MATERIAL REQUIREMENT PLANNING UNTUK MEMENUHI PRODUKSI PADA CV. BANGUN CIPTA ARTHA DI BADUNG
on
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 2, 2020 : 426-445
ISSN : 2302-8912
DOI: https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2020.v09.i02.p02
MATERIAL REQUIREMENT PLANNING UNTUK MEMENUHI PRODUKSI PADA CV. BANGUN CIPTA ARTHA DI BADUNG
I Made Sugita Yasa 1
Kastawan Mandala 2
-
1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia email: [email protected]
ABSTRAK
Manajemen persediaan tanpa sistem Material Requirement Planning pada CV. Bangun Cipta Artha mengakibatkan ukuran lot setiap pemesanan bahan baku tidak optimal. Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk melakukan perencanaan dan pengendalian bahan baku yaitu sistem Material Requirement Planning (MRP). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jumlah ukuran pemesanan bahan baku, waktu pemesanan yang tepat, metode yang menghasilkan biaya terendah untuk masing-masing bahan baku, dan pengaruh penggunaan MRP terhadap biaya persediaan. Penelitian ini dilakukan terhadap produk spring bed 160x200cm. Teknik analisis data yang dilakukan yaitu pembuatan jadwal induk produksi, penentuan kebutuhan bersih, penentuan ukuran lot, dan pembuatan tabel MRP. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Penentuan ukuran pesanan atau lot sizing terbaik adalah period order quantiy yang menghasilkan total biaya persediaan Rp 26.475.220 dimana total biaya tersebut lebih rendah, jika dibandingkan dengan total biaya persediaan metode lot for lot yang sebesar Rp 43.464.000, part period balancing sebesar Rp 33.106.576, dan metode konvensional sebesar Rp 49.472.912.
Kata kunci : Material Requirement Planning (MRP), Lot Sizing, Lot For Lot, Part Period Balancing, Period Order Quantiy
ABSTRACT
Inventory management without Material Requirement systems in CV. Bangun Cipta Artha resulted in the lot size for each order of raw materials not optimal. One concept that can be used to plan and control raw materials is the Material Requirement Planning. This study is to determine the number of sizes of raw material orders, the exact order time, the method that produces the lowest cost for each raw material, and the effect of using MRP on inventory costs. This research conducted on 160x200cm spring bed products. Data was analyzed by making production master schedules, determining net requirements, determining lot size, and making MRP tables. Based on the results, the determination the best lot sizing is the order quantiy period which results in a total inventory cost of Rp. 26,475,220 where the total cost is lower, compared to lot for lot method which Rp. 43,464,000. part period balancing Rp. 33,106,576, and conventional method Rp.49,472,912.
Keywords: Material Requirement Planning (MRP), Sizing Lot, Lot For Lot, Balancing Part Period, Period Order Quantiy
PENDAHULUAN
Bahan baku merupakan barang atau komponen yang diolah maupun dirakit untuk membuat suatu produk yang memiliki nilai tambah. Bahan baku memegang peranan penting saat proses produksi dimulai sehingga ketersediaan bahan baku sebaiknya dikelola dengan benar karena, kurangnya ketersediaan bahan baku dapat menghambat proses produksi, hal tersebut menjadi alasan mengapa perusahaan harus memiliki persediaan.
Persediaan bahan baku merupakan salah satu komponen utama dalam proses produksi pada industri manufaktur, sebab itu perencanaan dan pengendalian bahan baku yang baik merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan manufaktur untuk mengatasi persaingan yang semakin ketat. Persaingan yang ketat menuntut perusahaan berkompetisi dalam memberikan kelebihannya dalam memuaskan konsumen dengan berbagai strategi. Salah satu strategi yang dapat digunakan yaitu dengan menyelesaikan pesanan tepat waktu, dan memberikan harga yang ekonomis.
Perusahaan manufaktur secara sengaja maupun tidak sengaja akan selalu memiliki persediaan bahan baku untuk diolah maupun dirakit menjadi produk akhir. Persediaan di perusahaan dapat berupa persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses, maupun persediaan barang jadi. Persediaan yang baik apabila persediaan yang dimiliki tidak mengalami kekurangan maupun kelebihan bahan baku yang terlalu besar dari kebutuhan produksinya.Kurangnya persediaan bahan baku akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan seperti hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan karena tidak dapat memenuhi pesanan konsumen, selain itu kelebihan bahan baku juga mengakibatkan timbulnya biaya tambahan seperti biaya simpan.
Salah satu penyebab masalah itu terjadi akibat kurangnya koordinasi antar fungsi perencanaan yang akan menimbulkan beberapa masalah dalam perusahaan diantaranya persediaan yang berlebih, layanan pelanggan yang buruk, dan utilitas kapasitas tidak mencukupi (Kannegiesser & Gunther, 2011). Masalah layanan pelanggan yang buruk tersebut terjadi akibat perusahaan tidak melakukan penjadwalan produksi yang baik. Perencanaan bahan baku erat kaitannya dengan penjadwalan yang berfungsi untuk mengelola persediaan dengan cara terbaik dan dalam jangka waktu yang optimal (Sarkar, 2013)
Penjadwalan merupakan proses penting untuk merencanakan dan mengendalikan bahan baku yang harus didukung dengan koordinasi yang baik antar fungsi dalam perusahaan. Banyak perusahaan/organisasi yang menggunakan berbagai perangkat lunak untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan perencanaan produksi, pengendalian persediaan & penjadwalan. Shofa & Widyarto, (2017) dan Diwakar & Dalpati (2016) juga menyatakan dalam menunjang kegiatan persediaan barang di suatu proyek, maka dibutuhkan juga penerapan sistem informasi manajemen agar suatu organisasi proyek memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen.
Buruknya proses informasi juga dapat menyebabkan buruknya perencanaan persediaan yang dapat menimbulkan beberapa masalah-masalah khusus dalam persediaan. Beberapa masalah yang seringkali dihadapi dalam perusahaan adalah terhentinya proses produksi karena kurangnya persediaan bahan baku pada waktu
dibutuhkan, kerusakan terhadap persediaan, serta penyelewengan dan pencurian yang kemungkinan besar akan terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya masalah-masalah persediaan bahan baku, diperlukan suatu sistem yang dapat digunakan untuk perencanaan dan pengendalian bahan baku dengan baik yaitu menggunakan Materials Requirement Planning (MRP).
Material Requirement Planning (MRP) merupakan model permintaan terikat yang memerlukan jadwal produksi induk, daftar kebutuhan bahan, ketersediaan persediaan, pesanan pembelian yang beredar, dan waktu tunggu. Tujuan Material Requirement Planning (MRP) pada dasarnya untuk merancang suatu sistem produksi yang mampu menghasilkan informasi untuk mendukung tindakan yang tepat dalam produksi. baik berupa pembatalan pesanan, pemesanan ulang, penjadwalan ulang dan pembelian bahan baku untuk produksi sehingga dapat mengoptimalkan biaya.
Fungsi Material Requirement Planning (MRP) adalah sebagai penjadwalan kebutuhan produksi yang efesien sehingga bahan baku, komponen, dan subassemblies dapat diberikan dalam jumlah yang tepat dan pada waktu yang tepat (Olaore & Olayanju, 2013 ; Jonsson & Stig-Arne, 2016). Sistem MRP juga memberikan informasi yang sesuai untuk manajer persediaan dan produksi (Panizzolo & Garengo, 2013; Chandraju et al., 2012).
Sistem ini juga membantu perusahaan manufaktur menentukan dengan tepat kapan dan berapa banyak bahan yang akan di beli dan diproses berdasarkan analisis pesanan penjualan, pesanan produksi, persediaan saat ini, dan peramalan (Gharakhani, 2011; Zaidi & Adeel, 2012). MRP paling sesuai digunakan untuk melakukan perencanaan dan penjadwalan sistem produksi karena memiliki dampak yang signifikan pada pengurangan biaya produksi, pengadaan, serta penghematan waktu dan memperbaiki waktu pengiriman, dan pelayanan dalam suatu proyek (Imetieg & Lutovac, 2015; Dinesh et al., 2014 ; Jha, 2012)
Beberapa penelitian empiris mengenai MRP di suatu perusahaan, menunjukan ketepatan dalam teknik lot-sizing dapat mengoptimalkan persediaan dan meminimalkan biaya persediaan, selain itu MRP juga dapat menjamin ketersediaan bahan baku saat dibutuhkan dalam proses produksi berlangsung selama periode yang dijadwalkan. (Sari & Budiawan, 2017; Irawan & Syaichu, 2017; Surianto, 2013; Iasya & Handayati, 2015)). Dalam penelitiannya mengenai MRP yang menyimpulkan Penentuan ukuran lot dengan menggunakan metode Material Requirement Planning dapat meminimalkan kelebihan bahan baku pada perusahaan. (Theresia & Salomon, 2015; Wardani & Siswanti, 2018; Sungkono & Wiwik, 2016).
Penerapan Material Requirement Planning juga membuktikan perbaikan dengan menurunkan biaya persediaan, efisiensi, dan informasi yang akurat sehingga manajer produksi lebih mudah dalam mengambil keputusan. (Santin, 2015; Wijayanti, 2015; Prima, 2014). Penelitian dari Martha & Setiawan (2018) yang menyimpulkan metode Economic Part Periode, merupakan metode paling optimal pada Material Requirement Planning.
Penelitian dari Anggriana (2015), Kusumawati & Setiawan (2017) dan Malinda (2017) menunjukkan teknik Material Requirement Planning dengan metode Period Order Quantity dapat menimbulkan biaya lebih rendah
dibandingkan dengan yang dilakukan perusahaan sebelumnya, tidak terjadi penumpukan stock di gudang, dan dapat menghemat waktu delivery time ke konsumen. Jadi dapat disimpulkan berdasarkan beberapa penelitian diatas sistem MRP dapat membantu perusahaan dalam mengoptimalkan persediaan untuk proses produksi sehingga produk yang di hasilkan tepat waktu dan biaya yang rendah.
CV. Bangun Cipta Artha merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang berdiri sejak tahun 2008. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri mebel khususnya dalam pembuatan produk kasur, spring bed dan sofa. Perusahaan ini melayani pembelian dengan skala besar yang biasa dilakukan oleh toko-toko interior ruangan, maupun pembelian dengan skala kecil yang dilakukan perorangan secara langsung, penjualan produk saat ini selain di pulau Bali juga sudah menjangkau pulau Lombok. Sebagai langkah untuk mengantisipasi tidak terpenuhinya permintaan konsumen yang bersifat fluktuatif CV. Bangun Cipta Artha membuat stock barang jadi, dimana data stock spring bed 160x200 cm dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 1.
Data stock spring bed pada bulan Juli – Desember 2018
Bulan Produk |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
Spring bed 160x200 cm |
15 unit |
12 unit |
17 unit |
9 unit |
8 unit |
11 unit |
Sumber : CV. Bangun Cipta Artha, 2018
Berdasarkan wawancara dan observasi awal dengan manajer produksi CV. Bangun Cipta Artha, utuk membuat spring bed diperlukan bahan atau komponen seperti : feer, lis kasur, pipa foam, busa 2cm, cotton sheet, kain kasur, kayu, karung plastik, stabil kaki, benang jahit 20/2 dan plastik packing. Namun dalam proses penentuan ukuran lot ternyata perusahaan sering tidak tepat menentukan ukuran pesanannya sehingga mengalami kelebihan persediaan bahan baku saat proses produksi seperti tabel dibawah ini.
Tabel 2. menunjukkan data persediaan tiap-tiap bahan baku spring bed pada CV. Bangun Cipta Artha yang mengalami kelebihan persediaan bahan baku dari jumlah total permintaan. sehingga setiap kelebihan persediaan bahan baku spring bed tersebut memerlukan biaya penyimpanan yang nantinya akan berpengaruh terhadap biaya produksi produk spring bed.
Permasalahan yang juga terjadi pada CV. Bangun Cipta Artha adalah penentuan ukuran lot tidak tepat yang menyebabkan terjadi kelebihan bahan baku saat produksi, dan permasalahan lain dalam CV. Bangun Cipta Artha adalah perusahaan belum mampu menerapkan sistem Just In Time (JIT) dimana dengan sistem ini suatu perusahaan akan berproduksi tanpa persediaan, sehingga biaya simpan sama dengan nol. Adanya permasalahan tersebut, perusahaan diharapkan dapat menerapkan sistem MRP, dimana beberapa hasil penelitian terdahulu yang menunjukan bahwa MRP lebih baik dalam pengadaan bahan baku produk dan mampu menghemat biaya persediaan, maka dengan sistem MRP yang akan diterapkan pada perusahaan CV. Bangun Cipta Artha diharapkan mampu
merencanakan produksinya, memenuhi kebutuhan secara tepat waktu, dan mengoptimalkan biaya produksinya.
Tabel 2.
Data persediaan dan permintaan bahan baku springbed pada CV. Bangun Cipta Artha (Periode : Juli 2018 – Desember 2018)
No |
Nama Bahan Baku |
Persediaan |
Permintaan |
Selisih |
1 |
Feer |
240.000 buah |
204.440 buah |
35.560 buah |
2 |
lis kasur |
9.680 M |
9.644 M |
36 M |
3 |
pipa foam |
10.000 buah |
8.108 buah |
1.892 buah |
4 |
busa 2 cm |
4.300 M |
4.284 M |
16 M |
5 |
cotton sheet |
4.380 M |
4.304 M |
76 M |
6 |
kain kasur |
4.650 M |
4.573 M |
77 M |
7 |
kayu (kerangka) |
10.080 batang |
9.684 batang |
396 batang |
8 |
karung plastic |
1.800 M |
1.684 M |
116 M |
9 |
stabil kaki |
3.500 buah |
3.228 buah |
272 buah |
10 |
plastik packing |
5.000 M |
4.842 M |
158 M |
11 |
Benang jahit 20/2 |
36 rol |
30 rol |
6 rol |
Sumber : CV. Bangun Cipta Artha, 2018
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut 1) Bagaimana metode ukuran pesanan (lot sizing) yang sesuai dengan kecenderungan data yang ada dalam memenuhi kriteria hasil total biaya persediaan yang paling minimum di CV. Bangun Cipta Artha ? 2) Bagaimana penentuan waktu yang tepat guna melakukan pemesanan untuk setiap bahan baku produk spring bed di CV. Bangun Cipta Artha ? 3) Metode manakah yang menghasilkan biaya terendah untuk produk spring bed di CV. Bangun Cipta Artha ? 4) Bagaimana pengaruh penggunaan metode MRP terhadap minimal biaya persediaan bahan baku di CV. Bangun Cipta Artha ?
Berkaitan dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah : 1) Mengetahui metode ukuran pesanan (lot sizing) yang sesuai dengan kecenderungan data yang ada dalam memenuhi kriteria hasil total biaya persediaan yang paling minimum di CV. Bangun Cipta Artha. 2) Mengetahui serta menentukan waktu yang tepat guna melakukan pemesanan untuk setiap bahan baku produk spring bed di CV. Bangun Cipta Artha. 3) Mengetahui serta menganalisis metode yang menghasilkan biaya terendah untuk produk spring bed di CV. Bangun Cipta Artha. 4) Mengetahui pengaruh penggunaan metode MRP terhadap minimal biaya persediaan bahan baku produk spring bed di CV. Bangun Cipta Artha.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian atau tambahan pengetahuan dan wawasan untuk mendukung penelitian mendatang yang topiknya berkaitan dengan penerapan sistem Material Requirement Planning yang dilaksanakan perusahaan.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai teori yang telah diperoleh dalam perkuliahan terutama mengenai penerapan teori tersebut pada perusahaan. Bagi perusahaan,
hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dijadikan alternatif bagi perusahaan untuk melaksanakan sistem Material Requirement Planning dalam perencanaan dan pengendalian bahan baku yang optimal. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan pembaca.
MRP merupakan suatu sistem yang dapat diterapkan di perusahaan guna merencanakan serta menjadwalkan bahan baku yang digunakan untuk proses produksi sesuai dengan kebutuhan, persediaan yang dimiliki, dan penerimaan yang diperkirakan, sehingga dapat memberikan informasi berapa dan kapan bahan baku yang dibutuhkan akan dipesan agar bahan baku selalu tersedia pada saat dibutuhkan untuk proses produksi.
MRP memiliki komponen dasar yang terdiri dari jadwal produksi induk, daftar material, dan daftar persediaan, (pada Gambar1). Berdasarkan informasi dari jadwal produksi induk dapat diketahui permintaan dari suatu produk akhir. Sehingga dapat disusun perencanaan kebutuhan dari komponen yang diperlukan.
-
Gambar 1. Komponen MRP
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanankan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan mengenai penerapan sistem MRP yang akan dilakukan di CV. Bangun Cipta Artha dengan menggunakan tiga langkah dasar MRP yaitu netting, lotting, dan offsetting untuk mengetahui jumlah kebutuhan serta waktu penesanan bahan baku yang tepat dan menentukan biaya persediaan yang seminimal mungkin.
Lokasi pelaksanaan penelitian ini dilakukan di CV. Bangun Cipta Artha, Jl. Blumbungan Br. Dualang, Desa Sibang Gede, Badung. Perusahaan ini dipilih karena terdapat permasalahan yang ditemukan, seperti penentuan ukuran lot yang tidak tepat sehingga terjadi kelebihan bahan baku saat produksi, dan permasalahan lain dalam CV. Bangun Cipta Artha adalah perusahaan belum mampu menerapkan sistem Just In Time (JIT) dimana dengan sistem ini suatu perusahaan akan berproduksi tanpa persediaan, sehingga biaya simpan sama dengan nol.
Objek dalam penelitian ini adalah perencanaan dan pengendalian bahan baku produk spring bed pada CV. Bangun Cipta Artha. Produk yang akan dianalisis
dalam penelitian ini adalah produk spring bed, karena produk spring bed memiliki komponen yang lebih banyak di bandingkan produk lainnya, sehingga sulit untuk menentukan ukuran pesanan bahan baku dengan tepat.
Variabel-variabel yang dianalisis sesuai dengan masalah utama dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Jenis material, Jumlah material , Jadwal produksi induk, Persediaan di tangan, Netting, Lead time, Biaya persediaan, Lotting, Offsetting
Jenis material merupakan keragaman bahan baku yang diperlukan untuk membuat satu-satuan produk dan sub-sub produknya. Material atau bahan baku produk spring bed dalam penelitian ini terdiri feer, lis kasur, pipa foam, busa 2cm, cotton sheet, kain kasur, kayu, karung plastik, stabil kaki, benang jahit 20/2 dan plastik packing.
Jumlah material merupakan jumlah kebutuhan setiap jenis bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu komponen dari produk maupun produk jadi. Jadwal induk produksi merupakan informasi mengenai jumlah barang yang akan diproduksi. Dalam penelitian ini perusahaan melakukan produksi setiap bulan dimana dalam penelitian ini satu bulan di estimasikan dengan waktu empat minggu dan akan di analisis selama waktu enam bulan.
Persediaan di tangan merupakan jumlah persediaan awal setiap bahan yang dimiliki perusahaan sebelum proses produksi pada periode berikutnya dimulai. Netting merupakan proses penentuan kebutuhan bersih produk dari tiap bahan baku produk spring bed. Kebutuhan bersih di peroleh dari selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan di tangan. Lead time merupakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan proses (pembelian, produksi, atau perakitan) suatu barang.
Biaya persediaan merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk proses pengadaan bahan baku dan penyimpanan bahan baku. Biaya pemesanan merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan bila perusahaan melakukan pemesanan bahan baku yaitu: biaya pengiriman, biaya administrasi, dan lainnya yang dikeluarkan setiap kali melakukan pemesanan. Biaya penyimpanan merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan barang yaitu: biaya asuransi, biaya sewa gudang, dan lainnya yang diukur biayanya per unit per bulan.
Dalam penelitian ini biaya persediaan yang akan dibahas yaitu biaya persediaan selama periode waktu enam bulan. Lotting merupakan proses untuk menentukan ukuran pemesanan untuk setiap bahan baku produk. Perlu diketahui pada CV. Bangun Cipta Artha tidak menggunakan kebijakan diskon dalam pembelian bahan baku. Metode penentuan ukuran pemesanan atau metode lot sizing yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Lot For Lot, Part Periode Balancing, dan Period Order Quantiy. Tenik lot yang paling optimal akan menghasilkan biaya persediaan yang paling rendah.
Offsetting merupakan proses menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan tiap-tiap bahan baku produk spring bed. Proses ini didasarkan atas metode yang dipilih dari perbandingan sebelumnya yang kemudian dijabarkan ke dalam tabel MRP. Offsetting ditentukan berdasarkan lead time dari tiap bahan baku karena berhubungan dengan penentuan waktu pemesanan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa data yang bersifat angka atau bilangan,
dalam penelitian ini data kuantitatif yang digunakan meliputi : data penjualan produk, Bill Of Material, lead time, data persediaan, dan biaya-biaya persediaan. 2
Data kualitatif merupakan data informasi yang berbentuk kalimat verbal bukan berupa angka atau bilangan. Data kualitatif pada penelitian ini berupa struktur produk dan jenis bahan baku yang digunakan yaitu terdiri dari feer, lis kasur, pipa foam, busa 2cm, cotton sheet, kain kasur, kayu, karung plastik, stabil kaki, benang jahit 20/2 dan plastik packing.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder. Data skunder yaitu data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada, seperti penelitian dan dokumentasi perusahaan. Data-data dokumentasi perusahaan meliputi data penjualan, data aktual persediaan, lead time, dan jumlah bahan baku setiap produksi dan struktur produk spring bed.
Untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, digunakan teknik deskriptif kuantitatif, yaitu menguraikan / menjelaskan secara sistematis tahapan proses MRP.
Menentukan jadwal induk produksi. Jadwal induk produksi merupakan rencana rinci mengenai jumlah bahan baku dan jadwal produksi yang akan dijalankan perusahaan selama enam bulan, yang disusun berdasarkan data kebutuhan bahan baku.
Netting adalah proses menentukan jumlah kebutuhan bersih setiap bulan selama enam bulan dengan mengurangi kebutuhan kotor dengan persediaan di tangan yang dimiliki perusahaan. Berikut ini adalah cara perhitungan kebutuhan bersih (netting) :\
NRi = GRi–Sri–Ohi dengan NR = 0 jika GR–SR–OH < 0.....................(1)
dimana:
NRi = Kebutuhan bersih pada periode ke-i (periode terhitung)
GRi = Kebutuhan kotor pada periode ke-i (periode terhitung)
SRi = Jadwal penerimaan pada periode ke-i (periode terhitung) OHi = Persediaan ditangan pada periode ke-i (periode terhitung)
Proses lotting adalah proses untuk menentukan besarnya pesanan yang optimal untuk masing-masing item produk berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bersih. Proses lotting berkaitan dengan penentuan jumlah komponen/item yang harus dipesan/disediakan. Metode penentuan ukuran lot pada penelitian ini menggunakan metode Lot For Lot (LFL), Part Periode Balancing (PPB), dan Period Order Quantity (POQ). Berikut langkah perhitungannya:
Lot for Lot (LFL). Penggunaan Teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan Teknik ini ongkos simpan menjadi nol
(LFL) = [kebutuhan total per periode t] –[taksiran persediaan pada akhir periode t-1]..................................................................................................................(2)
Part Period Balancing (PPB).Penyeimbang sebagian periode membuat suatu periode ekonomis (Economic Part Period – EPP), yang merupakan perbandingan biaya setup dengan biaya penyimpanan. EPP dapat dihitung dengan rumus berikut EPP = - .........................................................................................................(3)
H v ’
di mana,
S = biaya pemesanan per pesanan
H = biaya penyimpanan per unit per periode
Period Order Quantity (POQ). Angka terakhir menunjukan jumlah periode waktu yang cukup dalam setiap kali pemesanan. POQ dapat dihitung dengan rumus :
POQ = . ……………………………………………………...........(4)
.
Di mana:
D = rata-rata kebutuhan
S = biaya pemesanan per pesanan
H = biaya penyimpanan per unit per periode
Offsetting. Proses ini ditunjukan untuk menentukan saat yang tepat guna melakukan rencana pemesanan dalam upaya memenuhi tingkat kebutuhan bersih. Rencana pemesanan dilakukan pada saat waktu / hari dimana material dibutuhkan, dikurangi dengan waktu ancang (lead time) sehingga mendapatkan waktu yang tepat untuk memesan bahan baku.
Menghitung biaya persediaan. Dalam menghitung biaya persediaan pada MRP yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, tergantung dari lot yang optimal sehingga memberikan biaya terendah. Serta membandingkan dengan total biaya persediaan perusahaan (metode konvensionalnya).
HASIL DAN PEMBAHASAN
CV. Bangun Cipta Artha merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri mebel khususnya dalam pembuatan produk spring bed dan sofa. CV. Bangun Cipta Artha berlokasi di jalan Blumbungan, Br Dualang, Desa Sibang Gede, Badung, Bali yang didirikan oleh Bapak Jono. CV. Bangun Cipta Artha berawal dari perusahaan kecil menengah yang memproduksi kasur dengan jumlah karyawan pada saat itu sebanyak 15 orang.
Pada tahun 2011 Bapak Jono sebagai pemilik perusahaan mulai melihat peluang lebih besar terhadap perusahaannya karena adanya permintaan produk spring bed dan sofa pada perusahaannya. Awal tahun 2012 perusahaan CV. Bangun Cipta Artha mulai mengembangkan produk dan menambah kapasitas produksinya untuk memenuhi permintaan produk springbed dan sofa di berbagai daerah di Bali. Sampai saat ini perusahaan sudah memiliki 50 orang karyawan sehingga produk CV. Bangun Cipta Artha sudah dipasarkan sampai keluar daerah seperti pulau Lombok. Produk-produk dari CV. Bangun Cipta Artha biasanya dibeli dalam skala besar oleh toko-toko interior ruangan, maupun dibeli satuan. Produk yang diproduksi oleh CV. Bangun Cipta Artha hingga saat ini adalah kasur, spring bed, dan sofa dengan berbagai ukuran tergantung dari permintaan konsumen.
Analisis MRP pada penelitian ini dilakukan dengan cara manual, karena jumlah item atau komponen produk yang ada terbilang relatif sedikit. Dalam proses analisis MRP, terdapat tahapan-tahapan yang perlu diterapkan satu persatu. Berikut
adalah penerapan tahapan-tahapan dalam proses analisis material requirement planning produk spring bed 160x200cm.
Tabel 3.
Hasil Perhitungan Kebutuhan Bersih Produk spring bed 160x200 cm | ||||||
Produk/Bahan Baku |
Kebutuhan Dalam per Bulan | |||||
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 | |
Spring bed 160x200 cm |
88 |
85 |
96 |
90 |
92 |
87 |
Feer (biji) |
32.540 |
32.300 |
36.480 |
34.200 |
34.960 |
33.060 |
Lis kasur (meter) |
1.544 |
1.530 |
1.728 |
1.620 |
1.656 |
1.566 |
Pipa foam (biji) |
908 |
1.360 |
1.536 |
1.440 |
1.472 |
1.392 |
Cottonsheet (meter) |
684 |
680 |
768 |
720 |
736 |
696 |
Busa 2 (meter) |
565,8 |
561 |
633,6 |
594 |
607,2 |
574,2 |
Kain kasur (meter) |
739,8 |
731 |
825,6 |
774 |
791 |
748,2 |
Plastik packing (meter) |
713 |
722,5 |
816 |
765 |
782 |
739,5 |
Stabil kaki (biji) |
504 |
510 |
576 |
546 |
552 |
522 |
Karung plastik (meter) |
184 |
255 |
288 |
270 |
276 |
261 |
Kayu (batang) |
1.134 |
1.530 |
1.728 |
1.620 |
1.656 |
1.566 |
Benang jahit2 0/2 (meter) |
8.100 |
8.500 |
9.600 |
9.000 |
9.200 |
8.700 |
Sumber: Data diolah, 2019 |
Netting merupakan proses penentuan kebutuhan bersih yang didapat dari selisih kebutuhan kotor dengan rencana penerimaan dan persediaan di tangan (on hand inventory). Kebutuhan bersih berisi banyaknya produk serta item atau komponen yang harus diproduksi atau dipesan setiap periode dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan produksi. Berikut hasil perhitungan kebutuhan bersih produk dan bahan baku spring bed 160x200cm.
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bersih tersebut, selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk proses lotting atau penentuan jumlah lot untuk setiap kali pembelian atau pemesanan bahan baku.
Lotting. Proses lotting merupakan penentuan ukuran lot yang optimal untuk mengetahui dengan tepat jumlah bahan baku yang dibutuhkan proses produksi. Pada penelitian ini, penentuan ukuran lot akan dihitung dengan menggunakan tiga metode lot sizing yaitu Lot for Lot, Period Order Quantity, dan Part Period Balancing. Perhitungan dilakukan secara satu per satu dari ketiga metode lot sizing untuk setiap bahan baku. Perhitungan tersebut dilakukan untuk mengetahui perbandingan efektifitas dan efisiensi dari ketiga metode untuk setiap bahan baku. Metode dengan total biaya minimun pada setiap bahan baku akan menjadi rekomendasi metode yang akan diterapkan pada perusahaan.
Perhitungan ukuran lot dengan metode Lot for Lot. Metode lot for lot tujuan utamanya meminimumkan biaya penyimpanan, sehingga pembelian yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk tiap periode (Bulan) sehingga, biaya persedian dalam metode lot for lot hanya biaya pemesanan. Berikut adalah hasil akhir dari perhitungan ukuran lot dengan metode lot for lot untuk tiap bahan baku.
Tabel 4.
Hasil Akhir Perhitungan Ukuran Lot Metode Lot For Lot Bulan Juli – Desember 2018
Bahan Baku |
Ukuran Lot per Bulan |
Total Biaya Persediaan | |||||
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 | ||
Feer (biji) |
32.540 |
32.300 |
36.480 |
34.200 |
34.960 |
33.060 |
Rp 8.454.000 |
Lis kasur (meter) |
1.544 |
1.530 |
1.728 |
1.620 |
1.656 |
1.566 |
Rp 318.000 |
Pipa foam (biji) Cotton sheet |
908 |
1.360 |
1.536 |
1.440 |
1.472 |
1.392 |
Rp 8.454.000 |
(meter) |
684 |
680 |
768 |
720 |
736 |
696 |
Rp 2.838.000 |
Busa 2 (meter) |
565,8 |
561 |
633,6 |
594 |
607,2 |
574,2 |
Rp 2.838.000 |
Kain kasur (meter) |
739,8 |
731 |
825,6 |
774 |
791,2 |
748,2 |
Rp 2.838.000 |
Plastik packing (meter) |
713 |
722,5 |
816 |
765 |
782 |
739,5 |
Rp 4.224.000 |
Stabil kaki (biji) |
504 |
510 |
576 |
546 |
552 |
522 |
Rp 624.000 |
Karung plastik (meter) |
184 |
255 |
288 |
270 |
276 |
261 |
Rp 4.224.000 |
Kayu (batang) |
1.134 |
1.530 |
1.728 |
1.620 |
1.656 |
1.566 |
Rp 8.454.000 |
Benang jahit 20/2 8.100 (meter) Total Biaya Persediaan |
8.500 |
9.600 |
9.000 |
9.200 |
8.700 |
Rp 198.000 Rp 43.464.000 |
Sumber: Data diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat hasil dari perhitungan akhir total biaya persediaan dengan metode lot for lot untuk semua bahan baku selama enam bulan berjumlah sebesar Rp 43.464.000. Setiap bahan baku memiliki biaya berbeda hal ini disebabkan karena jumlah kebutuhan bersih yang berbeda dan mengakibatkan waktu pemesanan tiap-tiap bahan baku yang berbeda pula.
Pemesanan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bersih setiap bulan sehingga, jumlah pesanan atau ukuran lot harus sama dengan kebutuhan bersih setiap bulannya. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari persediaan yang dapat mengakibatkan biaya penyimpanan.
Perhitungan ukuran lot dengan metode Part Period Balancing. Metode part period balancing merupakan metode yang menyeimbangkan sebagian periode dalam proses penentuan ukuran lot untuk kebutuhan bahan baku yang berbeda-beda tiap periode. Metode ini menggunakan pendekatan Economic Part Period (EPP) untuk mencari ukuran lot setiap periode. Nilai akumulasi persediaan atau kebutuhan setiap periode yang mendekati nilai EPP akan menjadi dasar ukuran lot masing-masing bahan baku dan dapat meminimumkan biaya persediaan.
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan nilai EPP bahan baku feer sebesar 117.416,66 periode bagian. Nilai tersebut akan menjadi penentu ukuran lot optimal bahan baku feer pada bulan Juli-Desember 2018. Berikut tabel penentuan ukuran lot dengan menggunakan EPP.
Tabel 5. menunjukkan pendekatan nilai EPP untuk besarnya ukuran lot, dimana pada baris pertama pesanan dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan feer pada bulan ketujuh saja, sehingga tidak ada persediaan yang tersimpan. Pada baris kedua, pemesanan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan feer bulan ketujuh
dan kedelapan, selama periode tersebut terdapat 32.300 biji yang belum digunakan dan tersimpan selama 1 periode.
Tabel 5.
Pendekatan Nilai EPP
Periode (Bulanan) (1) |
Kebutuhan (2) |
Lama Penyimpanan (Periode) (3) |
Periode Bagian (4) |
Akumulasi Periode Bagian (5) |
7 |
32.540 |
0 |
0 |
0 |
7,8 |
32.300 |
1 |
32.300 |
32.300 |
7,8,9 |
36.480 |
2 |
72.960 |
105.260 |
10 |
34.200 |
0 |
0 |
0 |
10,11 |
34.960 |
1 |
34.960 |
34.960 |
10,11,12 |
33.060 |
2 |
66.120 |
101.080 |
Sumber: Data diolah, 2019 |
Akumulasi periode bagian didapat dari nilai periode bagian terhitung ditambah dengan periode bagian sebelumnya, contohnya dimana pada periode bagian bulan kesembilan atau baris ketiga besarnya yaitu 72.960 biji ditambahkan dengan akumulasi periode bagian bulan sebelumnya dan hasilnya pada akumulasi periode bulan kesembilan sebesar 105.260 biji. Begitu seterusnya, sehingga pemesanan dilakukan apabila mendapatkan akumulasi periode bagian dengan nilai yang paling mendekati EPP sebesar 117,416,66.
Berdasarkan pendekatan perhitungan lot yang telah dilakukan tersebut, maka pemesanan bulan Juli-Desember 2018 sebesar 101.320 biji pada bulan ketujuh yang digunakan memenuhi kebutuhan hingga 3 bulan dan sebesar 102.220 biji pada bulan kesepuluh yang digunakan memenuhi kebutuhan 3 bulan berikutnya. Rencana kebutuhan dan total biaya persediaan bahan baku feer dihitung sebagai berikut.
Tabel 6.
Tabel MRP dengan Teknik PPB Bulan Juli-Desember 2018 (Bulanan)
Minggu |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
Kebutuhan Bersih Rencana |
32.540 |
32.300 |
36.480 |
34.200 |
34.960 |
33.060 |
Penerimaan |
101.320 |
102.220 | ||||
(ukuran lot) Proyeksi Persediaan |
68.780 |
36.480 |
0 |
68.020 |
33.060 |
0 |
Sumber: Data diolah, 2019
Biaya pemesanan adalah 2 x Rp. 1.409.000 yaitu Rp 2.818.000. Biaya Penyimpanan yaitu 206.340 x Rp 12 didapatkan Rp 2.476.080 sehingga Total Biaya Persediaan menjadi Rp 5.294.080 Berdasarkan perhitungan menggunakan metode PPB pemesanan bahan baku feer dilakukan dua kali dalam jangka waktu 3 bulan. Pemesanan dilakukan pada bulan ketujuh sekaligus untuk memenuhi kebutuhan bulan kedelapan, dan kesembilan. Biaya yang dikeluarkan dalam
pemesanan bahan baku feer adalah sebesar Rp 2.818.000, sedangkan biaya penyimpanan bahan baku feer sebesar Rp 2.476.080 maka, total biaya persediaan bahan baku feer dengan metode PPB adalah sebesar Rp 5.294.080. Berikut adalah tabel total biaya persediaan pengukuran lot dengan metode Part Period Balancing untuk tiap bahan baku.
Tabel 7.
Hasil Akhir Perhitungan Ukuran Lot Metode Part Period Balancing Bulan Juli-Desember 2018
Bahan Baku |
Ukuran Lot per Bulan |
Total Biaya | |||||
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
Persediaan | |
Feer (biji) |
101.320 |
102.220 |
Rp 5.294.080 | ||||
Lis kasur (meter) |
3.074 |
3.348 |
3.222 |
Rp 328.776 | |||
Pipa foam (biji) |
3.804 |
4.304 |
Rp 5.945.000 | ||||
Cotton sheet (meter) |
1.364 |
1.504 |
1.432 |
Rp 3.053.880 | |||
Busa 2 (meter) |
565,8 |
561 |
633,6 |
594 |
607,2 |
574,2 |
Rp 2.838.000 |
Kain kasur (meter) |
739,8 |
731 |
825,6 |
774 |
791 |
748 |
Rp 2.838.000 |
Plastik packing (meter) |
4.538 |
Rp 1.089.500 | |||||
Stabil kaki (biji) |
504 |
510 |
576 |
546 |
552 |
522 |
Rp 624.000 |
Karung plastik (meter) |
184 |
255 |
288 |
270 |
276 |
261 |
Rp 4.224.000 |
Kayu (batang) |
2.664 |
3.340 |
3.222 |
Rp 6.773.640 | |||
Benang jahit 20/2 (meter) |
35.200 |
17.900 |
Rp 97.700 | ||||
Total Biaya Persediaan |
Rp 33.106.576 |
Sumber: Data diolah, 2019
Perhitungan ukuran lot dengan metode Period Order Quantity. Metode ini merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk permintaan yang tidak seragam dalam beberapa periode. Perhitungan POQ diselesaikan dengan satu rumus dan perhitungan nilai POQ bahan baku Feer
(1..^ .∙ )
——j(—y = 2,63 = 3 (dibulatkan)
Artinya pemesanan dilakukan setiap 3 periode sekali sesuai kebutuhan. Berikut tabel penentuan ukuran lot menggunakan POQ.
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode POQ dapat dilihat hasil perhitungan masing-masing biaya persediaan diantaranya, biaya pemesanan sebesar Rp 2.818.000 dan biaya penyimpanan sebesar Rp 2.476.080 sehingga total biaya persediaan sebesar Rp 5.294.080. Berikut adalah tabel total biaya persediaan pengukuran lot dengan metode Period Order Quantity untuk tiap bahan baku.
Perhitungan ukuran lot metode Konvensional CV. Bangun Cipta Artha menurut wawancara dengan manajer Produksi CV. Bangun Cipta Arta proses pembelian bahan baku produk spring bed tidak menggunakan suatu sistem untuk dijadikan dasar dalam pemesanan. Selama ini pembelian bahan hanya
menggunakan perkiraan dari manajer produksi dan juga dengan melihat stok yang ada di gudang.
Tabel 8.
Tabel MRP dengan Teknik POQ Bulan Juli-Desember 2018 (Bulanan)
Minggu |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
Kebutuhan Bersih Rencana |
32.540 |
32.300 |
36.480 |
34.200 |
34.960 |
33.060 |
Penerimaan |
101.320 |
102.220 | ||||
(ukuran lot) Proyeksi Persediaan |
68.780 |
36.480 |
0 |
68.020 |
33.060 |
0 |
Sumber: Data diolah, 2019
Tabel 9.
Hasil Akhir Perhitungan Ukuran Lot Metode Period Order Quantity Bulan Juli-Desember 2018
Bahan Baku |
Ukuran Lot per Bulan |
Total Biaya | |||||
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
Persediaan | |
Feer (biji) |
101.320 |
102.220 |
Rp 5.294.080 | ||||
Lis kasur (meter) |
1.544 |
1.530 |
1.728 |
1.620 |
1.656 |
1.566 |
Rp 318.000 |
Pipa foam (biji) Cotton sheet (meter) |
2.268 684 |
680 |
2.976 768 |
720 |
2.864 736 |
696 |
Rp 5.736.120 Rp 2.838.000 |
Busa 2 (meter) |
565,8 |
561 |
633,6 |
594 |
607,2 |
574,2 |
Rp 2.838.000 |
Kain kasur (meter) |
739,8 |
731 |
825,6 |
774 |
791 |
748 |
Rp 2.838.000 |
Plastik packing 4.538 (meter) Stabil kaki (biji) 504 Karung plastik 1 534 (meter) . Kayu (batang) 2.664 Benang jahit 20/2 (meter) 35.200 Total Biaya Persediaan |
510 |
576 3.340 |
546 |
552 3.222 |
522 |
Rp 1.089.500 Rp 624.000 Rp 866.180 Rp 6.773.640 Rp 97.700 Rp 26.475.220 |
Sumber: Data diolah, 2019
Perhitungan lot sizing dengan menggunakan metode lot for lot, part period balancing , period order quantity, dan metode konvensional CV. Bangun Cipta Artha menghasilkan total biaya persediaan yang berbeda satu sama lain. Keempat metode tersebut akan dibandingkan manakah yang memiliki total biaya persediaan yang paling sedikit pada tiap bahan bakunya. Jadi, tiap bahan baku harus memiliki teknik yang sama. Tabel berikut menunjukkan perbandingan total biaya persediaan keempat metode lot sizing untuk setiap bahan baku.
Dapat diketahui pada Tabel 11. perbandingan total biaya persediaan untuk keempat metode lot sizing. Pada metode Period Order Quantity memiliki nilai total biaya persediaan yang lebih kecil dibandingkan metode lot for lot, Part Period
Balancing, dan metode Konvensional CV. Bangun Cipta Artha untuk setiap bahan bakunya. Maka, hasil dari metode Period Order Quantity yang akan menjadi dasar dari proses selanjutnya yaitu offsetting.
Tabel 10.
Hasil Akhir Perhitungan Ukuran Lot metode Konvensional CV. Bangun
Cipta ArthaBulan Juli-Desember 2018 | |||||||
Bahan Baku |
Ukuran Lot per Bulan |
Total Biaya Persediaan | |||||
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 | ||
Feer (biji) |
120.000 |
120.000 |
Rp 7.279.840 | ||||
Lis kasur (meter) |
1.595 |
1.540 |
1.705 |
1.650 |
1.595 |
1.595 |
Rp 327.396 |
Pipa foam (biji) |
10.000 |
Rp 13.271.720 | |||||
Cotton sheet (meter) |
700 |
700 |
750 |
750 |
700 |
700 |
Rp 2.951.880 |
Busa 2 (meter) |
600 |
550 |
650 |
600 |
600 |
550 |
Rp 3.540.720 |
Kain kasur (meter) |
750 |
750 |
800 |
800 |
800 |
750 |
Rp 3.247.320 |
Plastik packing (meter) |
750 |
700 |
850 |
750 |
750 |
750 |
Rp 4.229.316 |
Stabil kaki (biji) |
550 |
500 |
550 |
550 |
550 |
550 |
Rp 661.920 |
Karung plastik (meter) |
500 |
500 |
500 |
500 |
Rp 2.896.760 | ||
Kayu (batang) |
3.960 |
3.960 |
3.960 |
Rp 10.953.240 | |||
Benang jahit 20/2 (meter) |
39.600 |
19.800 |
Rp 112.800 | ||||
Total Biaya Persediaan |
Rp 49.472.912 | ||||||
Sumber: Data diolah, 2019 |
Tabel 11.
Perbandingan Total Biaya Persediaan Ketiga Metode Lot Sizing
Metode Lot Sizing
Bahan Baku |
Lot for Lot |
Part Period Balancing |
Period Order Quantity |
Konvensional CV. Bangun Cipta Artha | |
Feer (biji) |
Rp |
8.454.000 |
Rp 5.294.080 |
Rp 5.294.080 |
Rp 7.279.840 |
Lis kasur (meter) |
Rp |
318.000 |
Rp 328.776 |
Rp 318.000 |
Rp 327.396 |
Pipa foam (biji) |
Rp |
8.454.000 |
Rp 5.945.000 |
Rp 5.736.120 |
Rp 13.271.720 |
Cotton sheet (meter) |
Rp |
2.838.000 |
Rp 3.053.880 |
Rp 2.838.000 |
Rp 2.951.880 |
Busa 2 (meter) |
Rp |
2.838.000 |
Rp 2.838.000 |
Rp 2.838.000 |
Rp 3.540.720 |
Kain kasur (meter) |
Rp |
2.838.000 |
Rp 2.838.000 |
Rp 2.838.000 |
Rp 3.247.320 |
Plastik packing (meter) |
Rp |
4.224.000 |
Rp 1.089.500 |
Rp 1.089.500 |
Rp 4.229.316 |
Stabil kaki (biji) |
Rp |
624.000 |
Rp 624.000 |
Rp 624.000 |
Rp 661.920 |
Karung plastik (meter) |
Rp |
4.224.000 |
Rp 4.224.000 |
Rp 866.180 |
Rp 2.896.760 |
Kayu (batang) |
Rp |
8.454.000 |
Rp 6.773.640 |
Rp 6.773.640 |
Rp 10.953.240 |
Benang jahit 20/2 (meter) |
Rp |
198.000 |
Rp 97.700 |
Rp 97.700 |
Rp 112.800 |
Total Biaya Persediaan |
Rp 43.464.000 |
Rp 33.106.576 |
Rp 26.475.220 |
Rp 49.472.912 |
Sumber: Data diolah, 2019
Tabel 12.
Hasil Akhir MRP Bahan Baku Produk Spring bed 160x200cm
Bahan Baku |
Jumlah Pemesanan |
Waktu Pemesanan |
Feer (biji) |
101.320; 102.220 |
Bulan 7 (1), Bulan 10 (1) |
Lis kasur (meter) |
3.074; 3.348; 3.222 |
Bulan 7 (1), Bulan 9 (1), bulan 11 (1) |
Pipa foam (biji) |
2.268; 2.976; 2.864 |
Bulan 7 (1), Bulan 9 (1), Bulan 11 (1) |
Cotton sheet (meter) |
684; 680; 768; 720; 736; 696 |
Bulan 7 (1), Bulan 8 (1), Bulan 9 (1), Bulan 10 (1), Bulan 11 (1), Bulan 12 (1) |
Busa 2 (meter) |
565,6; 561; 633,6; 594; 607,2; 574,2 |
Bulan 7 (1), Bulan 8 (1), Bulan 9 (1), Bulan 10 (1), Bulan 11 (1), Bulan 12 (1) |
Kain kasur (meter) |
739,8; 731; 825,6; 774; 791; 748,2 |
Bulan 7 (1), Bulan 8 (1), Bulan 9 (1), Bulan 10 (1), Bulan 11 (1), Bulan 12 (1) |
Plastik packing (meter) |
4.538 |
Bulan 7 (1) |
Stabil kaki (biji) |
504; 510; 576; 546; 552; 522 |
Bulan 7 (1), Bulan 8 (1), Bulan 9 (1), Bulan 10 (1), Bulan 11 (1), Bulan 12 (1) |
Karung plastik (meter) |
1.534 |
Bulan 7 (1) |
Kayu (batang) |
2.664; 3.340; 3.222 |
Bulan 7 (1), Bulan 9 (1), Bulan 11 (1) |
Benang jahit 20/2 (meter) |
35.200; 17.900 |
Bulan 7 (1), Bulan 11 (1) |
Sumber: Data diolah, 2019
Proses offsetting merupakan proses penetuan waktu pemesanan bahan baku yang tepat dan optimal dengan melihat lead time yang dimiliki oleh setiap bahan baku. Proses ini sama dengan pembuatan tabel MRP masing-masing bahan baku untuk tiap periodenya. Tabel MRP dibuat berdasarkan hasil perhitungan metode lot sizing yang telah dilakukan sebelumnya. Dimana metode Period Order Quantity dipilih menjadi metode yang paling optimal karena memiliki total biaya persediaan lebih kecil daripada metode yang lainnya. Berikut hasil akhir penentuan waktu pemesanan atau MRP tiap bahan baku.
Dari hasil penelitian ini, terjadi kelebihan persediaan bahan baku pada produk terjadi akibat tidak adanya perencanaan dalam penentuan kapasitas produksi. Sehingga menimbulkan investasi yang tertanam pada persediaan dan mengakibatkan peningkatan biaya persediaan atau terjadinya biaya pemborosan. Adanya permasalahan tersebut ditanggapi dengan penelitian ini melalui penerapan sistem MRP yang dimulai dari proses netting, lotting, dan offsetting ke dalam proses produksi.
Pada proses netting dapat diketahui kebutuhan bersih produk dan setiap bahan bakunya pada periode yang terhitung. Sebelum netting dilakukan terlebih dahulu harus diketahui jadwal induk produksi. Setelah diketahui kebutuhan bersih kemudian dilakukan lotting. Proses lotting ini adalah proses penentuan ukuran pesanan yang optimal untuk setiap bahan baku produk. Proses lotting ini akan memberikan gambaran bagi perusahaan mengenai berapa jumlah bahan baku yang
harus dipesan agar terpenuhinya kebutuhan produksi dan tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan persediaan.
Proses terakhir sistem MRP dalam penelitian ini yaitu offsetting. Pada proses ini perusahaan dapat mengetahui waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan bahan baku dengan membuat tabel MRP yang berdasarkan lead time tiap bahan baku dan juga hasil dari langkah sebelumnya yaitu netting dan lotting. Tabel MRP ini akan menjadi gambaran bagi perusahaan terkait waktu yang tepat untuk pelepasan pesanan atau melakukan pemesanan bahan baku produk sehingga, tidak terjadi keterlambatan bahan baku maupun kekurangan bahan baku.
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu Keterbatasan penelitian ini tidak menggunakan peramalan permintaan, karena penelitian ini mengevaluasi kinerja perencanaan dan pengendalian persediaan pada periode yang sudah lewat di CV. Bangun Cipta Artha dengan sistem Material Requirement Planning
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya maka, dapar ditarik beberapa kesimpulan yaitu Proses lotting atau penentuan besar ukuran pemesanan dalam penelitian ini menggunakan dua metode lot sizing yaitu lot for lot, part period balancing dan period order quantity. Proses penentuan pesanan yang dilakukan CV. Bangun Cipta Artha kurang tepat karena metode yang menghasilkan biaya paling rendah yaitu metode period order quantity.
Proses offsetting atau penentuan waktu yang tepat guna melakukan pemesanan bahan baku masing-masing produk Spring bed 160x200cm didasarkan atas metode lot sizing yang telah dipilih yaitu period order quantity dengan total biaya persediaan yang lebih minimum dan lead time dari masing-masing bahan baku. Setelah dilakukan perhitungan lot sizing dengan tiga metode yaitu lot for lot, part period balancing, period order quntity. Metode period order quantity memiliki total biaya persediaan paling rendah dengan biaya sebesar Rp 26.475.220 dibandingkan dengan total biaya persediaan metode lot for lot dengan biaya sebesar Rp 43.464.000 dan metode part period balancing dengan biaya sebesar Rp 33.106.576 Sehingga dalam proses offsetting jumlah ukuran besar pemesanan menggunakan metode period order quntity sebagai dasar besar pesanan yang akan dilakukan. Setelah dilakukan perhitungan total biaya persediaan dari ketiga metode lot sizing pada MRP, yang menunjukan metode paling optimal adalah metode period order quantity dengan biaya Rp 26.475.220 dibandingkan metode Konvensional CV. Bangun Cipta Artha yang dilakukan perusahaan selama ini yang total biaya persediaannya sebesar Rp 49.472.912, maka dengan menggunakan metode lot sizing period order quantity seharusnya perusahaan dapat menghemat biaya persediaan sebesar Rp 22.997.692 dari biaya yang telah dikeluarkan tersebut.
Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan serta masukan yang berguna bagi CV. Bangun Cipta Artha dimasa yang akan 442ating adalah CV. Bangun Cipta Arha sebaiknya menggunakan metode period order quantity untuk menentukan besarnya pesanan yang optimal bagi masing-masing bahan baku produk Spring bed 160x200cm agar mendapatkan biaya persediaan yang mimimal. Dimana besar ukuran pesanan setiap bahan baku
diantaranya : Feer yaitu sebesar kebutuhan selama 3 periode, Lis kasur yaitu sebesar kebutuhan selama 1 periode, Pipa foam yaitu sebesar kebutuhan selama 2 periode, Cotton sheet yaitu sebesar kebutuhan selama 1 periode, Busa 2 yaitu sebesar kebutuhan selama 1 periode, Kain kasur yaitu sebesar kebutuhan selama 1 periode., Plastik packing yaitu sebesar kebutuhan selama 7 periode, Stabil kaki yaitu sebesar kebutuhan selama 1 periode, Karung plastik yaitu sebesar kebutuhan selama 10 periode, Kayu yaitu sebesar kebutuhan selama 2 periode, Benang jahit 20/2 yaitu sebesar kebutuhan selama 4 periode.
CV. Bangun Cipta Artha sebaiknya mempertimbangkan waktu pemesanan bahan baku dengan lead time masing-masing bahan baku yaitu 7 hari, hal tersebut bertujuan untuk menghindari masalah seperti terjadinya kekurangan bahan baku akibat terlambatnya bahan baku sampai yang berdampak terhambatnya proses produksi. Kepada peneliti selanjutnya yang topiknya terkait dengan penelitian ini, dapat dilakukan pada perusahaan yang berbeda dengan menambah maupun mengganti metode lot sizing lain sebagai bahan perbandingan untuk menentukan metode manakah yang lebih baik dalam mengefisienkan biaya persediaan. Sebaiknya perusahaan juga mengganti metode konvensional dengan metode lot sizing period order quantity (POQ) karena dapat menghemat biaya persediaan yang telah dikeluarkan selama 6 bulan pada periode tersebut.
REFERENSI
Anggriana, K. Z. (2015). Analisis Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Busbar Berdasarkan Sistem MRP (Material Requirement Planning) Di PT. TIS. Jurnal PASTI, 9(3), 320–337.
Chandraju, S., Reviprasad, B., & Kumar, C. S. C. (2012). Implementation of System Application Product (SAP) Materials Management (MM-Module) for Material Requirement Planning (MRP) in Sugar Industry. International of Scientific and Research Publication, 2(9), 1–5.
Dinesh, E. D., Arun, A. P., & Pranav, R. (2014). Material Requirement Planning for Automobile Service Plant. International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology, 3(3), 1171–1175.
Diwakar, H. S., & Dalpati, A. (2016). Enchance The Performance of MRP (Material Requirement Planning) System by Using Proposed Designed Software. International Journal Of Engineering and Research, 4(1), 701–710.
Gharakhani, D. (2011). Optimization Of Material Requirement Planning By Goal Programming Model. Asian Journal of Management Research, 2(1), 297–317.
Iasya, A., & Handayati, Y. (2015). Material Requirement Planning Analysis In Micro, Small, And Medium Enterprise Case Study: Grooveline – An Apparel Outsourcing Company Final Project. Journal Of Business And Management, 4(3), 317–329.
Imetieg, A. A., & Lutovac, M. (2015). Project Scheduling Method with Time Using MRP System – A Case Study: Construction Project in Libya. The European
Journal of Applied Economics, 12(1), 58–66.
Irawan, P. A., & Syaichu, A. (2017). Pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Material Requirement Planning (MRP) pada PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk. Journal Knowledge Industrial Engineering, 4(1), 12–20.
Jha, V. (2012). MRP-JIT Integrated Production System. International Journal of Engineering Research and Application, 2(4), 2377–2387.
Jonsson, P., & Stig-Arne, M. (2016). Advanced Material Planning Perfomance: A Contextual Examination and Research Agenda. International Journal of Physical Distribution & Logistic, 46(9), 836–858.
Kannegiesser, M., & Gunther, H. (2011). An Integrated Optimization Model For Managing The Global Value Chain Of A Chemical Commodities Manufacture. J Oper Res Soc, 62(4), 711–721.
Kusumawati, A., & Setiawan, A. D. (2017). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tempe Menggunakan Material Requirement Planning. Journal Industrial Service, 3(1), 168–173.
Malinda, D. (2017). Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku Sarung Batik (Studi Kasus Pada CV. Mitra Setia Usaha). Applied Industrial Engineering Journal, 1(1), 24–30.
Martha, K. A., & Setiawan, P. Y. (2018). Analisis Material Requirement Planning Produk Coconut Sugar pada Kul-Kul Farm. E-Journal Manajemen Unud, 7(12), 6532–6560.
Olaore, R. A., & Olayanju, M. (2013). Purchasing Functions And MRP In Foodservice Firms. European Journal Of Business And Management, 5(13), 107–113.
Panizzolo, R., & Garengo, P. (2013). Using Theory of Constraints to Control Manufacturing System: A Conceptual Model. Industrial Engineering and Management, 3(3), 1–9.
Prima, D. S. (2014). Penerapan Sistem MRP Untuk Pengendalian Persediaan Bahan Baku Animal Feedmill Dengan Lot Sizing Berdasarkan Alogaritma Wagner-Within Dan Silver-Meal (Studi Kasus: PT. Sierad Produce, Tbk). Jurnal Rekayasa Manajemen Sistem Industri, 2(4), 896–905.
Santin, K. (2015). MRP Implementation On Supply Management Process: A Brazillian Furniture Industry Case Study. European Journal of Busniness and Social Sciences, 4(1), 158–173.
Sari, D. H., & Budiawan, W. (2017). Analisis Penerapan Material Requirement Planning (MRP) Dengan Mempertimbangkan Lot Sizing Dalam Pengendalian Persediaan Kebutuhan Bahan Baku Xoly Untuk Pembuatan Alkyd 9337 Pada PT. PJC. Industrial Engineering Online Journal, 6(1), 1–20.
Sarkar, A. (2013). A Simple Case Study of Material Requirement Planning. IOSR
Journal of Mechanical and Civil Engineering, 9(5), 58–64.
Shofa, M. J., & Widyarto, W. O. (2017). Effective Production Control In An Automotive Industry: MRP Vs. Demand-Driven MRP. AIP, 1(1), 1855.
Sungkono, M. A., & Wiwik, S. (2016). Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku Untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi Dengan Metode Material Requirement Planning Dan Analytical Hierarchy Process di PT. XYZ. Spektrum Industri, 14(1), 11–24.
Theresia, P., & Salomon, L. L. (2015). Usulan Untuk Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Ant Ink (Studi Kasus : CV. Sinar Mutiara). Jurnal Kajian Teknologi, 11(1), 43–54.
Wardani, A. Y., & Siswanti, D. (2018). Penerapan Material Requirement Planning (MRP) Guna Perencanaa Persediaan Bahan Baku Sanitizer Tissue Pada CV. Cool Clean Malang. Jurnal Sinteks STT Malang, 7(1), 1–6.
Wijayanti, H. K. (2015). Perencanaan Persediaan Bahan Baku Dan Bahan Bakar Dengan Dynamic Lot Sizing ( Studi Kasus : PT Holcim Indonesia Tbk, Tuban Plant). Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Sistem Industri, 3(1), 178–187.
Zaidi, H., & Adeel, S. (2012). Implementation of Inventory Management System in a Furniture Company: A Real Case Study. International Journal of Engineering and Technology, 2(8), 1457–1474.
445
Discussion and feedback