PENAMBAHAN BRAIN GYM PADA PROPRIOSEPTIF EXERCISE

LEBIH BAIK DARI PROPRIOSEPTIF EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN STATIS PADA ANAK USIA 8 - 9 TAHUN

1)Ni Made Dwi Dayanti Martini, 2)I Made Niko Winaya, 3)I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti

  • 1,2 Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3 Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dwidayantimartini@yahoo.com

ABSTRAK

Keseimbangan merupakan komponen utama dalam menjaga postur tubuh manusia agar mampu tegak dan mempertahankan posisi tubuh. Pada anak usia 8-9 tahun keseimbangan statisnya sangat dipengaruhi oleh aktifitas fisik mereka. Penelitian Experimental dengan rancangan randomized pretest-postest two group design dan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Sampel merupakan 24 orang siswa di SDN 4 Ketewel dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok perlakuan I diberikan brain gym dan proprioseprif exercise sedangkan kelompok perlakuan II diberikan pelatihan proprioseptif exercise. Rerata selisih peningkatan keseimbangan statis pada kelompok perlakuan I sebesar 25,83±10,659 dan rerata selisih peningkatan nilai keseimbangan statis pada kelompok II sebesar 12,00±6,353 dengan p=0,001. Disimpulkan bahwa penambahan brain gym pada proprioseptif exercise lebih baik dari proprioseptif exercise untuk meningkatkan keseimbangan statsis pada anak usia 8-9 tahun.

Kata Kunci : Brain Gym, Proprioseptif Exercise, Keseimbangan Statis, Standing Stork Test

ADDITION OF BRAIN GYM ON PROPRIOCEPTIVE EXERCISE IS BETTER THAN PROPRIOCEPTIVE EXERCISE

TO IMPROVING STATIC BALANCE IN CHILDREN 8-9 YEARS OLD.

ABSTRACT

The balance is a major component in maintaining the posture of the human body that used to erect and maintaining the position of the body. In children 8-9 years old, the static balance is extremely influenced by their physical activities. This research is an Experimental Research with study design Randomized Pre and Post Test Control Group Design and the sampling technique is simple random sampling. Samples are 24 students at SDN 4 Ketewel that divided into two groups. The average difference between the increase on the first treatment group is 25.83 ± 10.659 and the average difference between the increase on the second treatment group is 12.00 ± 6.353, with p value = 0.001. Concluded that the addition of brain gym on proprioceptive exercise is better than proprioceptive exercise to improving static balance in children 8-9 years old.

Keywords: Brain Gym, Proprioceptive Exercise, Static Balance, Standing Stork Test

PENDAHULUAN

Masa awal seorang anak mengalami peningkatan pertumbuhan secara drastis, baik pertumbuhan fisik, mental, dan psikis. Kemampuan fisik yang cukup nyata dapat terlihat pada masa ini adalah kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi selain itu kemampuan kognitif anak juga terlihat pada masa ini. Kemajuan teknologi yang kian pesat memberi pengaruh yang signifikan dalam perkembangan anak, dimana anak menjadi malas bergerak dan penurunan aktifitas fisik sehingga mudah mengalami cedera. Jatuh akibat ketidakmampuan mempertahankan keseimbangan adalah salah satu penyebab cedera pada anak. Sebuah penelitian menyebutkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas pada anak akibat jatuh sebesar 25% sampai 44%.1

Kemampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh dibutuhkan koordinasi antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord.2 Keseimbangan statis merupakan kemampuan untuk mempertahankan pusat massa tubuh tetap pada bidang tumpu.3 Keseimbangan statis pada

anak usia 8-9 tahun belum optimal dimana pada usia tersebut keseimbangan statisnya sangat dipengaruhi oleh aktifitas fisik yang mereka lakukan sehingga diperlukan pelatihan yang dapat menstimulasi komponen keseimbangan statis.4

Untuk meningkatkan keseimbangan statis penulis memilih latihan yang mengacu pada integrasi dari system somatosensoris dan motoris serta mudah dipahami dan bersifat menyenangkan. Bentuk latin yang digunakan untuk meningkatkan keseimbangan statis anak usia 8-9 tahun di SDN 4 Ketewel berupa brain gym dan proprioseptif exercise.

Penambahan brain gym pada proprioseptif exercise memberikan rangsangan yang dapat meningkatkan kognitif pada anak dimana kognitif juga salah satu komponen yang mampu meningkatkan keseimbangan statis. Oleh karena itu, peneliti mencoba meneliti penambahan brain gym pada proprioseptif exercise lebih baik daripada proprioseptif exercise untuk meningkatkan keseimbangan statis anak usia 8-9 tahun.

Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 5, Nomor 1 • 39


BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian randomized pretest-postest two group design. Penelitian diawali dengan menentukan populasi target hingga mendapatkan populasi terjangkau, dari populasi terjangkau diseleksi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan sampel, kemudian menggunakan teknik simple random sampling untuk mendapatkan sampel pada 2 kelompok perlakuan yakni kelompok perlakuan I diberikan penambahan brain gym pada proprioseptif exercise dan kelompok perlakuan II diberikan proprioseptif exercise. Dilanjutkan pengukuran keseimbangan statis sebelum pelatihan dan pengukuran keseimbangan statis setelah pelatihan selama 4 minggu menggunakan standing stork test.

Proprioseptif exercise dilakukan menggunakan wobble board dan teknik close kinetic chain exercise dengan total tiga gerakan yakni : 1) side to side, 2) one foot, 3) squat. Setiap 1 set masing-masing gerakan dilakukan selama 30 detik dan diulangi sebanyak 5 set dimana setiap 1 set diberi waktu istirahat selama 2 menit. Pelatihan dilakukan selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu.

Brain gym diberikan sebelum proprioseptif exercise pada kelompok I dimana brain gym terdiri dari 10 gerakan yakni : 1) Cross Crawl, 2) Lazy 8, 3) Cross Crawl Sit Up, 4) The Rocker, 5) The Gravity Glider, 6) The Grounder, 7) Earth Buttons, 8) Balance Buttons, 9) Space Buttons, 10) Positive Point. Setiap latihan dilakukan selama 10 menit dengan 1 menit setiap gerakan. Pelatihan dilakukan selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu.

HASIL

Karakteristik sampel penelitian yang meliputi usia, jenis kelamin, dan IMT pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II di SDN 4 Ketewel dapat dilihat pada Table 1.

Tabel 1. Deskripsi Karakterisik Sampel Penelitian Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II

Kelompok Perlakuan Kelompok Perlakuan

Karakteristik                I                         II

(n=12)               (n=12)

Usia (tahun)

Rerata±SD            8,08±0,289          8,17±0,389

IMT

Rerata±SD

19,740±1,506

19,703±1,516

Variabel

Paired Sample T-Test

Rerata±SB

p

Jenis Kelamin

Keseimbangan Statis

13 25±7 473

(%)

Sebelum Pelatihan

- ∩ ∩∩∩

Lelaki

50

50

Keseimbangan Statis

39 08±15 096

0,000

Perempuan

50

50

Sesudah Pelatihan


Berdasarkan data Tabel 1. menunjukan bahwa sampel penelitian pada masing-masing kelompok berjumlah 12 orang. Sampel penelitian pada kelompok I yakni brain gym dan proprioseptif exercise memiliki rentangan usia 8-9 tahun, rerata index massa tubuh dalam rentangan normal, serta rerata jenis kelamin dengan persentase lelaki dan perempuan sama rata disetiap kelompoknya. Sampel pada kelompok II yakni proprioseptif exercise memiliki rentangan usia 8-9 tahun, rerata index massa tubuh dalam rentangan normal, serta rerata jenis

kelamin dengan persentase lelaki dan perempuan sama rata disetiap kelompoknya

Tabel 2. Uji Normalitas Dan Uji Homogenitas Peningkatan Keseimbangan Statis Pada Anak Usia 8-9 Tahun

Uji Normalitas (Shapiro Wilk

Test)

Uji

Variabel

Kelompok

Perlakuan I

Kelompok

Perlakuan II

Homogenit as (Levene’s Test)

Statistik

p

Statistik

p

Rerata Sebelum

0,896

0,142

0,899

0,156

0,894

Rerata Sesudah

0,959

0,764

0,911

0,22

0,214

Selisih

0,972

0,934

0,891

0,122

0,147


Tabel 2. Menunjukan hasil uji normalitas dengan Shapiro Wilk Test didapatkan nilai probabilitas skor keseimbangan statis pada kelompok perlakuan I sebelum intervensi didapatkan nilai p = 0,142 dan setelah intervensi nilai p = 0,764, pada kelompok perlakuan II sebelum intervensi didapatkan nilai p = 0,156 dan setelah intervensi nilai p = 0,220, selisih keseimbangan statis sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan I didapatkan nilai p = 0,934, dan selisih keseimbangan statis sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan II didapatkan nilai p = 0,122. Semua data tersebut menunjukan p>0,05 yang berarti pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II berdistribusi normal.

Pada Tabel 2. uji Homogenitas menggunakan Levene’s Test pada skor keseimbangan statis sebelum intervensi didapatkan nilai p = 0,894, skor keseimbangan statis setelah intervensi nilai p = 0,214 dan untuk selisih keseimbangan statis sebelum intervensi dan sesudah intervensi didapat nilai p = 0,147 yang menunjukkan bahwa data sebelum, sesudah maupun selisih memiliki p>0.05 yang berarti data homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, maka digunakan uji statistik parametrik untuk menguji hipotesis.

Tabel 3. Rerata Peningkatan Keseimbangan Statis Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Penambahan Brain Gym pada Proprioseptif Exercise

Analisis data peningkatan keseimbangan statis dengan uji hipotesis Paired Sample T-test, diperoleh nilai p = 0,000 (p<0.05) , menunjukan perbedaan yang bermakna dari peningkatan keseimbangan statis sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok penambahan brain gym pada proprioseptif exercise.

Tabel 4. Rerata Peningkatan Keseimbangan Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Proprioseptif Exercise

Variabel

Paired Sample T-Test

Rerata±SB

P

Keseimbangan Statis Sebelum Pelatihan

11,92±7,657

Keseimbangan Statis

23,92±11,000

0,000

Sesudah Pelatihan


Analisis data peningkatan keseimbangan statis dengan uji hipotesis Paired Sample T-test, diperoleh nilai p = 0,000 (p<0.05) , menunjukan perbedaan yang bermakna dari peningkatan keseimbangan statis sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok proprioseptif exercise.

Tabel 5. Perbandingan Peningkatan Keseimbangan Statis Pada Kelompok Penambahan Brain Gym Pada Proprioseptif Exercise Dan Kelompok Proprioseptif Exercise

Independent t-test

Variabel

Kelompok Penambahan Brain Gym Pada Propri-oseptif Exercise

Kelompok Proprioseptif Exercise

Rerata

SB

Rerata

SB

p

Sebelum Pelatihan

13,25

7,473

11,92

7,657

0,67

Sesudah Pelatihan

39,08

15,096

23,92

11

0,01

Selisih

25,83

10,659

12

6,353

0,001


Berdasarkan Tabel 5. yang memperlihatkan hasil perhitungan beda rerata peningkatan keseimbangan statis yang diperoleh nilai p = 0,001 (p <0,05) pada selisih antara sebelum dan sesudah pelatihan. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna antara kelompok penambahan Brain Gym pada Proprioseptif Exercise dan kelompok Proprioseptif Exercise terhadap peningkatan keseimbangan statis pada anak usia 8-9 tahun.

Tabel 6. Persentase Hasil Peningkatan Keseimbangan Statis Anak

Hasil Analisis

Variabel

Rerata Sebelum Pelatihan

Rerata Setelah Pelatihan

Selisih Peningkatan Keseimbang an

Persentase Peningkatan

Kelompok

Perlakua 1

13,25

39,08

25,83

194,94%

Kelompok

Perlakuan 2

11,92

23,92

12

100,67%


Tabel 6 yang memperlihatkan persentase peningkatan keseimbangan, pada kelompok perlakuan I terjadinya peningkatan sebesar 194,94% sedangkan pada kelompok perlakuan II sebesar 100,67%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan keseimbangan statis yang terjadi pada kelompok perlakuan I lebih baik daripada kelompok perlakuan II.

PEMBAHASAN

Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel penelitian berjumlah 24 orang yang sudah memenuhi kriteria insklusi dan ekslusi yang bersekolah di SDN 4 Ketewel. Usia sampel penelitian ini berkisar antara 8-9 tahun dengan rentangan IMT normal dan pembagan jenis kelamin setiap kelompok sama rata.

Rerata usia pada kelompok perlakuan I yakni 8,08±0,289 tahun dan pada kelompok perlakuan II yakni 8,17±0,389 tahun. Karakteristik tersebut menunjukan rerata usia kedua kelompok relatif sama, berkisaran antara 8-9 tahun. Anak usia tersebut keseimbangan statisnya mengalami peningkatan yang signifikan dibanding usia lainnya dimana keseimbangan statis pada usia tersebut dipengaruhi aktifitas yang mereka lakukan.4

Rerata index massa tubuh sampel penelitian pada kelompok perlakuan I yakni 19,740±1,506 kg/m2 dan pada kelompok perlakuan II yakni 19,703±1,516 kg/ m2. Berdasarkan klasifikasi WPRO (2000) utnuk IMT regional ASIA hal tersebut menunjukan bahwa rerata indeks masa tubuh pada kedua kelompok memiliki kategori indeks masa tubuh normal. Komposisi tubuh berpengaruh terhadap keseimbangan postural, kemampuan reaksi, dan mempengaruhi interaksi sendi dan otot.5

Dilihat dari karakteristik jenis kelamin pada kedua kelompok perlakuan didapatkan jumlah lelaki 6 orang (50%) dan perempuan 6 orang (50%). Persentase peningkatan keseimbangan statis pada anak usia 7-12 tahun menunjukan perbedaan dimana anak perempuan lebih baik dari anak lelaki.4

Penambahan Brain Gym Pada Proprioseptif Exercise Dapat Meningkatkan Keseimbangan Statis Pada Anak Usia 8-9 Tahun

Berdasarkan hasil uji paired sample t-test pada kelompok I yakni penambahan brain gym pada proprioceptif exercise, didapatkan rerata waktu keseimbangan statis sebelum intervensi 13,25 detik dan rerata setelah intervensi 39,08 detik. Selain itu, diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara keseimbangan statis sebelum dan setelah intervensi pada anak usia 8-9 tahun.

Brain gym akan memperkuat hubungan antar saraf dengan memberikan rangsangan baru sehingga otak menjadi lebih responsif dan peningkatan area internal respresentatif pada otak sehingga terjadi perbaikan sikap tubuh pada berbagai perubahan gerak dan lingkungan. Setiap gerakan brain gym akan memberi masukan sensoris yang diterima oleh sistem sensoris sehingga adanya hubungan saraf yang baru. Gerakan baru pada brain gym mengakibatkan pembelajaran pada sensoris sehingga memiliki kapasitas potensial yang mampu mengubah sistem otak dalam reorganization atau lebih dikenal dengan neuroplastisity.6

Penggunaan area otak yang lebih luas pada brain gym akan meningkatkan sensomotor sehingga adanya integrasi sensoris yang lebih baik sehingga kemampuan otak mengorganisasikan informasi sensoris dari dalam tubuh maupun dari lingkungan yang mengakibatkan terjadinya perbaikan kecepatan reaksi saat membutuhkan keseimbangan. Gerakan brain gym yang menyilang garis tengah pusat tubuh dengan pengulangan gerakan akan

memperbaiki sistem somatosensori, visual dan vestibular dalam merespon keseimbangan. Input sensori yang baik karena koordinasi multisensory akan memudahkan penyeberangan garis tengah pusat tubuh sehingga koordinasi gerakan menjadi lebih baik.7

Penambahan brain gym pada proprioseptif exercise merangsang perbaikan sistem vestibular, visual, somatosensoris dan mekanoreseptor dengan jalur yang berbeda, pada brain gym peningkatan keseimbangan statis terjadi karena adanya penggunaan area otak yang lebih luas sehingga menimbulkan rangsaan baru yang mengakibatkan hubungan saraf diotak menjadi lebih kuat dan otak menjadi lebih responsive serta area interna representative pada otak lebih meningkat.

Proprioseptif Exercise Dapat Meningkatkan Keseimbangan Statis Pada Anak Usia 8-9 Tahun

Uji paired sample t-test pada kelompok II yakni proprioceptive exercise, menyatakan bahwa rerata waktu keseimbangan statis sebelum perlakuan 11,92 detik dan rerata setelah perlakuan 23,92 detik. Dengan nilai p = 0,000 yang berarti adanya perbedaan yang bermakna antara keseimbangan sebelum dan setelah perlakuan pada anak usia 8-9 tahun.

Proprioseprif memberi informasi ke sistem saraf pusat tentang kondisi eksternal dan internal tubuh melalui reseptor yang terdapat pada sendi, otot, ligamen, tendon serta kulit diseluruh tubuh terutama yang ada pada kolumna vertebralis dan tungkai. Informasi yang diterima dapat berupa kontraksi otot, posisi sendi, dan tekanan. 8

Penggunaan wobble board dengan gerakan side to side, one foot, squat dengan mata tertutup membutuhkan konsentrasi yang tinggi sehingga proprioseptif bekerja lebih dominan menyebabkan terjadinya peningkatan proprioseptif.9 Sehingga terjadi peningkatan aktivitas recruitmen motor unit yang mengaktivasi golgi tenon dan muscle spindle yang mengakibatkan informasi propri-oseptif meningkat.10

Penelitian yang dilakukan Witvrouw (2004) menyatakan proprioceptif exercise dengan teknik closed kinetic chain exercise diatas wobble board sangat efektif dalam meningkatkan konduktifitas saraf, aktifitas neuromuscular, kecepatan reaksi, kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi.11

Penggunaan wobble board dapat meningkatkan fungsi proprioseptif pada stabilisator aktif sendi dan menstabilkan tonus, meningkatkan recruitmen motor unit sehingga mengaktifasi golgi tendon dan memperbaiki koordinasi serabut intrafusal dan serabut saraf ekstrafusal dengan saraf efferent yang ada di muscle spindel sehingga meningkatkan fungsi proprioseptif yang menyebabkan meningkatnya input sensoris yang akan diproses diotak sebagai central processing. Central processing berfungsi untuk menentukan titik tumpu tubuh dan alligment gravitasi sehingga terjadi control postural yang baik dan mampu menciptakan stabilitas yang baik ketika bergerak. 12

Kelompok Penambahan Brain Gym Pada Proprioseptif Exercise Lebih Baik Dari Proprioseptif Exercise Untuk Meningkatkan Keseimbangan Statis Pada Anak Usia 8-9 Tahun

Untuk mengetahui perbandingan peningkatan

keseimbangan statis pada kedua kelompok dilakuakn uji Independent t-test diperoleh nilai selisih pada kelompok perlakuan I sebesar 25,83±10,659 dan kelompok perlakuan II sebesar 12,00±6,353, dengan nilai p = 0,001 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan selisih yang bermakna antara kedua kelompok perlakuan. Dengan persentase rerata peningkatan keseimbangan statis sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan I sebesar 194,94%, dan kelompok perlakuan II sebesar 100,67%, dari persentase kedua kelompok dapat ditarik kesimpulan bahwa penambahan brain gym pada proprioceptif exercise lebih baik dalam meningkatkan keseimbangan statis pada anak usia 8-9 tahun dari pada proprioceptive exercise di SDN 4 Ketewel.

Penambahan Brain gym pada proprioseptif exercise lebih meningkatkan keseimbangan statis daripada proprioseptif exercise dikarenakan lebih mampu meningkatkan mekanisme neurofisiologis otak. Didukung dengan penelitian Griffin (2011) menyatakan bahwa pelatihan menggunakan area otak yang lebih luas akan memperbaiki mekanisme fisiologis pada otak yang baik. Perbaikan fisiologi yang terjadi akibat adanya peningkatan suplay darah ke otak dan meningkatnya hormone yang mengurangi stress, meningkatkan hormone pertumbuhan sel pada hippocampus, frontal dan mid brain.13

Penambahan brain gym pada proprioseptif exercise lebih meningkatkan keseimbangan statis sejalan dengan penelitian Thomas (2012) yang menyatakan gerakan yang menggunakan cross midline lebih meningkatkan kemampuan merespon perubahan gerakan, integrasi sensoris dalam mempertahankan keseimbangan dibandingkan dengan latihan yang tidak menggunakan cross midline.14

Brain gym mempengaruhi fungsi otak pada area cerebral cortex, limbic, occipital, frontal serta batang otak. Sehingga otak lebih cepat merespon situasi yang memerlukan keseimbanagn. Kekuatan gerakan-gerakan brain gym mengaktifkan fungsi seluruh otak melalui hubungan yang kompleks dengan gerakan-gerakan tubuh.15

Pada proprioseptif exercise perbaikan terjadi pada input sensoris berupa visual, proprioseptif dan taktil yang memerlukan integrasi sensoris di dalam cerebral cortex, cerebellum dan batang otak, setelah terjadi integrasi sensoris didapatkan output untuk mempertahankan keseimbangan statis. Proses mengkordinasikan antara informasi sensoris dari dalam tubuh dan lingkungan akan berdampak pada kecepatan reaksi saat merespon gerakan dan mempertahankan keseimbangan statis.

Perbedaan prinsip latihan mengakibatkan perbedaan perbaikan. Pada kelompok perlakuan I dengan penambahan brain gym pada proprioseptif exercise terjadi pula perbaikan pada tingkat central (internal representation, integrasi sensoris, sensomotor, anticipatory mecanism). Sedangkan pada proprioseptif exercise saja hanya terjadi perbaikan tingkat perifer (otot, propioseptif, visospasial, dan somatosensoris).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa: 1) Penambahan brain gym pada proprioseptif exercise meningkatkan keseimbangan statis pada anak usia 8-9 tahun di SDN 4 Ketewel yang dilihat dari rerata peningkatan skor SST

13,25-39,08 atau sebesar 194,94%. 2) Proprioseptif exercise baik untuk meningkatkan keseimbangan statis pada anak usia 8-9 tahun di SDN 4 Ketewel yang dilihat dari rerata peningkatan skor SST 11,92-23,92 atau sebesar 100,67%. 3) Penambahan brain gym pada proprioseptif exercise lebih baik dari pada proprioseptif exercise utuk meningkatkan keseimbanagn statis pada anak usia 8-9 tahun di SDN 4 Ketewel.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    McGibbon, C. A. Tai Chi And Vestibular Rehabilitation Improve Vestibulopathic Gait Via Different Neuromuscular Mechanisms. Preliminary Report. BMC Neurology , p. Available from : URL :Http://Www. Bio-medcentral.Com. 2005.

  • 2.    Bernadeta & Suhartini. Penyusunan Alat Evaliasi Persepsi Motorik Bagi Siswa/Siswi Tunagrahita Mampu Didik SLB N Se Kota Yogyakarta. s.l.:Fik Uny. 2012.

  • 3.    Sibley, K. Beauchamp, M., Ooteghem, K. & Straus, S., Using the System Framework for Postural Control to Analyze the Components of Balance Evaluated in Standardized Balance Measures: A Scoping Review. American Congress of Rehabilitation Medicine, Volume 96, pp. 122-132. 2015.

  • 4.    Permana, D. F. Perkembangan Keseimbangan Statis dan Dinamis pada Anak Usia 7 S/D 12 Tahun Ditinjau dari Jenis Kelamin (Studi KrosSeksional Perkembangan Keseimbangan Statis dan Dinamis pada Pelajar Sekolah Dasar di Daerah Kabupaten Demak). Surakarta : Tesis S2 Pasca Sarjana UNS. 2013.

  • 5.    Hannah. Biomechanical Effect Of Obesity On Balance. Physical Therapy Program Department Of Rehabilitation Sciences College Of Health Scienc-es:Texas Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 2012.

  • 6.    Cramer, Bruce, H., Dobkin, Charles, O. Harnessing Neuroplasticity For Clinical Applications. Brain Journal of Neurology. Available from : URL :10.1093/ brain/awr039. 2011.

  • 7.    Watson, M. A. & Black, F. O. The Human Balance System-A complex Coordination of Central and Peripheral Systems. s.l.:Vestibular Disorders Association. 2008.

  • 8.    Riemann, B. & Lephart, S. The Sensorimotor System, Part II: The Role of Proprioception in Motor Control and Functional Joint Stability. Journal of Athletic Training. 37(1), Volume 37(1), pp. 80-84. 2002.

  • 9.    Adriana, L. Snezana,B., Meta, Z., Lepa, R., Kristina P. 2012. Effect of Training Balance Skill among Sport. Available     at:     acta.junis.ni.ac.rs/pe/pe201203/

pe201203-09.pdf (diakses 12 April 2016). 2012.

  • 10.    Brown, E. L. , Chandler, T., Jeff. Conditioning for Strength and Human Performance. America: Lippincott Williams and Wilkin. 2006.

  • 11.    Witvrouw, E. Open Versus Closed Kinetic Chain Exercise.           ucsf.edu/sites/ptrehab.ucsf.edu/files/

documents/Open versus Closed Kinetic Chain Exercises for Patellofemoral Pain Syndrome_Tsai.pdf. 2004.

  • 12.Swandari, Lidia., Nurmawan, Sutha., Suanda-ri,Ratna. Pelatihan Proprioseptif Efektif Dalam

Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pada Pemain Sepak Bola Dengan Functional Ankle Instability Di Ssb Pegok. Vol 1, No 1 (2016). Available: http://

ojs.unud.ac.id/index.php/mifi. 2016.

  • 13 .Griffin, Acute aerobic exercise and information processing: Modulation of executive control in a Random Number Generation task. Acta Psychologica. 2011.

  • 14 .Thomas, M. The Effect Of Different Movement Exercises On Cognitive And Motor Abilities. s.l.:Scires. 2012.

  • 15 .Dennison & Gaul, E. Brain Gym And Me. Jakarta: PT. Grasindo. 2006.