E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 7, No. 10, 2018: 5599-5627         ISSN: 2302-8912

DOI: https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2018.v7.i10.p14

KINERJA MANAJEMEN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PT. ARTHA DINAMIS SENTOSA BALI

Dewa Gede Eka Narendra Putra1 Ni Ketut Purnawati2

1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Persediaan merupakan aset yang mahal dan penting bagi perusahaan, agar persediaan tidak membebani keuangan perusahaan dan mempengaruhi kelancaran aktivitas produksi, maka sangat penting untuk melakukan pengendalian persediaan. Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui bagaimana sistem pengendalian persediaan barang dagangan yang seharusnya dilakukan oleh PT. Artha Dinamis Sentosa Bali, dan mengetahui apakah sistem pengendalian persediaan barang dagangan yang dilakukan sudah efesien atau belum. Penelitian ini menggunakan data kuntitatif dan kualitatif yang diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pihak yang terkait dengan persediaan dan observasi pada objek yang diteliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif menjelaskan secara sistematis dengan tahapan yaitu: Analisis ABC, Penentuan EOQ, Penentuan savety stock, Penentuan Re-Order Point, penentuan persediaan maksimum, menghitung Inventory Turnover dan menghitung total biaya. Hasil penelitian menunjukan sistem persediaan barang dagangan yang seharusnya dilakukan adalah mengklasifikasi dengan metode analisis ABC, lalu menentukan EOQ, menentukan savety stock dan menentukan reorder point pada masing-masing item persediaan. Sistem pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan belum efisien karena total biaya dengan melakukan pengendalian dengan EOQ sebesar Rp 100.175.045, lebih rendah dengan total biaya persediaan nenggunakan metode pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan sebesar Rp 160.186.971.

Kata kunci: analisis abc, economic order quantity, savety stock, reorder point, inventory turnover.

ABSTRACT

Inventory is an expensive and important asset for the company, so that inventory does not burden the company's finances and affects the smoothness of its production activities, so it is important to carry out inventory control. This study aims to know how the system of inventory control merchandise that should be done by PT. Artha Dinamis Sentosa Bali, and find out whether the inventory control system is efficient or not. The data used is the quantitative and qualitative data obtained by conducting interviews to the parties related to inventory and observation on the object under study. Data analysis technique used is descriptive analysis technique explain systematically with stages are: ABC Analysis, EOQ Determination, Determination of savety stock, Determination of Re-Order Point, determination of maximum inventory, calculate Inventory Turnover and calculate total cost. The results show the merchandise inventory system that should be done is to classify the ABC analysis method, then determine the EOQ, determine the Savety Stock and determine the Reorder Point on each inventory item. The company's inventory control system is not efficient yet because the total cost by controlling with EOQ is Rp 100,175,045, lower by total inventory cost using inventory control method by company amounting to Rp 160,186,971.

Keywords: abc analysis, economic order quantity, savety stock, reorder point, inventory turnover.

PENDAHULUAN

Persediaan diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang (Ristono, 2013:1). Persediaan bersifat mendasar pada perusahaan karena mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan modal yang diinvestasikan (Heizer dan Render, 2015:553). Oleh karena itu perusahaan harus memberikan perhatian terhadap pengendalian persediaan, agar persediaan tidak terlalu tinggi dan membebani keuangan perusahaan maka diperlukan manajemen persediaan yang baik.

Manajemen persediaan memiliki tugas untuk mengatur berapa banyak item yang harus disediakan, kapan dan berapa banyak pembelian harus dilakukan. Keputusan yang menyangkut berapa banyak dan kapan harus melakukan pemesanan, merupakan permasalahan yang kompleks dalam masalah persediaan, terlebih lagi bila barang yang harus disediakan terdiri dari beberapa jenis item, dengan pemasok yang bervariasi, waktu penyerahan yang tidak seragam, jumlah pesanan yang berbeda serta anggaran yang terbatas. Salah satu bagian dari manajemen persediaan yang penting dilakukan perusahaan adalah pengawasan persediaan.

Pengawasan persediaan menentukan kelancaran aktivitas perusahaan serta keefektifan dan efisiensi dari suatu perusahaan. Berbeda jenis usaha dan skala dari usaha tersebut menyebabkan tingkat persediaan yang dibutuhkan oleh perusahaan berbeda-beda tergantung dari volume produksi dan prosesnya. Pada dasarnya semua perusahaan mengadakan perencanaan dan pengendalian persediaan produk dengan tujuan pokok meminimalkan biaya dan untuk mengoptimalkan laba dalam

waktu tertentu. Ketika perusahaan melakukan penanganan persediaan dengan baik maka secara tidak langsung perusahaan mampu meminimalkan biaya persediaan.

Hasil penelitian terdahulu menunjukan pengelolaan persediaan sangat penting dilakukan oleh perusahaan agar tidak membebani keuangan perusahaan (Gordon dan Gupte, 2016). Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Morege dkk. (2013), Brahmandika dkk. (2016) serta Nilawati dan Giyanti (2016). Dengan melakukan manajemen persediaan dengan baik perusahaan mampu meningkatkan efisiensi biaya persediaan, penelitian yang dilakukan Tuerah (2014) menunjukan total biaya persediaan dengan melakukan manajemen persediaan lebih efisien dibandingkan dengan metode yang diterapkan oleh perusahaan. Pernyataan yang menunjukan hasil yang sama ditunjukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Andira (2016), Pattnaik (2014), Sampeallo (2012), Nurhasanah (2012), Astuti dkk. (2013), Suswardji dkk. (2012), Kotb dan Fergany (2011), Maukar dkk. (2013), Puspika dan Anita (2013), Valerie dan Sinuraya (2011) Dwivedi dkk. (2012), Lestari (2015), Yanti dan Farida (2016), Wardani (2015) serta Shu dan Indriyani (2015). Tidak hanya mampu meningkatkan efisiensi biaya tetapi juga mampu meningkatkan produktivitas perusahaan (Sakkung dan Sinuraya, 2011). Soni dkk. (2016) pada hasil penelitiannya menunjukan peningkatkan produktifitas sebesar 8-10% diperoleh perusahaan dengan melakukan pengendalian persediaan. Hasil penelitian Shardeo (2015) menunjukan perusahaan juga mampu memperbaiki tingkat kepuasan pelanggan karena perusahaan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan pada waktu yang

ditentukan, pernyataan tersebut didukung penelitian dari Takim (2014) , Imeokparia (2013), Mahatme et al. (2013)

PT. Artha Dinamis Sentosa adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha dagang sparepart kendaraan bermotor. Pada saat ini perencanaan pengendaliaan persediaan yang diterapkan oleh PT. Artha Dinamis Sentosa Bali hanya berdasarkan pada peramalan penjualan. Jadi PT. Artha Dinamis Sentosa Bali pada saat ini belum mempunyai cara yang tepat dalam rangka melakukan pengendalian persediaan sparepart kendaraan, terutama di dalam menghitung tingkat pembelian optimal agar dapat menghemat biaya dan sesuai dengan tingkat penjualan, menetapkan tingkat persediaan agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan persediaan yang dapat mempengaruhi kegiatan perusahaan. Beberapa produk yang dijual perusahaan adalah accu, velg, karet trombol, ampas rem, busi dan lainnya. Produk yang dijual tidak hanya satu jenis saja, melainkan banyak jenis dan pemasok yang berbeda.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu: Bagaimana sistem pengendalian persediaan barang dagangan yang seharusnya dilakukan oleh PT. Artha Dinamis Sentosa Bali, dan apakah sistem pengendalian persediaan barang dagangan PT. Artha Dinamis Sentosa Bali sudah efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem pengendalian persediaan barang dagangan yang seharusnya dilakukan oleh PT. Artha Dinamis Sentosa Bali, dan mengetahui apakah sistem pengendalian persediaan barang dagangan PT. Artha Dinamis Sentosa Bali sudah efisien.

Penelitian ini tidak hanya memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh penulis saja melainkan memberikan manfaat terhadap pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi empiris pada manajemen operasional tentang manajemen persediaan yang berguna sebagai referensi bagi civitas akademika yang melakukan penelitian sejenis, serta dapat menjadi informasi sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan perusahaan sekaligus guna memberikan solusi pemecahan masalah yang dihadapi oleh perusahaan.

Menurut Handoko (2000:333), persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan baik internal maupun eksternal. Handoko (2000:335) menyatakan bahwa fungsi persediaan adalah pertama, decoupling yaitu persediaan digunakan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Fungsi yang kedua adalah economic lot sizing. Economic lot sizing adalah penghematan yang dicerminkan oleh pengurangan biaya-biaya per unit yang diperoleh perusahaan karena pembelian pada lot tertentu. dan fungsi yang ke tiga adalah antisipation yaitu persediaan yang diadakan untuk mengantisipasi perubahan musim dengan tujuan memperlancar proses produksi.

Persediaan bisa dibedakan berdasarkan jenisnya masing- masing. Pujawan (2010:119), menyatakan persediaan bisa diklasifikasikan menjadi tiga macam. Pertama, persediaan yang dibedakan berdasarkan bentuknya diklasifikasikan menjadi bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi. Klasifikasi semacam

ini biasanya dilakukan oleh perusahaan manufaktur. Kedua, persediaan berdasarkan fungsinya diklasifikasikan menjadi transit inventory, cycle stock, savety stock, anticipation stock. Ketiga yaitu persediaan dibedakan berdasarkan sifat ketergantungan diklasifikasikan menjadi persediaan independent dan persediaan dependent.

Keputusan mengenai besarnya persediaan perusahaan perlu mempertimbangkan biaya-biaya yang timbul akibat persediaan tersebut. Biaya persediaan menurut Handoko (2000:336), dibedakan menjadi biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost) yaitu biaya yang terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan). Biaya pemesanan adalah biaya yang ditanggung perusahaan setiap kali melakukan pemesanan. Biaya penyiapan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam persiapan untuk memproduksi suatu produk. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan. Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan.

Beberapa model yang bisa digunakan untuk melakukan pengendalian persediaan yang pertaman adalah: economic order quantity (EOQ). Menurut Ristono (2013:30), economic order quantity (jumlah pesanan terhemat) merupakan model yang diarahkan untuk menemukan jumlah pesanan yang ekonomis, sehingga diharapkan tidak ada kekurangan persediaan, sedangkan Menurut Heizer dan Render (2015:561), model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity) adalah teknik kontrol persediaan yang tertua dan dikenal dengan memadukan biaya penyimpanan dengan kurva yang menunjukkan

sebuah garis lurus yang naik apabila jumlah persediaan bertambah besar dengan biaya pemesanan dengan kurva yang menunjukkan garis lengkung menurun mendekati nol apabila jumlah persediaan bertambah, yang mana EOQ akan tercapai pada perpotongan antara kedua kurva tersebut.

Kedua, yaitu persediaan pengaman (safety stock). Menurut Pujawan (2010:120) safety stock merupakan persediaan yang diadakan perusahaan dengan tujuan sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan. Ketika permintaan bersifat tidak konstan atau terdapat variabilitas pada rantai pasokan, maka persediaan pengaman sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kekurangan persediaan sehingga kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Ketiga, adalah titik pemesanan kembali (reorder point). Menurut Heizer dan Render (2015:267), titik pemesanan kembali (reorder point) merupakan titik untuk mengetahui kapan perusahaan harus melakukan pemesanan kembali agar tidak terjadi kekosongan persediaan. Perhitungan reorder point diperoleh dengan menghitung permintaan per hari dikalikan dengan waktu tunggu untuk pemesanan baru dalam hari. Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan bahwa permintaannya sama dan bersifat konstan.

Untuk mengukur tingkat produktifitas persediaan digunakan perhitungan inventory turnover (perputaran persediaan). Michell Suharli (2006:303) menyatakan inventory turnover menentukan berapa kali persediaan perusahaan mampu terjual atau digantikan dengan persediaan baru selama satu tahun, dan memberikan pengukuran mengenai tingkat likuiditas dan kemampuan perusahaan

untuk menjadikan persediaannya menjadi uang secara tepat, pernyataan yang sama ditujukan oleh Munawir (2010:77), Kasmir (2012:180) dan Jufrizen (2015).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi kasus mengenai persediaan pada PT. Artha Dinamis Sentosa Bali. Penelitian adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk menjawab permasalahan perusahaan mengenai sistem persediaan, melihat kinerja dari manajemen persediaan pada PT. Artha Dinamis Sentosa Bali apakah sudah optimal atau belum. Data yang digunakan adalah data primer yaitu kebijakan perusahaan dalam hal persediaan dan data sekunder yaitu laporan terkait persediaan dari divisi gudang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan observasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analis deskriptif yaitu membahas secara sistematis dengan tahapan sebagai berikut: Tahap Pertama yaitu mengelompokkan data berdasarkan konsep ABC. Persediaan dikelompokan berdasarkan nilai barang. Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut: Membuatvdaftarbitem persediaan yang akan diklasifikasikaniidan harga dari masing-masingbiitem tersebut, Menentukan volume permintaan dari masing-masing item, Menghitungbpersentase permintaan setiap item dariihasil bagiiantara nilai barang per tahun per item dengan nilai total nilai barang per tahun,bMengurutkan nilai barang tahunandsemua persediaan agar mempermudah pengklasifikasian persediaan menjadi kelas A yaitu persediaan yang memiliki nilai barang 60% sampai 80% dengan persentase jumlah barang sekitar 15% sampai 20%, kelas B yaitu persediaan yang memiliki nilai barang

10% sampai 30% dengan persentase jumlah barang sekitar 30% sampai 40%,

5606

kelas C yaitu persediaan yang memiliki nilai barang 10% sampai 20% dengan persentase jumlah barang sekitar 40% sampai 60%.

Setelah memperoleh klasifikasi ABC, selanjutnya dilakukan penghitungan EOQ hanya pada persediaan klasifikasi A. EOQ dihitung pada masing-masing produk yang ada didalam klasifikasi A dengan menggunakan data tahun 2016, dengan menggunakan rumus:

e°q=J¥= ..................................................................................(1)

Keterangan:

C      = biaya tiap kali pemesanan

R      = kebutuhan per tahun

H      = biaya simpan per unit per tahun

P       = harga per unit

T       = persentase total biaya simpan per tahun

Melakukan perhitungan persediaan pengaman (safety stock). Perhitungan safety stock dilakukan pada masing-masing barang dangan yang terdapat pada persediaan kategori A tersebut untuk menentukan berapa sebaiknya dilakukan persediaan pengaman pada masing-masing barang dagangan. Savety stock dihitung menggunakan data tahun 2016 dengan rumus:

SS = Z x d X L ......................................................................................(2)

Dimana:

SS     = Safety Stock

Z      = Service Level

d      = Rata-Rata Pemakaian per hari

L      = Lead Time

Menghitung titik pemesanan kembali (reorder point). Perhitungan reorder point dilakukan untuk menentukan titik atau kuantitas untuk mengetahui kapan

melakukan pemesanan kembali pada masing-masing item barang dagangan kategori A. rumus yang digunakan untuk menghitung ROP adalah:

ROP = d.L + SS .....................................................................................(3)

Dimana:

d      = Rata-Rata Pemakaian per hari

L      = Lead Time

SS     = persediaan pengaman

Menghitung Jumlah Persediaan Maksimum. Perhitungan persediaan maksimum dari klasifikasi A dilakukan untuk menentukan jumlah persediaan yang ada di gudang agar tidak berlebihan. Peritungan dilakukan dengan rumus berikut:

Persediaan Maksimal = EOQ + SS ........................................................ (4)

Dimana:

EOQ   = Kuantitas pembelian ekonomis

SS     = persediaan pengaman

Melakukan perhitungan inventory turnover dari penerapan metode

perusahaan dengan penerapan metode EOQ, kemudian dibandingkan untuk

mengetahui metode yang mana menghasilkan inventory turnover yang lebih baik.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

penjualan

ITO =---------------

rata — rata persediaan

(5)


Tahap Kedua yaitu Menghitung total biaya persediaan dari metode yang diterapkan perusahaan, dan menghitung biaya total persediaan dengan metode EOQ menggunakan sistem jumlah pemesanan tetap. Kedua hasil perhitungan tersebut dibandingkan untuk menentukan metode yang mana menghasilkan biaya

yang lebih rendah. Apabila metode yang diterapkan perusahaan menghasilkan biaya total yang lebih rendah dari metode EOQ, maka perusahaah tersebut dapat dikatakan telah melakukan pengendalian persediaan barang dagangan dengan efesien. Apabila biaya total dari metode yang diterapkan perusahaan adalah lebih tinggi dari metode EOQ, maka dapat dikatakan pengendalian persediaan dari perusahaan tersebut belum efesien.

Perhitungan biaya total persediaan (total inventory cost) dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

…………………………………………....................... (6)

Dimana:

TC = total cost (biaya total)

Q    = jumlah barang setiap pemesanan

D    = permintaan pertahun barang

S     = biaya pemesanan

H    = biaya penyimpanan pertahun

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PT. Artha Dinamis Sentosa merupakan perusahaan dagang yang menjual sparepart kendaraan bermotor. PT. Artha Dinamis Sentosa pertama kali didirikan di Jalan Anjasmoro No. 64 Surabaya pada tanggal 11 Januari 2000 oleh Bapak Alex Sugiono. Dengan berkembangnya perusahaan, pada tanggal 22 Mei 2007, perusahaan membuka cabang dengan Nama PT. Artha Dinamis Sentosa Bali yang beralamatkan di jalan Tunjung Sari No. 11 Denpasar, dan dipimpin oleh Bapak Bambang Sujanto.

Persediaan yang diadakan perusaahaan pada tahun 2016 mencapai 613 jenis barang dari pemasok berbeda di daerah Jakarta. Metode yang digunakan

perusahaan dalam menentukan kuantitas persediaan yang diadakan adalah dengan mempergunakan data historis dan dengan pertimbangan dari kepala cabang mengenai produk mana saja yang laris dipasaran dan menjadi perhatian beberapa tahun terakhir.

Tabel 1.

Total Biaya Persediaan PT Artha Dinamis Sentosa tahun 2016 Biaya pemesanan

biaya ekspedisi

Rp

45.019.213

biaya telepon

Rp

6.000.000

Biaya penyimpanan

(20% nilai persediaan)

Rp

187.583.652

Total

Rp 238.602.865

Sumber: Data sekunder diolah, 2018

Perusahaan mengadakan pemesanan jumlah unit barang dengan melihat

kuantitas maksimal per produk yang boleh ada digudang. Pada tahun 2016, perusahaan tercatat melakukan pemesanan sebanyak 187 kali dengan total biaya sebesar Rp 51.019.213. Jumlah persediaan yang diadakan perusahaan mencapai 615 jenis. Biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2016 sebesar Rp 187.583.652, sehingga total biaya persediaan PT. Artha Dinamis Sentosa Bali pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 238.602.865.

Tahap pertama dalam menetukan metode yang tepat dilakuakan perusahaan dalam rangka mengendalikan persediaan yaitu melakukan analisis ABC berdasarkan perhitungan nilai investasi.

Hasil analisis ABC pada Tabel 2 menunjukan persediaan sparepart dan aksesoris kendaraan bermotor kategori A merupakan persediaan yang nilai investasinya paling besar sehingga bisa dikatergorikan kelompok yang kritis sedangkan kategori B merupakan persediaan yang nilai investasinya sedang

sehingga bisa dikategorikan merupakan kelompok persediaan yang kurang kritis dan kategori C merupakan persediaan dengan nilai investasi yang kecil, sehingga bisa dikategorikan kelompok persediaan dengan dampak yang sangat kecil.

Tabel 2.

Hasil Analisis ABC Persediaan Barang Dagangan PT. Artha Dinamis Sentosa tahun 2016

KELOMPOK

JUMLAH KEBUTUHAN

ITEM

JUMLAH ITEM

PERSENTASE

RUPIAH

PERSENTASE

A

93

15,12%

Rp

3.977.985.403

80,16%

B

184

29,92%

Rp

730.439.885

14,72%

C

338

54,96%

Rp

254.244.011

5,12%

TOTAL

615

100,00%

Rp

4.962.669.299

100,00%

Sumber: Data sekunder diolah, 2018

PT. Artha Dinamis Sentosa Bali harus memilikibkontrol persediaansfisik yang lebih ketatapada klasifikasi barang A, barang tersebut mungkin ditempatkan di bagian yang lebih aman, dan akurasibcatatan persediaannyacuntukbbarang A harus lebihbsering diverifikasi. Meramalkan barang A memerlukansperhatian lebih dibandingnbarang lainnya. Dengan menggunakan metode ini, perusahaan menitikberatkan pada kelompok A yang bernilai strategis bagi perusahaan sehingga memanajemen kelompok A harus tepat agar kelangsungan hidup perusahaan berjalan baik (Wiagustini, 2014:181).

Kategori A merupakan persediaan yang kritis sehingga memerlukan perhatian yang lebih ketat oleh perusahaan, pada penelitian ini yang akan dikelola hanya kategori A saja. Selanjutnya dari kategori A tersebut dilakukan Penentuan economic order quantity (EOQ) untuk menentukan kuantitas pembelian dengan biaya yang ekonomis, penetuan savety stock untuk menentukan persediaan yang berguna untuk mengantisipasi ketidakpastian pasokan atau permintaan. Penentuan reorder point untuk menentukan titik dimana perusahaan melakukan pemesanan

kembali agar persediaan produk yang ada bisa tersedia sehingga mampu memperlancar aktivitas perusahaan, Penentuan Persediaan Maksimum untuk mengetahui seberapa banyak merupakan jumlah persediaan yang paling banyak ada digudang, perhitungan inventory turnover untuk menunjukan tingkat kecepatan perputaran persediaan menjadi kas atau piutang dagang.

Hasil analisis supplier 1 pada Tabel 3 menunjukan 26 jenis produk supplier 1 memperlihatkan hasil yang beragam. Kuantitas pemesanan ekonomis, persediaan pengaman, titik pemesanan kembali dan persediaan maksimal yang terendah ditujukan oleh produk DID VELG 215X18 (SPOKE 7,0 mm) dengan hasil EOQ sejumlah 9 pcs, SS sebanyak 2pcs, ROP pada kuantitas 3pcs, persediaan maksimal sebanyak 10 pcs, sedangkan yang terbesar ditujukan produk NILES FLASHER 2 PIN dengan hasil EOQ sebanyak 628 pcs, SS sejumlah 485 pcs, ROP pada kuantitas 779 pcs, persediaan maksimal sebanyak 1113 pcs. Produk DID VELG 215X18 (SPOKE 7,0 mm) dalam setahun dilakukan pemesanan sebanyak 5 kali, sedangkan produk NILES FLASHER 2 PIN dilakukan pemesanan sebanyak 12 kali.

Perbandingan inventory turnover (ITO) antara metode perusahaan dengan metode EOQ pada hasil perhitungan supplier 1, sebagian besar menunjukan hasil lebih besar dengan menggunakan metode EOQ dibandingkan dengan menggunakan metode perusahaan, ini menunjukan bahwa pengendalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ mampu mengkonversikan persediaan menjadi uang lebih cepat dibandingkan menggunakan metode perusahaan.

Tabel 3.

Hasil Perhitungan Pada Supplier 1

Nama Barang

Sat uan

EOQ

SS

ROP

Pers Max

ITO Prs hn.

ITO EO Q

BOSCH WS7F/NGK.BPM6A

pcs

531

367

590

898

9

12

BOSCH U4AC/NGK.C7HSA

pcs

339

150

241

489

8

14

BOSCH UR2CC/NGK.CPR8-EA9

pcs

172

39

62

210

6

8

BOSCH W5DC/NGK. BP7ES

pcs

135

24

38

159

3

5

DID VELG 140X17 (SPOKE 6,3 mm)

pcs

119

93

149

212

8

19

DID VELG 160X17 (SPOKE 7,0 mm)

pcs

90

63

101

153

12

35

DID VELG 140X19 (SPOKE 6,3 mm)

pcs

50

24

38

73

7

19

DID VELG 120X17 (SPOKE 5,5 M)

pcs

56

22

35

77

35

27

DID VELG 160X16 (SPOKE 6,3 mm)

pcs

30

9

14

38

7

8

DID VELG 215X17 (SPOKE 7,0 mm)

pcs

13

4

6

17

6

15

DID VELG 215X17 (SPOKE 7,0 mm)

pcs

20

7

11

27

12

48

DID VELG 160X14 (SPOKE 6,3 mm)

pcs

31

8

14

39

12

15

DID VELG 185X16 (SPOKE 7,0 mm)

pcs

20

5

8

25

5

13

DID VELG 140X18 (SPOKE 7,0 mm)

pcs

17

4

7

22

8

11

DID VELG 140X17 (SPOKE 5,5 mm)

pcs

42

12

18

54

10

15

DID VELG 215X18 (SPOKE 7,0 mm)

pcs

9

2

3

10

6

10

DID CHAINLUBE 280 ML

pcs

106

20

32

126

3

7

DID VELG 160X18 (SPOKE 7,0 mm)

pcs

19

4

6

23

7

11

DID VELG 160X21 (SPOKE 7,0 mm)

pcs

14

4

6

18

13

11

DID VELG 215X16 (SPOKE 7,0 mm)

pcs

12

3

4

14

12

11

DID VELG 140X14 (SPOKE 6,3 mm)

pcs

24

4

7

28

4

9

NILES FLASHER 2 PIN

pcs

628

485

779

1113

18

49

NILES FLASHER 2 PIN

pcs

157

42

67

199

49

42

NILES FLASHER 2 PIN

pcs

132

31

50

164

14

40

DID VELG 160X17 (SPOKE 7,0 mm)

pcs

18

4

7

22

14

19

NILES FLASHER 4 PIN/BOSCH

pcs

158

44

71

203

10

20

Sumber: Data sekunder diolah, 2018

Perhitungan economic order quantity, safety stock, reorder point, persediaan maksimum, dan inventory turnover dari 13 jenis produk pada supplier 2 menghasilkan hasil yang beragam. Hasil perhitungan Tabel 4 menunjukan kuantitas pemesanan ekonomis, persediaan pengaman, titik pemesanan kembali dan persediaan maksimal yang terendah ditujukan oleh produk ISZ KAD L TRUCK RR dengan EOQ sebanyak 8 set, savety stock sejumlah 1 set, ROP pada kuantitas 2 set dan persediaan maksimal sejumlah 10 set, sedangkan yang terbesar ditujukan produk SZK FUTURA DISC PAD/ CIVIC/T120 SS dengan hasil EOQ

sebanyak 48 set, savety stock sejumlah 14 set, ROP pada kuantitas 22 set dan

persediaan maksimal sejumlah 61 set. Produk ISZ KAD L TRUCK RR dalam setahun dilakukan pemesanan sebanyak 4 kali, sedangkan produk SZK FUTURA DISC PAD/ CIVIC/T120 SS dilakukan pemesanan sebanyak 7 kali.

Tabel 4.

Hasil Perhitungan

Pada Supplier 2

Nama Barang

Sat uan

EOQ

SS

ROP

Pers Max

IT O Prs hn.

IT O EO Q

MITS T120 FR/L300 B FR

set

33

15

24

48

9

22

MITS CANTER T200 FR/Diesel

set

19

9

14

28

13

22

ISZ KAD L TRUCK FR/NHR 55/ELF

set

22

9

15

32

18

33

MITS CANTER T200 RR/Diesel

set

18

7

12

25

12

24

TYT KIJANG SUPER KF 40/50 RR

set

33

13

20

45

7

15

SZK ST 100FR/RR

set

31

10

16

41

5

8

MITS T120 RR

set

26

8

14

35

6

10

MITS L 300 D. RR/KUDA D&B RR

set

18

6

9

24

7

19

MITS L 300 B RR

set

18

5

8

24

9

25

ISZ KAD L TRUCK RR

set

8

1

2

10

2

5

TYT KIJANG SUPER KF.50 FR DISC

PAD (5k)

set

35

9

15

45

8

13

SZK FUTURA DISC PAD/ CIVIC/T120 SS

set

48

14

22

61

39

26

DHT TARUNA/AVANZA/ XENIADISC

PAD

set

34

10

16

44

8

13

Sumber: Data sekunder diolah, 2018

Perbandingan inventory turnover (ITO) antara metode perusahaan dengan

metode EOQ pada hasil perhitungan supplier 2, menunjukan hasil lebih besar dengan menggunakan metode EOQ dibandingkan dengan menggunakan metode perusahaan, ini menunjukan bahwa pengendalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ mampu mengkonversikan persediaan menjadi uang

lebih cepat dibandingkan menggunakan metode perusahaan.

Tabel 5 menunjukan peritungan 10 produk supplier 3 menghasilkan kuantitas pemesanan ekonomis, persediaan pengaman, titik pemesanan kembali dan persediaan maksimal yang beragam. Kuantitas yang terendah ditujukan oleh produk SCHOOTER BELT KYMCO METICA dengan hasil EOQ adalah 27 pcs,

SS sebanyak 4 pcs, ROP sebanyak 6 pcs dan persediaan maksimal sebanyak 30, sedangkan yang terbesar ditujukan produk Liquid Gasket TB 1104 ECO 25gr dengan hasil EOQ adalah 2.883 pcs, SS sebanyak 2.703 pcs, ROP sebanyak 4.341 pcs dan persediaan maksimal sebanyak 5.586. Produk SCHOOTER BELT KYMCO METICA dalam setahun dilakukan pemesanan sebanyak 3 kali, sedangkan produk Liquid Gasket TB 1104 ECO 25gr dilakukan pemesanan sebanyak 24 kali.

Tabel 5.

Hasil Perhitungan Pada Supplier 3

Nama Barang             Sat  EOQ   SS   ROP  Pers

uan                     Max

IT   IT

O   O

Prs  EO

hn.   Q

Liquid Gasket TB 1104 ECO 25gr         pcs   2883   2.703   4.341   5586

Liquid Gasket TB 1104 ECO 50gr        pcs   962    453    728    1415

SILICON GLUE TB SS2-75gr (RED)     pcs  355    116    186    471

Liquid Gasket TB 1104 ECO 100gr       pcs   334    97     156    431

KS-H01 KSK BS HONDA BEBEK       set   673   331    532    1004

KS-H05 KSK BS YAMAHA MIO        set  249   76    122   325

KS-H01 KSK BS SUZUKI BEBEK       set   421    138    221    559

KS-H03 KSK BS HONDA VARIO       set   182   40    64    222

KS-H03 KSK BS YAMAHA ALFA       set   323   76    122   399

SCHOOTER BELT KYMCO METICA   pcs  27    4     6     30

20    25

58    33

68    36

15    16

8      16

17    14

33    32

6     9

13    14

7      11

Sumber: Data diolah, 2018

Perbandingan inventory turnover (ITO) antara metode perusahaan dengan metode EOQ pada hasil perhitungan supplier 3, sebagian besar menunjukan kuantitas yang lebih besar dengan menggunakan metode EOQ dibandingkan dengan menggunakan metode perusahaan, ini menunjukan bahwa pengendalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ mampu mengkonversikan persediaan menjadi uang lebih cepat dibandingkan menggunakan metode perusahaan.

Tabel 6.

Hasil Perhitungan Pada Supplier 4

Nama Barang

Sat uan

EOQ

SS

ROP

Pers Max

IT O Prs hn.

IT O EO Q

GOLD SHINE NS 70

pcs

13

8

13

21

196

54

GOLD SHINE GM5Z-3B KIT

pcs

44

15

23

58

2

5

GOLD SHINE NS 60

pcs

15

8

13

23

87

47

GOLD SHINE NS 40

pcs

14

6

10

20

18

25

GOLD SHINE N 50 Z

pcs

1

0

0

1

2

3

GOLD SHINE N 50

pcs

6

1

2

7

22

18

GOLD SHINE N 70

pcs

4

1

1

5

30

34

GOLD SHINE N 70 Z

pcs

3

1

1

4

3

7

GS MF BATTERY GTZ-7S-BS

pcs

15

3

5

18

11

10

GS MF BATTERY GM5Z-3B-BS

pcs

20

4

7

25

22

23

GOLD SHINE NS 40 Z

pcs

4

1

1

5

3

6

GOLD SHINE N 100

pcs

2

0

1

3

9

14

GOLD SHINE GM7Z-4A

pcs

7

1

1

8

3

5

GOLD SHINE N 120

pcs

1

0

0

1

0

6

GS MF BATTERY GM7B-4B-BS

pcs

5

0

1

5

2

4

GS MF BATTERY GTZ-5S-BS

pcs

29

9

15

38

1

4

Sumber: Data sekunder diolah, 2018

Tabel 6 menunjukan perhitungan supplier 4 menghasilkan kuantitas

pemesanan ekonomis, persediaan pengaman, titik pemesanan kembali dan persediaan maksimal yang beragam. Kuantitas yang terendah ditujukan oleh produk GOLD SHINE N 120 dan produk GOLD SHINE N 50 Z dengan hasil masing-masing adalah 1 pcs ; 0 pcs ; 0 pcs ; 1 pcs, sedangkan yang terbesar ditujukan produk GOLD SHINE GM5Z-3B KIT dengan hasil masing-masing adalah 44 pcs ; 15 pcs ; 23 pcs ; 58 pcs. Produk GOLD SHINE N 120 dilakukan pemesanan sebanyak 2 kali, produk GOLD SHINE N 50 Z dalam setahun

dilakukan pemesanan sebanyak 3 kali, sedangkan produk Liquid Gasket TB 1104 ECO 25gr dilakukan pemesanan sebanyak 9 kali. Perbandingan inventory turnover (ITO) antara metode perusahaan dengan metode EOQ pada hasil perhitungan supplier 4, sebagian besar menunjukan kuantitas yang lebih besar dengan menggunakan metode EOQ dibandingkan dengan menggunakan metode

perusahaan, ini menunjukan metode EOQ mampu mengkonversikan persediaan menjadi uang lebih cepat dibandingkan menggunakan metode perusahaan.

Tabel 7.

Hasil Perhitungan Pada Supplier 5

Nama Barang

Sat uan

EOQ

SS

ROP

Pers Max

IT O Prs hn.

IT O EO Q

NLK Topset PRIMA/GRAND/SUPRA

set

124

124

200

248

212

58

NLK Fulset PRIMA/GRAND/SUPRA

set

51

33

54

84

4

7

NLK Topset SHOGUN (3LAYER) T

set

47

31

49

77

8

11

NLK Topset LEGENDA/FIT

set

77

52

83

128

99

43

NLK Topset MIO

set

63

36

58

99

8

12

NLK Topset SUPRA=SUPRA X

set

58

27

43

85

7

8

NLK Topset KHARISMA/KIRANA

set

54

26

42

80

16

22

NLK Fulset SUPRA

set

16

3

6

20

2

4

NLK Topset JUPITER Z

set

50

20

33

71

6

10

NLK Fulset LEGENDA

set

35

16

26

51

17

23

NLK Fulset KHARISMA/KIRANA

set

28

14

23

43

11

9

NLK Topset VARIO

set

43

18

29

60

11

15

NLK Topset TIGER 2000

set

36

13

20

48

5

9

NLK Fulset MIO

set

25

9

15

34

16

14

NLK Fulset SGOHUN (3LAYER)T

set

19

5

8

24

3

5

NLK Topset SMASH

set

44

13

21

57

5

8

NLK Topset VEGA ZR

set

36

10

17

46

10

15

NLK CLUTCH (NON-AS) C.70, C800

pcs

265

85

136

349

31

28

NLK Topset JUPITER MX

set

39

13

21

52

15

19

NLK Fulset JUPITER MX

set

31

11

18

42

27

20

NLK Fulset TIGER 2000

set

22

6

10

29

11

14

NLK Fulset VARIO

set

20

6

10

26

7

10

NLK Cyl. Block

SUPRA/PRIMA/GRAND

pcs

230

70

112

300

7

11

NLK Fulset BLADE/REVO/ABSOLUTE

set

18

5

8

23

6

9

Sumber: Data sekunder diolah, 2018

Tabel 7 menunjukan dari 24 produk supplier 5 menghasilkan kuantitas

pemesanan ekonomis, persediaan pengaman, titik pemesanan kembali dan persediaan maksimal yang bervariasi. Kuantitas yang terendah ditujukan oleh produk NLK Fulset SUPRA dengan hasil EOQ adalah 16 set, SS sebanyak 3 set, ROP pada kuantitas 6 set dan persediaan maksimal sebanyak 20 set, sedangkan yang terbesar ditujukan produk NLK CLUTCH (NON-AS) C.70, C800 dengan hasil EOQ adalah 265 pcs, SS sebanyak 85 pcs, ROP pada titik 136 pcs dan

persediaan maksimal sebanyak 349 pcs. Produk NLK Fulset SUPRA dalam setahun dilakukan pemesanan sebanyak 6 kali, sedangkan produk NLK CLUTCH (NON-AS) C.70, C800 dilakukan pemesanan sebanyak 8 kali. Perbandingan inventory turnover (ITO) antara metode perusahaan dengan metode EOQ pada hasil perhitungan supplier 5, sebagian besar menunjukan kuantitas yang lebih besar dengan menggunakan metode EOQ dibandingkan dengan menggunakan metode perusahaan, ini menunjukan bahwa pengendalian persediaan dengan menggunakan metode EOQ mampu mengkonversikan persediaan menjadi uang lebih cepat dibandingkan menggunakan metode perusahaan.

Tabel 8.

Hasil Perhitungan Pada Supplier 6

Nama Barang

Sat

EOQ

SS

ROP

Pers

IT

IT

uan

Max

O

O

Prs

EO

hn.

Q

SWA WHEEL

DISC

6.00GS

X

16

(6

pcs

11

3

6

14

43

27

HOLE)

SWA WHEEL

DISC

6.00GS

X

16

(5

pcs

8

2

3

10

27

20

HOLE)

SWA WHEEL

DISC

6.00GS

X

16

(5

pcs

8

2

3

10

26

19

HOLE)Elt/Isz/L

SWA WHEEL

DISC

6.00GS

X

16

(5

pcs

6

1

2

7

10

9

HOLE)12mm

Sumber: Data sekunder diolah, 2018

Tabel 8 menunjukan dari 4 produk supplier 6 menghasilkan kuantitas pemesanan ekonomis, persediaan pengaman, titik pemesanan kembali dan persediaan maksimal yang bervariasi. Kuantitas yang terendah ditujukan oleh produk SWA WHEEL DISC 6.00GS X 16 (5 HOLE) 12mm dengan hasil EOQ adalah 6 pcs, SS sebanyak 1 pcs, ROP pada kuantitas 2 pcs dan persediaan maksimal sebanyak 7 pcs, sedangkan yang terbesar ditujukan produk SWA WHEEL DISC 6.00GS X 16 (6 HOLE) dengan hasil EOQ adalah 11 pcs, SS

sebanyak 3 pcs, ROP pada titik 6 pcs dan persediaan maksimal sebanyak 14 pcs. Produk SWA WHEEL DISC 6.00GS X 16 (5 HOLE) 12mm dalam setahun dilakukan pemesanan sebanyak 4 kali, sedangkan produk SWA WHEEL DISC 6.00GS X 16 (6 HOLE) dilakukan pemesanan sebanyak 8 kali. Perbandingan inventory turnover (ITO) antara metode perusahaan dengan metode EOQ pada hasil perhitungan supplier 6, sebagian besar menunjukan kuantitas yang lebih rendah dengan menggunakan metode EOQ dibandingkan dengan menggunakan metode perusahaan, ini menunjukan bahwa pengendalian persediaan dengan menggunakan metode perusahaan mampu mengkonversikan persediaan menjadi uang lebih cepat dibandingkan menggunakan metode perusahaan.

Dengan adanya hasil perhitungan EOQ, Savety Stock, Reorder Point dan persediaan maksimal pada sulpier 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 tersebut perusahaan mengetahui bagaimana penanganan persediaan pada masing-masing item persediaan barang dagangan. Perusahaan harus memperhatikan seberapa banyak kuantitas pemesanan pada tiap-tiap produk agar memperoleh biaya persediaan yang mimimal dengan cara melakukan pemesanan sebanyak kuantitas EOQ, perusahaan juga perlu memperhatikan seberapa banyak kuantitas produk yang perlu diadakan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan dengan melakuakan pengadaan persediaan pengaman sebanyak kuantitas pada SS, titik pemesanan kembali dilakukan pada saat kuantitas sejumlah ROP agar persediaan yang diadakan sampai di gudang pada saat persediaan di gudang mendekati nol, agar tidak terjadi kekurangan persediaan. Pesediaan maksimal yang ada digudang sebesar kuantitas pada persediaan maksimal pada masing-masing item persediaan

agar tidak berlebihan dan membebani keuangan perusahaan. Dengan melakukan pengendalian persediaan perusahaan mampu meminimalkan biaya persediaan dan meningkatkan efisiensi perusahaan.

Tahap kedua yaitu menghitung Total Biaya Persediaan. Total Biaya Persediaan menunjukan total biaya dari komponen biaya pembelian dan biaya penyimpanan. Total biaya persediaan menunjukan besaran rupiah yang dikeluarkan perusahaan untuk menangani persediaan yang dimiliki selama satu periode. Bersarya total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan apabila dengan penerapan metode pengendalian persediaan adalah sebagai berikut:

Tabel 9.

Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan

Metode Perusahaan

Metode EOQ

Biaya Penyimpanan

Biaya Pemesanan

Biaya Penyimpanan

Biaya Pemesanan

(Rupiah)

(Rupiah)

(Rupiah)

(Rupiah)

149.983.129

10.203.843

76.105.208

25.069.837

160.186.971

101.175.045

Sumber: Data Sekunder diolah, 2018

Dari hasil perhitungan pada Tabel 9, perbandingan biaya yang dihasilkan dari metode yang diterapkan perusahaan dengan metode EOQ yang mana biaya persediaan dengan menggunakan metode perusahaan saat ini adalah Rp 160.186.971 sedangkan apabila perusahaan menggunakan metode EOQ, biaya persediaan yang dikeluarkan pada tahun 2016 sebesar Rp 100.175.045 jadi apabila perusahaan menggunakan metode EOQ, maka perusahaan memperoleh penghematan atau efisiensi biaya sebesar Rp 59.011.926.

IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, kinerja manajemen persediaan barang dagangan PT. Artha Dinamis Sentosa Bali dapat disimpulkan bahwa

analisis ABC yang dilakukan pada persediaan barang dagangan PT. Artha Dinamis Sentosa Bali tahun 2016. Perusahaan mengetahui kelompok barang yang dikategorikan kritis, yang memerlukan perhatian lebih dari perusahaan berjumlah 93 item persediaan, kelompok ini dinamakan kategori A. perushaan mengetahui kelompok persediaan barang dagangan yang dikategorikan agak kritis berjumlah sebanyak 184 item dan kategori kurang kritis sebanyak 338 item. Dengan mengetahui klasifikasi tersedbut, perusahaan mengetahui item-item mana saja yang menghabiskan modal yang besar dan mengetahui bahwa item A perlu untuk dilakukan manajemen yang baik.

Hasil perhitungan EOQ pada barang dagangan PT. Artha Dinamis Sentosa tersebut, perusahaan mengetahui berapa banyak kuantitas yang dipesan dan berapa kali melakukan pemesanan agar meminimalkan total biaya persediaan pada klasifikasi produk A. Perhitungan savety stock pada klasifikasi produk A menunjukan jumlah persediaan minimal masing-masing jenis barang dagangan. Hasil perhitungan savety stock tersebut, perusahaan mengetahui seberapa banyak persediaan pengaman yang perlu diadakan untuk mengantisipasi kekurangan stok barang dagangan apabila ada keterlambatan.

Hasil perhitungan reorder point atau titik pemesanan kembali pada klasifikasi A menunjukan seberapa banyak kuantitas persediaan sehingga perlu untuk melakukan pemesanan kembali. Perusahaan mengetahui kapan harus memesan kembali, apabila persediaan di gudang telah mencapai titik tersebut, agar tidak terjadinya kekosongan persediaan di gudang dan mengakibatkan kehilangan penjualan. Perusahaan mengetahui bahwa inventory turnover yang

dimiliki perusahaan dengan metode pengendalian persediaan perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan penanganan persediaan klasifikasi A menggunakan metode EOQ. Penanganan persediaan klasifikasi A menggunakan metode EOQ mampu mengembalikan dan memutar modal lebih cepat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: pertama, PT. Artha Dinamis Sentosa Bali seharusanya menerapkan penanganan persediaan dengan melakukan berbagai tahapan yaitu: mengelompokan persediaan kedalam tiga kategori yaitu: persediaan kritis, persediaan kurang kritis, dan persediaan yang menggunakan modal kecil, setelah itu melakukanan pemesanan pada titik pemesanan yang ekonomis, mengadakan persediaan pengaman untuk mengantisipasi ketidakpastian permintaan, selanjutnya melakukan pemesanan pada saat persediaan mencapai kuantitas untuk melakukan pemesanan kembali agar tidak terjadi kekurangan persediaan, sehingga mampu meminimalkan biaya persediaan dan memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Kedua, sistem pengendalian persediaan yang diterapkan perusahaan belum efisien. Hal ini dibuktikan dari Total Biaya Persediaan yang dikeluarkan perusahaan pada tahun 2016 dengan menggunakan metode perusahaan adalah sebesar Rp 160.186.971, apabila perusahaan menerapkan pengendalian persediaan dengan analisis ABC, penentuan EOQ, penentuan savety stock, dan penentuan reorder point, maka total biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah sebesar Rp 100.175.045, hal ini menunjukan dengan melakukan pengendalian persediaan, perusahaan mampu mengefisienkan biaya sebesar Rp 59.011.926.

Berdasakan kesimpulan diatas, beberapa saran yang mampu untuk dikemukakan adalah: Sebaiknya perusahaan melakukan peninjauan kembali terhadap metode yang dilakukan maupun kebijakan yang dikeluarkan perusahaan dalam pengadaan dan penanganan persediaan barang dagangan. PT. Artha Dinamis Sentosa Bali harus mempertimbangkan penerapan pengendalian persediaan dengan melakukan penanganan persediaan dengan mengelompokan persediaan kedalam tiga kategori yaitu: persediaan kritis, persediaan kurang kritis, dan persediaan yang menggunakan modal kecil untuk mempermudah perusahaan dalam memberikan penanganan persediaan, setelah itu melakukan pemesanan pada titik pemesanan yang ekonomis, mengadakan persediaan pengaman untuk mengantisipasi ketidakpastian permintaan, selanjutnya melakukan pemesanan pada saat persediaan mencapai kuantitas untuk melakukan pemesanan kembali agar tidak terjadi kekurangan persediaan, Karena itu, perusahaan akan mampu meningkatkan kinerja manajemen persediaan barang dagangan dan mampu meminimalkan biaya persediaan sehingga keuntungan perusahaan meningkat.

Penelitian ini hanya terbatas pada metode economic order quantity (EOQ) yang distandarkan. Untuk penelitian selanjutnya bisa dilakukan dengan menggunakan metode periode order quantity (POQ) tergantung pada jenis usaha untuk menentukan apakah metode POQ mampu mengefisienkan biaya persediaan. REFERENSI

Andira, Olivia Elsa. 2016. Analisis Persediaan Bahan Baku Tepung Terigu Menggunakan Metode EOQ (Economic Order Quantity) Pada Roti Puncak Makassar. Jurnal Ekonomi Bisnis Volume, 21(3), hal: 201-208.

Arogordon, Stephen. And Gupte, Jaideep. 2016. Overview of the classic economic order quantity approach to inventory management. The Business Age, pp: 1-16.

Astuti, I G.A. Widi., Cipta, Wayan. dan Ary Meitriana, Made. 2013. Penerapan Metode Economic Order Quantity Persediaan Bahan Baku Pada Perusahaan Kopi Bubuk Bali Cap “Banyuatis”. Jurnal Manajemen, 4 (1), hal: 1-13.

Barwa, Talatu Muhammad. 2015. Inventory Control as an Effective DecisionMaking Model and Implementations for Company’s Growth. International Journal of Economics, Finance and Management Sciences, 3(5), pp: 465472.

Brahmandhika, I. B. Manik., Dewi, Ratna Komala., dan Suamba I.K. 2016. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, 5(3), hal: 618-628.

Dwivedi, Surabhi., Kumar, Arun. and kothiyal, Preeti. 2012. Inventory Management: A Tool of Identifying Items That Need Greater Attention for Control. IC Journal, Vol. 1 (7), pp: 1-5.

Fahmi, Ilham. 2012. Analisis Laporan Kuangan. Bandung: Alfabeta.

Godana, Elema Boru. and Ngugi, Karanja. 2014. Determinants of Effective Inventory Management at Kenol Kobil Limited. European Journal of Business Management, 1(11) pp: 1-19.

Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen persediaan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Hani, Ummu., Basri, Mursyid Hasan. dan Winarso, Dwi. 2013. Inventory Management of Medical Consumables in Public Hospital: A Case Study. Management. 3(2), pp: 128-133.

Heizer, Jay. and Barry Rander. 2014. Manajemen Operasi edisi 11 (Manajemen Keberlangsungan dan Rantai Pasokan). Jakarta: Salemba Empat.

Imeokparia, Lawrence. 2013. Inventory Management System and Performance of Food and Beverages Companies in Nigeria. IOSR Journal of Mathematics (IOSR-JM), 6(1), pp: 24-30.

Kasmir, 2012. Analisis Laporan Keuangan Cetakan Keempat. Jakarta: Rajawali Pers.

Kotb, K. A. M. and Fergany, Hala A. 2011. Multi-Item EOQ Model with Varying Holding Cost: A Geometric Programming Approach. International Mathematical Forum, 6(23), pp: 1135 – 1144.

Lestari, Rianti Indah. 2015. Designing Inventory Management System: A Case Of Retail Store In Cianjur, Indonesia. Proceedings of International Conference on Management Finance Economics, pp: 275-282.

Listyorini, Puguh Ika. 2016. Perencanaan dan Pengendalian Obat Generik Dengan Metode Analisis ABC, EOQ dan ROP (Studi Kasus di Unit Gudang Farmasi Rs Pku ‘Aisyiyah Boyolali). Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 6(2), hal:19-25.

Mahatme, MS., Dakhale, GN., Hiware, SK., Shinde, AT., Salve, AM. 2013. Medical Store Management: An Integrated Economic Analysis of a Tertiary Care Hospital in Central India. Journal of Young Pharmacists, 4(2), pp: 114-118.

Maukar, Anastasia L., Johan, Oscar Ong. and Christananda, Yosua. 2013. Implementing Economic Order Interval for Multiple Items to Reduce Total Inventory Cost. INASEA, 14(1), pp: 1-14.

Michell, Suharli. 2006. Akuntansi Untuk Bisnis Jasa Dagang. Delta Buku Yogyakarta

Mogere, Kennedy Maeba., Oloko, Dr. Margaret. and Okibo, Dr Walter. 2013. Effect of Inventory Control Systems on Operational Performance of Tea Processing Firms: A Case Study of Gianchore Tea Factory, Nyamira County, Kenya. The International Journal of Business & Management, 1(5), pp: 12-27.

Moridipour, Hamid. and Mousavi, Zahra. 2014. Relationship between inventory turnover with gross profit margin and sales shocks. International Research Journal of Applied and Basic Sciences, 8(8), pp: 1106-1109.

Munawir, S. 2010. Analisis Laporan Keuangan Edisi Keempat Cetakan Kelima Belas. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Nilawati, Anita. dan Giyanti, Ida. 2016. Integrasi Metode ABC dan Multi Item EOQ with Discount dalam Pengendalian Persediaan Obat Dispensing (Studi Kasus: Apotek XYZ). Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi, 4(2), hal: 5-11.

Nurhasanah, Siti. 2012. Analisis Persediaan Solar Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada Pt Anugerah Bara Kaltim. Jurnal EKSIS, 8(2), hal: 2354-2357.

Pattnaik, Monalisha. 2014. Deteriorated Economic Order Quantity (EOQ) Model with Variable Ordering Cost. Thailand Statistician, 12(1) pp: 83-95.

Pujawan, I. N. dan Mahendrawati. 2010. Supply Chain Management ed2. Surabaya: Guna Widya.

Puspika, Juliana. dan Anita, Desi. 2013. Inventory Control dan Perencanaan Persediaan Bahan Baku Produksi Roti Pada Pabrik Roti Bobo Pekanbaru. Jurnal Ekonomi, 21(3), hal: 1-15

Rasadanu, Alin Constantin. 2016. Inventory Management, Service Level and Safety Stock. Journal of Public Administration, Finance and Law, issue 9 pp: 145-153.

Ristono, Agus. (2013). Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sakkung, Carien Valerie. dan Sinuraya, Candra. 2011. Perbandingan Metode Eoq (Economic Order Quantity) dan Jit (Just in time) Terhadap Efisiensi Biaya Persediaan dan Kinerja Non-Keuangan (Studi Kasus Pada PT Indoto Tirta Mulia). Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, 5(2), hal: 1-19.

Sampeallo, Yulius Gessong. 2012. Analisis Pengendalian Persediaan Pada UD. Bintang Furniture Sangasanga. Jurnal eksis, 8(1), hal: 2032-2035.

Shu, Xu Hong. dan Indriyani, Ratih. 2015. Analisis Inventory Management Pada Pt. Sarana Lubritama Semesta. AGORA, 3(1), hal: 470-476.

Soni, Harsh., Pitroda, Jayeshkumar. and Bhavshar, J.J. 2016. Analyzing Inventory Material Management Control Technique on Residential Concruction Project. International Journal of Advanced Research in Engineeing, Science & Management, 2(3), pp: 3071-3077.

Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta.

Suswardji, Edi. dan Eman, S., Ratnaningsih, Ria. 2012. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada Pt. Nt Piston Ring Indonesia di Karawang. Jurnal Manajemen, 10(1).

Syafitri, Lili. 2015. Pengaruh Inventory Turnover dan Total Asset Turnover Terhadap Profitabilitas Pada CV. Teluk Kenanga Ogan Ilir. Jurnal Ilmiah STIE MDP, 4(2), hal: 74-83.

Takim, Stephen. A. 2014. Optimization of Effective Inventory Control and Management in Manufacturing Industries: Case Study of Flour Mills Company Calabar, Nigeria. Journal of Emerging Trends in Engineering and Applied Sciences (JETEAS), 5(4), pp: 265-276

Tuerah, Michel Chandra. 2014. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ikan Tuna Pada Cv. Golden KK. Jurnal EMBA, 2(4), hal: 524-536.

Valerie Sakkung, Carien. dan Sinuraya, Candra. 2011. Perbandingan Metode Eoq (Economic Order Quantity) Dan Jit (Just in Time) Terhadap Efisiensi

Biaya Persediaan Dan Kinerja Non-Keuangan (Studi Kasus Pada Pt Indoto Tirta Mulia). Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, 2(5), hal: 1-19.

Wardhani, Parwita Setya. Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Dengan Metode EOQ. Media Mahardhika, 13(3), hal: 310-328.

Wiagustini, Ni Luh Putu. (2014). Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana University Press.

Yanti, Tina Hari. dan Farida, Yeni. 2016. Analisis ABC Dalam Perencanaan Obat Antibiotik Di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta. Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 01, hal: 51-57.

5627