ISSN : 2302-8912

E-Jurnal Manajemen, Vol. 12, No. 2, 2023:137-158

DOI: https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2023.v12.i02.p02

PENGARUH LITERASI KEUANGAN DAN FINANCIAL TECHNOLOGY TERHADAP INKLUSI KEUANGAN DI DESA PENGOTAN

I Wayan Kerthayasa1 Ni Putu Ayu Darmayanti2

1,2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, Bali, Indonesia Email: [email protected]

ABSTRAK

Inklusi keuangan adalah instrumen perbankan yang memegang peranan penting dalam stabilitas sistem keuangan. Inklusi keuangan memberikan ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat maupun usahanya, yang digunakan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh literasi keuangan dan financial technology terhadap inklusi keuangan di desa Pengotan. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di desa Pengotan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi dengan teknik analisis data regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi keuangan dan financial technology berpengaruh positif dan signifikan terhadap inklusi keuangan.

Kata kunci: Literasi Keuangan; Financial Technology; Inklusi Keuangan

ABSTRACT

Financial inclusion is a banking instrument that plays an important role in financial system stability. Financial inclusion provides access to various financial institutions, products and services according to the needs and capabilities of the community and their businesses, which are used in a responsible and sustainable manner in improving people's welfare. This study aims to analyze the effect of financial literacy and financial technology on financial inclusion in Pengotan village. The population in this study is the people in Pengotan village and sample are 100 respondents. Methods of data collection using interviews and observation with multiple linear regression data analysis techniques. The results of the study show that financial literacy and financial technology have a positive and significant effect on financial inclusion.

Keywords: Financial Literacy; Financial Technology; Financial Inclusion

PENDAHULUAN

Perekonomian global saat ini mendorong individu untuk mampu mengelola keuangan dengan hati-hati, dikarenakan dengan menerapkan pengelolaan dan manajemen keuangan dapat menghasilkan keputusan untuk menggunakan atau mendistribusikan dana yang dimiliki (Jati et al., 2021). Inklusi keuangan adalah instrumen perbankan yang memegang peranan penting dalam stabilitas sistem keuangan melalui akses dan layanan keuangan, karena inklusi keuangan memberikan aksesibilitas pada lembaganya, produknya serta layanan jasa keuanganya disesuaikan pada keperluan serta kapabiliras masyarakat maupun usahanya dalam hal ini transaksi, pembayaran, tabungan, kredit dan asuransi yang digunakan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Affandi & Malik, 2020).

Inklusi keuangan penting bagi manajemen keuangan karena berdasarkan definisi manajemen keuangan, dan hubungan inklusi keuangan dengan theory of planned behavior, pengambilan keputusan individu dalam theory of planned behavior merepresentasikan inklusi keuangan, karena inklusi keuangan berhubungan dengan ketersediaan akses serta pengambilan keputusan individu untuk mengakses produk dan layanan jasa keuangan. Manajemen keuangan tidak saja diperlukan dalam organisasi yang berorientasi profit atau perusahaan namun konsep dan teorinya dapat diterapkan pada individu. Individu yang mampu serta memiliki akses ke berbagai produk dan layanan jasa keuangan dapat dikatakan memiliki tingkat inklusi keuangan yang baik, dan individu tersebut sudah mampu mengelola keuangannya dengan baik sesuai dengan konsep dan teori manajemen keuangan yang memberikan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan, yang dalam manajemen keuangan berkaitan dengan personal finance (Laut & Hutajulu, 2019).

Survei Nasional Inklusi Keuangan Indonesia 2019 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap 12.773 responden di seluruh Indonesia, dengan presentase 50 persen kota dan 50 persen desa menyediakan penggambaran terkait level inklusi keuangan yakni 76,19 persen, dari persentase 76,19 persen dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat desa di Indonesia telah mengenal jenis-jenis produk keuangan. Bali sendiri memiliki tingkat inklusi keuangan sebesar 92,91 persen, persentase 92,91 persen menggambarkan sebagian besar masyarakat desa di provinsi Bali sudah mengenal produk keuangan yang ada di Indonesia (Otoritas Jasa Keuangan, 2019; Kusuma & Indrajaya, 2020).

Berdasarkan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi inklusi keuangan yaitu, demografi, financial technology, literasi keuangan, dan modal sosial. Literasi keuangan diteliti karena berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan sebelumnya, fenomenan yang terjadi di desa Pengotan berkaitan dengan literasi keuangan, karena publik telah sudah mengenal perbankan yang ada tetapi belum bisa memaksimalkan pemanfaatan dan pengelolaan keuangan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Terkait dengan financial technology, di desa Pengotan sudah mendapatkan bantuan internet gratis

pada area setrategis desa sehingga lebih mudah bagi masyarakat untuk mendapat akses internet dan di desa Pengotan sudah dilakukan pengenalan dan penyebaran Qris oleh bank BPD yang berkerjasama dengan LPD.

Literasi keuangan mengacu pada pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kemakmuran. Rendahnya tingkat literasi ini dikarenakan kurangnya pemahaman tentangproduk dan layanan keuangan. Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia 2019 menyatakan literasi keuangan Indonesia pada 38,03 persen. Tiap 100 orang dalam populasi memiliki lebih rendah dari 40 orang dengan literasi yang baik. Persentase 38,03 persen menggambarkan bahwa peningkatan penggunaan produk-produk keuangan di Indonesia tidak diikuti dengan pemahaman, keyakinan, dan pengetahuan dalam memanfaatkan penggunaan produk keuangan. Tingkat literasi keuangan di Bali sendiri hanya 38,06 persen, angka 38,06 persen menyatakan bahwa tingginya tingkat inklusi di Bali juga belum diikuti dengan peningkatan literasi yang signifikan.

Masyarakat desa tradisional tinggal di lingkungan yang perkembangan ilmu pengetahuannya cenderung lebih lambat, sehingga peningkatan pendidikan keuangan sangat diperlukan, dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan yang cenderung lebih lambat maka, perlu adanya pengetahuan tentang literasi keuangan untuk masyarakat tradisional. Peningkatan pengetahuan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat yang minim akan literasi dan kapabilitas pengelolaan keuangannya dapat mempunyai sikap dalam mengambil keputusannya dengan kebijaksanaan terkait bijak investasi, menggunakan tabungan juga penggunaan kartu kreditnya, dimana memberikan bantuan pada masyarakat memahami, mengevaluasi dan bertindak atas kepentingan finansial (Kharisma, 2021).

Negara maju contohnya Amerika Serikat, Kanada, Jepang, juga Australia secara intensif memberikan pendidikan pengetahuan keuangan kepada masyarakat guna meningkatkan tingkat pengetahuan keuangan masyarakat (Romadhon & Rahmadi, 2020). Menurut Bank Indonesia inklusi keuangan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan oleh lembaga perbankan, karena dengan inklusi keuangan yang semakin berkembang dan mencapai ke daerah – daerah pelosok serta pedesaan dapat memberikan potensi pasar baru kepada lembaga perbankan. Menurut fungsi dan peran bank sebagian besar pendapatan bank berasal dari aktivitas menghimpun dan menyalurkan dana ke nasabah, sehingga dengan mendukung peningkatan inklusi dan literasi keuangan, lembaga perbankan memiliki kesempatan untuk mendapatkan nasabah baru dengan membantu pengembangan inklusi keuangan dan literasi keuangan hingga mencapai daerah pelosok dan pedesaan (Ikatan Bankir Indonesia, 2018). Hasil penelitian yang berbeda terkait pengaruh literasi keuangan terhadap inklusi keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirana & Havidz (2020), serta Sari & Kautsar (2020) menyatakan literasi keuangan berpengaruh positif terhadap inklusi keuangan. Hasil penelitian yang diperoleh Bire et al. (2019) menyatakan literasi keuangan berpengaruh terhadap inklusi keuangan. Penelitian berbeda diperoleh Romadhon & Rahmadi (2020) menyatakan literasi keuangannya

tidak memberi dampak ke inklusi keuangannya.

Perkembangan teknologi informasi dan pesatnya perkembangan internet mengakibatkan beberapa layanan keuangan digital bermunculan, yang semakin memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi dan memperoleh pembiayaan (Sangwan et al., 2020). Layanan keuangan digital semacam ini disebut teknologi keuangan, dan kemudian disebut sebagai financial technology (Kumar & Rani, 2022). Infrastruktur internet merupakan kunci dalam melaksanakan ekonomi digital, karena jika tidak ada akses menuju internet maka financial technology tidak dapat dimanfaatkan, dan tidak dapat mewjudkan masyarakat dalam sistem pembayaran non-tunai (Mustikasari & Noviardy, 2020). Pandemi Covid-19 saat ini menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi, financial technology berpotensi membantu dalam memulihkan perekonomian karena bersifat lowtouch economy, customer-based, berbasis social capital, menggunakan data science dan dijalankan oleh professional muda (Sung et al., 2019; Saputro et al., 2021; Marginingsih, 2021; Alblooshi, 2022; Yudaruddin, 2023).

Perkembangan teknologi keuangan telah mendorong peningkatan inklusi keuangan, dan teknologi ini kini telah merambah ke berbagai bidang, dengan adanya dorongan dari teknologi keuangan serta literasi keuangan, perkembangan inklusi keuangan menjadi semakin cepat bahkan sudah mulai merambah ke wilayah desa modern hingga desa tradisional (Purwanto et al., 2021). Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi dinamika yaitu pesatnya perkembangan teknologi informasi, pergeseran preferensi masyarakat, tumbuhnya kelas menengah, serta semakin kompleksnya produk dan jasa keuangan (Marginingsih, 2021).

Distribusi perusahaan financial technology Indonesia di tahun 2020 dapat dilihat pada survei "Singapore Fintech News". Sebagian besar orang Indonesia menggunakan layanan teknologi keuangan berbasis pembayaran, terhitung sebesar 23 persen, diikuti oleh layanan pinjaman, sebesar 50 persen. Persentase tersebut menunjukkan bahwa Indonesia dapat menggunakan financial technology, yang dapat mendukung otoritas pemerintahan untuk memberikan pelayanan dalam pembayarannya serta peminjaman keuangan efektif (Fintech News Singapore, 2020). Terdapat hasil penelitian yang berbeda terkait pengaruh financial technology terhadap inklusi keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Erlianta et al. (2021) serta Kirana & Havidz (2020) menyatakan financial technology berpengaruh positif terhadap inklusi keuangan. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Shen et al. (2018) serta Hussei (2020) menyatakan financial technology berpengaruh signifikan terhadap inklusi keuangan. Hasil penelitian yang diperoleh Romadhon & Rahmadi (2020) menyatakan financial technology berpengaruh terhadap inklusi keuangan. Penelitian berbeda diperoleh Sari & Kautsar (2020) menyatakan financial technology tidak terbukti berpengaruh terhadap inklusi keuangan.

Berdasarkan latar belakang masalah dan karena masih banyak hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat literasi keuangan, financial technology, dan inklusi keuangan pada masyarakat di desa Pengotan. Inklusi keuangan merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pengambilan kredit masyarakat, pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian dari Puspasari et al. (2020) yang menyatakan bahwa inklusi keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pengambilan kredit, sehingga inklusi keuangan dapat memberikan potensi pasar baru bagi lembaga perbankan.

Penelitian ditetapkan di desa tradisional dikarenakan di Bali masih ada desa-desa tradisional yang pada dewasa ini sudah menggunakan produk keuangan bahkan sudah mulai mengenal teknologi keuangan tetapi belum bisa memanfaatkan berbagai produk serta jasa keuangan yang ada secara maksimal sesuai kebutuhan keuangannya, dan pada penelitian sebelumnya belum ada penelitian di desa tradisional. Desa Pengotan dipilih sebagai tempat studi kasus dikarenakan, berdasarkan hasil wawancara terhadap tokoh desa dan prasurvei yang sudah dilakukan sebelumnya terhadap 20 masyarakat Desa Pengotan dengan batasan umur 17 – 60 tahun. Data pada lampiran hasil prasurvey penelitian menunjukan bahwa 20 masyarakat desa Pengotan yang dijadikan target prasurvei mengindikasikan masyarakat desa Pengotan belum sepenuhnya dapat memahami serta memaksimalkan pemanfaatan berbagai produk dan jasa keuangan yang ditawarkan lembaga perbankan.

Hasil wawancara lebih lanjut terhadap tokoh yang ada di desa menyatakan bahwa desa Pengotan merupakan salah satu desa tradisional yang masyarakatnya sudah mulai menggunakan produk keuangan dan sudah mulai mengenal teknologi keuangan tetapi hanya sebatas produk keuangan dan teknologi keuangan dari lembaga keuangan desa, sedangkan untuk lembaga perbankan sebagian besar masyarakatnya belum memiliki tabungan di lembaga perbankan serta pengetahuan tentang memaksimalkan produk keuangan perbankan masih kurang. Desa Pengotan termasuk desa tradisional yang sesuai untuk menjadi objek dalam penelitian ini karena masyarakatnya sudah mengenal produk keuangan namun belum bisa memaksimalkan keterampilan dalam memanfaatkan berbagai produk dan jasa keuangan dari lembaga perbankan sesuai dengan kebutuhan keuanganya masing-masing. Desa Pengotan juga merupakan desa tradisional yang terbuka dengan hal baru serta menerima berbagai perkembangan yang dapat mengembangkan desa ke arah yang lebih baik. Berdasarkan apa yang terjadi maka penelitian ini mengkaji situasi masyarakat desa tradisional yaitu desa Pengotan untuk menganalisis tingkat inklusi keuangan, literasi keuangan, dan financial technology. Tujuan dari penelitian ini adalah menelaah terkait literasi keuangannya dalam inklusi keuangannya di desa Pengotan dan mengetahui dampak financial technology dalam inklusi keuangan di desa Pengotan.

Teori yang mendasari penelitian ini adalah Theory of Planned Behavior, menjabarkan bahwasanya individual bertindak dengan ladasan rasa yakin atas informasi yang didapatkan, fokus mempelajari tindakan yang dilakukan secara sadar, berdasarkan pilihan individu atau merupakan keputusan individu. Theory of Planned Behavior menyatakan bahwa attitude/sikap individu terhadap tindakan, norma subjektif dan persepsi pengendalian tindakan mempengaruhi intensi bertindak individu. Sikap individu terhadap tindakan bisa bersifat positif atau negatif yang

ditunjukkan oleh keyakinan individu terhadap manfaat dan mudarat tindakan tersebut (Piartrini, 2020; Ayudya & Wibowo, 2018).

Ada sejumlah konsiderasi terkait perilaku individual yakni personalities, socials, information (Sari & Kautsar, 2020). Pengambilan keputusan individu dalam theory of planned behavior merepresentasikan inklusi keuangan, karena inklusi keuangan berhubungan dengan ketersediaan akses serta pengambilan keputusan individu untuk mengakses produk dan layanan keuangan. Faktor personality dan information memiliki relevansi dalam memberikan penjelasan pada literasi keuangan dikarenakan pada personality merepresentasikan sikap dan perilaku keuangan, serta faktor information merepresentasikan pengetahuan keuangan. Konteks inklusi keuangan berhubungan dengan pengambilan keputusan individu yang merepresentasikan inklusi keuangan, dikarenakan dalam theory of planned behavior pengambilan keputusan individu dapat dipengaruhi suatu keyakinan atas informasi yang diperoleh serta individu dalam berperilaku didasari oleh faktor personality, social, dan information Sari & Kautsar (2020) yang merepresentasikan literasi keuangan. Faktor information memiliki relevansi dalam memberikan penjelasan financial technology dikarenakan information merepresentasikan pemahaman dan kecakapan dalam pengunaan financial technology. Konteks financial technology berhubungan dengan pengambilan keputusan individu yang merepresentasikan inklusi keuangan, dikarenakan dalam theory of planned behavior pengambilan keputusan individu dapat dipengaruhi suatu keyakinan atas informasi yang diperoleh serta individu dalam berperilaku didasari oleh faktor personality, social, dan information yang merepresentasikan financial technology (Asandimitra & Kautsar, 2019 ;Sari & Kautsar, 2020)

Berdasarkan latar belakang, yang telah diuraikan sebelumnya, kerangka konseptual penelitian dapat dijabarkan pada gambar 1 sebagai berikut.

Literasi Keuangan

(X1)

Inklusi Keuangan

Financial Technology



(Y)


(X2)

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Sumber: Erlianta et al. (2021)

Literasi keuangan mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan, individu yang memiliki tingkat melek huruf rendah cenderung lebih kecil kemungkinannya untuk berinvestasi di saham. Membangun masyarakat yang inklusif secara financial membutuhkan peningkatan literasi keuangan untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan keuangan serta penerapannya saat membuat keputusan keuangan (Shen et al., 2018). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari & Kautsar (2020), Erlianta et al. (2021), dan Shen et al. (2018) yang menunjukkan bahwa literasi keuangan berpengaruh positif terhadap inklusi keuangan yang berarti pembangunan inklusi keuangan memerlukan adanya peran dari literasi keuangan untuk memaksimalkan pembangunan inklusi keungan.

H1: Literasi keuangan berpengaruh positif terhadap inklusi keuangan

Ketersediaan financial technology ditunjukan agar timbulnya aksesabilitas dalam masyarakat hingga dapat menaikkan level inklusi keuangannya (Sari & Kautsar, 2020). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Romadhon & Rahmadi (2020), Erlianta et al. (2021), dan Kirana & Havidz (2020) yang menunjukkan bahwa financial technology berpengaruh positif terhadap inklusi keuangan yang berarti financial technology dapat memberikan kemudahan ketika mempergunakan layanan keuangannya guna meraih sasaran inklusi keuangannya. H2: Financial technology berpengaruh positif ke inklusi keuangan

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berbentuk asosiatif, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian asosiatif dapat menganalisis hubungan antara literasi keuangan dan financial technology terhadapinklusi keuangan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bangli tepatnya di desa Pengotan..

Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yangdipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel-variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah inklusi keuangan. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab atau timbulnya variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini diantaranya X1 yakni Literasi Keuangan dan X2 yakni Financial Technology

Inklusi keuangan merupakan suatu kemampuan masyarakat di desaPengotan dalam mengakses berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas secara tepat waktu, nyaman, informatif. Beberapa indikator dari inklusi keuanga, indikator pertama yakni pemahaman produk keuangannya. Bank Indonesia menguraikan bahwa jika ingin mencari tahu lebih lanjut tentang kegiatan inklusi keuangan maka dibutuhkan suatu parameter kinerja salah satunya yaitu kecakapan dalam mengakses jasa keuangan formal (Septiani & Wuryani, 2020). Pernyataan Y1 sampai Y5 pada kuesioner merepresentasikan tentang pemahaman produk keuangan. Indikator kedua yakni Product holding. Pernyataan Y6 sampai Y10 pada kuesioner merepresentasikan tentang product holding. Indikator inklusi keuangan yang ketiga

yakni Product awareness. Memiliki produk keuangan merupakan hal penting, tetapi kesadaran dalam penggunaan produk berdasarkan kebutuhannya menjadi penting guna melakukan pencegahan pada kekeliruan dalam melakukan pemilihan. Pernyataan Y11 dan Y12 pada kuesioner merepresentasikan tentang product awareness. Indikator inklusi keuangan yang keempat yaitu products choices Pernyataan Y13 sampai Y18 pada kuesioner merepresentasikan tentang product choice. Indikator inklusi keuangan yang kelima yakni Seeking alternatives to formal financial service. Pernyataan Y19 sampai Y22 pada kuesioner merepresentasikan tentang seeking alternatives to formal financial service.

Literasi keuangan ialah pengetahuannya, keterampilannya, serta rasa yakin dimana bisa memberi dampak ke perilaku masyarakat di desa Pengotan dalam meningkatkan kualitas pengambilan keputusannya terkait keuangan. Romadhon & Rahmadi (2020) menyatakan, terdapat beberapa indikator dari literasi keuangan. Indikator pertama yakni pengetahuan keuangannya. Pernyataan X1.1 sampai X1.4 pada kuesioner merepresentasikan tentang pengetahuan keuangan. Indikator kedua yakni perilaku keuangan. Pernyataan X1.5 sampai X1.9 pada kuesioner merepresentasikan tentang perilaku keuangan. Indikator ketiga yakni sikap keuangannya. Pernyataan X1.10 sampai X1.12 pada kuesioner merepresentasikan tentang sikap keuangan.

Financial technology ialah penerapan digunakan teknologi informasi terkait finansial masyarakat di desa Pengotan. Terdapat beberapa indikator dari Financial technology. Indikator pertama yakni pemahaman mengenai financial technology. Pernyataan X2.1 sampai X2.3 pada kuesioner merepresentasikan tentang pemahaman mengenai financial technology. Indikator kedua yakni Internet Financial Product, merupakan inovasi produk dari perusahaan di bidang jasa keuangan dengan sentuhan teknologi modern. Internet Financial Product memberikan alternatif berinvestasi untuk mengakses layanan jasa keuangan secara praktis, efisien, nyaman, dan ekonomis (Shen et al., 2018). Indikator ketiga yakni Internet consumer product, merupakan barang yang diproduksi serta di distribusikan melalui internet untuk dijual kepada konsumen sehingga dapat digunakan, dikonsumsi, atau dinikmati konsumen tersebut (Shen et al., 2018). Indikator keempat yakni Internet Loan, merupakan fasilitas pinjaman uang oleh penyedia jasa keuangan yang beroperasi secara daring. Internet loan tidak membutuhkan jaminan atau agunan dikarenakan sistemnya yang virtual. Internet loan termasuk sebuah inovasi dibidang teknologi keuangan yang memudahkan masyarakat dalam meminjam uang (Shen et al., 2018). Indikator kelima yakni Crowdfundings (Shen et al., 2018). Pernyataan X2.4 sampai X2.14 pada kuesioner merepresentasikan tentang internet financial product, internet consumer product, internet loan, dan crowdfunding.

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang ada di desa Pengotan Kabupaten Bangli, dengan batasan umur 17 – 60 tahun, yaitu sebanyak 2.692 jiwa. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode Slovin karena jumlah populasi sudah diketahui. Jumlah sampel penelitian dapat diperoleh adalah 100 responden. Pengambilan sampel menggunakan penekanan accidental sampling.

Data kuantitatif yang digunakan merupakan laporan –laporan inklusi keuangan, literasi keuangan dan financial technology di Indonesia. Data kualitatif dalam penelitian ini mencakup data yang dapat mendukung hasil analisis dalam penelitian ini seperti wawancara mengenai variabel penelitian. Sumber primer dalam penelitian ini adalah diperoleh dari penyebaran kuesioner, observasi dan hasil wawancara kepada penduduk yang ada di desa Pengotan Kabupaten Bangli. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan - laporan inklusikeuangan, literasi keuangan dan financial technology di Indonesia serta data masyarakat desa Pengotan.

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data menggunakan wawancara melalui perantara kuesioner untuk penduduk yang ada di desa Pengotan Kabupaten Bangli.Kuesioner, merupakan teknik pengumpulan data dengan menyebar daftar pertanyaan yang akan dijawab oleh responden dengan tujuan memperoleh data mengenai bagaimana pengaruh literasi keuangan dan financial technology terhadap inklusi keuangan. Pertanyaan pada kuisioner diukur dengan menggunakan skala likert berbentuk checklist. Analisis yang digunakan yaitu regresi linear berganda. Regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan kerangka konsep dan hipotesis penelitian, dapat dilakukan analisis menggunakan rumus komputer SPSS. Uji variabel dengan tingkat kepercayaan (convidence interval) 95% atau α = 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dipergunakan dalam membagi proporsi responden laki-laki dan perempuan, usia digunakan untuk mengetahui rentang umur responden, jabatan untuk mengetahui jabatan responden. Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 100. Jenis kelamin responden dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui proporsi responden antara laki-laki dan perempuan dalam penelitian. Sebagian responden kelamin perempuan sebanyak 48 orang dan sisanya berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 52 orang. Usia responden menggambarkan kedewasaan dan pengalaman seseorang. Responden dengan jumlah tertinggi berumur 29-38 tahun yaitu sebesar 43 persen, terbawah yakni 6 persen memiliki usia > 50 tahun. Responden dengan pendidikan SMA ke atas berada di posisi tertinggi yaitu sebanyak 71 orang (71 persen).

Tabel 1.

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

No.

Variabel

Kode Instrumen

Koefisien Korelasi

1.

Literasi keuangan (X1)

X1.1

0,502

X1.2

0,455

X1.3

0,535

X1.4

0,375

X1.5

0,322

X1.6

0,391

X1.7

0,389

X1.8

0,417

X1.9

0,415

X1.10

0,498

X1.11

0,473

X1.12

0,551

2.

Financial technology (X2)

X2.1

0,820

X2.2

0,856

X2.3

0,685

3.

Inklusi keuangan(Y)

Y.1

0,624

Y.2

0,808

Y.3

0,564

Y.4

0,681

Y.5

0,789

Sumber: Data Diolah,2022

Hasil uji validitas pada tabel 1. menunjukkan bahwa instrumen penelitian yang terdiri dari item-item pernyataan literasi keuangan(X1), financial technology (X2), dan inklusi keuangan(Y) memiliki nilai koefisien korelasi yang lebih besar dari 0,30. Jadi, seluruh indikator pernyataan tersebut telah memenuhi syarat validitas data.

Tabel 2.

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No.

Variabel

Cronbach’s Alpha

1

Literasi keuangan(X1)

0,667

2

financial technology (X2)

0,822

3

Inklusi keuangan(Y)

0,773

Sumber: Data Diolah,2022

Hasil uji reliabilitas yang disajikan pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha masing-masing variabel lebih besar dari 0,60. Sehingga, disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner penelitian ini reliabel.

Data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner perlu dideskripsikan untuk memberikan suatu interpretasi yang jelas. Nilai rata-rata digunakan untuk mendeskripsikan hasil yang diperoleh dengan rentang kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.

Rentang kriteria jawaban responden tentang persepsi

Nilai kriteria

Inklusi Keuangan, Literasi        Nilai        Produk Investasi, Produk

Keuangan, Financial technology     kriteria         financial technology

1,00 – 1,80

Sangat tidak baik           1,00 – 1,70      Tidak pernah mendengar

1,81 – 2,60

Tidak baik              1,71 – 2,40         Pernah mendengar

2,61 – 3,40

Cukup baik              2,41 – 3,00          Saat ini memiliki

3,41 – 4,20

Baik

4,21 – 5,00

Sangat baik

Sumber: Data Diolah,2022

Tahapan selanjutnya setelah melakukan penyebaran kuisioner, pernyataan kuisioner tiap responden dikuantitatifkan. Berikut ini uraian tiap variabel setelah dilakukan tabulasi data dan menghitung frekuensi.

Tabel 4.

Hasil Deskripsi Jawaban Responden Pada literasi keuangan

Pernyataan Positif

Frekuensi Jawaban

1      2       3

STS   TS   CS

Responden

4      5

S    SS

Rata-Rata

Kriteria

“Fungsi dan tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegritas terhadap keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan.”

0

0

8

58

34

4,26

Sangat baik

Bersambung…

Lanjutan Tabel 4…

Pernyataan Positif

Fre

1 STS

kuensi J

2 TS

awaban

3 CS

Respon

4 S

den

5

SS

Rata-Rata

Kriteria

“Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah adalah Bank syariah menggunakan sistem bagi hasil, sedangkan bankkonvensional menggunakan sistem bunga”

0

0

6

64

30

4,24

Sangat baik

“Saya mendapatkan Rp.20.000 apabila saya menabung uang di bank sebesar Rp.1.000.000 dengan tingkat bunga 2%/tahun selama satu tahun.”

0

2

8

54

36

4,24

Baik

“Pengetahuan keuangan sangat penting untuk kesejahteraan dan kesuksesan seseorang baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang”

0

0

18

46

36

4,18

Baik

“Saya  memiliki  penganggaran

keuangan sendiri”

0

0

8

66

26

4,18

Baik

“Saya bertanggung jawab terhadapperencanaan keuangan sendiri”

0

0

8

46

46

4,38

Sangat baik

“Sebelum saya membeli sesuatu, dengan hati-hati saya akan mempertimbangkan apakah saya mampu membeli”

0

0

6

46

48

4,42

Sangat baik

“Saya membayar tagihan dan hutang milik saya tepat waktu”

0

2

8

40

50

4,38

Sangat baik

“Saya memperhatikan dengan baik hal-hal mengenai keuangan saya secara pribadi”

0

2

14

64

20

4,02

Baik

“Saya cenderung hidup untuk masa depan dan tidak membiarkan hari esok berjalan begitu saja”

0

0

20

56

24

4,04

Baik

“Saya merasa lebih puas jika menabung uang untuk jangka panjang dari pada membuang uang dan langsung menghabiskannya”

0

0

12

68

20

4,08

Baik

“Menurut saya uang ada untuk dikelola untuk masa depan”

0

0

16

54

30

4,14

Baik

Rata-rata Skor

4,21

Sangat baik

Sumber: Data Diolah,2022

Berdasarkan hasil deskripsi jawaban responden pada Tabel 4 rerata paling tinggi yakni 4,42 yakni X1.7 yang menggambarkan bahwa 94 persen masyarakat desa Pengotan akan mempertimbangkan kemampuan untuk membeli sesuatu. Nilai rata-rata terendah sebesar 4,02 pada pernyataan X1.9 yang menggambarkan hanya 84 persen masyarakat desa Pengotan yang memperhatikan dengan baik mengenai keuangan pribadi mereka. Jumlah nilai rata-rata untuk variabel Literasi keuangan sebesar 4,21 termasuk dalam kriteria sangat baik yang menggambarkan 81,5 persen masyarakat desa Pengotan masuk dalam tingkat literasi keuangan well literate.

Tabel 5.

Hasil Deskripsi Jawaban Responden Pada financial technology

Pernyataan

Frekuensi Jawaban Responden

Rata-Rata

Kriteria

1 STS

2 TS

3 CS

4

S

5 SS

Financial       Technology

merupakan    salah    satu

implementasi    penggunaan

0

2

14

62

22

4,04

Baik

teknologi   informasi   yang

berhubungan        dengan

keuangan”

“Internet merupakan sumber

informasi mengenai produk

0

0

14

56

30

4,16

Baik

layanan keuangan berbasis

teknologi”

“Saya            cenderung

menggunakan   pembayaran

0

0

6

46

48

4,42

Sangat baik

online dalam bertransaksi”

Rata-rata Skor

4,21

Sangat baik

Sumber: Data Diolah,2022

Berdasarkan hasil deskripsi jawaban responden pada tabel 5 menunjukkan distribusi jawaban responden terhadap financial technology dengan nilai rata-rata tertinggi sebesar 4,42 pada pernyataan X2.3 yang menggambarkan bahwa 94 persen masyarakat desa Pengotan mengatahui transaksi pembayaran online. Nilai rata-rata terendah sebesar 4,04 pada pernyataan X2.1 yang menggambarkan hanya 84 persen masyarakat desa Pengotan yang mengetahui implementasi financial technology. Rerata financial technology sebesar 4,21 tergolongkan pada kriteria sangat baik.

Tabel 6.

Hasil Deskripsi Jawaban Responden Pada produk financial technology

Pernyataan

Frekuensi Jawaban Responden

Rata-Rata

Kriteria

1

Tidak pernah mendengar

2 Pernah mendengar

3 Saat ini memiliki

“t-cash”

9

48

43

2,34

Pernah mendengar

“Go-pay”

12

56

32

2,2

Pernah mendengar

“Toko cash”

12

48

40

2,28

Pernah mendengar

“OVO”

7

48

45

2,38

Pernah mendengar

“WeCare.id”

21

46

33

2,12

Pernah mendengar

“Kitabisa.com”

21

39

40

2,19

Pernah mendengar

“Aksi Bersama”

21

44

35

2,14

Pernah mendengar

“Finansialku”

21

42

37

2,16

Pernah mendengar

“KoinWorks”

21

39

40

2,19

Pernah mendengar

“Dana Kita”

21

29

50

2,29

Pernah mendengar

“Cekaja.com”

40

35

25

1,85

Pernah mendengar

Rata-rata Skor

2,19

Pernah mendengar

Sumber: Data Diolah,2022

Berdasarkan hasil deskripsi jawaban responden pada Tabel 6, rerata teratas yakni 2,38 dalam “Toko cash”. Nilai rata-rata terendah sebesar 1,85 pada pernyataan “Cekaja.com”. Jumlah nilai rata-rata untuk variabel financial technology sebesar 2,19 termasuk dalam kriteria pernah mendengar yang menggambarkan hanya 38,1 persen masyarakat desa Pengotan yang sudah menggunakan produk financial technology.

Tabel 7.

Hasil Deskripsi Jawaban Responden Pada Inklusi keuangan

Pernyataan

Frekuensi Jawaban Responden

Rata-

1       2       3       4       5       Rata       Kriteria

STS   TS    CS    S    SS

“Premi Asuransi adalah sejumlah uang yangharus dibayarkan setiap bulannya sebagai kewajiban dari tanggung jawab atas keikutsertaanya di

0       0      42     46      12       3,7         Baik

asuransi”

Bersambung…

Lanjutan Tabel 7…

Pernyataan

Frekuensi Jawaban

1       2       3

STS   TS   CS

Responden

4      5

S     SS

Rata-Rata

Kriteria

“Polis Asuransi merupakan tanda bukti perjanjian pertanggungan pada asuransi yang merupakan bukti tertulis”

0

0

14

58

28

4,14

Baik

“Pegadaian adalah lembaga resmi yang mempunyai izin dalam melakukan usaha gadaisuatu barang/ surat berharga sebagai jaminan untuk meminjam sejumlah uang”

0

0

20

44

36

4,16

Baik

“ATM merupakan alat elektronik yang diberikan oleh Bank kepada pemelik rekening untuk digunakan dalam bertransaksi keuangan secara elektronik tanpa perlu dilayani langsung”

0

0

14

54

32

4,18

Baik

“Tabungan adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan syarat yang telah disepakati”

0

0

16

58

28

4,12

Baik

Rata-rata Skor

4,06

Baik

Sumber: Data Diolah,2022

Berdasarkan hasil deskripsi jawaban responden pada Tabel 7, rerata teratas yakni 4,18 dalam Y4 yang menggambarkan 86 persen masyarakat desa Pengotan yang memahami tentang ATM. Rerata terbawah yakni 3,7 dalam Y1 yang menggambarkan hanya 58 persen masyarakat desa Pengotan yang memahami tentang premi asuransi. Jumlah nilai rata-rata untuk variabel Inklusi keuangan sebesar 4,06 termasuk dalam kriteria baik.

Tabel 8.

Hasil Deskripsi Jawaban Responden Pada produk keuangan

Pernyataan

Frekuensi Jawaban Responden

Rata-Rata

Kriteria

1 Tidak pernah mendengar

2 Pernah mendengar

3 Saat ini memiliki

“Tabungan

0

21

79

2,79

Saat ini memiliki

“Deposito

0

34

66

2,66

Saat ini memiliki

“Giro

0

43

57

2,57

Saat ini memiliki

“Saham

8

24

68

2,6

Saat ini memiliki

“Reksa dana

16

19

65

2,49

Saat ini memiliki

Bersambung…

Lanjutan Tabel 8…

Frekuensi Jawaban Responden

Pernyataan

1

Tidak pernah

2 Pernah

3 Saat ini

Rata-Rata

Kriteria

mendengar

mendengar

memiliki

“Tabungan

0

21

79

2,79

Saat ini memiliki

“Kartu

Debit/

Transfer via

0

23

77

2,77

Saat ini memiliki

ATM” “SMS /mobile/Inte rnet banking”

6

23

71

2,65

Saat ini memiliki

“Asuransi

Pendidikan”

0

60

40

2,4

Pernah mendengar

“Asuransi

Kesehatan”

0

32

68

2,68

Saat ini memiliki

“Asuransi

Kendaraan”

0

60

40

2,4

Pernah mendengar

“Asuransi

Kebakaran”

0

65

35

2,35

Pernah mendengar

“Asuransi

Perjalanan”

0

64

36

2,36

Pernah mendengar

“Asuransi Jiwa”

0

62

38

2,38

Pernah mendengar

“Pinjaman dengan gadai” “Kredit

0

97

3

2,03

Pernah mendengar

dengan jaminan” “Kredit

0

56

44

2,44

Saat ini memiliki

tanpa jaminan”

0

95

5

2,05

Pernah mendengar

“Kartu kredit”

0

89

11

2,11

Pernah mendengar

Rata-rata Skor

2,45

Saat ini memiliki

Sumber: Data Diolah,2022

Berdasarkan hasil deskripsi jawaban responden pada Tabel 8, rerata teratas yakni 2,79 dalam “Tabungan”.Nilai rata-rata terendah sebesar 2,03 pernyataan “Pinjaman dengan gadai”. Jumlah nilai rata-rata variabel keeuangan sebesar 2,45 termasuk dalam kriteria saat ini memiliki, yang menggambarkan hanya 47,2 persen masyarakat desa Pengotan yang sudah memiliki berbagai produk dan layanan keuangan perbankan.

Tabel 9.

Hasil Uji Normalitas

N

100

Asymp. Sig. (2-tailed)

0,200

Sumber: Data Diolah,2022

Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 9, menunjukan bahwa hasil uji normalitas yang menggunakan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov dengan nilai Asym. Sig (2- tailed) sebesar 0,200. Data yang digunakan dalam persamaan regresi dapat diasumsikan berdistribusi secara normal, hal ini dapat dilihat dari nilai Signifikansi 0,200 > 0.05 (5%), sehingga data dalam penelitian ini dapat dinyatakan normal.

Tabel 10.

Hasil Uji Multikolinieritas

Model

Tolerance

VIF

Literasi keuangan

0,943

1,061

Financial technology

0,943

1,061

Sumber: Data Diolah,2022

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada Tabel 10. dapat diketahui bahwa nilai koefisien VIF dari variabel literasi keuangan dan financial dari 10, dimana nilai koefisien VIF variabel literasi keuangan bernilai sebesar 1,061 (1,061 < 10 ), variabel financial technology bernilai sebesar 1,061 (1,061 < 10). Sementara nilai tolerance dari 3 variabel tersebut bernilai lebih dari 0,1 dimana tidak ada indikasi multikolinearitasnya.

Tabel 11.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model

t

Sig.

Literasi keuangan

-1,556

0,123

Financial technology

1,380

0,171

Sumber: Data Diolah,2022

Nilai absolute residual tiga variabel diatas bernilai lebih besar dari nilai alpha (α) 5% (0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi ini tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

Tabel 12.

Hasil uji kelayakan model (Uji f)

Model

Sum of Squares

df       Mean Square

F

Sig.

1 Regression

3559,001

2          1779,500

145,307

,000

Residual

1187,909

97            12,246

Total

4746,910

99

Sumber: Data Diolah,2022

Nilai sig 0,000<0,05 yakni ada dampak variabel independent secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependent.

Tabel 13.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model

R

R Square

Adjusted     R

Square

Std. Error of the Estimate

1

0,866

0,750

0,745

3,49950

Sumber: Data Diolah,2022

Berdasarkan Tabel 13 dapat diamati adjusted R2 sebesar 0,750 yang berarti bahwa 75,0 persen tingkat Inklusi keuangan dipengaruhi oleh literasi keuangan dan financial technology. Sebanyak 25,0 persen tingkat Inklusi keuangan dipengaruhi oleh faktor lain selain faktor dalam model penelitian

Tabel 14.

Hasil uji hipotesis (Uji t)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Beta

t

Sig.

B

Std. Error

1 (Constant)

15,919

5,248

3,033

,003

X1

,311

,106

,154

2,941

,004

X2

,826

,053

,816

15,601

,000

Sumber: Data Diolah,2022

Hasil uji statistik t variabel Literasi keuangan dengan koefisiennya 0,311 serta signya 0,004, sehingga H1 diterima. Hasil uji statistik t variabel Literasi keuangan dapat disimpulkan bahwa Literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan pada Inklusi keuangan. Literasi keuangan mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan, oleh karena itu, membangun masyarakat yang inklusif secara

financial membutuhkan peningkatan literasi keuangan dalam hal memberikan keterampilan dan pengetahuan keuangan serta penerapannya saat membuat keputusan keuangan (Shen et al., 2018). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sari & Kautsar (2020), Erlianta et al. (2021), dan Shen et al. (2018) yang menunjukkan bahwa literasi keuangan berpengaruh positif terhadap inklusi keuangan yang berarti pembangunan inklusi keuangan memerlukan adanya peran dari literasi keuangan untuk memaksimalkan pembangunan inklusi keuangan.

Hasil uji statistik t variabel financial technology dengan koefisiennya 0,826 serta signya 0,000, sehingga H2 diterima. Hasil uji statistik t variabel financial technology dapat disimpulkan bahwa financial technology berpengaruh positif dan signifikan pada Inklusi keuangan sehingga H2 diterima. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Romadhon & Rahmadi (2020), Erlianta et al. (2021), dan Kirana & Havidz (2020) yang menunjukkan bahwa financial technology berpengaruh positif terhadap inklusi keuangan yang berarti financial technology dapat memberikan kemudahan dalam meraih sasaran inklusi keuangannya.

Hasil penelitian ini memberikan tambahan referensi untuk menambah wawasan dan juga pengetahuan sehingga dapat lebih memahami hubungan antar variabel yang berkaitan dengan bidang manajemen keuangan khususnya yang berkaitan dengan pengaruh literasi keuangan dan financial technology terhadap inklusi keuangan. Literasi keuangan dan financial technology mampu menjadi penyebab inklusi keuangan. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan strategis oleh lembaga keuangan perbankan dan masyarakat di desa terkait, khususnya dalam meningkatkan inklusi keuangan melalui literasi keuangan, dan financial technology. Peningkatan inklusi keuangan dapat terjadi dikarenakan adanya literasi keuangannya, serta financial technology dimana bisa menyediakan pengevaluasian serta pengkajian informasinya dalam mengambil keputusan terkait inklusi keuangan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang inklusi keuangan, maka dapat disimpulkan literasi keuangan berpengaruh positif signifikan pada inklusi keuangan di desa Pengotan dan inancial technology berpengaruh positif signifikan pada inklusi keuangan di desa Pengotan.Berdasarkan hasil penelitian untuk meningkatkan inklusi keuangan, literasi keuangan juga harus ditingkatkan. 47,2 persen masyarakat desa Pengotan yang sudah memiliki berbagai produk dan layanan keuangan perbankan. Kemudian 58 persen masyarakat desa Pengotan yang memahami tentang premi asuransi. 38,1 persen masyarakat desa Pengotan yang sudah menggunakan produk financial technology. Keadaan Literasi keuangan (81,5 persen) masyarakat desa Pengotan masuk dalam tingkat well literate.

. Rata-rata nilai terendah pada kuisioner literasi keuangan adalah masyarakat menaruh perhatian pada finansial pribadi. Maka, saran yang dapat diberikan kepada masyarakat adalah untuk lebih meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan

keuangan pribadi. Berdasarkan hasil penelitian untuk meningkatkan inklusi keuangan, literasi keuangan juga harus ditingkatkan. Rata-rata persentase tingkat literasi keuangan masyarakat desa Pengotan belum maksimal. Maka, saran yang dapat diberikan kepada masyarakat untuk lebih meningkatkan pemahaman dan implementasi literasi keuangan sehingga dapat meningkatkan lagi persentase tingkat literasi keuangan. Berdasarkan hasil penelitian untuk meningkatkan inklusi keuangan, financial technology juga harus ditingkatkan. Masyarakat untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai financial technology. Berdasarkan hasil penelitian untuk meningkatkan inklusi keuangan, literasi keuangan dan financial technology juga harus ditingkatkan.

REFERENSI

Affandi, H., & Malik, Q. A. (2020). Financial Inclusion and Financial Literacy in Low Income Group in Emerging Economy. Journal of Accounting and Finance in Emerging Economies, 6(4), 1005–1013.

Alblooshi, F. S. A. . (2022). FinTech in the United Arab Emirates: A General Introduction to the Main Aspects of Financial Technology. Emerald Publishing Limited, 1(1),  163–178.  https://doi.org/https://doi.org/10.1108/978-1-80071-

517-220221010

Asandimitra, N., & Kautsar, A. (2019). The influence of financial information, financial self efficacy, and emotional intelligence to financial management behavior of female lecturer. Humanities and Social Sciences Reviews, 7(6), 1112–1124. https://doi.org/10.18510/hssr.2019.76160

Ayudya, A. C., & Wibowo, A. (2018). The Intention to Use E-Money using Theory of Planned Behavior and Locus of Control. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 22(2), 335–349. https://doi.org/10.26905/jkdp.v22i2.1691

Bire, A. R., Sauw, H. M., & Maria. (2019). The effect of financial literacy towards financial inclusion through financial training. International Journal of Social Sciences         and         Humanities,          3(1),          186–192.

https://doi.org/10.29332/ijssh.v3n1.280

Erlianta, N. R., & Lupikawaty, M. (2021). The Effect of Financial Technology on Financial Inclusion SMEs in Palembang City. Atlantis Press, 1(1), 84–88.

Fintech News Singapore. (2020). Indonesia Fintech Report 2020 (pp. 1–17).

Hussei, H. (2020). The impact of financial Technology on Finansial Inclusion: The Case of Egypt. Journal of Economics and Finance,  11(6),  35–51.

https://doi.org/10.1504/IJEBR.2020.111096

Ikatan Bankir Indonesia. (2018). Menguasai Fungsi Kepatuhan Bank. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Jati, H., Rosary, P. E. De, Fanggidae, A., & Makatita, R. F. (2021). The Importance of Financial Literacy and Technological Literacy for the Sustainability of the Culinary Business in Kota Kupang During the Covid -19 Pandemic. International Journal of Economics, Business and Management Research, 5(1),

15–41.

Kharisma, D. B. (2021). Urgency of financial technology (Fintech) laws in Indonesia. International Journal of Law and  Management,  63(3),  320–331.

https://doi.org/https://doi.org/10.1108/IJLMA-08-2020-0233

Kirana, M. Y., & Havidz, S. A. H. (2020). Financial literacy and mobile payment usage as financial inclusion determinants. Information Management and Technology,                         1(1),                         905–910.

https://doi.org/10.1109/ICIMTech50083.2020.9211157

Kumar, J., & Rani, V. (2022). Journey of Financial Technology (FinTech): A Systematic Literature Review and Future Research Agenda. Trends in Management Literature (Review of Management Literature, 1(1), 89–108. https://doi.org/https://doi.org/10.1108/S2754-586520220000001005

Kusuma, A. A. N. J., & Indrajaya, I. G. B. (2020). Analisis Pengaruh Inklusi Keuangan Terhadap Tingkat Kemiskinan Dan Ketimpangan Pendapatan Masyarakat Di Kabupaten/Kota Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 9(5), 993–1022.

Laut, L. T., & Hutajulu, D. M. (2019). Kontribusi Financial Technology Dalam Meningkatkan Inklusi Keuangan di Indonesia. Jurnal Untidar, 1(1), 326–336.

Marginingsih, R. (2021). Financial Technology (Fintech) Dalam Inklusi Keuangan Nasional di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 8(1), 56– 64. https://doi.org/10.31294/moneter.v8i1.9903

Mustikasari, Y., & Noviardy, A. (2020). Pengaruh Financial Technology Dalam Meningkatkan Literasi Keuangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Palembang (Studi Kasus Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Kota Palembang Tahun 2020). Jurnal Ilmiah Bina Manajemen, 3(2), 147–155.

Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019 (pp. 1–2).

Piartrini, P. S. (2020). Analisis Konsumsi Layanan SPA Di Era Baru, Perspektif Theory of Planned Behavior (TPB). Matrik: Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis Dan            Kewirausahaan,            14(2),            236–252.

https://doi.org/10.24843/matrik:jmbk.2020.v14.i02.p08

Purwanto, Rachrizi, A. R., & Bustaram, I. (2021). Peran Fintech Dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif Pada UKM di Kabupaten Pamekasan. Jurnal Pendidikan, Akuntansi Dan Keuangan, 4(2), 115–129.

Puspasari, S. D., Hakim, L., & Kemalasari, P. R. (2020). Pengaruh Literasi Keuangan Dan Inklusi Keuangan Terhadap Keputusan Pengambilan Kredit Petani Jagung Desa Jotang Pada BRI. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia, 05(01), 1–3.

Romadhon, I. A., & Rahmadi, H. (2020). The Effect of Financial Literacy and Financial Technology on Student Financial Inclusion of Institute of Social Sciences and Management Stiami Jakarta Bekasi Campus. Neraca: Jurnal Akuntansi Terapan, 2(1), 16–27. https://doi.org/10.31334/neraca.v2i1.1100

Sangwan, V., Prakash, P., & Singh, S. (2020). Financial technology: a review of extant literature. Studies in Economics and Finance,   37(1),   71–88.

https://doi.org/https://doi.org/10.1108/SEF-07-2019-0270

Saputro, N., Nugroho, A. A., & Trinugroho, I. (2021). Financial Technology and Bank Risk: A Cross Country Study. Emerald Publishing Limited, Bingley, 1(1), 367– 375. https://doi.org/https://doi.org/10.1108/S1571-038620210000028021

Sari, A. N., & Kautsar, A. (2020). Analisis Pengaruh Literasi Keuangan, Financial Technology, dan Demografi Terhadap Inklusi Keuangan Pada Masyarakat Di Kota Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen, 8(4), 1233–1246.

Septiani, R. N., & Wuryani, E. (2020). Pengaruh Literasi Keuangan Dan Inklusi Keuangan Terhadap Kinerja UMKM Di Sidoarjo. E-Jurnal Manajemen, 9(8), 3214–3236.

Shen, Y., Hu, W., & Hueng, C. J. (2018). The effects of financial literacy, digital financial product usage and internet usage on financial inclusion in China. MATEC       Web       of       Conferences,       228(1),       1–6.

https://doi.org/10.1051/matecconf/201822805012

Sung, A., Leong, K., Sironi, P., O’Reilly, T., & McMillan, A. (2019). An exploratory study of the FinTech (Financial Technology) education and retraining in UK. Journal    of     Work-Applied    Management,     11(2),     187–198.

https://doi.org/https://doi.org/10.1108/JWAM-06-2019-0020

Yudaruddin, R. (2023). Financial technology and performance in Islamic and conventional banks. Journal of Islamic Accounting and Business Research, 14(1), 100–116. https://doi.org/https://doi.org/10.1108/JIABR-03-2022-0070

158