PENGARUH BEBERAPA RASIO KEUANGAN TERHADAP KEPUTUSAN HEDGING PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
on
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 5, 2020 : 2045-2064
ISSN : 2302-8912
DOI: https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2020.v09.i05.p20
PENGARUH BEBERAPA RASIO KEUANGAN TERHADAP KEPUTUSAN HEDGING PADA SEKTOR PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA
Putu Mia Anggyantari 1 Ida Bagus Anom Purbawangsa 2
1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia email: miaanggyantari5@gmail.com
ABSTRAK
Perusahaan yang melakukan perdagangan internasional akan terkena dampak perubahan nilai mata uang asing yang tidak terduga, sehingga perusahaan perlu melakukan hedging instrumen derivatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh beberapa rasio keuangan, seperti likuiditas, leverage dan profitabilitas terhadap keputusan hedging instrumen derivatif. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari laporan tahunan perusahaan. Populasi adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2016-2018. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan 33 perusahaan dianalisis dengan analisis regresi logistik. Hasil penelitian ini menemukan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan hedging instrumen derivatif, leverage berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan hedging instrumen derivatif, profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan hedging instrumen derivatif. Ketepatan data prediksi probabilitas hedging instrumen derivatif pada perusahaan sebesar 28% dan sisanya sebesar 72% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Kata kunci :Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, dan Hedging
ABSTRACT
Companies that conduct international trade will be affected by unexpected changes in the value of foreign currencies, so companies need to hedge derivative instruments. This study aims to analyze the effect of several financial ratios, such as liquidity, leverage and profitability on hedging decisions on derivative instruments. This study uses secondary data from the company's annual report. The population is a mining company listed on the Indonesia Stock Exchange for 2016-2018. Purposive sampling is used with 33 companies analyzed by logistic regression analysis. Liquidity has significant negative effect on hedging decisions of derivative instruments, leverage has significant positive effect on hedging decisions of derivative instruments, profitability has significant negative effect on hedging decisions of derivative instruments. The accuracy of the prediction data for the probability of hedging derivative instruments in companies is 28% and the remaining 72% is explained by other variables outside the model.
Keywords:Liquidity, Leverage, Profitability, and Hedging
PENDAHULUAN
Perkembangan perdagangan pada era globalisasi saat ini sangat memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Perdagangan kini tidak hanya berkembang di dalam negeri saja, malainkan perdagangan ke luar negeri atau yang biasa disebut dengan perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan salah satu cara untuk melakukan ekspansi pasar, baik dengan cara mengekspor maupun mengimpor. Transaksi yang terjadi dalam tperdagangan internasional tberbeda tdengan ttransaksi tperdagangan tdalam tnegeri. tPada ttransaksi perdagangan tinternasional takan tmelibatkan tbeberapa tnegara tdengan tberbagai mata uang yang berbeda-beda.
Transaksi tyang tmelibatkan tmata tuang tyang tberbeda tdapat tmenimbulkan risiko tkeuangan tbagi tperusahaan tmultinasional tyang tdiakibatkan toleh tperubahan nilai ttukar tmata tuang asing. tTransaksi ttersebut tdapat tmemberi tkeuntungan maupun tkerugian tkarena tperusahaan tyang tmelakukan tperdagangan tinternasional tidak thanya takan tmelakukan ttransaksi tsecara ttunai, tdimana takan tadanya tpiutang maupun hutang dalam bentuk valuta asing. Banyaknya aktivitas dalam perdagangan internasional takan tmenyebabkan tadanya tpeningkatan trisiko tyang tlebih ttinggi dibandingkan taktivitas tdalam tperdagangan tdalam tnegeri.
Risiko tmerupakan tkemungkinan tterjadinya tkerugian tdari tkejadian tyang tidak tdiinginkan. tKerugian tyang ttidak tdiinginkan ttersebut tmuncul tdari tberbagai sumber, tseperti tkerugian tkarena tperubahan tharga. tRisiko tdapat tterjadi tpada semua perusahaan, terlebih lagi perusahaan yang melakukan perdagangan internasional. Terjadinya risiko pada perdagangan internasional dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya seperti hukum, budaya, politik, kondisi perekonomian, penggunaan mata uang asing beserta faktor lainnya yang berbeda di setiap negara. Salah satu faktor yang dapat diambil sebagai contoh yaitu penggunaan mata uang asing.
Penggunaan mata uang asing dapat menimbulkan terjadinya risiko dalam transaksi internasional, risiko tersebut yaitu risiko fluktuasi kurs valuta asing (Krisdian & Badjra, 2017). Risiko ini akan selalu mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional, khususnya perusahaan multinasional yang ada di Indonesia. Mengingat di Indonesia sendiri menerapkan kebijakan makro pemerintah dengan sistem kurs mengambang bebas (free floating rate), dalam sistem ini tidak adanya campur tangan pemerintah terhadap tingkat nilai tukar, sehingga nilai tukar diserahkan pada permintaan dan penawaran (Ariani & Sudiartha, 2017). Tujuan dari penerapan sistem ini untuk mencapai posisi keseimbangan sesuai dengan keadaan pasar. Perusahaan dapat memprediksi risiko yang akan terjadi dengan mengukur terlebih dahulu eksposur yang dapat dialami perusahaan. Risiko yang akan dihadapi perusahaan akan lebih kompleks, sehingga perlu adanya manajemen risiko dalam suatu perusahaan.
Grafik dibawah ini merupakan tampilan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dari tahun 2016-2018 yang dapat dilihat pada Gambar 1.
KURS TRANSAKSI - USD
14600
14400
4-Jan-17 4-Jul-17 4-Jan-18 4-Jul-18
14200
14000
13800
13600
13400
13200
13000
12800
12600
4-Jan-16 4-Jul-16
—•—Rupiah
Gambar 1. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
Gambar t1. tmenunjukkan tterjadinya tfluktuasi tkurs tdollar t(USD) tterhadap rupiah t(IDR) tdari ttahun t2016 thingga ttahun t2018. tGambar tgrafik tkurs ttransaksi USD ttersebut tmenunjukkan tbahwa tkurs ttransaksi tUSD ttehadap tIDR tselama t3 tahun tterakhir tdimulai tdari ttanggal t4 tJanuari t2016 thingga t4 tJuli t2018. Berdasarkan tgambar tdi tatas tdapat tdilihat tbahwa tterdapat tkurs tterendah tpada tanggal t4 tJuli t2016 tsebesar tRp. t13.238 tdan tkurs ttertinggi tpada ttanggal t4 tJuli 2018 tsebesar tRp. t14.415.
Berdasarkan tdata tyang tditunjukkan tdi tatas tmengartikan tbahwa tkurs tUSD berfluktuasi tterhadap tIDR. tKetika tsuatu tperusahaan tingin tmelakukan tkegiatan transaksi tperdagangan tinternasional tbaik tdalam tekspor tmaupun timpor, takan selalu tmengalami trisiko tfluktuasi tterhadap teksposur tvaluta tasing. tJika tIDR mengalami tdepresiasi tatau tketika tmata tuang tUSD tmengalami tapresiasi, tmaka harga timpor tbarang takan tlebih tmahal tdalam ttransaksi tinternasional tsehingga dapat tberdampak tpada tkenaikkan tharga tyang tjuga takan tmengalami tpeningkatan, lain thalnya tjika tdalam tsuatu tperusahaan tmelakukan thedging tdengan menggunakan tinstrumen tderivatif tyang takan tmembantu tperusahaan meminimalisir trisiko tfluktuasi tnilai ttukar tyang takan tdihadapi.
Strategi hedging yang menggunakan beberapa kontrak instrumen derivatif merupakan salah satu alternatif dalam pasar modal yang cukup berperan untuk kegiatan transaksi perdagangan internasional. Instrumen tderivatif tmerupakansuatu kontrak tperjanjian tantara tdua tpihak tyang tmenjual tataupun tmembeli tsejumlah aset tbaik tberupa taktiva tfinansial tmaupun tkomoditas tpada twaktu tyang ttelah ditentukan di masa mendatang dengan harga yang telah disepakati sebelumnya. Hedging menggunakan beberapa instrumen derivatif valuta asing sebagai satu cara untuk meminimalisir risiko fluktuasi nilai tukar,
diantaranya adalah dengan melakukan kontrak opsi mata uang, swap mata uang, kontrak forward dan kontrak berjangka (future contract).
Keputusan hedging pada umumnya dilakukan untuk menghindari risiko financial distress yang dapat menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan. Financial Distress merupakan suatu kondisi ketika perusahaan mengalami penurunan keuangan sebelum perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan atau likuidasi. Terjadinnya keadaan tersebut dikarenakan perusahaan mengalami kekurangan modal dengan beban biaya utang dan bunga yang lebih besar dibandingkan aset yang dimiliki (High tLeverage), tfinancial tdistress tjuga tdapat disebabkan toleh trendahnya ttingkat tprofitabilitas tsuatu tperusahaan tuntuk menghasilkan tlaba tdari tproses toperasinya. tJika tdilihat tdari tkondisi tkeuangan tada tiga tfaktor tyang tdapat tmenyebabkan tperusahaan tmengalami tfinancial tdistress yaitu tfaktor tketidakcukupan tmodal tatau tkekurangan tmodal, tbesarnya tbeban utang tdan tbunga tserta tmenderita tkerugian t(Afriyeni & Jumyetti, 2017). Biaya-biaya ttransaksi tyang tberkaitan tdengan trisiko tfinancial tdistress tmerupakan tbiaya yang rentan terkena fluktuasi valuta asing sebagai akibat dari adanya aktivitas transaksi perdagangan internasional yang dilakukan oleh perusahaan (Jiwandhana & Triaryati, 2016). Dengan penggunaan Hedging dalam perusahaan dapat membantu perusahaan untuk mengunci nilai valuta asing di masa depan yang menjamin bahwa perusahaan tidak akan dirugikan oleh adanya fluktuasi mata uang (Maniar, 2016).
Faktor – faktor yang dapat mendorong perusahaan melakukan aktivitas hedging yaitu berasal dari eksternal perusahaan dan juga internal perusahaan. Terdapat dua faktor eksternal yaitu BI rate dan fluktuasi nilai tukar, sedangkan faktor-faktor internal yang mendorong perusahaan melakukan aktivitas hedging yaitu kondisi dari rasio keuangan perusahaan tersebut. Rasio keuangan dikelompokkan menjadi lima yaitu rasio likuiditas, rasio rentabilitas / profitabilitas, rasio solvabilitas / leverage, rasio aktivitas dan rasio investasi. Beberapa peneliti terdahulu sudah meneliti faktor-faktor internal berupa beberapa rasio keuangan yang mempengaruhi keputusan hedging perusahaan, diantaranya adalah Likuiditas (Mediana & Muharam, 2016), Leverage (Yavas, 2016)dan Profitabilitas (Caroll et al., 2015; Jiwandhana & Triaryati, 2016)
Penelitian Wei et al. (2017)mendapatkan thasil tbahwa tlikuiditas berpengaruh negatif tdan tsignifikan tterhadap tkeputusan thedging tdengan targumen tbahwa perusahaan tdengan ttingkat tlikuiditas tyang ttinggi tcenderung tmelakukan penggunaan thedging tyang trendah. tPenelitian tyang tdilakukan oleh Mediana & Muharam (2016) serta Nyamweya & Ali (2016) berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan hasil bahwa likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan hedging.
Likuiditas dalam suatu perusahaan dapat ditunjukkan dengan besar kecilnya aktiva lancar dimiliki. Suatu perusahaan harus menjaga tingkat likuiditas dengan mempertahankan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan yang bernilai lebih besar daripada utang. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan dana cadangan yang dimiliki, sehingga penggunaan hedging tidak perlu dilakukan karena memiliki risiko kesulitan keuangan yang
rendah.Keputusan hedging sangat diperlukan pada perusahaan yang memiliki tingkatrasio leverage yang tinggi, karena dapat membantu perusahaan dalam menghadapi risiko fluktuasi nilai tukar. Apabila terjadi fluktuasi kurs yang signifikan di masa mendatang, maka akan menyebabkan perusahaan kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, sehingga peran hedging sangat diperlukan untuk meminimalisir risiko tersebut. Pengukuran leverage dalam penelitian ini menggunakan jenis ratioDept to Equity (DER). DER merupakan ratio yang membandingkan hutang jangka panjang dengan modal sendiri, untuk mengetahui besarnya penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan modal sendiri, serta dapat menunjukan kemampuan modal sendiri dalam multinasional corporation, sehingga dapat dikatakan mampu memenuhi kewajiban perusahaan.Guniarti (2014) dan Butt et al. (2018) bahwa leverage tberpengaruh tpositif tdan tsignifikan tterhadap tkeputusan thedging tdengan alasan tbahwa tbeberapa tperusahaan tmasih tbanyak tyang tmenggunakan tekuitas daripada tutang. tPenelitian tdari Velasco (2015), Yavas (2016) serta Nyamweya & Ali (2016) berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan hedging.
Faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi perusahaan melakukan keputusan hedging adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Satu faktor yang menciptakan nilai masa depan untuk menarik investor baru yaitu return yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan return on asset (ROA). ROA merupakan salah satu rasio yang perlu diperhatikan oleh perusahaan, karena dapat menunjukkan bagaimana suatu perusahaan memperoleh laba dari total aktiva perusahaan. Dalam aktivitas hedging, perusahaan dengan tingkat profitabilitasnya yang tinggi memiliki tingkat kesulitan keuangan yang rendah sehingga memiliki kecenderungan tidak akan melakukan hedging
Caroll et al. (2015) dan Candradewi & Rahyuda (2018) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap keputusan hedging dengan argumen bahwa semakin tinggi tingkat profit perusahaan menyebabkan perusahaan terhindar dari risiko financial distress dan cenderung tidak melakukan hedging. Penelitian yang dilakukan oleh Jiwandhana & Triaryati (2016)bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya, yang menemukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan hedging dengan argumen perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan cenderung untuk melakukan ekspansi pasar yang memerlukan peranan hedging untuk meminimalisir risiko yang akan dihadapi dalam pasar internasional. Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan dan pernyataan dari penelitian sebelumnya, masih adanya research gap dari variabel-variabel yang diteliti. Dikarenakan masih adanya permasalahan dan perbedaan pendapat dari berbagai penelitian sebelumnya, maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh likuiditas, leverage dan profitabilitas terhadap keputusan hedging.
Penelitian tini tmemfokuskan tpada tperusahaan tsektor tpertambangan. Kementrian tEnergi tdan tSumber tDaya tMineral t(ESDM) tmencatat tbahwa
Pendapatan tNegara tBukan tPajak t(PNBP) tdari tsektor tpertambangan tmineral tdan batubara tpada ttahun t2017 tmencapai ttarget tsebesar tRp. t40,6 ttriliun tyang menembus ttarget t125% tdari tAnggaran tPendapatan tdan tBelanja tNegara Perubahan t(APBNP) t2017 tsebesar tRp. t32,7 ttriliun. tMembaiknya tPNBP tdari sektor pertambangan diakibatkan oleh kenaikan ekspor dan harga komoditas, baik mineral maupun batu bara sepanjang tahun 2017 (www.esdm.go.id). Semakin tinggi pertumbuhan ekspor yang dilakukan oleh suatu perusahaan sektor pertambangan, cenderung memiliki risiko kerugian yang lebih tinggi akibat adanya fluktuasi nilai tukar. Fenomena tini tmenyebabkan tperusahaan tsektor tpertambangan takan tsangat tdipengaruhi toleh tfluktuasi tnilai ttukar tsehingga memiliki teksposur tvaluta tasing tyang tlebih tbesar. t
Tujuan tdari tpenelitian tini tadalah tsebagai tberikut t: t1) tUntuk tmengetahui signifikansi tpengaruh tlikuiditas tterhadap tkeputusan thedging tpada tsektor pertambangan tdi tBursa tEfek tIndonesia t(BEI). t2) tUntuk tmengetahui tsignifikansi pengaruh tleverage tterhadap t keputusan thedging tpada tsektor tpertambangan tdi Bursa tEfek tIndonesia t(BEI). t3) tUntuk tmengetahui tsignifikansi tpengaruh profitabilitas tterhadap tkeputusan thedging tpada tsektor tpertambangan tdi tBursa Efek tIndonesia t(BEI).
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan akan menghadapi risiko tlikuiditas tketika tperusahaan ttidak tmampu memenuhi tkewajibannya tyang tsudah tjatuh ttempo. Jika suatu perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, maka perusahaan tersebut akan mengalami financial distress cost. Semakin likuid suatu perusahaan dengan tingkat rasio likuiditas yang tinggi maka semakin kecil risiko tkesulitan keuangan tyang tdialami, tsehingga tperusahaan tcenderung ttidak tmenerapkan keputusan thedging, tkarena taktiva tlancar tyang tdimiliki tperusahaan tlebih tbesar dibandingkan tutang tlancar tyang tdimiliki.
Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Megawati & Wiagustini (2016); Chaudry et al. (2015), Zuhroh (2019), Altuntas et al. (2017), Augusto et al. (2017)Nova et al. (2015)serta Wei et al. (2017) yang menyatakan tbahwa tvariabel tlikuiditas tberpengaruh tnegatif tterhadap tkeputusan hedging. tBerdasarkan tpenelitian tempiris tyang tmendukung tpenelitian ttersebut, maka tbunyi thipotesis tpertama tsebagai tberikut t:
H1 t: tLikuiditas tberpengaruh tnegatif tterhadap tkeputusan thedging.
Penggunaan tutang tmerupakan tsalah tsatu talternatif tpendanaan tbagi perusahaan tdalam tmeningkatkan tkinerjanya. tPenggunaan tutang tdalam perusahaan membawa keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari penggunaan utang adalah bunga yang dibayarkan atas utang dapat menjadi pengurang pajak, sementara kerugiannya yaitu perusahaan dapat mengalami risiko kesulitan keuangan. Semakin tinggi tingkat hutang dibandingkan modal sendiri, maka risiko yang ditanggung perusahaan juga semakin tinggi. Pada teori Modigliani Miller menjelaskan bahwa penggunaan utang yang lebih tinggi dibanding modal sendiri akan tmenimbulkan tpermasalahan tbaru, tseperti tmeningkatnya tbiaya kebangkrutan, tbiaya tkeagenan tdan ttingkat tpengembalian tbunga tyang ttinggi.
Penggunaan utang yang lebih besar pada suatu perusahaan mengakibatkan perusahaan tmemiliki tkecenderungan tuntuk tmelakukan thedging, tkarena ttingkat rasio tleverage tyang ttinggi tdapat tmenyebabkan tperusahaan tmengalami trisiko financial distress, dimana pembiayaan utang dengan proporsi yang lebih tinggi dan rendahnya pembiayaan ekuitas dalam perusahaan tersebut.Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2015),Yong et al. (2015), Butt et al. (2018)dan Klingeberg et al. (2018) yang menunjukkan bahwa leverage tberpengaruh positif tdan tsignifikan tterhadap tkeputusan thedging. tBerdasarkan tpenelitian empiris tyang tmendukung tpenelitian ttersebut, tmaka tbunyi thipotesis tkedua sebagai tberikut t:
H2 t: tLeverage tberpengaruh tpositif tterhadap tkeputusan thedging.
Profitabilitas merupakan tingkat return bersih yang dapat dicapai oleh perusahaan dalam menjalankan operasi bisnisnya. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek keuangan yang baik. Semakin tinggi tingkat return yang diraih suatu perusahaan, maka akan terlihat bahwa suatu perusahaan mengelola dengan baik tingkat pengembalian laba kepada investor, efisiensi dan kinerja perusahaan tersebut. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi memiliki kecenderungan untuk tidak menerapkan hedging dalam aktivitas perusahaannya, karena dengan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi perusahaan akan terhindar dari ancaman risiko financial distress sehingga tidak diperlukannya intrumen lindung nilai (hedging) untuk meminimalisir risiko. Penelitian empiris yang dilakukan oleh Caroll et al. (2015), Candradewi & Rahyuda (2018) dan Kurniawan & Asandimitra (2018) menemukan bahwa tvariabel profitabilitas tberpengaruh tnegatif tterhadap tkeputusan thedging. tBerdasarkan penelitian tempiris tyang tmendukung tpenelitian ttersebut, tmaka tbunyi thipotesis ketiga tsebagai tberikut t:
H3 t: t tProfitabilitas tberpengaruh tnegatif tterhadap tkeputusan thedging
Keputusan Hedging (Y)
Gambar 2. Kerangka Konseptual
METODE PENELITIAN
Pendekatan tyang takan tdigunakan tdalam tpenelitian tini tadalah tpendekatan kuantitatif tdengan tbentuk tasosiatif, tyaitu tuntuk tmengetahui tpengaruh tlikuiditas,
leverage tdan tprofitabilitas tterhadap tkeputusan thedging tperusahaan. tLokasi penelitian tini tdilakukan tpada tperusahaan tpertambangan tyang tterdaftar tdalam Bursa tEfek tIndonesia t(BEI). tLokasi tpenelitian ttersebut tdapat tdiakses tmelalui situs tresmi tBursa tEfek tIndonesia t(BEI), tyaitu twww.idx.co.id. tData tyang didapatkan dalam bentuk laporan tahunan dan laporan historis lainnya di BEI periode 2016-2018. Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah keputusan hedging perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2016-2018. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan hedging (Y). Variabel bebas yang akan digunakan yaitu likuiditas (X1), leverage (X2) dan profitabilitas (X3).
Hedging merupakan suatu kebijakan perusahaan dalam meminimalisir risiko yang disebabkan oleh perubahan kurs yang berfluktuasi. Aktivitas hedging dilakukan dengan menggunakan instrumen derivatif seperti opsi, kontrak forward, kontrak future, dan swap. Hedging tdinyatakan tdalam tvariabel tdummy, tapabila perusahaan tsektor tpertambangan tyang tterdaftar tdi tBEI tmenggunakan tinstumen derivatif tsebagai taktivitas thedging, tdiberi tangka t1 tsebagai tkategori tbahwa perusahaan tmelakukan taktivitas thedging, tdan tdiberi tangka t0 tapabila tperusahaan tersebut ttidak tmenggunakan tinstrumen tderivatif.
Likuiditas tdalam tpenelitian tini tdiproksikan tdengan tCurrent tRatio. tCurrent Ratio tdihitung tdengan tmembandingkan taktiva tlancar tdengan tutang tlancar tyang dimiliki toleh tperusahaan tsektor tpertambangan tyang tterdaftar tdi tBEI tperiode 2016-2018. tFormula current ratio dapat dihitung menggunakan rumus dengan satuan persen (%).
„ 1 n Aktiva Lancar
Current Ratio = ---------× 100%(1)
Utang Lancar
Leverage dalam penelitian ini diproksikan dengan DER (dept to equity
ratio). DER digunakan untuk menilai perbandingan hutang terhadap ekuitas pada
perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode 2016-2018.
DER dapat dihitung menggunakan rumus dengan satuan persen (%).
Total Hutang
Total Modal Sendiri
(2)
Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan ROA (return on
asset). Penggunaan ROA dapat mencerminkan efektivitas kinerja suatu
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan pada perusahaan sektor pertambangan
yang terdaftar di BEI pada periode 2016-2018. ROA dapat di hitung dengan
menggunakan rumus dengan satuan persen (%).
Laba Bersih Setelah Pajak Total Aset
(3)
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang berisikan variabel bebas dan variabel terikat yang diperoleh pada perusahaan sektor pertambangan di BEI. Data yang didapatkan berbentuk laporan tahunan dan laporan historis lainnya untuk periode 2016-2018. Penelitian ini menggunakan sumber data berupa data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah ada, sudah dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain. Data yang digunakan dalam penelitian ini diakses dari website
resmi BEI (www.idx.co.id). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor pertambangan di BEI periode 2016-2018 yaitu sebanyak 47 perusahaan.
Penentuan tsampel tdalam tpenelitian tini tmenggunakan tmetode tpurposive sampling, tyaitu tpengambilan tsampel tdari tsuatu tpopulasi tdengan tkriteria ttertentu. Adapun tkriteria tyang tdigunakan tdalam tpenelitian tini tadalah tsebagai tberikut t: t1) Perusahaan tsektor tpertambangan tyang tlisting tdi tBursa tEfek tIndonesia t(BEI) periode t2016-2018. t2) tPerusahaan tsektor tpertambangan tyang tmenerbitkan laporan tkeuangan tsecara tkontinyu tyang ttelah tdiaudit tpada tperiode t2016-2018. t3) Perusahaan tsektor tpertambangan tyang tmemiliki teksposur tvaluta tasing tyang timbul tdari timpor tbahan tbaku, tpenjualan tekspor, tserta taset tdan tkewajiban tdalam valuta tasing, tatau tmemiliki tanak tperusahaan tdi tluar tnegeri.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa metode observasi non partisipan. Metode ini memperoleh data dengan melakukan pengumpulan melalui pengamatan dan mencatat serta mempelajari uraian-uraian data dari website resmi BEI melalui www.idx.co.id, data tersebut diperoleh dalam bentuk laporan tahunan perusahaan sektor pertambangan beserta catatannya dari tahun 2016-2018. Data tyang tdiperoleh tdari twebsite tBEI tdidapatkan tjumlah populasi tsebanyak t47 tperusahaan tsektor tpertambangan. tSetelah tdilakukannya seleksi tsampel tdengan tkriteria tyang ttelah tdisebutkan tdiatas tmaka tdiperoleh sampel tsebanyak t40 tperusahaan tpertambangan tyang tmemenuhi tkriteria tdan t7 perusahaan tpertambangan tyang ttidak tmemenuhi tkriteria.
Tabel 1.
Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Keterangan Frekuensi
|
Populasi |
47 |
|
Perusahaan delisting |
2 |
|
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara kontinyu |
5 |
|
Perusahaan yang tidak memiliki eksposur valuta asing |
0 |
|
Jumlah Sampel |
40 |
Sumber: Data Diolah, 2019
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dimulai pada tahun 2016 hingga 2018. Perusahaan sektor pertambangan terbagi dalam 5 subsektor, yaitu subsektor pertambangan batu bara, subsektor pertambangan gas dan minyak bumi, subsektor pertambangan logam dan mineral, subsektor pertambangan batu-batuan, dan subsektor pertambangan lainnya. Populasi perusahaan pertambangan pada penelitian ini
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2016-2018 berjumlah 47 perusahaan.
Penelitian ini menjadikan perusahaan pertambangan sebagai obyek penelitian didasarkan pada pertimbangan yaitu perusahaan dalam sektor ini yang telah go – public, dan salah satu sektor yang sering melakukan transaksi dengan pihak asing. Perusahaan pertambangan dalam mendapatkan bahan baku untuk memenuhi kegiatan operasional tidak hanya didapatkan dari dalam negeri saja. Melalui kegiatan internasional seperti ekspor maupun impor, perusahaan pertambangan dapat memenuhi bahan baku dan peralatannya untuk melancarkan kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan pertambangan dimulai dari mencari, menemukan, menambang, mengolah, hingga memasarkan bahan galian (mineral, batubara dan migas) yang bernilai ekonomis. Kegiatan pengiriman barang, peralatan, pinjaman barang maupun modal yang dilakukan perusahaan pertambangan memungkinkan perusahaan melakukan keputusan hedging yang cukup tinggi. Perusahaan pertambangan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 sampel.
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan melalui publikasi dari laporan keuangan tahunan perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Adapun data sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu likuditas yang diukur menggunakan current ratio, leverage yang diukur menggunakan rasio DER, dan profitabilitas yang diukur menggunakan rasio ROA. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik regresi logistik dengan menggunakan beberapa uji seperti menguji koefisien regresi dengan menggunakan nilai pada tabel variable in equation, kelayakan model dengan menggunakan nilai dari hosmer and lemeshow’s goodness of fit, menilai keseluruhan model dengan menggunakan nilai dari log likehood value, koefisien determinasi dengan menggunakan nilai dari Nagelkerke R Square, matriks klasifikasi dengan menggunakan nilai dari matriks klasifikasi, multikolinieritas dengan menggunakan nilai dari matriks kolerasi, serta uji T menggunakan nilai pada variable in the equation.
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan maksimum minimum. Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Hasil uji statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat di deskripsikan seperti yang tersaji pada Tabel 2. berikut:
Tabel 2.
Statistik Deskriptif Variabel Bebas
|
N |
Minimum |
Maximum |
Mean |
Std. Deviation | |
|
CR |
120 |
5.24 |
710.29 |
170.8196 |
134.07176 |
|
DER |
120 |
15.00 |
2430.00 |
209.6917 |
346.98109 |
|
ROA |
120 |
-41.59 |
39.41 |
4.5483 |
10.66537 |
|
Valid N (listwise) |
120 |
Sumber: Data Diolah, 2019
Dari tdata tpada tTabel t2. tdapat tdilihat tbahwa tnilai tminimum tdari tCR sebagai variabel tpertama tadalah tsebesar t5,24 tyang tterdapat tpada tPT. tAstrindo tNusantara Infrastruktur tTbk ttahun t2016 tsedangkan tnilai tmaksimum tdari tvariabel tCR adalah sebesar t710,29 tyang tterdapat tpada tPT. tRatu tPrabu tEnergi tTbk ttahun t2018. tRata – trata tvariabel tCurrent tRatio tsebesar t170,8196 tdan tstandar tdeviasi tsebesar 134,07176. t tPada tvariabel tkedua tyaitu tdept tto tequity tratio tdidapatkan tnilai minimum tsebesar t15,0 tyang tterdapat tpada tPT. tGarda tTujuh tBuana tTbk ttahum 2018 tsedangkan tnilai tmaksimum tdari tvariabel tdept tto tequity tratio tsebesar 2430,0 tyang tterdapat tpada tPT. tApexindo tPratama tDuta tTbk ttahun t2016. tRata – rata tdari tvariabel tdept tto tequity tratio tsebesar t209,6917 tdan tstandar tdeviasi tdari variabel tini tsebesar t346,98109. tNilai tminimum tdari tvariabel tROA tadalah tsebesar -41,59 tyang tterdapat tpada tPT. tEnergi tMega tPersada tTbk ttahun t2016 tsedangkan nilai tmaksimum tdari tvariabel tROA tadalah tsebesar t38,03 tyang tterdapat tpada tPT. Baramulti tSuksessarana tTbk ttahun t2017. tRata t– trata tvariabel tROA tyaitu tsebesar 4,5483 tdengan tstandar tdeviasi tsebesar t10,66537. tSampel tdengan tvariabel thedging (Y) tdapat tdilihat tpada tTabel t3.
Tabel 3.
Frekuensi Variabel Terikat
|
Frequency |
Percent |
Valid Percent |
Cumulative Percent | ||
|
Valid |
0 |
52 |
43.3 |
43.3 |
43.3 |
|
1 |
68 |
56.7 |
56.7 |
100.0 | |
|
Total |
120 |
100.0 |
100.0 | ||
Sumber: Data Diolah, 2019
Pada tpenelitian tini tperusahaan tsektor tpertambangan tyang tmelakukan aktivitas thedging tdiberi tkode t1 tsedangkan tperusahaan tsektor tpertambangan tyang tidak tmelakukan thedging tdiberi tkode t0. tBerdasarkan tTabel t3. tdapattdilihatbahwa tterdapat taktivitas thedging tyang tdilakukan toleh tperusahaan tsektor pertambangan tsebanyak t68 tkali t tdan tpersentase tsebesar t56,7% tsedangkan terdapat t52 tkali taktivitas tperusahaan tdengan tkategori ttidak tmenggunakan hedging tdan tpersentase tsebesar t43,3%.
Tabel 4.
Hosmer and Lemeshow Test
|
Step |
Chi-square |
df |
Sig. |
|
1 |
1.891 |
8 |
.984 |
Sumber: Data Diolah, 2019
Dari Tabel 4.model regresi pada penelitian ini menunjukkan nilai statistik Hosmer and Lemeshow dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,984 yang lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol diterima dan berarti model ini mampu menjelaskan hubungan variabel independen dan variabel dependennya atau dapat dikatakan model diterima karena cocok dengan data observasinya.
Penilaian tkeseluruhan tmodel tdapat tdinilai tdengan tmembandingkan tnilai antara t-2 tLog tlikelihood t(-2LL) tpada tawalt(Block tNumber t– t0) tdengan tnilai t-2
Log tlikelihood t(-2LL) tpada takhir t(Block tNumber t– t1). tApabila tterdapat penurunan tnilai tlikelihood, tini tmenunjukkan tmodel tregresi tyang tbaik tatau dengan tkata tlain tmodel tyang tdihipotesiskan tfit tdengan tdata.
Tabel 5.
Iteration Historya.b.c.d Block Number=0
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood Constant
Sumber: Data Diolah, 2019
|
Tabel 6. Iteration Historya,b,c,d Block Number=1 | |||||
|
-2 Log likelihood |
Coefficients | ||||
|
Iteration |
Constant |
CR |
DER |
ROA | |
|
Step 1 1 |
138.178 |
1.004 - |
.004 |
.001 |
-.043 |
|
2 |
136.296 |
1.085 - |
.004 |
.001 |
-.057 |
|
3 |
136.116 |
1.020 - |
.004 |
.002 |
-.059 |
|
4 |
136.110 |
1.002 - |
.004 |
.002 |
-.059 |
|
5 |
136.110 |
1.001 - |
.004 |
.002 |
-.059 |
|
Sumber: Data Diolah, 2019 | |||||
Iteration tHistoryt(Blok tNumber t– t0) tdan tIteration tHistory t(Blok tNumber t– 1) tmenunjukan thasil tnilai tantara t-2 tlog tlikelihood t(-2LL) tpada tawal tadalah sebesar t164,216 t(Block tNumber t=0) tsedangkan tnilai t-2 tLog tLikelihood t(-2LL) pada takhir tadalah tsebesar t136,110 t(Block tNumber t=1). tTerdapat tpenurunan tnilai likelihood t(-2LL), thal tini tmenunjukan tmodel tregresi tyang tbaik tatau tdengan tkata lain tmodel tyang tdihipotesiskan tfit tatau tcocok tdengan tdata. t
Model tregresi tyang tbaik tadalah tdengan ttidak tadanya tgejala tkorelasi tyang kuat tantara tvariabel tbebasnya. tUji tmultikolinieritas tdalam tregresi tlogistik tdapat dilihat tdari ttabel tmatrik tkolerasi. tApabila tnilai tmatrik tkolerasi tlebih tkecil tdari 0,8 tartinya ttidak tterdapat tgejala tmultikolinieritas tyang tserius tantar tvariabel tersebut. tTabel t7 tmenunjukkan tmatriks tkorelasi tantar tvariabel tbebas.
Tabel 7.
Correlation Matrix
|
Constant |
CR |
DER |
ROA | |
|
Step 1 Constant |
1.000 |
-.758 |
-.639 |
-.264 |
|
CR |
-.758 |
1.000 |
.313 |
-.093 |
|
DER |
-.639 |
.313 |
1.000 |
.164 |
|
ROA |
-.264 |
-.093 |
.164 |
1.000 |
Sumber: Data Diolah, 2019
Hasil tTabel t7. tmenunjukkan ttidak tterdapat tnilai tkoefisien tantar tvariabel yang tlainnya, tdapat tdilihat tbahwa tnilai tmatriks tkorelasi tantar tvariabel tlebih tkecil dari t0,8. tSehingga ttidak tterdapat tgejala tmultikolinieritas tyang tserius tantar variabel ttersebut.
Matriks tklasifikasi tmenunjukkan tkekuatan tprediksi tdari tmodel tregresi untuk tmemprediksi tkemungkinan tterjadinya tkeputusan thedging tpada tsektor pertambangan tdi tBursa tEfek tIndonesia t(BEI) tpada tperiode t2016-2018. tHasil tabel tkualifikasi tditampilkan tpada tTabel t8.
Tabel 8.
|
Classification Tablea | |
|
Observed |
Predicted Hedging 0 1 Percentage Correct |
|
Step 1 Hedging |
0 28 24 53.8 1 11 57 83.8 |
Overall Percentage
Sumber: Data Diolah, 2019
70.8
Berdasarkan Tabel 8. menjelaskan bahwa kekuatan prediksi untuk perusahaan yang melakukan hedging adalah sebesar 83,8 %, hal tersebut mengartikan bahwa dengan penggunaan model regresi terdapat sebanyak 57 observasi yang diprediksi akan melakukan hedging dari total 68 observasi yang melakukan hedging. Kekuatan prediksi untuk kemungkinan perusahaan tidak melakukan hedging sebesar 53,8 %, hal tersebut mengartikan bahwa dengan penggunaan tmodel tregresi tterdapat tsebanyak t28 tobservasi tyang ttidak tmelakukan hedging tdari ttotal t52 tobservasi tyang ttidak tmelakukan thedging. tSecara keseluruhan, tketepatan tklasifikasi tpada tmodel tregresi tini tadalah tadalah t70,8%.
Koefisien determinasi dilihat dari besarnya nilai Nagelkerke R Square antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai dari Nagelkerke R Square dapat menjelaskan sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi total dari variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh variabel independen. Tabel 4.8 menunjukkan niali Nagelkerke R Square sebesar 0,280. Nilai tersebut berarti bahwa variasi dari variabel Current Ratio, Dept To Equity Ratio dan Return On Asset (variabel independen) mampu menjelaskan variasi dari hedging (variabel dependen) sebesar 28% sedangkan 72% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan regresi.
Tabel 9.
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 136.110a .209 .280
Sumber: Data Diolah, 2019
Uji tparsial tatau tuji tt tmerupakan tuji tyang tdigunakan tuntuk tmengetahui pengaruh tmasing-masing tvariabel tbebas tterhadap tvariabel tterikat tsecara tparsial. Jika tmasing-masing tkoefisien tsignifikan tdari tvariabel tbebas tmemiliki tnilai tlebih kecil tdari ttaraf tsignifikansi tyaitu tsebesar t5% t(0,05), tmaka tdapat tdisimpulkan bahwa tvariabel tbebas tberpengaruh tsignifikan tterhadap tvariabel tterikat.
Tabel 10.
Variables in the Equation
|
B |
S.E. |
Wald |
df |
Sig. |
Exp(B) | ||
|
Step 1a |
CR |
-.004 |
.002 |
5.127 |
1 |
.024 |
.996 |
|
DER |
.002 |
.001 |
1.653 |
1 |
.199 |
1.002 | |
|
ROA |
-.059 |
.025 |
5.375 |
1 |
.020 |
.943 | |
|
Constant |
1.001 |
.487 |
4.233 |
1 |
.040 |
2.721 | |
Sumber: Data Diolah, 2019
Dari tTabel t10. tdapat tdilihat tbahwa tnilai twald tstatistik tdari tmasing tmasing variabel tyaitu tCR tsebesar t5,127, tDER tsebesar t1,653 tdan tROA tsebesar t5,375. Untuk tmenghitung tnilai tdari tuji tt tdapat tdilakukan tdengan tmencari takar tdari masing t– tmasing tnilai twald tpada tvariabel, tsehingga tdidapatkan thasil tpada variabel tCR tsebesar t2,264, tDER tsebesar t1,286 tdan tROA tsebesar t2,318. tUntuk menghitung tuji tt tdilakukan tdengan tmembandingkan tthitung tdengan tttabel. tTaraf nyata t5% t: t2 t=2,5%t(uji tdua tsisi) tdengan tderajat tkebebasan t(df) tn-k t= t120-3 t= 117. tDengan tpengujian tdua tsisit(signifikansi t= t1,980).
Variabel CR dengan nilai thitung (2,264) > ttabel (1,980) dan nilai signifikansi sebesar 0,024 < 0,05 mengartikan bahwa variabel CR berpengaruh signifikan terhadap keputusan hedging. Variabel DERdengan nilai thitung(1,286) < ttabel(1,980) dan nilai signifikansi sebesar 0,199 > 0,05 mengartikan bahwa variabel DER tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan hedging. Variabel ROA dengan nilai thitung(2,318) > ttabel(1,980) dan nilai signifikansi sebesar (0,020) < (0,05) mengartikan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap terhadap keputusan hedging.
Model tregresi tlogistik tdapat tdibentuk tdengan tcara tmelihat tpada nilai estimasi tparameter tdalam tVariable tin tThe tEquation. tModel tregresi tlogistik tyang terbentuk tberdasarkan tnilai testimasi tparameter tdalam tVariable tin tThe tEquation ditampilkan tpada tTabel t11.
Model tregresi tyang tterbentuk tberdasarkan tnilai testimasi tparameter tdalam Variable tin tThe tEquation tadalah tsebagai tberikut:
Ln—=-7,424 + 0,202 DER + 0,434 SIZE + 0,036 ROA1,001 - 0,004CR + 1-p , ’
0,002 DER - 0,059 ROA
Variabel tCurrent tRatio tyang tmerupakan tproksi tdari tlikuiditasmenunjukkan tnilai tkoefisien tregresi tsebesar t-0,004 tdengan ttingkat tαt(5%) tdan sig. tsebesar t0,024. tApabila tnilai tprobabilitas tsignifikansi tlebih tkecil tdari t0,05 dan tnilai tkoefisien tregresi tmenunjukkan thasil tarah tyang tsama tdengan thipotesis variabel tlikuiditas tmaka thal tini tmengandung tarti tbahwa tH1 tditerima.
Variabel Current tRatio tmemiliki tpengaruh tyang tnegatif tdan tsignifikan tterhadap keputusan thedging tpada tperusahaan tsektor tpertambangan tdi tIndonesia. t
Tabel 11.
Variables in the Equation
|
B |
S.E. |
Wald |
df |
Sig. |
Exp(B) | ||
|
Step 1a |
CR |
-.004 |
.002 |
5.127 |
1 |
.024 |
.996 |
|
DER |
.002 |
.001 |
1.653 |
1 |
.199 |
1.002 | |
|
ROA |
-.059 |
.025 |
5.375 |
1 |
.020 |
.943 | |
|
Constant |
1.001 |
.487 |
4.233 |
1 |
.040 |
2.721 | |
Sumber: Data Diolah, 2019
Variabel tLeverage tmenunjukkan tnilai tkoefisien tregresi tsebesar t0,002 dengan ttingkat tαt(5%) tdan tsig. tsebesar t0,199. tApabila tnilai tprobabilitas signifikansi tlebih tbesar tdari t0,05 tmaka thal tini tmengandung tarti tbahwa tH2 ditolak. tVariabel tLeverage tmemiliki tpengaruh tyang tpositif tnamun ttidak signifikan tterhadap tkeputusan thedging tpada tperusahaan tsektor tpertambangan tdi Indonesia. tVariabel tProfitabilitas tmenunjukkan tnilai tkoefisien tregresi tsebesar t-0,059 dengan ttingkat tαt(5%) tdan tsig. tsebesar t0,020. tApabila tnilai tprobabilitas signifikansi tlebih tbesar tdari t0,05 tmaka thal tini tmengandung tarti tbahwa tH2 ditolak. tVariabel tROA tmemiliki tpengaruh tnegatif tdan tsignifikan tterhadap keputusan thedging tpada tperusahaan tsektor tpertambangan tdi tIndonesia.
Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik menunjukan bahwa Current Ratio yang merupakan proksi dari likuiditas memiliki pengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap variabel terikat yaitu keputusan hedging dengan menggunakan instrumen derivatif. Hasil menunjukkan bahwa hipotesis satu yang menyebutkan bahwa likuiditasberpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan hedging dapat diterima.Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Megawati & Wiagustini (2016); Chaudry et al. (2015), serta Wei et al. (2017) yang menyatakan bahwa variabel likuiditas berpengaruh negatif terhadap keputusan hedging.
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Suatu perusahaan akan menghadapi risiko likuiditas ketika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo. Jika suatu perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, maka perusahaan tersebut akan mengalami financial distress cost. Semakin likuid suatu perusahaan dengan tingkat rasio likuiditas yang tinggi maka semakin kecil risiko kesulitan keuangan yang dialami, sehingga perusahaan cenderung tidak menerapkan keputusan hedging, karena aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar dibandingkan utang lancar yang dimiliki.
Hasil tuji tregresi tlogistik tmenemukan thasil tbahwa tdebt tto tequity tratio tyang merupakan tproksi tdari tleverage tmemiliki tpengaruh tpositif tdan tnamun ttidak signifikan tsecara tstatistik tterhadap tvariabel tterikat tyaitu tkeputusan
thedging dengan tmenggunakan tinstrumen tderivatif. tHasil tmenunjukkan tbahwa thipotesis kedua tyang tmenyebutkan tbahwa tleverage tberpengaruh tpositif tdan tsignifikan terhadap tkeputusan thedging tditolak. tHasil tpengujian tini tsesuai tdengan tpenelitian yang dilakukan oleh Jiwandhana & Triaryati (2016), Sianturi & Irene (2015) dan Bodroastuti et al. (2019) sebagai alat ukur dari leverage yang juga menemukan hasil bahwa leverage berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan hedging.
Hasil tpenelitian tyang tbernilai tpositif tnamun ttidak tsignifikan tini tberarti bahwa tperusahaan tyang tmelakukan ttransaksi tinternasional tmemiliki thutang tyang tidak tdidenominasi toleh tkurs tvaluta tasing. tBesarnya thutang tdalam tsuatu perusahaan tsebagian tbesar tberasal tdari tdalam tnegeri tsehingga tsuatu tperusahaan tidak tperlu tmelakukan thedging tkarena tbelum tmembutuhan tperlindungan tuntuk terhindar tdari teksposur tvaluta tasing. tPerusahaan tyang tmemiliki ttingkat thutang yang ttinggi tbelum ttentu tmelakukan thedging, tsehingga tterdapat thubungan tyang terbalik tnamun ttidak tsignifikan tantara tdebt tto tequity tratio tdengan tkeputusan hedging. t t
Hasil tuji tregresi tlogistik tmenemukan tbahwa tROA tyang tmerupakan tproksi dari tProfitabilitas tmemiliki tpengaruh tnegatif tdan tsignifikan tsecara tstatistik terhadap tvariabel tterikat tyaitu tkeputusan thedging tdengan tmenggunakan instrumen tderivatif. tHasil tini tmenunjukkan tbahwa thipotesis tketiga tyang menyebutkan tbahwa tprofitabilitas tberpengaruh tnegatif tdan tsignifikan tterhadap keputusan thedging tditerima. tHasil tpengujian tini tsesuai tdengan tPenelitian empiris yang dilakukan oleh Caroll et al. (2015), Candradewi & Rahyuda (2018) dan Kurniawan & Asandimitra (2018) menemukan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap keputusan hedging.
Profitabilitas merupakan tingkat return bersih yang dapat dicapai oleh perusahaan dalam menjalankan operasi bisnisnya. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek keuangan yang baik. Semakin tinggi tingkat return yang diraih suatu perusahaan, maka akan terlihat bahwa suatu perusahaan mengelola dengan baik tingkat pengembalian laba kepada investor, efisiensi dan kinerja perusahaan tersebut. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi memiliki kecenderungan untuk tidak menerapkan hedging dalam aktivitas perusahaannya, karena dengan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi perusahaan akan terhindar dari ancaman risiko financial distress sehingga tidak diperlukannya instrumen lindung nilai (hedging) untuk meminimalisir risiko.
Variabel tlikuiditas, tleverage tdan tprofitabilitas tmerupakan tsalah tsatu indikator tdari tkesulitan tkeuangan tyang tditanggung tperusahaan. tKesulitan keuangan tdapat tdilihat tdari tkemampuan tmembayar thutang tjangka tpendek, kemampuan tmembayar thutang tjangka tpanjang tdan tkemampuan tperusahaan dalam tmenghasilkan tlaba. tApabila tperusahaan tmemiliki ttingkat thutang tyang tinggi tmaka tcenderung takan tmendorong tperusahaan tdalam tmelakukan thedging hal tini tdiharapkan tagar tmampu tmelindungi tperusahaan tdari tmeningkatnya tbeban utang tyang takan tditanggung tperusahaan.
Suatu tperusahaan tapabila tmemiliki ttingkat tlaba tyang ttinggi tcenderung akan tmelakukan tekspansi tatau tperluasan tpasar, ketika perusahaan memutuskan
untuk memperluas pangsa pasar. Tingginya risiko akibat dari perluasan pangsa pasar yang dilakukan oleh perusahaan tentunya akan mendorong perusahaan dalam menggunakan hedging. Penggunaan hedging dengan menggunakan instrumen derivatif merupakan salah satu alat untuk mentransfer risiko. Penggunaan hedging diharapkan mampu dalam meminimalisir risiko yang ditanggung perusahaan dari adanya eksposur valuta asing.
Berdasarkan tpenelitian tyang ttelah tdilakukan tdapat tdiketahuitbahwa tpenelitian tmengenai tPengaruh tLikuiditas, tLeverage tdan tProfitabilitas tterhadap Keputusan tHedging tdiharapkan tmenjadi tsuatu tbukti tbaru tdengan thasil tyang berbeda tdari thipotesis tini tuntuk tmanajemen tkeuangan tinternasional. t Pengolahan data tdilakukan tdengan tmenggunakan tregresi tlogistik tdengan tberbagai tuji tyang digunakan tuntuk tmemperkirakan thubungan tantar tvariabel t-tvariabel tyang ttelah ditetapkan tsebelumnya. tHasil tpenelitian tini tdiharapkan tdapat tdigunakan tuntuk memperkaya treferensi tyang tberkaitan tdengan tCurrent tRatio, tDept tTo tEquity Ratio tdan tReturn tOn tAsset tserta tkeputusan thedging tdan tdiharapkan tdapat dijadikan tmasukan tbagi tperusahaan tsektor tpertambangan tyang tmelakukan transaksi tinternasional tagar tnantinya tdapat tmengurangi trisiko tyang ttimbul tdari adanya teksposur tfluktuasi tkurs tvaluta tasing.
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan hedging, yang berarti bahwa semakin likuid suatu perusahaan atau tingkat likuiditas yang tinggi maka semakin kecil risiko fluktuasi mata uang yang dialami, sehingga perusahaan cenderung tidak menerapkan tkeputusan thedging. tHasil tpenelitian tmenunjukkan tbahwa tleverage memiliki tpengaruh tpositif tnamun ttidak tsignifikan tterhadap tkeputusan thedging. Hasil tpenelitian tmenunjukkan tbahwa tprofitabilitas tmemiliki tpengaruh tnegatif dan tsignifikan tterhadap tkeputusan thedging, tyang tberarti tbahwa tperusahaandengan tingkat profitabilitas yang tinggi sedikit kemungkinan mengalami risiko fluktuasi mata uang, sehingga tidak diperlukannya keputusan hedging untuk meminimalisir risiko.
Bagi tperusahaan tpertambangan tyang tmemiliki ttingkat thutang tyang ttinggi diharapkan tmenggunakan tkebijakan thedging tketika tmelakukan ttransaksi internasional tagar tperusahaan tmampu tmengurangi tbebas thutang tyang tdimiliki dari trisiko tfluktuasi tkurs tvaluta tasing. tBagi tperusahaan tpertambangan tdengan tingkat tprofitabilitas tyang trendah tdiharapkan tmenggunakan tkebijakan thedging ketika tmelakukan ttransaksi tinternasional tagar tperusahaan tdapat tmenghindari risiko-risiko tseperti tfluktuasi tkurs tvaluta tasing. tPeneliti tselanjutnya tdisarankan dapat tmeneliti tlebih tlanjut tmengenai tfaktor-faktor tyang tmempengaruhi tkeputusan thedging tselain tdari tvariabel tdalam tpenelitian tini tdengan menggunakan tperusahaan tsektor tyang tberbeda tyang tterdapat tdi tIndonesia.
REFERENSI
Afriyeni, E., & Jumyetti. (2017). Faktor-Faktor Makro Ekonomi Dalam
Memprediksi Kondisi Financial Distress. Jurnal Poli Bisnis, 8(2), 1–20.
Altuntas, M., Liebenberg, A. P., Watson, E. D., & Yildiz, S. (2017). Hedging, Cash Flows, and Firm Value: Evidence of an Indirect Effect. Journal of Insurance Issues, 40(1), 1–22.
Ariani, N. N. N., & Sudiartha, G. (2017). Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Dan Likuiditas Terhadap Keputusan Hedging Perusahaan Sektor Pertambangan Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 6(1), 347–374.
Augusto, C., Giraldo-Prieto, Jaime, G., Uribe, G., Bermejo, C. V., Carolina, D., & Herrerad, F. (2017). Financial hedging with derivatives and its impact on the Colombian market value for listed companies. Contaduría y Administración, 62(5), 1572–1590.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.cya.2017.04.009
Bodroastuti, T., Ekayana, S. P., & Lia, R. (2019). Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Kebijakan Hedging Perusahaan Di Indonesia. Valid Jurnal Ilmiah, 16(1), 71–84.
Butt, A. A., Sajid, M., Hamera, A., & Shahzad, A. (2018). Corporate Derivative and Ownership Concentration: Empirical Evidence of Non-Financial Firms Listed on Pakistan Stock Exchange Management. Journal of Risk and Financial, 11(1), 33.
Candradewi, M. R., & Rahyuda, H. (2018). Variabel –Variabel Penentu Pengguna Derivatif Perusahaan Non- Keuangan Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis Dan Kewirausahaan, 12(1), 1–86.
Caroll, A., O’Brien, F., & Ryan, J. (2015). An Examination of European Firm Derivatives Usage: The Importance of Model Selection. Kemmy Business, 1(1), 1.
Chaudry, N. I., Mehmood, M. S., & Mehmood, A. (2015). Determinants Of Corporate Hedging Policies and Derivative Usage In Risk Management Practices Of Non-financial Firms. Munica Personal Repec Archive, 1(1), 1– 20.
Iqbal, Z. (2015). Financial Distress Around Introduction of Hedging in the Oil and Gas Industry. International Journal of Business, 20(1), 79–89.
Jiwandhana, R. S. P., & Triaryati, N. (2016). Pengaruh Leverage Dan
Profitabilitas Terhadap Keputusan Hedging Perusahaan Manufaktur Indonesia. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 5(1), 31–58.
Klingeberg, J. G., Hang, M., Rathgeber, A. W., Stöckl, S., & Walter, M. (2018). What do we really know about corporate hedging? Business Research; Göttingen, 11(1), 1–31.
Krisdian, N. P. C., & Badjra, I. B. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Tingkat Hutang, Dan Kesulitan Keuangan Terhadap Keputusan HedgingPada Perusahaan Manufaktur Indonesia. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 6(3), 1452–1477.
Kurniawan, D. P., & Asandimitra, N. (2018). Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Penggunaan Instrumen Derivatif Sebagai Pengambilan Keputusan Hedging Pada Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bei Periode 2011-2015. Jurnal Ilmu Manajemen, 6(1), 1–11.
Maniar, H. (2016). Hedging Practices Used by Indian Companies in Managing Foreign Exchange Risk. IUP Journal of Financial Risk Management, 12(1), 1.
Mediana, I., & Muharam, H. (2016). Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Lindung Nilai (Hedging) Menggunakan Instrumen Derivatif (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Dan Perusahaan Energi Dan Sumber Daya Mineral Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 20. Diponogoro Journal Of Management, 5(2), 70–83.
Megawati, I. A. P., & Wiagustini, N. L. P. (2016). Determinasi Keputusan Hedging Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. E- Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 5(10), 3391–3418.
Nova, M., Cerquira, A., & Brandão, E. (2015). Hedging With Derivatives and Firm Value: Evidence for the non nancial rms listed on the London Stock Exchange. Research Work in Progress, 1(12), 1–47. Retrieved from
http://wps.fep.up.pt/wps/wp568.pdf
Nyamweya, L. N., & Ali, I. (2016). Determinant of Hedging Foreign Risk in Kenya: A Survey of Tea Exporting Companis in Mombasa County. Imperial Journal of Interdisciplinary Research, 2(6), 1–20.
Sianturi, C. N., & Irene, R. D. (2015). Pengaruh Liquidity, Firm Size, Growth Opportunity, Financial Distress, Leverage, dan Managerial Ownership Terhadap Aktivitas Hedging Dengan Instrumen Derivatif. Diponegoro Jurnal of Management, 4(4), 1–13.
Velasco, L. G. (2015). Factors Influencing Derivatives Usage by Selected Listed Companies in the Philippines. Phillipine Management Review, 21(1), 1–12.
Wei, P., Li, X., & Bei, Z. (2017). Corporate Hedging, Firm Focus and Firm Size:
The Case of REITs. Managerial Finance. Patrington, 2(3), 313–330.
Yavas, C. V. (2016). Determinantsof Corporate Hedging: Evidance from Emerging Market. International Journal of Economics and Finance, 8(12), 1–20.
Yong, H. H. A., Faff, R., & Chalmersa, K. (2015). Determinants of the extent of Asia-Pacific banks’ derivative activities. Accounting and Management Information Systems. 13(3), 430–448.
Zuhroh, I. (2019). Determinants Of Hedging Decision With Derivative Instruments In Manufacturing Companies Listed On Indonesia Stock Exchange Period 2013-2016. KnE Social Sciences, 1(1), 1.
https://doi.org/10.18502/kss.v3i13.4206
2064
Discussion and feedback