil pada bagian tubuh tertentu yang memerlukan koordinasi antara jari-jari, tangan dan mata secara cermat, yang diukur dengan menggunakan form tes kemampuan motorik halus15 dengan tujuan untuk mengukur kemampuan motorik halus anak pre-post diberikan perlakuan. Pada penelitian ini, motorik halus akan diukur sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. One-way ANOVA digunakan untuk menguji analisa data (p<0,0,5) signifikan, analisis dengan menggunakan software statistika.
HASIL
Hasil penelitian dipaparkan berupa data deskriptif karakteristik sampel kelompok I (permainan Finger Painting) dan kelompok II (permainan meronce) dan kelompok III (kelompok kontrol). Karakteristik sampel penelitian yang meliputi usia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik sampel
| 
 Karakteristik  | 
 I II  | 
 III  | ||
| 
 N/%  | 
 N/%  | 
 N/%  | ||
| 
 Usia  | 
 4 tahun  | 
 9/64,3  | 
 3/21,4  | 
 6/42,9  | 
| 
 5 tahun  | 
 5/35,7  | 
 11/78,6  | 
 8/57,1  | |
| 
 Jenis kelamin  | 
 Laki-laki  | 
 Jul-50  | 
 6/42,9  | 
 Jul-50  | 
| 
 Perempuan  | 
 Jul-50  | 
 8/57,1  | 
 Jul-50  | |
Tabel 1 menunjukan jumlah sampel pada setiap kelompok sebanyak 14 orang. Sampel penelitian pada kelompok I (permainan Finger Painting) dengan usia 4 tahun sebanyak (64,3%), dan 5 tahun sebanyak (35,7%). Pada kelompok II (permainan meronce) dengan usia 4 tahun sebanyak (21,4%), dan 5 tahun sebanyak (78,6%). Pada kelompok III (kelompok kontrol) dengan usia 4 tahun sebanyak (42,9%), dan 5 tahun sebanyak (57,1%). menunjukkan bahwa pada kelompok I sampel yang berjenis kelamin lelaki 7 orang (50%) dan perempuan 7 orang (50%), sedangkan kelompok II sampel lelaki 6 orang (42,9%) dan perempuan 8 orang (57,1%), kelompok III sampel lelaki 7 orang (50%) dan perempuan 7 orang (50%).
Tabel 2. Uji Normalitas dan Homogenitas
| 
 Data  | 
 Uji Normalitas  | ||||||
| 
 (Shapiro Wilk Test)  | 
 Uji Homogenitas  | ||||||
| 
 I II  | 
 III  | ||||||
| 
 rerata  | 
 p  | 
 rerata  | 
 p  | 
 Rerata  | 
 p  | ||
| 
 Pre  | 
 73,78±2,70  | 
 0,19  | 
 73,07±1,22  | 
 0,47  | 
 72,21±1,60  | 
 0,11  | |
| 
 Post  | 
 87,78±1,93  | 
 0,556  | 
 84,71±1,17  | 
 0,68  | 
 77,21±1,15  | 
 0,4  | 
 0,372  | 
| 
 Selisih  | 
 14,00±1,55  | 
 0,28  | 
 11,64±1,13  | 
 0,84  | 
 4,85±1,01  | 
 0,27  | |
Tabel 2 menunjukan hasil uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk Test didapatkan nilai probabilitas skor perkembangan motorik halus anak kelompok I sebelum latihan didapatkan nilai p= 0,19 dan setelah latihan nilai p= 0,556 nilai selisih didapatkan p= 0,28, yang berarti data skor motorik halus pada kelompok I berdistribusi normal. Data skor motorik halus pada kelompok II sebelum latihan dimana nilai p= 0,47 dan serta setelah latihan nilai p= 0,68, dan nilai selisih didapatkan p= 0,84. Hasil tersebut menunjukan bahwa kelompok II memiliki data yang berdistribusi normal. Data skor motorik halus pada kelompok III sebelum latihan dimana nilai p= 0,11 dan serta setelah latihan nilai p= 0,40, dan nilai selisih didapatkan p= 0,27. Hasil tersebut menunjukan bahwa kelompok III memiliki data yang berdistribusi normal. Uji homogenitas pada skor perkembangan motorik halus anak di dapatkan p= 0,372 yang berarti data penelitian homogen. Uji hipotesis adalah uji statistik parametrik.
Tabel 3. Uji Hipotesis
| 
 N  | 
 rerata±S B p  | |
| 
 Finger painting  | 
 14  | 
 14,00±5,81  | 
| 
 Kelompok Meronce  | 
 14  | 
 11,64±4,25 0  | 
| 
 Kelompok Kontrol  | 
 14  | 
 4,85±3,77  | 
Tabel 3 menghasilkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna dari ketiga kelompok tersebut.
Tabel 4. Uji Post Hoc LSD
| 
 Perbedaan rata-rata  | 
 IK 95%  | 
 P  | ||
| 
 Minimum  | 
 Maksimum  | |||
| 
 Finger painting vs Meronce  | 
 0,002  | 
 -0,001  | 
 0,006  | 
 0,192  | 
| 
 Finger painting vs Kontrol  | 
 0,009  | 
 0,005  | 
 0,012  | 
 0  | 
| 
 Meronce vs Kontrol  | 
 0,007  | 
 0,003  | 
 0,01  | 
 0  | 
Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil nilai p antara kelompok finger painting dan meronce p= 0,192 yang bermaksud tidak terdapat perbedaan peningkatan yang bermakna pada kelompok I dan kelompok II. Perbandingn antara kelomok finger painting dan kontrol menghasilkan nilai p=0,000 yang mempunyai arti terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok I dan kelompok III. Perbandingan antara kelompok meronce dan kelompok kontrol memperoleh nilai p=0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok II dan klompok III.
Uji Post Hoc LSD antara permainan finger painting dengan kelompok kontrol didapatkan p= 0,000 yang mempunyai arti ada perbedaan bermakna antar kelompok I dan kelompok III., antara permainan meronce dengan kelompok kontrol didapatkan p= 0,000, berarti terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok II dan kelompok III, antara permainan finger painting dengan meronce didapatkan p= 0,192, berarti tidak terdapat perbedaan peningkatan yang bermakna pada kelompok I dan kelompok II.
DISKUSI
Sampel penelitian ini berjumlah 42 orang yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang bersekolah di Pendidikan Anak Usia Dini Kesuma Sari dan Harapan Bangsa Denpasar. Karakteristik sampel pada penelitian ni adalah pada kelompok Finger Painting (kelompok I) memiliki rerata umur 4,35 tahun dengan strandar deviasi sebesar 0,49. Pada kelompok meronce (kelompok II) memiliki rerata umur 4,78 tahun dengan standar deviasi sebesar 0,42. Pada kelompok kontrol memiliki rerata umur 4,57 tahun dengan standar deviasi sebesar 0,51. Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan pada usia dini yaitu dari 0 sampai 6 tahun. Masa ini sering disebut fase “golden Age” 7.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto 8 perkembangan motorik halus dapat diasah dengan melipat kertas, menggunting, menulis, mewarnai, bermain puzzle, dan meremas. Hal serupa juga didukung dari Musbikin9 aspek pengembangan fisik motorik halus meliputi mencontoh bentuk lingkaran, bujur sangkar, segitiga, menjiplak angka, membentuk dengan plastisin, menggunting dengan mengikuti bentuk, menggambar, mewarnai, melipat kertas, menempel.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Artaningsih10 yang telah membuktikan bahwa finger painting dapat meningkatkan keterampilan motorik halus dan kreativitas pada anak. Menurut Munandar11, finger painting dapat melatih motorik halus anak karena melibatkan otot-otot kecil, kematangan syaraf, dan mengenal konsep warna (merah, kuning, biru).
Menurut Nursalam12, kegiatan meronce dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak yaitu kemampuan anak dalam mengamati dan melakukan gerak yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu. Berdasarkan penelitian Aisyah13, anak disarankan melakukan berbagai kegiatan kreatif untuk mengembangkan motorik kasar dan motorik halusnya. Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa kegiatan meronce adalah kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Secara tidak langsung, hasil penelitian sesuai dengan teori Hurlock 14.
Berdasarkan beberapa pendapat dan teori yang diatas disimpulkan bahwa latihan permainan finger painting dan meronce sama-sama efektif dalam merangsang perkembangan motorik halus. Permainan finger painting dan meronce melatih otot jari tangan, koordinasi mata dan tangan. Gerakan-gerakan yang dilakukan pada finger painting dan meronce melibatkan otot-otot jari tangan dan kematangan saraf.
SIMPULAN
Permainan Finger Painting dan meronce dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak prasekolah. Tidak terdapat perbedaan efek permainan Finger Painting dan meronce dalam meningkatkan motorik halus anak prasekolah.
DAFTAR PUSTAKA
- 
1. Nuryana, R. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Melalui Kegiatan Kolase Dengan Media Kertas Berwarna Pada Kelompok Bermain Putra Bangsa Dlanggu. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
 - 
2. Suherman. 2010. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta. EGC
 - 
3. Ariyana, D. dan Nur, R.S. 2008. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Anak dengan Perkembagan Motorik Kasar dan Halus Anak Usia 4-5 Tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 7. E-journal. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan.
 - 
4. Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika.
 - 
5. Yanti. 2014. Meningkatkan Kreativitas Anak Menggunakan Finger Painting Pada Kelompok A Tk Fatayat Ii. 10 November. Mojokerto.
 - 
6. Ika. 2013. Meningkatkan kemampuan motorik halus Melalui kegiatan meronce pada anak Kelompok bermain masjid syuhada. Fakultas ilmu pendidikan universitas negeri Yogyakarta
 - 
7. Chamidah, N. 2009. Deteksi Dini Gangguan Perkembangan Anak. Jurnal. Yogyakarta : FIP UNY
 - 
8. Yudha dan Rudyanto, 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas, Dirjen Dikti
 - 
9. Musbikin, I. 2012. Buku Pintar PAUD. Yogyakarta : Laksana
 - 
10. Artaningsih, Y. 2012. “Penerapan Metode Pemberian Tugas Melalui Kegiatan Finger Painting Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dan Kreativitas Anak Kelompok B3 Di TK Kemala BhayangkariSingaraja”. Skripsi. (tidak diterbitkan) Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan Unviversitas Ganesha
 - 
11. Munandar, U. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : PT Gramedia
 - 
12. Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika
 - 
13. Aisyah, S. 2011. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka
 - 
14. Hurlock, E. 1993. Perkembangan Anak. Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
 - 
15. Depdiknas. 2004. Kurikulum Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan RA. Jakarta: Depdiknas
 
Open Access Journal : https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi/index | 32 |
Discussion and feedback