THE ADDITION OF CONTRAX RELAX STRETCHING IS MORE EFFECTIVE THAN BALLISTIC STRETCHING ON DEPTH JUMP EXERCISE IN INCREASING VERTICAL JUMP AMONG THE BASKETBALL ATLETHES SMA (SLUA) SARASWATI 1 DENPASAR
on
PENAMBAHAN CONTRAX RELAX STRETCHING LEBIH EFEKTIF DARIPADA BALLISTIC STRETCHING PADA LATIHAN DEPTH JUMP TERHADAP PENINGKATAN VERTICAL JUMP ATLET BASKET SMA (SLUA) SARASWATI 1 DENPASAR
1A.A.Istri Firasti Widyaratni, 2 Nila Wahyuni, 3 I Made Muliarta, 4 I Putu Sutha Nurmawan
-
1, 2,4Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
-
3Bagian Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana firastiwidyaratni@yahoo.com
ABSTRAK
Vertical jump adalah gerakan meloncat setinggi-tingginya dengan fokus kekuatan otot tungkai untuk mencapai loncatan lurus keatas dengan maksimal. Teknik dasar ini dominan dilakukan dalam permainan bola basket terutama saat melakukan shooting,dimana pemain harus melakukan jump shoot untuk memasukan bola ke dalam ring. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penambahan contrax relax stretching lebih efektif dalam meningkatkan vertical jump daripada ballistic stretching pada latihan depth jump. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan vertical jump pada kelompok 1 (ballistic stretching)sebesar 4,55 dan pada kelompok 2 (contrax relax stretching) terjadi peningkatan sebesar 8,36. Hasil uji paired sample t-test didapatkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0,000 (p<0,05) pada kelompok 1 dan nilai p=0,000 (p<0,05) pada kelompok 2. Uji beda selisih dengan independent t-test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok 1 dan kelompok 2 dimana p=0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan contrax relax stretchinglebih efektif dalam meningkatkan vertical jump daripada ballistic stretching pada latihan depth jump.
Kata kunci :Vertical jump, contrax relax stretching, ballistic stretching, depth jump.
ADDITION OF CONTRAX RELAX STRETCHING IS MORE EFFECTIVE THAN BALLISTIC STRETCHING ON DEPTH JUMP EXERCISE IN INCREASING VERTICAL JUMP AMONG THE BASKETBALL ATLETHES SMA (SLUA) SARASWATI 1 DENPASAR
ABSTRACT
Vertical jump is the highest jump movement focusing leg muscle strength to achieve a stepping straight up to the maximum. The basic technique is predominantly done in the game of basketball, especially when doing the shooting, where players have to jump shoot to put the ball into the ring. The purpose of this study was to determine the effect of the interpolation of contrax relax stretching is more effective in increasing vertical jump than ballistic stretching on depth jump exercise. The research result showed, there is an increase of vertical jump in the group one (ballistic stretching) of 4.55 whereas in the group two (contrax relax stretching) there was an increase of 8.36. Paired t -test result showed the significant result with p=0.000 (p<0.05) in the group one and p=0.000 (p<0.05) in the group two. Independent t-test result showed a significant difference in the vertical jump between the group one and group two, where p=0.000 (p<0.05). Based on these results it can be concluded that the addition of contrax relax stretching is more effective in increasing vertical jump than ballistic stretching on depth jump exercise.
Keywords : Vertical jump, contrax relax stretching, ballistic stretching, depth jump
PENDAHULUAN
Basket merupakan olahraga yang sangat dimintai oleh remaja saat ini, melihat banyaknya pertandingan bola basket dalam tingkat daerah, nasional dan internasional yang dapat menunjang prestasi seorang atlet. Olahraga ini dapat ditemukan dimana saja termasuk di sekolah-sekolah dan klub-klub basket
Pada pertandingan basket para pemain jarang melakukan teknik shooting dengan baik. Secara struktur anatomis dan fungsi fisiologis, pemain basket Indonesia masih dibawah pemain professional luar negeri. Dalam keterbatasannya, pemain basket masih dapat meningkatkan kerjasama tim, skill individu dan teknik shootingyang lebih baik melakukan latihan yang maksimal.13
Vertical jump merupakan salah satu unsur yang
penting dalam permainan bola basket karena teknik ini dibutuhkan dalam melakukan shooting untuk mencetak point dalam permainan. Salah satu faktor yang me-mepengaruhi vertical jumpadalah fleksibilitas dan power otot tungkai. Latihan power yang diberikan adalah latihan depth jump yaitu seseorang berdiri diatas box setinggi 2080 cm kemudian turun dan melakukan lompatan setinggi-tingginya.9
Fleksibilitas otot tungkai dapat dilatih dengan beberapa cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan peregangan atau stretching.6 Contrax Relax Stretching dan Ballistic stretching merupakan latihan yang efektif untuk meningkatkan fleksibilitas. Ballistic Stretching, adalah peregangan aktif yang dilakukan secara tersentak-sentak dan cepat untuk meningkatkan fleksibilitas otot dan meningkatkan nilai LGS pada otot antagonis
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 4, Number 3 • 48
yang berkontraksi, hal ini sesuai dengan vertical jump yang membutuhkan gerakan yang cepat dengan power otot yang maskimal.5
Contract relaxstretching merupakan kombinasi dari tipe stretching isometric dengan stretchingpasif. Teknik contract relax stretching yang dilakukan adalah dengan memberikan tahanan isometric pada otot sampai terjadi fase relaksasi kemudian saat otot sudah mulai relax dilakukan stretching sehingga terjadi pemanjangan struktur jaringan lunak (soft tissue) seperti otot, fasia tendon dan ligamen, meningkatkan lingkup gerak sendi.17Sehingga terjadi gerakan yang fleksibel saat melakukan vertical jump. Melihat pentingnya vertical jump pada atlet bola basket untuk meningkatkan prestasinya peneliti ingin mengangkat judul “PenambahanContrax Relax Stretching Lebih Efektif Daripada Ballistic StretchingPada Latihan Depth Jump Terhadap Peningkatan Vertical JumpAtlet Basket SmA (SLUA) Saraswatil Denpasar”.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental pre dan post test two group design. Populasi target adalah semua atlet basket di Denpasar. Populasi terjangkau adalah atlet basket dengan usia 15-18 tahun di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar. Dari hasil perhitungan rumus pocock11, didapat 9 orang sampel ditambah 20% untuk mengantisipasi terjadinya drop out total sampel menjadi 11 orang per kelompok. Sehingga jumlah keseluruhan sampel sebanyak 22 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling yaitu mengambil sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Pembagian kelompok dilakukan dengan teknik random sampling untuk membagi sampel menjadi dalam bentuk 2 kelompok. Kelompok 1 dengan perlakukan ballistic stretching dan depth jump kemudian kelompok 2 dengan perlakuan contrax relax stretching dan depth jump. Penelitian ini dilakukan di SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar.
Pengukuran vertical jump dilakukan dengan vertical jump test dimana sampel diminta untuk berdiri disamping dinding kemudian melakukan lompatan setinggi mungkin dan memberi coretan pada penggaris kayu dalam ukuran cm, dilakukan sebanyak 3 kali, hasil terbaik dicatat dan dimasukan kedalam data.15 Analisis data dilakukan dengan SPSS, beberapa uji statistik yang dilakukan yaitu: Uji Statistik Deskriptif, Uji Normalitas dengan Saphiro Wilk Test, Uji Homogenitas dengan Levene ’s test, dan Uji hipotesis menggunakan uji Paired sample t-test, dan Independent sample t-test.
HASIL
Karakteristik sampel penelitian yang meliputi usia, Indeks Massa Tubuh (IMT) danjenis kelamin pada kelompok Ballistic Stretching dan kelompok Contrax Relax Stretching tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Data Sampel Berdasarkan Usia, IMT, dan jenis Kelamin
Karakteristik |
Ballistic Stretching & Depth Jump |
Contrax Relax Stretching & Depth Jump |
(n=11) |
(n=11) | |
Usia (tahun) | ||
Rerata (SB) |
15,61 (1,027) |
16,18(0,982) |
IMT (kg/m2) | ||
Rerata (SB) |
21,85(2,72) |
21,04(1,70) |
Jenis Kelamin (%) | ||
Lelaki |
(72,7) |
(72,7) |
Perempuan |
(27,3) |
(27,3) |
Data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa subjek penelitian kelompok Ballistic stretching memiliki rerata umur 15,64 (SB 1,027) tahun dan pada kelompok Contrax Relax Stretching memiliki rerata umur 16,18 (SB 0,982) tahun. Nilai rerata IMT kelompok 1 21,85 (SB 2,72) dan pada kelompok 2 21,04 (SB 1,70). Berdasarkan Tabel 5.2 pada kelompok 1 lelaki sebanyak 8 orang 72,7% dan perempuan 3 orang 27,3%. Pada kelompok 2 lelaki sebanyak 8 orang 72,7% dan perempuan 3 orang 27,3%.
Untuk uji normalitas digunakan Shapiro Wilk Test, sedangkan uji homogenitas digunakan Levene’s Test didapatkan hasil bahwa kedua pelatihan berdistribusi normal dan homogen.
Tabel 2. Uji Paired Sample t-test
Rerata Rerata |
95% CI |
p | ||
sebelum sesudah |
Low |
Up | ||
P1 |
55,18 59,73 -21,926 |
-5,007 |
-4,084 |
0,000 |
P2 |
54,45 62,64 -36,145 |
-8,686 |
-7,677 |
0,000 |
Keterangan:
P1: Ballistic Stretching & Depth Jump
P2: Contrax Relax Stretching & Depth Jump
Pada Tabel 2. memperlihatkan pengujian hipotesis dengan uji Paired Samples T-test didapatkan nilai pada P1 dan P2 yaitu p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti perbedaan yang bermakna pada nilai rerata vertical jump pre dan post test.
Tabel 3. Uji Independent Sample t-tes_________________ 95% CI
t Low Up p
Klp |
N |
Rerata (SB) | |
1 |
11 |
55,18 | |
Pre |
(19,843) | ||
test |
2 |
11 |
54,45 (19,044) |
1 |
11 |
59,73 | |
Post |
(19,763) | ||
test |
2 |
11 |
62,64 (19,485) |
1 |
11 |
4,55 (0,688) | |
Selisih |
2 |
11 |
8,36 (0,505) |
-
0,931
-0,384 20 324 14,506 0,731
-
14 849 -4’355 -3'282 0’000
Keterangan:
P1: Ballistic Stretching & Depth Jump
P2: Contrax Relax Stretching & Depth Jump
Tabel 3. dilakukan pengujian hipotesis dengan Independent Samples T- test, hasil nilai p= 0,000 (p < 0,05) pada selisih pre dan post test. Berarti ada perbedaan secara statistik.
Gambar 1. Selisih Peningkatan Vertical jump
Berdasarkan gambar 1 menunjukan bahwa rerata selisih peningkatan vertical jump pada P2 lebih besar daripada P1. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pelatihan kelompok 2 lebih meningkatkan nilai vertical jump daripada pelatihan kelompok 1.
DISKUSI
Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik sampel berdasarkan umur pada kelompok 1 yaitu 15,64 (SB1,02) tahun dan pada kelompok 2 yaitu 16,18 (SB0,98) tahun. Karakteristik tersebut menunjukkan jumlah rerata umur sampel relatif sama antara kedua kelompok. Pada usia 15-16 tahun merupakan usia awal pembentukan komponen fisik tubuh yang optimal dimana salah satunya adalah fleksibility dan power muscle yang merupakan komponen penting dalam vertical jump .1
IMT pada kelompok 1 didapatkan rerata 21,85 (SB2,72)kg/m² dan pada kelompok 2 21,04 (SB1,70) kg/ m². Rerata nilai IMT tidak jauh berbeda dan masih memenuhi kategori normal yakni 18,5-24,9. Besar kecilnya IMT mempengaruhi kemampuan saat melompat. IMT akan menentukan keseimbangan statik dan keseimbangan dinamik.12Orang dengan IMT normal akan mampu mempertahankan keseimbangan tubuh saat melakukan vertical jump dan mampu melakukan gerakan yang lebih bebas saat melakukan lompatan.5
Pada kelompok 1 lelaki sebanyak 8 orang (72,7%) dan perempuan 3 orang (27,3%). Pada kelompok 2 lelaki sebanyak 8 orang (72,7%) dan perempuan 3 orang (27,3%). Pada anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan jumlah massa otot yang berbeda, pada laki-laki massa otot lebih besar daripada massa otot perempuan. Hal tersebut berpengaruh terhadap power yang merupakan komponen yang penting dalam vertical jump.
Peningkatan Vertical Jump Pada Kelompok Penambahan Ballistic Stretching Pada Latihan Deph Jump
Uji paired sample t-test pada kelompok ballistic stretching, hasil nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa peningkatan nilai vertical jump pada kelompok penambahan ballistic stretching pada latihan depth jump secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Peningkatan vertical jump pada latihan peregangan ballistic yang diberikan akan merangsang muscle spindle dari otot tungkai dalam bentuk refleksmuscle spindle yang memiliki peran dalam kontraksi otot. Apabila refleks ini mulai muncul, maka otot yang teregang akan berkontraksi. Selama bertambahnya tingkat peregangan, maka lapisan fascial otot akan mengalami perubahan panjang dan akan menstimulasi bahan pelumas yang disebut dengan GAGs (glicoaminoglycans). Salah satu fungsi lapisan fascial adalah mempengaruhi jangkauan gerakan dan meningkatkan fleksibilitas seseorang.6Meningkatnya fleksibilitas dari otot tungkai tersebut menyebabkan tingginya hasil lompatan yang dicapai dan prestasi yang lebih optimal.
Latihan Ballistic stretching akan memberikan efek terhadap nilai fleksibilitas dari gerakan suatu sendi oleh otot, dimana seorang harus melenturkaan pinggul, lutut, dan pergelangan kaki saat melakukan lompatan.2
Gerakan tersebut menggunakan ‘stretch shorten cycle’ dimana terlebih dahulu dilakukan ‘pre-stretched’ terhadap otot yang dijadikan target. Latihan ballistic stretching adalah latihan yang memang disengaja untuk gerakan yang cepat karena untuk meningkatkan fleksibilitas pada otot antagonis diperlukan reflek cepat sebagai respon adanya ledakan tiba-tiba dari otot yang berkontraksi, hal ini sesuai dengan penilaian dari vertical jump yang membutuhkan kekuatan tiba-tiba secara cepat dengan power yang besar.5 Bertambahnya power otot pada latihan depth jump akan meningkatkan kemampuan melompat karena terjadinya proses adaptasi dari otot tersebut sehingga menciptakan efek latihan yang di-inginkan.3
Peningkatan Vertical Jump Pada Kelompok Penambahan Contrax Relax Stretching Pada Latihan Deph Jump
Uji paired sample t-test pada kelompok Contrax Relax Stretching, hasil nilai p=0,000 (p<0,05) berarti terdapat peningkatan nilai vertical jump pada kelompok penambahan contrax relax stretching pada latihan depth jump secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Mekanisme peningkatan vertical jump dengan intervensi contract relax stretching adalah dengan adanya kontraksi isometrikyang menyebabkan terjadinya relaksasi otot akan mengaktifasi golgi tendon organ sehingga relaksasi dapat dicapai. Kontraksi isometrikjuga akan mengaktivasistretch reseptor dari spindel otot untuk beradaptasi menyesuaikan panjang otot. Sehingga fleksibilitas otot yang dicapai pada pelatihan contrax relax stretching akan menjadi lebih maksimal. Direkomendasikan dalam penerapan contract relax stretching lamanya kontraksi isomterik yang diberikan adalah 6-8 detik.7
Pada intervensi contract relax stretching dengan adanya kontraksi isometrik dengan inspirasi dalam kemudian diikuti stretching dengan ekspirasi maksimal
yang dilakukan dengan ritmis menyebabkan terjadinya penguluran sejumlah serabut otot sehingga semakin banyak serabut otot yang terulur maka akan menyebabkan semakin besar panjang otot yang dihasilkan pada otot tersebut dan fleksibiltas otot yang maksimal dapat tercapai.7 Meningkatnya fleksibilitas menyebabkan hasil lompatan (vertical jump) menjadi tinggi, karena terjadinya gerakan yang fleksibel saat melakukan lompatan.
Penambahan Contrax Relax Stretching Lebih Meningkatkan Vertical Jump Daripada Ballistic Stretching pada Latihan Depth Jump
Uji beda independent sample t-test selisih nilai p=0,000 (p<0,05), berarti penambahan contrax relax stretching pada latihan depth jump lebih baik daripada ballistic stretching pada latihan depth jump dalam meningkatkan vertical jump atlet basket.
Contrax relax stretching dan ballistic stretching-memiliki tujuan yang sama yakni untuk meningkatkan fleksibilitas otot, namun yang membedakan adalah teknik aplikasi yang diberikan pada latihan contrax relax stretching lebih baik dalam meningkatkan vertical jump.8 Didapatkan hasil bahwa ballistic stretching dan contrax relax stretching baik untuk meningkatkan fleksibilitas, diukur dengan Popliteal angle tes dengan hasil 62,6 % untuk ballistic stretching, 65% untuk contrax relax stretch-ing.10Contract relaxstretching merupakan kombinasi dari tipe kontraksi isometric dengan stretchingpasif. Teknik contract relax stretching yang dilakukan adalah memberikan kontraksi isometricsehingga terjadi relaksasi kemudian dilakukanstretchingpasifpada otot tungkai. Akibat adanya fase relaksasi ini, maka pendorong tiba-tiba kehilangan tahanan, sehingga otot dapat diregangkan sampai melampaui titik fleksibilitas maksimum. Hal inilah yang menyebabkan pemanjangan otot bisa lebih dimungkinkan lagi, untuk itu contract relax adalah cara baik untuk tetap menjaga fleksibilitas otot tungkai agar lompatan menjadi maksimal.7
Secara fisiologis pada contrax relax stretching akan terjadi pemanjangan struktur jaringan lunak seperti otot, fasia, penambahan regangan pada tendon dan ligamen, meningkatkan lingkup gerak sendi serta terjadi gerakan yang fleksibel saat melakukan vertical jump. Pengaruh pemberian contrax relax stretching pada vertical jump dapat meningkatkan nilai fleksibilitas dari otot yang diharapkan bekerja untuk menjadi pengimbang dari kontraksi cepat dari otot yang memiliki daya ledak untuk melompat dalam vertical jump. Otot-otot yang menjadi daya ledak adalah otot-otot yang memiliki fungsi untuk gerakan ekstensi seperti gastocnemius, quadriceps femo-ris dan gluteus maximus.8
Ballistic stretching dengan gerakan memantul-mantul secara cepat yakni mencium lutut berulang-ulang. Akan terjadi kontraksi dan rileksasi secara lebih cepat dan efisien untuk meningkatkan fleksibilitas dari otot tungkai dan meningkatkan nilai lingkup gerak sendi pada otot antagonis yang berkontraksi, tetapi dari adanya kontraksi yang tiba-tiba akan menyebabkan terjadinya monosynaptic stretch reflex, apabila refleks ini mulai muncul, maka otot yang hampir teregang secara berlebihan tiba-tiba berkontraksi dan ekstensi dari tubuh berkurang. Kontraksi ini justru akan menghalangi otot untuk bisa meregang secara maksimal sehingga nilai tinggi lompatan menjadi
kurang maksimal karena pengaruh pengembangan fleksibilitasnya sangat kecil.4
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa :
-
1. Penambahan ballistic stretching pada latihan depth jump dapat meningkatkan vertical jump pada atlet basket SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar dengan selisih 4,55.
-
2. Penambahan contrax relax stretching pada latihan depth jump dapat meningkatkan vertical jump pada atlet basket SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar dengan selisih 8,36.
-
3. Penambahan contrax relax stretching lebih meningkatkan vertical jump dibandingkan dengan penambahan ballistic stretching pada latihan depth jump atlet basket SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Donald, A.C. Jumping Into Pliometrics, Califor-nia:Leisure Press Champaign, Illinois. 2006.
-
2. Brown, K. Elevasi Latihan Lompatan Vertikal. Performa training journal. volume 7 issue 1. Avalaible : nsca’s performance training journal www.nsca-lift.org. 2008.
-
3. Gambetta. Exercise Training Programme for Fitness and Sport.Avalaible:http://
www.thesstretchinganbook.com/newsletter.htm.
2007.
-
4. Giyanto, T. Pelatihan Peregangan Statis Lebih Meningkatkan Kelentukan Daripada Pelatihan Peregangan Dinamis Pada SMA Negeri Kupang Timur. Pascasarjana Universitas Udayana.2013.
-
5. Heerschee. L. Parsons, N. Maxwell, C.Elniff, M. Jacka, and N. Static vs.Dynamic Stretching on Vertical Jump and Standing Long Jump. Depatment of Physical Therapy, Wichita State University, Wichita, Kansas67260,U.S.A.2006.
-
6. Hermawan, E. Pengaruh Pemberian Ballistic Stretching Dan Latihan Depth Jump Terhadap Hasil Lompatan Siswa Putra SMP III
Gemolong.UniversitasMuhammadiyah Surakarta.2013.
-
7. Irfan, M., Natalia. Beda Pengaruh Auto Stretching Dengan Contrax Relax Stretching Terhadap Penambahan Panjang Otot Hamstring. Jurnal Fisioterapi Indonusa, 8(2), 81-84. 2008.
-
8. Jayanto, F.S. Pengaruh Contract Relax Dan Latihan Pliometrik Double Leg Speed Hop Terhadap Vertical Jump Taekwondo Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013.
-
9. Markovic Goran and Slobodan Jaric. School of Kinesiology, University of Zagreb, Zagreb, Croatiab Health, Nutrition, and Exercise Sciences, Journal of SportsSciences University ofDelaware, Newark, DE,US. 2007
-
10. Morcelli, et all. Comparison of static, ballistic and con-tract-relax stretching in hamstring muscle. Fisioter Pesq. 2013;20(3):244-249. Estadual Paulista Univer-
sity, Departament F^sica, Brazil.2013.
-
11. Pocock. Clinical Trial, A Practical Approach. New York: A Willey Medical Publication.2007.
-
12. Shepard, R.N. American Psychologist, Vol 33(2), 125137. 2006.
-
13. Sodiq, I. J. Pengaruh Metode Latihan Alat Shooting Terhadap Accuracy Shooting Freethrow Satu Tangan Dari Atas Kepala. Univerista Pendidikan Indonesia. 2013.
-
14. Sudarsono, A. Peregangan otot-otot paha dan slump test setelah latihan mencegah timbulnya nyeri tekan dan bengkak otot-otot paha serta memperbaiki kemampuan lompat pada orang dewasa. Pascasarjana Universitas Udayana. 2011.
-
15. Sudewa, A., Adiputra, I.N., Tianing, N.W. Kombinasi Half Squat Exercise Dan Progressive Resistance Lebih Baik Dari Pada Half Squat Exercise Dan The Step Type Approach Dalam Meningkatkan Daya Ledak Otot Tungkai Pada Pemain Tim Futsal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia (Volume 1 Number 1, 2016). Ava-laible from: http://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi.
-
16. Widiantara,A.,Indra L.S., Muliarta, I.M. Peningkatan Vertical Jump Pada Latihan Isometrik Otot Ekstensor Knee Dan Plantar Fleksor Ankle Sama Dengan Latihan Konvensional Mahasiswa Fisioterapi S1 Reguler Di Universitas Udayana. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia (Volume 2, Number 1, Mei 2014). Avalaible from :http://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi.
-
17. Wiguna, Arya., Silakrama, Dedi., Sundari, Rat-na.Contract Relax Stretching Lebih Efektif Meningkat-kanFleksibilitas Otot Hamstring Dibandingkan Dengan Passive Stretching Pada Atlet Underdog Taekwondo Club.Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia (Volume 2, Number 1, Mei 2015). Avalaible from :http://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi.
Discussion and feedback