HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) KATEGORI UNDERWEIGHT DENGAN TINGKAT NYERI DYSMENORRHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

1)Kadek Kristina Harum Lasmi 2)Ari Wibawa 3)I Made Muliarta

  • 1,2Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana 3Bagian Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

kristinaharum@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh kategori underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer. Rancangan penelitian analitik pendekatan cross sectional. Teknik sampel yaitu systematic random sampling. Besar sampel adalah 52 orang remaja putri di SMP N 9 Denpasar dan SMPK Santo Yoseph Denpasar. Teknik analisis data chi square test. Hasil dari penelitian ini tingkat nyeri ringan paling banyak pada indeks massa tubuh kategori normal yaitu sebanyak 16 responden (30,8%), tingkat nyeri sedang paling banyak pada indeks massa tubuh kategori normal yaitu sebanyak 15 responden (28,8%) dan tingkat nyeri berat paling banyak pada indeks massa tubuh kategori underweight yaitu sebanyak 4 responden (7,7%). Dari analisis data uji chi square, didapatkan nilai p sebesar 0,041 sehingga p<0,05. Hasil uji statistik maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara indeks massa tubuh underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer.

Kata Kunci: dysmenorrhea primer, underweight

ASSOCIATION BETWEEN BODY MASS INDEX CATEGORY UNDERWEIGHT WITH PRIMARY DYSMENORRHEA PAIN LEVELS IN YOUNG WOMEN JUNIOR HIGH SCHOOL

ABSTRACT

The Research aims to determine the association between body mass index underweight with primary dysmenorrhea pain level. Analytical research design cross sectional approach. Sample technique is systematic random sampling. The sample size is 52 female teenagers in SMP N 9 Denpasar and SMPK Santo Yoseph Denpasar. The technique of chi square test data analysis. The result of this research is the most mild pain level in normal body mass index which is 16 respondent (30,8%), moderate pain level in normal body mass index are 15 respondents (28,8%) and level of pain The most weight in the body mass index underweight category as many as 4 respondents (7.7%). From chi square test data analysis, p value is 0,041 so p <0,05. Result of statistic test hence can be concluded that there is significant relation between body mass index underweight with primary dysmenorrhea pain level.

Keywords: primary dysmenorrhea, underweight

PENDAHULUAN

Pubertas adalah suatu fase ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan dimulai saat berumur 8 hingga 10 tahun dan berakhir kurang lebih di usia 15 hingga 17 tahun, dimana rentang usia tersebut telah memasuki masa remaja. Masa remaja akan dilewati oleh laki-laki maupun perempuan. Remaja putri akan mengalami fase pubertas yang ditandai dengan perkembangan seks primer dan seks sekunder.1

Perkembangan seks primer ditandai dengan permulaan menstruasi atau menarche, perkembangan pada uterus, vagina membesar, buah dada membesar, jaringan ikat dan saluran darah bertambah. Permulaan menstruasi atau menarche yang dialami remaja putri biasanya mengalami nyeri haid atau dysmenorrhea. Pada usia 12-15 tahun merupakan usia terbanyak yang mengeluhkan dysmenorrhea sebanyak 53,9 % kasus. Gejala yang dirasakan adalah nyeri panggul atau perut bagian bawah (umumnya berlangsung 8–72 jam), yang menjalar ke punggung dan sepanjang paha, terjadi sebelum dan selama menstruasi. Selain itu, tidak disertai dengan peningkatan jumlah darah haid dan puncak rasa nyeri sering kali

terjadi pada saat perdarahan masih sedikit.2

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu faktor risiko dysmenorrhea primer. Indeks massa tubuh (IMT) di bawah 18 yang dikategorikan dalam IMT underweight di mana dapat memperparah tingkat nyeri dysmenorrhea primer. Pada penelitian perempuan dysmenorrhea dengan usia 21 - 25 tahun di Nigeria, didapatkan bahwa dysmenorrhea primer pada perempuan dengan IMT rendah menderita dysmenorrhea berat dibandingkan dengan IMT yang tinggi.3

Indeks massa tubuh kategori underweight berhubungan dengan status gizi yang kurang diakibatkan karena asupan makanan yang kurang. Asupan makanan dengan zat gizi yang berpengaruh terhadap dysmenorrhea adalah zat besi dan kalsium. Kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin pada saat otot berkontraksi. Kekurangan kalsium menyebabkan otot tidak dapat mengendur setelah kontraksi, sehingga dapat mengakibatkan otot menjadi kram.4

Zat besi memiliki peranan dalam pembentukan hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein yang membawa oksigen pada sel darah merah ke seluruh jaringan tubuh. Kekurangan asupan zat besi dapat menyebabkan

Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 5, Nomor 3 • 27


terganggunya pembentukan hemoglobin, sehingga jumlah hemoglobin dalam sel darah merah juga akan berkurang. Kondisi hemoglobin yang rendah pada sel darah merah, menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dan menyebabkan anemia. Anemia dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada seseorang.5 Anemia merupakan salah satu factor konstitusi yang menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri pada saat menstruasi.6

Dysmenorrhea yang terjadi 1,5 kali lebih tinggi di kategori underweight dibandingkan dengan kelebihan berat badan atau obesitas (OR 1.52; 95% CI 0,99-2,33). Hal ini terjadi karena dysmenorrhea yang dialami dapat diakibatkan oleh anemia defisiensi zat besi, dimana zat besi memiliki peranan untuk kekebalan tubuh terhadap rasa nyeri.7

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan observational analitik yang menggunakan rancangan penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di sekolah menengah pertama (SMP) yang ada di Denpasar dengan rentang usia 12-15 tahun. Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang digunakan pada penelitian ini adala SMPN 9 Denpasar dan SMPK Santo Yoseph Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017.

Populasi target dari penelitian ini adalah remaja putri Sekolah Menengah Pertama, sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri di SMPN 9 Denpasar dan SMP Santo Yoseph Denpasar yang berumur 12-15 tahun pada tahun 2016 .

Data penghitungan sampel menggunakan rumus Sudigdo (2008)8, sesuai dengan rumus besar sampel studi analitik untuk uji hipotesis.

Dari hasil perhitungan sampel, maka jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan 46,46 ditambah 10 % menjadi 52 keseluruhan sampel.

Sampel penelitian di dapatkan melalui kriteria inklusi sebagai berikut : (a) Remaja putri SMP di Denpasar yang yang berusia 12-15 tahun (b) IMT Underweight dan normal (c) sudah atau sedang mengalami menstruasi (d) dalam kondisi yang sehat (c) bersedia menjadi sampel. Dan kriteria eksklusi : (a) Siswi yang tidak berdomisili di Denpasar. Pengambilan sampel dengan cara cluster random sampling di mana sekolah yang dipilih dengan sistematika acak. Kemudian dipilih sampel di satu SMP Negeri dan satu SMP swasta, setelah itu pemilihan sampel dari kedua sekolah tersebut menggunakan systematic random sampling. Pencarian data menggunakan kuesioner untuk mencari remaja putri dengan riwayat dysmenorrhea primer. Berikutnya dilakukan pengukuran antopometri untuk menentukan kategori indeks massa tubuh.

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner dysmenorrhea sebagai alat ukur. Analisis data dengan menggunakan SPSS 24 dengan ketentuan uji data : analisis univariat dan analisis bivariate dengan uji Chi-square test.

HASIL

Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi variabel - variabel meliputi

karakteristik responden, dalam penelitian ini diamati berdasarkan usia responden, variabel independen berupa gambaran indeks massa tubuh kategori underweight pada remaja putri SMPN 9 Denpasar dan SMPK Santo Yoseph Denpasar dan variabel dependen berupa tingkat nyeri yang dirasakan saat mengalami dysmenorrhea primer pada remaja putri SMPN 9 Denpasar dan SMPK Santo Yoseph Denpasar. Responden pada penelitian ini adalah sebanyak 52 orang. Berikut ini merupakan hasil olah data penelitian :

Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia                (f)                 (%)

12 tahun             611,5

13 tahun              1121,2

14 tahun             2853,8

15 tahun             713,5

Jumlah             52100

Data karakteristik berdasarkan usia pada Tabel 1 menyatakan responden dengan usia terbanyak mengalami dysmenorrhea primer yaitu pada usia 14 tahun dengan persentase 53,8 %.

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan IMT

Kategori IMT

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Underweight

21

59,6

Normal

31

40,4

Jumlah

52

100

Tabel 2 menunjukkan bahwa responden sesuai dengan sampel yang telah dirumuskan dimana untuk jumlah responden dengan indeks massa tubuh normal sama dengan indeks massa tubuh underweight yaitu responden dengan IMT normal (18,5-22,9) berjumlah 31 responden (59,6%) dan responden dengan IMT under-weight(<18,5) berjumlah 21 responden (40,4%).

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri

Kategori Tingkat Nyeri

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Ringan

25

48,1

Sedang

23

44,2

Berat

4

7,7

Jumlah

52

100

Tabel 3 yang menunjukkan responden yang merasakan tingkat nyeri dengan dysmenorrhea primer terbanyak yaitu nyeri ringan sebanyak 25 responden (48,1%), selanjutnya tingkat nyeri sedang sebanyak 23 responden (44,2%) dan nyeri berat sebanyak 4 responden (7,7%).

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Dysmenorrhea Primer Ber-

Penggunaan Obat Analgesik

Frekuensi (f)

Persentase (%)

Tidak

45

86,5

Ya

7

13,5

Jumlah

52

100

dasarkan Penggunaan Obat Analgesik

Gambar 1. Distribusi Frekuensi Dysmenorrhea Primer

Berdasarkan Penggunaan Obat Analgesik

Dari Tabel 4 dan Gambar 1 dapat dilihat bahwa dari 52 responden yang mengalami dysmenorrhea primer 7 responden (13,5%) di antaranya memerlukan obat analgesik dan 45 responden (86,5%) tidak memerlukan obat analgesik.

Tabel 5. Tabulasi silang antara Indeks Massa Tubuh dengan dysmenorrhea primer

IMT

Dysmenorrhea Primer

Total

P

Ringan

Sedang

Berat

f

%

f

%

f

%

N

%

Normal

16

51,6

15

48,4

0

0

31

59,6

Un-derw eight

9

42,9

8

38,1

4

19

21

40,4

0,041

Juml ah

25

48,1

23

44,2

4

7,7

52

100

Analisis Bivariat dengan hasil penelitian setelah dilakukan uji chi-square untuk mencari hubungan antara indeks massa tubuh kategori underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer pada remaja putri SMPN 9 Denpasar dan SMPK Santo Yoseph Denpasar yang berusia 12-15 tahun diperoleh nilai p sebesar 0,041. Dari analisis data dengan menggunakan metode chi-square, maka dapat disimpulkan (p<0,05) ini menunjukkan bahwa adanya distribusi yang berbeda antara indeks massa tubuh kategori underweight dengan indeks massa tubuh normal pada tingkat nyeri dysmenorrhea primer. Data hasil penelitian ini juga didapatkan frekuensi indeks massa tubuh underweight pada 4 responden mengalami nyeri berat sedangkan normal tidak terdapat responden mengalami nyeri berat sehingga menunjukkan terjadinya hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) kategori underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer pada remaja putri SMPN 9 Denpasar dan SMPK Santo Yoseph Denpasar yang berusia 12-15 tahun.

DISKUSI

Apabila dilihat lebih spesifik dari data yang diperoleh responden yang mengalami dysmenorrhea primer pada kalangan remaja putri dapat dilihat melalui distribusi dysmenorrhea primer berdasarkan usia, dari hasil penelitian kelompok usia remaja putri yang paling banyak mengalami dysmenorrhea primer adalah kelompok usia 14 tahun dan yang paling sedikit terjadi pada kelompok usia 12 tahun.

Masa di mana perempuan pertama kali mengalami menstruasi disebut menarche. Menarche dapat terjadi antara usia 12 - 17 tahun. Dysmenorrhea primer terjadi mulai 2 - 3 tahun setelah usia menarche. Usia menarche secara statistik dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan.8 Sesuai dengan usia menarche melalui hasil penelitian yang telah dilakukan ditunjukkan bahwa pada usia 14 tahun dengan 28 responden (53,8%) mengalami dysmenorrhea primer, pada usia 13 tahun terdapat 11 responden (21,2%), usia 15 tahun terdapat 7 responden (13,5%), dan pada usia 12 tahun terdapat 6 responden (11,5%). Hal ini ditunjukkan pada penelitian Andrini (2014) yang melakukan penelitian terhadap kebugaran fisik dan dysmenorrhea primer bahwa remaja putri yang sudah menstruasi paling sering mengalami gangguan menstruasi yaitu dysmenorrhea primer yaitu sebanyak 75% remaja putri yang tersiksa oleh dysmenorrhea. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa sebagian besar dysmenorrhea primer timbul pada masa remaja, yaitu 2-3 tahun setelah menarche (menstruasi pertama kali). Di mana melalui distribusi usia dengan dysmenorrhea primer yang ditemukan pada rentang usia 1217 tahun, hal ini menunjukkan sesuai dengan teori usia menarche yang cepat adalah < 12 tahun yang menjadi faktor risiko terjadinya dysmenorrhea primer.9

Keterkaitan hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) khususnya pada kategori underweight semakin dikuatkan dengan hasil penelitian dari Ozerdogan dkk.,7yang mendapatkan bahwa dysmenorrhea terjadi 1,5 kali lebih banyak pada IMT dengan kategori underweight. Pada penelitian lain, studi oleh Singh, menunjukkan bahwa kejadian dysmenorrhea lebih banyak dialami oleh subjek penelitian dengan IMT overweight.10 Hasil yang didapat pada penelitian ini berbeda dengan apa yang didapat oleh Nohara dkk., yang menyatakan bahwa IMT memiliki hubungan yang signifikan sebagai faktor risiko terjadinya dysmenorrhea primer.11 Hasil yang sama juga didapatkan oleh Madhubala dan Jyoti bahwa kejadian dismenorea primer meningkat pada responden yang memiliki IMT dengan kategori underweight (nilai p <0,001).12 Subjek dengan IMT kategori underweight yang menunjukkan kurangnya asupan gizi mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi organ tubuh yang akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini berdampak pada daya tahan terhadap nyeri akibat gangguan menstruasi seperti dysmenorrhea.

Semakin rendah nilai IMT semakin tinggi presen-tase kejadian dysmenorrhea primer yaitu pada IMT berat (<16,0) dengan 3 responden semua mengalami nyeri hai-d/dysmenorrhea (100%), sedangkan untuk IMT kurang (18,5-20,0) yaitu 19 responden yang mengalami nyeri haid 18 (94,7%) responden dan 1 responden (5,3%) responden tidak mengalami nyeri haid.13 Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa salah satu faktor yang me-

megang peranan penting sebagai penyebab terjadinya dysmenorrhea adalah faktor konstitusi dimana faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap nyeri, seperti kondisi fisik lemah, kurang nutrisi).14

Sehubungan dengan penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini dengan data didapat nilai p sebesar 0,041 sehingga p < 0,05 dapat disimpulkan bahwa adanya distribusi yang berbeda antara indeks massa tubuh kategori underweight dengan indeks massa tubuh normal pada tingkat nyeri dysmenorrhea primer. Data hasil penelitian ini juga didapatkan frekuensi indeks massa tubuh underweight pada 4 responden mengalami nyeri berat sedangkan normal tidak terdapat responden mengalami nyeri berat sehingga menunjukkan adanya hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) kategori underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer pada remaja putri SMPN 9 Denpasar dan SMPK Santo Yoseph Denpasar yang berusia 12-15 tahun, dan dapat dijelaskan bahwa status gizi yang kurang dapat menyebabkan kondisi tubuh yang lemah yang mempengaruhi penurunan ketahanan terhadap nyeri

SIMPULAN

Hubungan yang bermakna antara indeks massa kategori underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer pada remaja putri SMPN 9 Denpasar dan SMPK Santo Yoseph Denpasar yang berusia 12-15 dengan nilai p= 0,041 (p<0,05).

Adapun saran yang dapat diajukan berdasarkan temuan dan kajian dalam penelitian ini adalah : pada remaja putri untuk memperhatikan gizi tubuhnya agar tidak tercapai indeks massa tubuh underweight.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Andrini, D.A.G. 2014. Hubungan Antara Kebugaran Fisik Dengan Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Denpasar Tahun 2014, [Skripsi]. Denpasar. Universitas Udayana.

  • 2.    Widjanarko, 2006. Hubungan Usia Menarche, Riwayat Keluarga, dan Overweight/Obese dengan Dis-menorea.

  • 3.    Okoro, R.N, Malgwi, H, & Okoro, G.O, 2013. Evaluation pf Factor that Increase the Severity of Dysmenor-rhoea among University Female Students in Maiduguri, North Eastern Nigeria. The Internet Journal of Allied Health Sciences and Practice, 11(4). Available : http://ijahsp.nova.edu (Accessed : 2015, December

3).

  • 4.    Yuliarti, Nurheti, 2009. The Vegetarian Way. Penerbit Andi, Yogyakarta

  • 5.    Evelyn, Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

  • 6.    Sylvia, Lorraine M. Wilson. 2006. Penyakit Serebro-vaskular. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Vol. 2, Ed. 6., pp. 1105-1130: EGC, Jakarta

  • 7.    Ozerdogan, N., D. Sayiner, U. Ayranci, A. Unsal and S. Giray, 2009. Prevalence and predictors of dysmenorrhea among students at a university in Turkey. Int. J. Gynaecol. Obstet., 107:  39-43.  DOI:10.1016/

j.ijgo.2009.05.010

  • 8.    Oats, J, & Abraham, S, 2010. Llewellyn-Jones, Fundamentals of Obstetrics and Gynaecology Internation-

al Edition (9th Edition). Mosby Elsevier, China : 9-15, 232-233.

  • 9.  Danielle. 2011. Women’s Health In General Practice.

Australia: Churchill Livingstone

  • 10.    Danielle. 2011. Women’s Health In General Practice. Australia: Churchill Livingstone

  • 11.    Singh, A., 2008. Prevalence and Severity of Dysmenorrhea : a Problem Related to Menstruasi, among First and Second Year Female Medical Students. Indian J Physiol Pharmacol, 52(4), 389-397. Available at           :           https://www.researchgate.net/

publica-

tion/26655149_Revalence_and_severity_of_dysmeno rrhea_A_problem_related_to_menstruation_among_fi rst_and_second_year_female_medical_students. (accessed: 2015, Descember 17).

  • 12.    Nohara M., Momoeda M., Kubota T. & Nakabayashi, M. Menstrual cycle and menstrual pain problems and related risk factors among Japanese female workers. Ind Health, 2011.49(2):228-234.

  • 13.    Madhubala C, & Jyoti K, 2012. Relation Between Dysmenorrhea and Body Mass Index in Adolescents with Rural Versus Urban Variation. The Journal of Obstetrics and Gynecology of India, 62(4) : 442-445.

  • 14.    E Diah & Tinah, 2009. Hubungan Indeks Masa Tubuh < 20 dengan Kejadian Dismenore Pada Remaja Putri Di Sma Negeri 3 Sragen. Volume 1 no 2 Desember 2009. http://journal.stikeseub.ac.id

  • 15.    Warianto,    2008.    Biologi    Sebagai    Ilmu,

http:BiologiSebagaiIlmu_ChaidarWarianto_25.pdf.