E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4510-4537

ISSN : 2302-8912

PERAN ELCP DALAM MENGEMBANGKAN PROGRAM BAHASA INGGRIS UNTUK PENCAPAIAN STANDAR ‘WORLD CLASS UNIVERSITY’

I Gusti Bagus Honor Satrya

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, Bali, Indonesia email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembentukan dan menjalankan program English Language Class Program (ELCP) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dalam mencapai standar predikat ‘World Class University’ melalui manajemen pendidikan yang efektif di tingkat universitas dan fakultas. Sampel yang digunakan untuk melakukan penelitian ini dari mahasiswa program ELCP program reguler tingkat sarjana tahun angkatan 2015 dan 2016 dari tiga jurusan yaitu: Kejurusan Manajemen, Kejurusan Akuntansi dan Kejurusan Ekonomi Pembangunan. Ukuran sampel yang akan membantu menjelaskan peran ELCP mencakupi 93 responden. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada semua mahasiswa dan mahasiswi yang melakukan program ELCP. Penelitian ini menggunakan metode ‘Likert 5 (lima) points’ untuk mengukur tiga puluh empat (34) pertanyaan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik ‘Deskriptif’. Hasil analisis akan membantu menunjukan peran program ELCP berdampak positif terhadap pencapaian predikat ‘World Class University’. Seterusnya menentukan bahwa ELCP mesti di kembangkan di tingkat fakultas dan di tingkat universitas akan membantu daya saing Universitas Udayana dalam skala nasional dan internasional.

Kata kunci: bahasa inggris, english language class program, peran elcp, world class

university

ABSTRACT

This research tries to discover the effects of the development and the implementation of undertaking an English Language Class Program (ELCP) at the Faculty of Economics and Business in Udayana University in order to achive the level of a ‘World Class University’ through good management of education at the university level and faculty level. The sample that will be utilised for the this research will be from the current ELCP regular program at the bachelor level students from years 2015 and 2016 in which are made up of three disticnt concentrations which are: Management, Accounting and Economics Studies. The sample size that will be used to show the correlation of the ELCP program in the achievement of the ‘World Class University’ standard will be 93 recipients. The data gathering is done through undertaking questionaires and obsrvations of all students that are currently undergoing the ELCP program. This research will be using the ‘Likert 5 (five) points method in the measurement of the thirty four (34) questions within the questionaire. The analysis that will be conducted will be using a ‘Descriptive’ technic. The result of this analysis is to show the role of the ELCP program that effects positively the achievement of the standard of ‘World Class University. Furthermore, it will be possible to indicate that ELCP should be further developed at the faculty level dan also at the university level in which can create positive competitiveness for Udayana University at the national level and also the International level.

Keywords: english language, english language class program, the role of elcp, world class

university

PENDAHULUAN

Di jaman persaingan global semakin ketat diantara banyak institusi pendidikan di tingkat nasional dan di tingkat internasional, peran menggunakan ‘Bahasa Inggris’ selalu menjadi suatu predikat standar peningkatan dalam sifat berkompetisi dan akademisi tingkat nasional, regional dan internasional. Dimana bahasa inggris menjadi salah satu standar untuk bisa melakukan komunikasi, negosiasi dan kerjasama yang dipacu oleh hampir semua negara yang bersaing di era globalisasi. Menurut Sudrajat (2015, 13-24) Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang dianggap penting untuk tujuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya, serta pengembangan hubungan antara bangsa di dunia. Hal ini dikarenakan globalisasi telah memberikan kesempatan kepada sebagian besar individu untuk dapat berinteraksi dengan individu lain tanpa adanya batasan ruang dan waktu (transformation of space and time) (Giddens 1999:35).

Akan tetapi perkembangan standar berbahasa inggris menjadi suatu perkembangan yang masih jauh dari memuaskan karena rendahnya praktisi akademik berkenan menjalankan atau menggerakan program kelas berbasis bahasa inggris sepenuhnya dalam proses pembelajaran dan kurikulum yang ditawarkan di tingkat universitas negeri di Indonesia. Hermayawati (2010) mengutarakan bahwa frekuensi pembelajaran di perguruan tinggi juga kurang mendukung untuk peningkatan kualitas pembelajaran bahasa inggris. Dimana masih ada vakum terhadap pergerakan pendidilan dan kurikulum yang memberikan kesempatan bagi akademisi dan mahasiswa untuk melatih, menggunakan dan mengoptimalkan kapasitas berbahasa inggris dalam proses pembelajara, penelitian dan interaksi

skala internasional. Situasi ini mengindikasikan butuhnya perubahan ke arah yang produktif terhadap penggunaan bahasa inggris. Akan tetapi inisiatif pergerakan sementara ini belum memiliki dukungan dan komitmen sepenuhnya dari tingkat kementrian atau tingkat universitas dalam mengapresiasi pentingnya penggunaan berbahasa inggris di luar bahasa nasional bahasa Indonesia. Ini di karenakan terjadinya kurang insentif, pengertian dan dukungan yang penuh terhadap potensi menggunakan bahasa inggris di era globalisasi baik bagi universitas ataupun buat negara.

Di tingkat Asia, Indonesia masih jauh dalam penggunaan berbahasa inggris di tingkat akademisi. Dimana perkembangan dan persaingan negara-negara di tingkat regional di wilayah ASEAN (Association of South East Asian Nations) menjadi semakin sengit dimana Indonesia masih membutuhkan banyak dukungan, perbaikan dan keseriusan dalam mengaplikasikan penggunaan berbahsa inggris dalam proses pembelajaran terutama di tingkat universitas. Menurut Handayani (2015) perkembangan ASEAN community diperlukan berbagai persiapan untuk lebih siap dalam kancah pasar bebas komunitas ASEAN, dimana salah satu hal yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan menghadapi ASEAN community adalah penguasaan berbahasa inggris. Pembelajaran bahasa inggris merupakan sebuah tolak ukur pencapaian standar internasional. Oleh karena itu banyak orang di seluruh dunia mempelajari bahasa inggris karena mayoritas orang mengatahui manfaat yang diperoleh mendalami kapasitas berbahasa inggris dalam berinteraksi secara global. Ada banyak manfaat bahasa Inggris yang kita ketahui bahkan masih banyak yang belum diketahui secara keseluruhan. Bastrkmen (2006:18)

mengutarakan bahwa bahasa inggris yang diperlajar tidak untuk kepentingan diri sendiri atau demi memperoleh pendidikan umum saja, tetapi demi kelancaran jalan masuk atau efisiensi linguistik yang lebih besar dalam akademik, profesional atau lingkungan tempat kerja. Pemakaian bahasa Inggris juga mulai banyak digunakan di bidang non pendidikan misalnya dalam bidang ekonomi dan bisnis. Negara-negara seperti Cina, Korea Selatan, Jepang, Jerman, dan Belanda menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua sehingga mampu menjalin kerjasama perdagangan dengan negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Sehingga berbagai macam dokumen perdagangan pun menggunakan bahasa Inggris, ini menunjukkan bahwa bahasa Inggris tidak hanya bermanfaat di bidang pendidikan, tetapi dalam bidang- bidang yang lain (Fitriana, 2011).

Konsep berpikir akademisi selama ini terlalu sempit dalam menyikapi arti dan kegunaan belajar bahasa Inggris sebagai bagian yang wajib di tingkat universitas karena faktor ketakutan dalam penggunaan, keraguan dalam berbicara, kesempatan penggunaan yang kurang didukung, dan dukungan struktur pendidikan nasional yang kurang memberi ruang bagi implementasi bahasa inggris sebagai opsi atau pilihan yang konstruktif dan kompetitif bagi akademisi dan mahasiswa yang berminat untuk bersaing positif di era globalisasi. Ini berpeluang membuka kesempatan buat mahasiswa dan akademisi mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan interaksi berskala global dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk membina karir di dunia internasional secara efektif dan membuka kesempatan bagi akademisi menelusuri kerjasama skala internasional yang akan

membantu perkembangan dan persaingan di tingat internasional. Menurut Fitriana (2011) ada beberapa manfaat bahasa Inggris secara umum yang bisa memotivasi dan merangsang minat belajar.

Pelajaran bahasa Inggris memang menjadi pelajaran wajib bagi semua siswa bahkan yang bukan dari jurusan bahasa Inggris. Undang-Undang Sisdiknas (2003:15) “Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik”. Pengembangan karir kerja tingkat internasional tergiur oleh seorang yang memiliki kompetensi dalam penggunaan berbahasa Inggris. Kecakapan ini akan menjadi nilai lebih bagi calon pelamar kerja karena mereka dianggap lebih kompetitif dari yang tidak / kurang cakap berbahasa Inggris. Umumnya mahasiswa belajar bahasa inggris bukan karena mereka tertarik dalam Bahasa Inggris atau budaya asing, tetapi karena mereka memnutuhkan Bahasa Inggris untuk belajar ataupun untuk tujuan pekerjaan. (Robinson, 1991:2). Meningkatkan kesempatan untuk ke luar negeri bagi mahasiswa, dosen pengajar dan staf administrasi untuk melanjutka studi ke luar negeri dan berinteraksi. Namun, ini ditentukan oleh keharusan lolos standar minimum berbahasa inggris yaitu standar TOEFL atau IELTS.

Memperluas pergaulan bahasa inggris sangatlah penting untuk menjalin komunikasi internasional antara negara di dunia akademisi dan di dunia bisnis. Menaklukkan dominasi internet mungkin merupakan sebuah tantangan bila diluar penggunaan bahasa inggris. Faktanya, 80% informasi elektronik hanya tersedia dalam bahasa Inggris. Sedangkan 20% sisanya tidak semuanya didominasi oleh bahasa Indonesia. Oleh karena itu, bahasa inggris sebagai bahasa komunikasi

internasional semakin menuntut setiap orang diberbagai belahan dunia untuk dapat memahami dan menggunakannya (Keraf dan Chaer, 2006:1).

Dalam kenyataannya, banyak universitas saat ini sudah memiliki berbagai fasilitas bahasa yang lengkap dan canggih, misalnya laboratorium bahasa asing. Persoalan timbul ketika secanggih apa pun fasilitas yang dimiliki sebuah universitas, namun bila dosen pengajarnya tidak memiliki kemampuan berbahasa inggris secara benar, metode pengajaran yang diberikan sesuai dengan sasaran kurikulum dan dengan kombinasi antusiasme mahasiswa yang rendah, maka proses belajar mengajar bahasa inggris tetap akan menemukan hambatan (Damayanti dan Maharani, 2005). Dorongan untuk meningkatkan kapasitas dengan dukungan fasilitas menjadi sebuah prioritas baru dalam pembelajaran dan penggunaan bahasa inggris. Sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi, sebuah perguruan tinggi berkewajiban untuk memandu perkembangan dan perubahan yang terjadi di masyarakat melalui kegiatan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (Tridarma Perguruan Tinggi) yang inovatif, bermutu, dan tanggap terhadap perkembangan dan tantangan lokal maupun global (Setiawati, 2013).

Standar akreditasi nasional baik di tingkat universitas dan fakultas merupakan tahapan awal yang harus di lalui oleh semua lembaga perguruan tinggi untuk memiliki inisiatif untuk berkembang, berubah dan berevolusi ke jalur yang lebih efektif dan efisien dalam persaingan perguruan tinggi di tingkat nasional. Pengawasan mutu pendidikan terutama pendidikan tinggi secara khusus diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi pada BAB XIV mengenai Pengawasan dan Akreditasi, Pasal 128 yang

menyebutkan bahwa Menteri menetapkan tata cara pengawasan mutu dan efisiensi semua perguruan tinggi, Mutu sebagaiana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterkaitan antara tujuan, masukan, proses, dan keluaran, yang merupakan tanggungjawab institusional perguruan tinggi masing-masing. Penilaian utuh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh badan akreditasi yang mandiri. Menteri menetapkan langkah-langkah pembinaan terhadap perguruan tinggi berdasarkan hasil pengawasan mutu dan efisiensi. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur oleh Menteri.

Dalam Naskah akademik Depdiknas BANPT (2007) diuraikan Standar akreditasi perguruan tinggi mencakup dua komitmen inti, yaitu komintmen perguruan tinggi terhadap kapasitas institusional (institutional capacity) dan terhadap efektivitas program pendidikan (educational effectiveness) [WASC, 2001]. Dari penuturan proses terhadap proses pencapaian standar tingkat nasional melalui akreditasi BAN-PT Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Udayana berusaha mengambil inisiatif yang bersifat proaktif dari dorongan internal fakultas dalam pembuatan program kurikulum full dalam berbahasa inggris yang diberikan nama: ‘English Language Class Program’ atau ELCP. Arcaro (1995,13) mengatakan bahwa “a quality leader is defined as a person who measures his or her success by the success of the individuals within the organization”.

Dalam konteks tersebut, pemimpin pendidikan tinggi merupakan unsur utama dalam membangun dan melembagakan budaya mutu di pendidikan tinggi. Program ELCP di rancang untuk memberikan ruang bagi pengajar, pegawai administrasi dan

mahasiswa untuk menggunakan bahasa inggris dalam proses perkuliahan. ELCP secara langsung memberikan kesempatan bagi fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk menggerakan inisiatif bagi fakultas untuk menerima ‘pertukaran pelajar’ (student exchange program) dimana menjadi proses awal stimulan untuk bentuk kerjasama antara universitas yang diminati karena adanya sejumlah mata kuliah yang ditawarkan adalah dalam bahasa inggris sepenuhnya. Menurut Flowerdew dan Peacock (2001) EAP (English For Academic Purposes) mengajar Bahasa Inggris dengan tujuan memfasilitasi peserta didik untuk studi atau melakukan penelitian dalam Bahasa Inggris. EAP mengacu pada penelitian dan instruksi dalam Bahasa Inggris yang berfokus kepada kebutuhan komunikatif spesifik dan praktek-praktek kelompok tertentu dalam konteks akademik (Hyland dan Hamp-Lyons, 2002:2).

Melalui ELCP dengan memberikan ruang untuk menerima mahasiswa pertukaran pelajar dari universitas luar negeri tanpa butuh pembelajaran bahasa Indonesia bagi mahasiswa pertukaran pelajar, akan memberi inisiatif bagi fakultas dan universitas untuk menjalin hubungan lebih strategis dengan universitas luar negeri melalui meningkatnya dan proaktifnya dalam pembentukan ‘Memorandum Of Understanding’ (MOU) dan ‘Letter Of Intent’ (LOI) yang lebih konstruktif dan lebih menguntungkan kedua belah pihak terhadap proses pembelajaran, penelitian, membagi pengetahuan, komunikasi yang intensif, akses terhadap seminar dan workshop internasional dan pembuatan paper atau journal dalam bahasa inggris yang bisa di diseminasi ke seluruh akademisi di seluruh dunia. Dengan mengaplikasikan penggunaan bahasa inggris dalam proses kurikulum yang menjembatani pembangunan kerjasama dengan universitas-universitas

internasional, secara tidak langsung memberikan kesempatan untuk membangun relasi lebih erat dan kuat dengan perkenalan terhadap penelitian tingkat internasional antar universitas untuk pencapaian ‘akreditasi internasional’ tingkat universitas atau perguruan tinggi.

ENGLISH LANGUAGE CLASS PROGRAM (ELCP)

ELCP merupakan program yang masih dikategorikan baru (pilot program) dalam ranah pendidikan di dalam Universitas Udayana di mulai oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program ELCP mulai beroperasi dari tahun 2014 yang mencakupi semua kejurusan sarjana atau strata 1 (satu) dengan asumsi yang masih skeptis karena meragukan minat dari mahasiswa dan dosen pengajar dengan kategori SDM yang masih dalam jumlah kecil. ELCP diinisiasi oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis dibawah tanggung jawab Unit Kerjasama Internasional (UKI) mulai tahun 2013. UKI merupakan unit yang dibuat oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang bertugas sebagai jembatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis terhadap support dan dukungan hubungan internasional fakultas yang mendukung penuh penggunaan dan pengajaran bahasa inggris dari awal pendirian oleh dekan fakultas ekonomi dan bisnis. Ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama hubungan internasional di tingkat perguruan tinggi dan di tingkat asosiasi akedemisi, pertukaran pelajar, penelitian internasional, workshop dan seminar internasional, persiapan TOEFL dan koordinator program ELCP.

UKI yang bertugas untuk menjalankan program ELCP dibawah supervisi dan observasi dekanat fakultas Ekonomi dan Bisnis selalu menjalin komunikasi dan

koordinasi yang baik untuk bisa memberikan pelayanan dan output terbaik bagi fakultas dan universitas. UKI bekerjasama dengan semua kejurusan untuk membentuk dan merangkap program ELCP untuk pencapaian standar pengajaran dan mahasiswa berkualiatas yang bisa menggunakan bahasa inggris sepenuhnya. UKI berusaha mencoba menyeleksi mata kuliah dan SDM pengajaran yang bisa di jalankan dalam berbahasa inggris. Masing-masing kelas memiliki standar minimum jumlah mahasiswa ELCP adalah program yang di jalankan proses pengajaran melalui silabus, SAP dan kontrak perkuliahan kelas penuh dalam berbahasa inggris. Tindakan ini dilakukan untuk memberikan standar berbahasa inggris sepenuhnya bagi pengajar atau dosen, mahasiswa dan pegawai admistrasi. Inisiatif Fakultas Ekonomi dan Bisnis mencoba menjalankan program ELCP di tahap awal adalah untuk bisa mencoba meningkatkan standar mutu pengajaran dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang berwenang menerima proses pembelajaran dalam bahasa inggris dimana akan membantu dalam tahapan hidup mahasiswa setelah lulusan untuk menjadi SDM yang bermutu dan berkualitas yang bisa bersaing secara global dengan standar berbahasa inggris yang berkompetensi tinggi dan dinamis. Oleh karena itu Fakultas Ekonomi dan Bisnis bertekad untuk mengembangkan program ELCP yang akan melalui beberapa tahapan yang bertujuan untuk meningkatkan minat program ELCP dan mengedukasi kepentingan peluang pembelajaran melalui ELCP baik bagi dosen pengajar, mahasiswa dan staff administrasi.

Di Fakultas Ekonomi dan Bisnis program ELCP memulai awalnya dengan dua mata wajib untuk masing-masing Program Studi yaitu: ‘Manajemen’,

‘Akuntansi’ dan ‘Ekonomi Pembangunan’. Program ELCP karena di tahap awal bersifat ‘pilot program’ (percobaan) untuk menjaminkan mutu dan standar semua dosen pengajar dan siswa yang akan mengikuti program ELCP mesti di wawancara terlebih dahulu oleh badan pengelolah ELCP di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yaitu: Unit Kerjasama Internasional (UKI). Ini dengan proses yang awalnya tidak memberikan waktu yang spesifik untuk berapa lama perjalanan program ELCP. Setelah perjalanan ELCP menjelang waktu evaluasi ditemukan minat yang lumayan positif dari mahasiswa yang mengikuti program ELCP di tahap awal di tahun 2014. Dari peningkatan minat program ELCP terjadi inisiatif untuk mengembangkan potensi kelas pembelajaran ELCP yang di kembangkan melalui ‘program kerja’ atau ‘pipeline’ untuk mengembangkan potensi ELCP menjadi program yang awalnya 6 (enam) kelas yang ditawarkan untuk menjadi program ELCP yang memiliki inisiatif menjadi ‘Full English’ program bagis mahasiswa sarjana dan magister. ELCP akan melalui perkembangan nya membangun program berbahasa inggris penuh untuk semua mata kuliah dari semester 1 (satu) sampai dengan skripsi yang tetapi memiliki pengecualian terhadap tiga mata kuliah yaitu: Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan dan Agama. Sementara ini program sarjana yang masih diberikan atensi penuh terhadap ELCP untuk mempersiapkan pengembangan program ELCP selanjutnya dengan menawarkan program Magister ELCP untuk ‘Magister Management (MM)’, ‘Magister Akuntansi (MAKSI)’ dan ‘Magister Ekonomi Pembanguan (MIE)’.

Ini merupakan komitemen UKI terhadap ELCP untuk bisa mencapai potensi yang maksimal melalui inovasi perkembangan yang akan membuka peluang

terhadap SDM universitas dan mahasiswa di level sarjana dan magister mangambil peluang penuh denga memiliki kompetensi dalam berbahasa inggris. Ini bertujuan untuk menjamin standar bahasa inggris dalam menempuh seluruh proses pembelajaran dalam penggunaan bahasa inggris dimana akan membuka peluang terhadap penggabungan kelas dengan program internasional fakultas ekonomi dan bisnis yaitu: IBSN (International Business System Network) yang semua mahasiswa adalah warga negara luar negeri. Ini akan tahapan selanjutnya dimana program sarjana ELCP dan program magister ELCP bisa melakukan kelas gabungan dengan mata kuliah yang sama dimana bahasa inggris akan menjadi acuan utama bagi kedua program dan memberikan kesempatan untuk berinteraksi dan bersaing positif dalam lingkungan pembelajaran yang di dukung dan difasilitasi penuh oleh fakultas ekonomi dan bisnis. Proses ini rencnakan untuk bisa membangun kelas berbahasa inggris yang akan mendukung perkembangan dosen pengajar, mahasiswa ELCP dan IBSN, pegawai admisntrasi, fakultas eknomi dan bisnis dan universitas udayana karena menunjukan pergerakan positif terhadap persaingan yang bisa menjadi contoh bagi perguruan tinggi tingkat nasional untuk meningkatkan daya saing tingkat internasional dan membantu proses pencapaian akreditasi internasional.

WORLD CLASS UNIVERSITY (WCU)

Menurut Tsui dan Tollefson (2007) bahwa dengan memiliki kemampuan berbahasa inggris menjadi sebuah keharusan yang harus dimiliki oleh setiap individu jika ingin mendapatkan ilmu pengetahuan dengan mudah. Penguasaan bahasa inggris merupakan sarana guna mendongkrak sumber daya manusia (SDM)

Indonesia yang menurut Human Development Index (HDI) termasuk kategori paling rendah di Asia (Hermayawati, 2010). Ini mengindikasikan bahwa pergerakan terhadap penggunaan bahasa inggris menjadi suatu prioritas baru di Indonesia bagi universitas-universitas di tingkat nasional. Alwaisiah (2004) menyatakan: “peranan persaingan dan kerjasama ditataran global baik itu melalui pendidikan, perdagangan, pemanfaatan sains dan teknologi serta kegiatan interaksi manusia lainnya”. Dimana standar pengajaran bahasa inggris di tingkat universitas akan memeberikan kesempatan bagi akademisi di universitas untuk meningkatkan ‘kualitas pengajaran’, ‘kualitas penelitian’, ‘kualitas mahasiswa’, ‘kualitas workshop dan seminar di tingkat internasional’ dan ‘kualitas relasi atau partner internasional’ dimana semua peningkatan akan bertuju kepada pencapaian standar “World Class University”.

Li Lanqing (2004) menggambarkan bahwa world class university merupakan suatu pengakuan terhadap sebuah universitas yang mempunyai reputasi akademik yang mapan dan didukung sumberdaya akademik yang kaya. Menurut Setiawati (2013) karakteristik world class university harus meliputi (1) Mempunyai tim dosen dan pakar di bidangnya masing-masing yang diakui dunia, (2) Kemampuan perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang berkualitas dalam memasuki pasar kerja, (3) Menjunjung tinggi kebebasan akademik dan mendorong inovasi teoritis, (4) Adanya sejumlah program studi andalan dan mempunyai spektrum lengkap, (5) Lebih berkonsentrasi pada program pascasarjana, khususnya program doctor, (6) Sebagai tempat terciptanya pengetahuan baru sehingga merupakan sumber pemikiran, gagasan, teori dan teknologi baru, (7) Memiliki warisan budaya dan (8)

Mempunyai kontribusi dalam pembangunan sosioekonomi bagi negara /dan kawasan sekitarnya.

Penentuan rangking universitas kelas dunia dilakukan oleh beberapa lembaga internasional, misalnya Academic Ranking of World Universities (ARWU)/Universitas Shanghai Jiao Tong University (SJTU) di China, Times Higher Education Supplement Quacquarelli Symonds (THES) di Inggris dan Cybermetrics Lab di Centro Superior de Investigaciones Cientificas (CSIS) di Spanyol, dan lebih dikenal dengan nama Webometric (Setiawati, 2013). Universitas-universitas bertaraf dunia memiliki kriteria dan bobot yang berbeda-beda namun pada intinya mereka memiliki pergerakan positif untuk meningkatkan kualitas universitas setara dengan yang ada diseluruh dunia.

Untuk mencapai standar ‘World Class University’ sebuah universitas harus melalui berbagai kriteria yang memberikan ruang buat pencapaian proses akreditasi di tingkat nasional dan lalu boleh menggarap proses selanjutnya untuk mencapai akreditasi di tingkat internasional. Altbach (2003) mengutarakan bahwa WCU adalah universitas yang masuk dalam rangking utama universitas dunia karena memiliki keunggulan (excellence) berstandar dunia. Berkiblat dari ketiga lembaga perangking universitas di seluruh dunia, modal utama yang harus dimiliki oleh sebuah perguruan tinggi berkelas dunia adalah suasana akademik yang mampu memacu perkembangan intelektualisme dan menghasilkan karya yang berguna yang didasari atas model manajemen yang kokoh dan tentu komitmen terhadap mutu yang ingin dicapai dalam penetapan world class university. Ada empat pilar

kunci dari pendekatan world class university, yaitu research quality, teaching quality, graduate employability, dan international outlook (Setiawati, 2013).

Ini menyebabkan secara langsung inisiatif bagi universitas untuk menggerakan penggunaan Bahasa Inggris untuk menunjang proses pencapaian akreditasi baik di tingkat internasional karena untuk mencapai empat pilar kunci semua membutuhkan bahasa inggris sebagai persyaratan yang mutlak untuk bisa meningkatkan kualitas penelitian, kualitas sumber daya manusai universitas, penerimaan pekerjaan dari lulusan universitas dan pemandangan dunia internasional. Oleh karena itu program ELCP yang di bentuk di Fakultas Ekonomi dan Bisnis berniat untuk menggunakan ELCP dalam proses pencapaian empat pilar world class university melalui meningkatkan kapasitas pembelajaran berbahasa inggris.

METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah mengukur peran ELCP dalam menjalankan dan mengembangkan program kurikulum dalam bahasa inggris bagi mahasiswa, dosen pengajar dan pegawai administrasi yang akan membantu Universitas Udayana dalam pencapaian World Class University (WCU). Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana di Kampus Bukit, Jimbaran. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2015 dan angkatan 2016 program sarjana ELCP (English Language Class Program) dari tiga Program Studi yaitu: Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan. Sedangkan metode

pengambilan sampel adalah menggunakan metode sampel jenuh (sensus) dengan jumlah responden sebesar 93 (sembilan puluh tiga) mahasiswa.

JENIS PENELITIAN

Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang didefinisikan sebagai suatu penelitian yang bermaksud untuk memecahkan permasalahan yang diselidiki dengan melukiskan dan menganalisis keadaan subyek dan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang dikumpulkan (Koentjaraningrat 1985:30). Semua data yang terkumpul akan menjadi kunci pemecahan permasalahan atau pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan. Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode survei, yaitu penggunaan sampel dari suatu populasi tertentu dengan membagikan kuesioner untuk mendapatkan informasi yang diperlukan (Newman 2000:35). Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang dirancang oleh Unit Kerjasama Internasional (UKI) FEB Unud.

Jenis kuesioner yang diajukan adalah kuesioner tertutup dengan skala Likert yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang (Karsadi 2002:56). Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih pada kolom yang sudah disediakan dengan memberi tanda. Alasan digunakannya kuesioner tertutup adalah (1) memberikan kemudahan kepada responden dalam memberikan jawaban; (2) jenis kuesioner ini lebih praktis dan sistematis; dan (3) keterbatasan biaya dan waktu untuk menyelesaikan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah

menunjukan peran program ELCP menjalankan dan mengembangkan penggunaan bahasa inggris untuk kurikulum sarjana atau strata-1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebagai proses dalam pencapaian predikat World Class University. Penelitian ini menggunakan 93 responden dari mahasiswa sarjana Strata-1 (S1) dari tiga Program Studi yaitu: Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan dari dua angkatan ELCP yaitu angkatan 2015 dan 2016.

Responden mahasiswa menilai kuesioner ELCP atas dasar 29 pertanyaan yang di bagi menjadi enam (6) kategori utama di survey yaitu (The ELCP Survey, Unit Kerjasama Internasional, 2017) yaitu, dosen pengajar (Information about your Lecturer), Kemampuan dan Perkembangan (Information about your Skills Development), infrastruktur (Information about your Infrastructure), tujuan dan standar (Information about your Goals and Standards), peran dan tanggung jawab (Information about your Roles and Responsibility) dan harapan (Information about your Expectancies).

Dengan menggunakan SPSS melalui skala Likert uji ‘t’ mengevaluasi survei yang dilakukan terhadap mahasiswa ELCP mengikuti skor: 1-5, skor minimum adalah ‘1’ dan skor maksimum: ‘5’ yang akan membantu menentukan bahwa ada pengaruh terhadap peran ELCP dalam mendukung dan mengembangkan penggunaan bahasa inggris bagi dosen pengajar, mahasiswa dan pegawai.

Table 1.

Skala Likert

Nilai Rata-Rata

Keterangan

1-1.8

Sangat Tidak Baik

1.8-2.6

Tidak Baik

2.6-3.4

Cukup Baik

3.4-4.2

Baik

4.2-5.0

Sangat Baik

Pengukuran ini akan membantu menentukan peran ELCP melalui data primer yang di dapatkan melalui survei kuesioner yang akan memberikan indikasi terhadap peningkatan dan pengembangan penggunaan bahasa inggris. Setiap kategori akan memiliki 5 (lima) pertanyaan utama yang akan menunjukan data tentang persepsi mahasiswa terhadap 6 (enam) kategori utama dalam kuesioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan evaluasi data melalui SPSS dengan pengkuruan yang di sesuaikan dengan penilaian yang tercantum di Tabel 1. Ini akan membantu menjelaskan terhadap perkembangan program ELCP oleh responden mahasiswa yang menjalankan program ELCP dari tiga konsentrasi yaitu: Jurusan Manajemen, Jurusan Akuntansi dan Jurusan Ekonomi Pembangunan pada dua angkatan yaitu angkatan 2015 dan angkatan 2016.

Tabel 2.1

Hasil Survey ELCP 2017

Jurusan

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Akuntansi

32

34.4

34.4

34.4

EP

27

29.0

29.0

63.4

Manajemen

34

36.6

36.6

100.0

Total

93

100.0

100.0

Ini menunjukan jumlah 93 responden mahasiswa yang berpartisipas dalam proses survey dari tiga konsentrasi di tingkat sarjana atau Strata-1 (S1). Di Tabel 2.2 menunjukan dari angkata 2015 ke angkata 2016 ada sejumlah peningkatan dengan minat mahasiswa terhadap program ELCP dari 45 siswa di angkatan 2015 menjadi 48 siswa di angkatan 2016.

Tabel 2.2 Hasil Survey ELCP 2017

BATCH

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

2015

45

48.4

48.4

48.4

2016

48

51.6

51.6

100.0

Total

93

100.0

100.0

Dari indikasi peningkatan dari jumlah mahasiswa ini sudah memberikan indikasi positif terhadap minat program berbasis bahasa inggris yang ditawarkan oleh fakultas ekonomi dan bisnis melalui program ELCP.

Berikut Hasil dari kategori pertama dalam kuesioner adalah terhadap ‘dosen pengajar (Information about your Lecturer)’ ini menentukan pertanyaan kepada mahasiswa terhadap dosen pengajar atau sumber daya manusia yang menjalankan program kelas ELCP.

Sesuai dengan terpaparkan di tabel 2.3.1 menunjukan peran pertanyaan yang menentukan informasi tentang dosen pengajar di program ELCP, mean rata-rata menunjukan pertanyaan terendah dinilai 3.85 di pertanyaan lable ‘Lec5’ (My Lecturer is available when I need his/her guidance) dan tertinggi di ‘Lec4’ akan tetapi ada dua mahasiswa yang tidak menjawab menjadikan angka mean menjadi 4.01 akan tetapi di di pertayaan ‘ Lec1’(My lecturer has the skills and subject

knowledge to adequately support my learning) memiliki mean tertinggi kedua dengan angka 3.97 yang menunjukan bahwa responden mahasiswa ELCP memiliki penilaian terhadap dosen pengajar di ELCP dengan predikat ‘Baik’ dan dengan minimum penilaian di ‘3’ dan maksimum penilai an di ‘5’ sesuai dengan penilaian di Tabel 1. Standar Deviation juga menunjukan bahwa responden menjawab dengan persepsi bias rendah dari hasil skor minimum dan maximum. Dengan itu menunjukan bahwa dosen pengajar dan mahasiswa berinteraksi positif menggunakan bahasa inggris sesuai dengan standar yang telah diberikan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dimana ini juga mengindikasi masih ada ruang untuk perbaikan dan perkembangan dalam proses pengajaran dosen terhadap mahasiswa program ELCP.

Tabel 2.3.1

HASIL KATEGORI DOSEN PENGAJAR

Statistics

Led

Lec2

Lec3

Lec4

Lec5

Lec

N               Valid

Missing

Mean

Median

Mode

Std. Deviation

Minimum

Maximum

93

0 3.97 4.00

4 .429

3

5

93

0 3.87 4.00

4 .536

3

5

93

0 3.92 4.00

4 .536

3

5

91

2

4.01

4.00

4 .505

3

5

93

0

3.85

4.00

4

.589

3

5

93

0 3.92 4.00

4 .388

3

5

Kategori kedua dalam proses survey ELCP adalah Kemampuan dan Perkembangan (Information about your Skills Development). Ini menunjukan tentang hasil dari kemampuan mahasiswa dalam menjalankan program ELCP dan menunjukan perkembangan terhadap program ELCP.

Tabel 2.3.2

HASIL KETGORI KEMAMPUAN DAN PERKEMBANGAN

Statistics

Skills!

Skills2

Skills3

Skills4

Skills5

Skills

N               Valid

93

93

93

93

93

93

Missing

0

0

0

0

0

0

Mean

356

3.74

3.97

3.91

3.82

3.800

Median

4,00

4.00

4.00

4.00

4.00

3.800

Mode

4

4

4

4

4

4.0

Std, Deviation

.699

806

.520

.564

722

.4996

Minimum

2

1

3

3

1

2.4

Maximum

5

5

5

5

5

5.0

Sesuai dengan tabel 2.3.2 menunjukan peran pertanyaan yang menentukan informasi tentang kemampuan mahasiswa dalam menjalankan program ELCP dan menunjukan bahwa ELCP memiliki kapasitas untuk perkembangan. Sesuai dengan mean rata-rata penilaian tertinggi di pertanyaan ‘Skills3’ (My experience so far has helped me to develop a range of communication skills) dengan nilai 3.97 dengan yang terendah di pertanyaan ‘Skills1’ (As a result of my learning experience of teh module so far, I feel confident about my knowledge and skills) dengan nilai 3.56. Ini menunjukan bahwa responden mahasiswa ELCP memiliki penilaian terhadap kemampuan di ELCP dengan predikat ‘Baik’ sesuai dengan penilaian di Tabel 1. Tetapi sesuai dengan angka minimum dari responden mahasiswa ada angka ‘1’ di pertanyaan ‘Skills2’ dan ‘Skills5’ yang mengindikasikan bahwa kemampuan dan perkembangan di anggap ‘Sangat Tidak Baik’ oleh beberapa responden dan dimana angka maksimum ada angka ‘5’ menunjukan ‘Sangat Baik’ oleh mayoritas responden untuk semua pertanyaan kategori ini. Ini menunjukan tingkat bias yang lumayan tinggi antara responden dalam menjawab ‘Skills2’ (My experience so far has improved my analytical skills) dan ‘Skills5’(There are adequate opportunities

available for me to further develop my transferable skills) yang ditunjuk melalui Standard Deviation di tabel 2.3.2 yang secara ngga langsung menunjukan perbedaan persepsi oleh responden yang tinggi atau menunjukan bias yang tinggi dalam memberi keterangan.

Ini menunjukan bahwa masih ada ruang untuk perbaikan terutama terhadap ‘Skills2’ dan ‘Skills5’ yang akan membantu ELCP untuk memberikan layanan terbaik bagi mahasiswa dalam proses pembelajaran di ELCP.

Kategori selanjutnya adalah tentang infrastruktur infrastruktur (Information about your Infrastructure) atau fasilitas pembelajaran yang terjadi di ELCP. Kategori ini menunjukan pandangan mahasiswa terhadap infrastruktur yang diberikan untuk mendukung dan menunjang proses pembelajaran ELCP. Di kategori selanjutnya menunjukan sesuai dengan mean rata-rata yang ditemukan dalam penelitian nilai tertinggi 3.72 di pertanyaan ‘Infra5’ (I have the technical support I need) yang masih berindikasi ‘Baik’ akan tetapi yang terendah di ‘Infra4’ (I have adequate access to the eqipment necessary for my research) dengan nilai 3.18 yang menunjukan ‘Cukup Baik’ ini dikarena kan masih ada beberapa responden mahasiswa menganggap infrastrutur belum memenuhi standar untuk melakukan pembelajaran ELCP. Ini bisa di tunjukan dari nilai minimum ‘1’ di ‘pertanyan ‘Infra4’ dan ada juga nilai maksimum ‘5’ di pertanyaan yang sama. Beberapa responden menunjukan bias yang tinggi karena memberikan Standar Deviation yang memiliki nilai analisis tertinggi yang menunjukan perbedaan persepsi dalam memiliki akses terhadap peralatan yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian di program ELCP.

Kategori selanjutnya adalah tujuan dan standar (Information about your Goals and Standards) yang menanyakan tentang modul perkuliahan mahasiswa dan standar perkuliahan yang harus di turuti selama menjalankan program ELCP.

Sesuai dengan hasil survei menunjukan mean rata-rata tertinggi berada di pertanyaan ‘Goals3’ (I understand the requirements of the individual or group tasks given by the lecturer) di nilai 3.90 dan yang terendah di nilai 3.71 di pertanyaan ‘Goals4’ (I understand the requirements of the middle and final tests). Ini menunjukan bahwa responden mahasiswa ELCP memiliki terhadap dosen pengajar di ELCP dengan predikat ‘Baik’ dan akan tetapi tetap ada penilaian minimum menunjukan beberapa responden memberi penilaian di ‘2’ untuk mayoritas pertanyaan kategori ini dan penilaian maksimum di ‘5’ sesuai dengan penilaian di Tabel 1. Akan tetapi dari penilaian Standar Deviation di tabel menunjukan majemukan antara responden terhadap pertanyaan di kategori ini yang mengindikasikan bias tingkat rendah dimana responden mahasiswa memiliki kemiripan pemahaman terhadap pertanyaan-pertanyaan di kategori ini. Dari ini menunjukan bahwa responden mahasiswa semua memahami apa yang mesti dikerjakan sesuai dengan program yang telah dirancang oleh fakultas. Dari analisis ini juga mengindikasi masih tetap ada ruang untuk perbaikan dan perkembangan dalam proses pembelajaran dan modul pengajaran terhadap terhadap mahasiswa program ELCP.

Kategori selanjutnya adalah peran dan tanggung jawab (Information about your Roles and Responsibility) dimana ini menunjukan pemahaman mahasiswa terhadap tanggung jawabnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Udayana terhadap mahasiswa yang menjalankan program ELCP.

Di kategori ini menunjukan bahwa mean rata-rata yang menunjukan pertanyaan ‘Roles3’ (I understand my responsibilities as a student) memiliki nilai tertinggi di 4.0 dan nilai terendah di pertanyaan ‘Roles2’ (My institution values and responds to feedback from English Class students) terendah di angka 3.8 yang mengindikasikan ELCP memiliki predikat ‘Baik’ karena memiliki penilaian tinggi dimana dan akan tetapi tetap ada penilaian minimum menunjukan beberapa responden memberi penilaian di ‘2’ untuk mayoritas pertanyaan kategori ini dan penilaian maksimum di ‘5’ sesuai dengan penilaian di Tabel 1 meskipun ini dalam jumlah responden yang kecil. Melalui penilai an Standar Deviation menunjukan bias yang relatif tinggi dalam jawaban reponden terhadap persepsi mahasiswa dengan pertanyaan ‘Roles2’. Ini menunjukan bahwa mahasiswa belum semua percaya akan tanggung jawab fakultas terhadp proses pembelajaran mahasiswa di ELCP. Dimana ini juga mengindikasi masih ada ruang untuk perbaikan dan perkembangan dalam proses peningkatan kepercayaan mahasiswa terhadap fakultas dalam penjaminan proses pembelajaran bagi mahasiswa program ELCP.

Kategori terakhir menunjukan harapan (Information about your Expectancies). Ini menanyakan tentang harapan seorang mahasiswa dalam menjalani program ELCP baik terhadap proses pembelajaran sampai dengan kemampuan yang bida digunakan di dunia usaha untuk di masa depan.

Ini menunjukan mean rata-rata yang responden telah berikan tertinggi di pertanyaan ‘Expect2’ (Lecturer support and guidance) dengan nilai 3.75 dan nilai terendah di pertanyaan ‘Expect5’ (Access to submit complaint about the module) dengan nilai 3.55 sesuai dengan pemaparan di Tabel 1. Ini menunjukan predikat ‘Baik’. Tetapi dalam pengukuran nilai minimum ada beberapa responden memberikan nilai ‘1’ yang menunjukan penilaian ‘Sangat Tidak Baik’. Melalui pengukuran Standar Deviation pertanyaan ‘Expect5’ menunjukan nilai bias tertinggi dimana responden mahasiswa menunjukan perbedaan pemahaman yang lumayan besar. Ini menunjukan bahwa mahasiswa keseluruh belum mendapatkan SDM yang memaparkan tujuan ELCP melalui komunikasi yang efektif terhadap peluang-peluang (seperti: peluang pertukaran pelajar, prioritas anggota seminar internasional, kemampuan membangun karir di tingkat internasional dan seterusnya) mahasiswa ELCP selama menjalankan program ELCP dan aksesabilitas responden berinteraksi dengan koordinator ELCP.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam menjalankan program bahasa Inggris atas nama ELCP, Fakultas Ekonomi dan Bisnis dapat menunjukan inisiatif yang positif terhadap penggunaan bahasa inggris sebagai jembatan untuk membuka jalan terhadap pencapaian predikat World Class University (WCU). Setelah mengevaluasi ‘Survey ELCP 2017’ melalui enam kategori utama, pergerakan ELCP melalui survei dan observasi menunjukan bahwa dosen pengajar (Information about your Lecturer) , kategori tujuan dan standar (Information about your Goals and Standards) dan peran dan

tanggung jawab (Information about your Roles and Responsibility) memiliki penilaian yang menunjukan perbaikan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas program ELCP melalui evaluasi yang rutin dan komunikasi yang efektif antara UKI, Program Studi dan Dekanat FEB Universitas Udayana.

Selanjutnya kategori kemampuan dan perkembangan (Information about your Skills Development), kategori infrastruktur (Information about your Infrastructure) dan kategori terakhir harapan (Information about your Expectancies) dalam Survey ELCP 2017 ini adalah kategori-kategori yang membutuhkan banyak perhatian dan perbaikan dengan menunjukan kebutuhan adanya peningkatan dukungan dan pendanaan yang sistematis dalam proses pembelajaran dan hasil dari ELCP untuk bisa membangkitkan minat mahasiswa responden, dosen pengajar dan pegawai administrasi.

Melalui hasil survey yang mengindikasikan ELCP memiliki pergerakan yang signifikan dalam proses pembelajaran bahasa inggris di Fakultas Ekonomi dan Bisnis akan tetapi tetap perlu melakukan perbaikan dan perkembangan yang berkelanjutan untuk meningkatkan standar ELCP. Melalui evolusi ELCP yang berkelanjutan fakultas ekonomi dan bisnis di Universitas Udayana bisa mengambil inisiatif yang proaktif terhadap pencapaian predikat World Class University (WCU) dengan dukungan penuh program ELCP oleh semua tingkat Universitas Udayana yang sebagai wadah inkubasi terhadap program berbasis bahasa inggris yang bukan menguntungkan mahasiswa akan tetapi buat dosen pengajar, pegawai administrasi dan universitas secara keseluruhan.

REFERENSI

Altbach, P, G. 2003. ‘The Costs and Benefits of World-Class Universities’, International Higher Education, 33, pp. 5-8.

Alwasilah, A. K. & Hamdan A. 2005. English Language and Accounting Education. European Journal Vol. 3 No. 6 pp. 12-25. Published by European Centre for Research Training and Development.

Arcaro, J.A. 1995. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan, dan Tata Langkah Penerapan. Jogjakarta: Pustaka Pelajar

BAN-PT. 2007. Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi Buku VI. Diambil tanggal: 6 September 2009 dari : http://www.scribd.com/doc/20170277/ buku-6-naskah-akademik-akreditasi-institusi-perguruan-tinggi

Basturkmen, Helen. 2006. Ideas and Options in English for Spesific Purpose. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Damayanti, Rizki & Maharani, Anita. 2011. Kebutuhan Penguasaan Bahasa Asing pada Mahasiswa Universitas Paramadina dalam Era Globalisasi. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, 24(3)

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Fitriana, Irta. 2011. Menguasai Bahasa Inggris: Bekal Potensial Dalam Pengembangan Wirausaha. Jurnal Pendidikan. Unipdu.

Giddens, Anthony. 1999. The Third Way: The Renewal of Social Democracy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Handayani, Sri. 2015. Pentingnya Kemampuan Bahasa Inggris Dalam Menyongsong ASEAN Community 2015. Jurnal ISPI Jawa Tengah, 3(1)

Hermayawati. 2010. Analisis Kesulitan Belajar Bahasa Inggris Mahasiswa. Jurnal Sosio-Humaniora, 1(1).

Hyland, K. & Hamp-Lyons, L. (2002). EAP: Issues and Directions. Journal of English for Academic Purposes. 1(1):1-12.

Karsadi, A. 2002. Metodologi Penelitian Sosial dan Bisnis. Jakarta: Universitas Prof. Dr. Moestopo.

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 1985. Metode-metode Penelitan Masyarakat. Jakarta Gramedia

Lanqing, Li. 2004. Education for 1.3 Billion - Former Chinese Vice Premier Li

LanQing on 10 Years of Education Reform and Development. London: Pearson Education

Neuman, William. 2000. Qualitative Research Methods, Qualitative and Quantitative Approach, 4th Edition. USA: Allyn & Bacon.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan Tinggi

Robinson, C. P. 1991 ESP Today: A Practicioner’s Guide. Hemel-Hempstead: Phoenix

Setiawati, Linda. 2013. Efektivitas Pengembangan Manajemen Pendidikan Tinggi. (Studi pada Perguruan Tinggi Negeri di Jawa Barat Menuju World Class University). Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(2)

Sudrajat, Didi. 2015. Studi Tentang Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Inggris di SD Kota Tenggarong. Cendekia, Vol. 9 No. 1. Pusat Kajian Bahasa dan Budaya, Surakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta

Tsui, Amy B. M. & Tollefson, James. 2007. Language Policy, Culture, and Identity in Asian Contexts. New York: Routledge Press

The English Language Class Program (ELCP) Survey. 2017. Unit Kerjasama Internasional, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, Bali.

4537