PERBEDAAN METODE INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUE DENGAN DEEP TISSUE MASSAGE DAN CONTRACT-RELAX STRETCHING dalam Meningkatan lingkup gerak sendi servikal

PADA MYOFASCIAL PAIN SYNDROME OTOT UPPER TRAPEZIUS DI SMA NEGERI 1 SEMARAPURA

11 Gede Donny Hendrawan, 2 Nila Wahyuni, 31 Made Muliarta

1,2Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali 3 Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar Bali donny clone2@gmail.com

ABSTRAK

Sindrom nyeri myofascial merupakan kumpulan gejala sensorik, motor, dan otonom yang menyebabkan nyeri lokal dan menjalar, keterbatasan lingkup gerak sendi dan kelemahan pada otot-otot yang terkena. Keterbatasan lingkup gerak sendi akan mengganggu daripada aktifitas sehari-hari. Intervensi yang dapat diberikan untuk meningkatkan lingkup gerak sendi servikal yakni Integrated Neuromuscular Inhibition Technique, Deep Tissue Massage dan Con-tract-Relax Stretching. Hasil Uji Hipotesis pada kelompok Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dengan Wil-coxan Sign Rank Test didapatkan beda rerata 13,7 dengan nilai p=0,000, sedangkan hasil uji Hipotesis Kelompok Deep Tissue Massage dan Contract-Relax Stretching dengan Paired Sample T-test diperoleh hasil beda rata-rata 12,1 dengan nilai p=0,000. Uji selisih menggunakan Mann Whitney U-test memperlihatkan hasil tidak ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok yaitu dengan menghasilkan p=0,420. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam peningkatan lingkup gerak sendi servikal pada kedua kelompok.

Kata Kunci: Lingkup gerak sendi servikal, Otot Upper Trapezius, Myofascial Pain Syndrome, Integrated Neuromuscular Inhibition Technique, Deep Tissue Massage, Contract-Relax Stretching, Goniometer

DIFFERENCE INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUE WITH DEEP TISSUE MASSAGE AND CONTRACT-RELAX STRETCHING TO IMPROVE RANGE OF MOTION CERVICAL JOINT IN MYOFASCIAL PAIN SYNDROME UPPER TRAPEZIUS MUSCLE AT SMA NEGERI 1 SEMARAPURA

ABSTRACT

Myofascial pain syndrome is a collection of sensory, motor, and autonomic symptoms that cause local and reffered pain, limited range of motion and weakness of the affected muscles. The limitations range of motion will be annoying than the daily activities. Interventions that can improve range of motion of cervikal are Integrated Neuromuscular Inhibition Technique, Deep Tissue Massage and Contract-Relax Stretching. The results show Group Neuromuscular Inhibition Technique with Wilcoxan Sign Rank Test obtained a mean difference of 13.7 with p = 0.000, while the test results Hypothesis Group Contract-Relax Stretching with Paired Sample T-test showed a mean difference of 12.1 with p = 0.000. Test the difference between Mann Whitney U-test showed no significant difference between the other group are obtained p = 0.420. These results indicate that there is no difference in increasing range of motion in both groups.

Keywords: Range of motion of cervical, Upper Trapezius Muscle,Myofascial Pain Syndrome, Integrated Neuromuscular Inhibition Technique, Deep Tissue Massage, Contract-relax Stretching, Goniometer.

PENDAHULUAN

Dewasa ini banyak remaja menghabiskan waktunya di depan laptop ataupun gadget1. Selama melakukan aktivitas di depan komputer dan gadget 10% individu akan melakukan forward head posture dibandingkan dengan ketika mereka dalam posisi duduk2. Apabila terus menerus melakukan aktivitas tersebut dalam waktu lama, tanda-tanda patologis dari otot-otot postural akan sering terlihat salah satunya yakni sakit leher. Gejala sakit leher ini cukup umum dialami oleh remaja sehingga menjadi salah satu masalah kesehatan3.

Pada penelitian longitudinal disebutkan bahwa orang yang mengalami sakit leher pada masa remaja memiliki faktor resiko lebih besar mengalami sakit leher pada saat dewasa4.

Sakit leher disebabkan oleh multifaktor namun sakit leher yang paling umum ditemukan pada masyara-

kat umum yakni sakit leher karena myofascial pain syndrome 5.

Penyebab sindrom nyeri miofascial adalah beraktivitas dengan postur yang buruk, microtrauma secara repetitif dalam jangka waktu yang lama, dan stress emosional yang berlebihan.6

Salah satu penelitian yang dilakukan di Korea melaporkan bahwa hampir 36,5 % siswa SMP dan SMA mengalami sindrom miofascial7. Selain itu nyeri myofascial sendiri secara signifikan mempengaruhi kesehatan sekitar 85 % dari populasi secara umum dengan pre-velensi keseluruhan adalah 46%8.

Kasus sindrom nyeri miofascial ini dapat ditangani dengan pemberian integrated neuromuscular inhibition technique9. Selain dengan metode integrated neuromuscular inhibition technique metode lain yang dapat diberikan adalah Deep Tissue Masssage dan Contract

Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 5, Nomor 1 • 18


Relax Sterching10

Integrated Neuromuscular Inhibition Technique merupakan gabungan dari tiga metode yakni ischemic compresion, strain counterstrain, dan MET. Metode ini efektif dalam menghilangkan trigger point9.Selain efektif menghilangkan tigger point metode ini juga efektif menurunkan nyeri, memperluas lingkup gerak sendi, dan menurunkan disabilitas11.

Deep Tissue Massage adalah teknik massage yang menyerupai teknik Swedish Massage dengan penekanan yang lebih dalam. Deep Tissue Massage memiliki efek yakni menonaktifkan trigger point daripada myofascial pain syndrome. Deep tissue massage memisahkan masing-masing serat pada area trigger point yang memberikan efek mekanis, hiperemia lokal, analgesia, dan pengurangan jaringan parut terhadap struktur ligamen, tendon, dan otot. Akibatnya terjadi pemisahan serat pada area trigger points sehingga taut band yang disebabkan oleh trigger points akan berkurang12.

Selain kedua metode diatas intervensi fisioterapi yang dapat diberikan yakni Contract relax stretching adalah teknik peregangan yang menggunakan kontraksi otot secara isometrik pada otot yang mengalami pemendekan lalu di relaksasi kemudian diulur13. Pada umumnya metode contract relax stretching efektif dalam menambah lingkup gerak sendi.

BAHAN DAN METODE

Rancangan Penelitian

Metode Penelitian ini berjenis eksperimental dengan Pre dan Post Test Group Design. Sampel berjumlah yakni 20 sampel terdiri dari kelompok 1 intervensi Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dan kelompok 2 intervensi Deep Tissue Massage dan Contract Relax Stretching. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Semarapura pada bulan Maret 2017.

Populasi dan Sampel

Populasi target yakni siswa SMA di Semarapura. Populasi terjangkaunya adalah siswa SMA Negeri 1 Se-marapura. Sampel pada penelitian ini berumur 15-19 tahun. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Pocock14.  Jumlah sampel pada penelitian ini 7,86 dit

ambah 20 persen menghasilkan 10 sampel pada setiap kelompok, total jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 20 siswa.

Sampel berasal dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi pada penelitian ini diantaranya : (a) Sampel berumur 15-19 tahun. (b) Nyeri otot upper trapezius skala VAS 3-5. (c) Adanya keterbatasan ROM servikal kurang dari sudut 45º. (d) Subject dengan vital sign baik dan normal. (e) Bersedia megikuti penelitian secara sukarela serta koperatif.

Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa Goniometer dan VAS.

HASIL

Tabel 1. Data Hasil Umur dan Nilai VAS

Nilai Rerata±SB

Karakteristik

KL 1

KL 2

Umur (th)

15,2±0,42

15,1±0,32

VAS

4,4±0,699

4,1±0,876

Keterangan:

KL: Kelompok

KL 1: Integrated Neuromuscular Inhibition Technique

KL 2: Deep Tissue Massage dan Contract Relax Stretching

Tabel 1 memperlihatkan rata-rata umur 15,2±0,42 tahun pada kelompok Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dan rata-rata umur 15,1±0,32 tahun pada kelompok Deep Tissue Massage dan Contract Relax Stretching . Berdasarkan nilai VAS didapatkan pada kelompok 1 rerata nilai VAS 4,4±0,699 dan kelompok 2 didapatkan rerata 4,1±0,876

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Data

Nilai

Shapiro Wilk Test

(KL 1)

(KL 2)

p

P

Pre Intervensi

0,038

0,167

Post Intervensi

0,011

0,152

Selisih

0,041

0,132

Pada Tabel 2 menunjukan hasil uji normalitas untuk Integrated Neuromuscular Inhibition Technique pada pre intervensi dihasilkan nilai p=0,038 (p<0,05) dan post p=0,011 (p<0,05). Kelompok Deep Tissue Massage dan Contract Relax Stretching dengan nilai pre p=0,167 (p>0,05) dan nilai post p=0,152 (p>0,05). Nilai normalitas selisih Kelompok Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dihasilkan p=0,041 (p<0,05) sedangkan kelompok Deep Tissue Massage dan Contract Relax Stretching adalah p=0,132 (p>0,05).

Tabel 3. Hasil Uji Beda Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Servikal Sebelum dan Sesudah Intervensi

Tabel 3 memperlihatkan hasil uji beda Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Cervical dengan uji Wilcoxan Sign Rank Test pada kelompok 1 dan menggunakan uji paird sample t-test pada kelompok 2. Kelompok 1 Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dihasilkan nilai p=0,005 (p<0,05) yang berarti adanya perbedaan


Rerata ± SB Pre Test (º)

Rerata ± SB Post Test (º)

Beda Rerata

p

KL1

28,8±3,93

42,5±3,27

13,7

0,005

KL2

27,3±4,32

39,4±5,54

12,1

0,000

signifikan peningkatan lingkup gerak sendi servikal pre dan post Intervensi pada siswa SMA Negeri 1 Semarapu-ra.

Pengujian hipotesis Kelompok 2 Deep Tissue Massage dan Contract Relax Stretching pre dan post intervensi dihasilkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang berarti adanya perbedaan peningkatan sigifikan lingkup gerak sendi servikal pre dan post Intervensi siswa SMA Negeri 1 Semarapura.

Tabel 4. Uji Beda Selisih Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Servikal Pre dan Post Intervensi

KL 1 Rerata ± KL 2 Rerata ±

SB        SB

Selisih       13,7±3,92     12,1±3,03     0,42

Tabel 4 memperlihatkan hasil perbedaan peningkatan Rerata lingkup gerak sendi servical kelompok 1 dan kelompok 2. Menggunakan uji Mann Whitney U-Test diperoleh nilai p=0,420 (p>0,05). Hasil yang didapatkan bahwa tidak ada perbedaan metode Intervensi Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dengan Deep Tissue Massage dan Contract-relax Stretching dalam meningkatkan lingkup gerak sendi servikal.

DISKUSI

Karakteristik umur pada penelitan ini didapat pada kelompok 1 rerata umurnya 15,2±0,42 sedangkan pada kelompok 2 adalah 15,1±0,32. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan di Korea dimana penelitian tersebut menyebutkan bahwa siswa rata-rata menggunakan komputer 5 jam sehari. Selain itu penelitian tersubut menyebutkan hampir 36,5% mengalami nyeri miofascial7.

Pada kelompok 1 yang diuji menggunakan Wilcoxan Sign Rank Tast didapat p=0,005(p<0,05) yang bermakna terdapat peningkatan signifikan lingkup gerak sendi servikal sebelum dan sesudah dilakukan intervensi Integrated Neuromuscular Inhibition Technique.

. Hal tersebut sesuai bahwa Ischemic compression memiliki mekanisme penurunan nyeri akibat dari stimulasinya mechanoreseptor pada otot dan selanjutnya sinyal dari stimulasi mechanoreseptor tersebut akan menghambat daripada penjalaran implus nyeri. Selain itu penekanan pada area trigger point akan memanjangkan daripada sarkomer otot target sehingga otot yang diberikan tekanan akan mengalami penurunan nyeri sekaligus peningkatan lingkup gerak sendinya15.

Pemberian strain counterstrain bekerja melalui spin-del otot yang mampu memanjangkan jaringan. Pada saat posisi tubuh dalam posisi nyaman, maka jaringan akan mencapai posisi dimana rasa sakit akan menghilang dari titik yang teraba16,17..

Pemberian MET pada myofascial pain syndrome akan meningkatkan ekstensibilitas daripada myofascia sehingga akan meningkatkan daripada lingkup gerak sendinya18.

Uji pada kelompok Deep Tissue Massage dan Contract Relax Stretching dengan uji paired sample t-test didapat p=0,005(p<0,05) yang memiliki makna ada pen-

ingkatan lingkup gerak sendi servikal yang berarti sebelum dan sessudah dilakukan intervensi Deep Tissue Massage dan Contract-relax Stretching.

Deep Tissue Massage memiliki efek yakni men-onaktifkan trigger point daripada myofascial pain syndrome otot upper trapezius12. Selain itu massage sendiri memiliki manfaat menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, meningkatkan sirkulasi, dan mengangkut sisa-sisa metabolisme10.

Contract Relax Stretching memiliki mekanisme kontraksi otot yang akan mengangkut sisa-sisa metebolisme dan asetabolik akibat dari proses inflamasi sehingga nyeri akan berkurang13.

Pada intervensi contract relax melalui mekanisme stretch relax dan autogenic inhibition akan merangsang daripada golgi tendon organ sehingga timbul relaksasi pada otot19. Selain itu Contract Relax Stretching memiliki manfaat dalam meningkatkan fleksibilatas pada otot20.

Pada uji beda selisih dengan Mann Whitney U-Test menghasilkan p=0,420 (p>0,05) artinya tidak ter

dapat perbedaan bermakna Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dengan Deep Tissue Massage dan Contract Relax Stretching dalam meningkatkan lingkup gerak sendi servikal pada sindrom miofascial.

Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dan Deep Tissue Massage serta Contract Relax Stretching dapat langsung diterapkan di sisi yang ingin diintervensi terutama pada kasus sindroma myofascial. Hasil dari kedua intervensi yakni sama-sama baik dalam meningkatkan lingkup gerak sendi servikal. Sehingga penerapan Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dengan Deep Tissue Massage dan Contract Relax Stretching sama baik dalam meningkatkan lingkup gerak sendi servikal pada myofascial pain syndrome.

SIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan metode integrated neuromuscular inhibition technique dengan deep tissue massage dan contract-relax stretching dalam meningkatan lingkup gerak sendi servikal pada myofascial pain syndrome otot upper trapezius di SMA Negeri 1 Semarapura

SARAN

Metode Integrated Neuromuscular Inhibition Technique dan Deep Tissue Massage serta Contract Relax Stretching dapat dijadikan salah satu intervensi dalam menangani kasus-kasus sindrome myofascial khususnya untuk meningkatkan lingkup gerak sendi.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Maharani, D. 2011. Pengaruh Kebiasaan Anak Dalam Menggunakan Handphone Terhadap Kesehatan Mata. KTL : SMA Negeri 1 Jember.

  • 2.    Szeto G.P., Straker, Raine. 2002. A Field Comparison Of Neck And Shoulder Postures In Symptomatic And Asymptomatic Office Workers, Applied Ergonomics: 33

  • 3.    Hakala P, Rimpela A, Salminen JJ, Virtanen SM, Rimpelä M. 2002. Back, Neck, And Shoulder Pain In Finnish Adolescents: National Cross Sectional Surveys. BMJ; 325: 743.

  • 4.    Siivola SM., Levoska S., Latvala K., Hoskio E.,

Vanharanta H, Keinanen-Kiukaanniemi S. 2004. Predictive Factors For Neck And Shoulder Pain: A Longitudinal Study In Young Adults. Spine (Phila Pa 1976); 29: 1662-9

gram Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana[Skripsi]. Denpasar : Universitas Udaya-na


  • 5.    Mediasyifa. 2014. Pengaruh Penggunaan Gadget Pada Remaja Terhadap Interaksi Sosial Remaja. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

  • 6.    Tammy Lee. Myofascial Pain Syndrome. Lippincott Williams and Wilkins, 2009.

  • 7.    Lee, 2001, Impect Of Computer Use On Musculoskle-tal Symptom In Middle And High School Students, J Korean Acad Fam Med; 23(6):760-768.

  • 8.    Simons, D. G.1996. Clinical And Etiological Update Of Myofascial Pain From Trigger Points. Journal of Musculoskeletal Pain: 4(1-2);93-121

  • 9.    Chaitow, L. 1996. Modern Neuromuscular Techniques . Edinburgh : Churchill Livingstone

  • 10.    Sharman M., Melaine J., Andrew G. 2006. Propiocep-tive Neuromuscular Fascilitation Stretching: Mechanism And Clinical Implication. Sport Med. Vol:36 (11):929-939

  • 11.    Jyothirmai, B., Senthil, K., Raghavkrishna, S. 2015. Effectivness Of INIT With Spesific Stregth Training Exercise In Subjects With Upper Trapezius Trigger Point. Int J Physiother.

  • 12.    Simons D, Travell J, Simons L. 1999. Myofascial Pain and Dysfunction: The Trigger Point Manual. Vol 1. 2nd ed. Baltimore: Williams & Wilkins.

  • 13.    Azizah dan Hardjono. 2006. Pengaruh Penambahan Contract Relax Stretching Pada Intervensi Interferen-cial Current dan Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Sindroma Miofascial Otot Supraspinatus. Jakarta: Fisioterapi Universitas Esa Unggul.

  • 14.    Pocok, S.J. (2008). Clinical Trials A Practical Approach. England: John Wiley and Sons.

  • 15.    Simons, D.G. 2003. Enigmatic Trigger Points Often Caused Enigmatic Musculoskeletal Pain, STAR Symposium, Colombus.

  • 16.    Nayak, Prajna P. 2013. A study to find out the efficacy of INIT (Integrated Neuromuscular Inhibitation Technique) with therapeutic ultrasound Vs INIT with placebo ultrasound in the treatment of acute myofascial trigger point upper trapezius. The Oxford College of Physiotherapy. Banglore.

  • 17.    Dhita, 2015, Kombinasi Strain Counterstrain Dan Infrared Sama Baik Dengan Kombinasi Contract Relax Stretching Dan Infrared Terhadap Penurunan Nyeri Myofascial Pain Syndrome Otot Upper Trapezius Pada Mahasiswa Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana[Skripsi]. Denpasar : Universitas Udayana

  • 18.    Taylor, Courtney and Robins. 1998. The Journal Of Myofascial Therapy:1(4) : 12

  • 19.    Risal. 2010. Beda Pengaruh Contract Relex Stretching dengan Strain-Counterstarin Techneque Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Piriformis Syndrome di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Dalam Jurnal Fisioterapi Makasar. Makasar : Universitas Hassaudin.

  • 20.    Wiguna. 2016. Intervensi Contract Relax Stretching Direct Lebih Baik Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring Dibandingkan dengan Intervensi Contract Relax Stretching Indirect Pada Mahasiswa Pro-