E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 10, 2017: 5377-5405

ISSN : 2302-8912

KEBERANIAN MENGAMBIL RISIKO MEMEDIASI PENGARUH EFIKASI DIRI DAN KEBUTUHAN AKAN PRESTASI TERHADAP NIAT BERWIRAUSAHA

Anggra Lutfi Aprilian Mustofa¹

Ni Wayan Ekawati²

¹,²Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail: anggralutfi19@gmail.com

ABSTRAK

Masalah seperti pengangguran, kemiskinan dan tingginya pertumbuhan penduduk menjadi suatu permasalahan yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia. Dalam mengatasi berbagai permasalahan tersebut diperlukannya peran wirausahawan dalam menciptakan lapangan kerja sehingga dapat menunjang perkekonomian nasional. Oleh Karena itu penelitian ini menarik dilakukan untuk mengetahui seberapa besar niat berwirausaha mahasisiwa program studi non reguler universitas udayana. Penelitian ini dilakukan di program studi non regular Universitas Udayana. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik probability sampling, khususnya Proportionate Stratified Random. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan teknik analisis jalur (Path Analysis). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi berpengaruh terhadap niat brwirausaha. Namun variabel mediasi keberanian mengambil risiko tidak ada pengaruh terhadap niat berwirausaha. Selain itu juga mengenai pengaruh tidak langsung efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi tidak terjadi pengaruh dikarenakan nilai koefisien hubungan langsung lebih besar dibandingkn nilai koefisien tidak langsung.

Kata Kunci: efikasi diri, kebutuhan akan prestasi, keberanian mengambil risiko, niat berwirausaha, path analysis.

ABSTRACT

Problems such as unemployment, poverty and high population growth are a problem always faced by the State of Indonesia. In overcoming these problems, the role of entrepreneurs in creating employment in order to support the national economy. Therefore, this interesting research is conducted to find out how big the intention of entrepreneurship mahasisiwa non udayana university regular program. This research was conducted in Udayana University's non-regular study program. The number of samples used is 180 respondents, using probability sampling technique, especially Proportionate Stratified Random. The data that have been collected is processed by using path analysis technique (Path Analysis). The results of this study indicate that self efficacy and the need for achievement affect the intention of brwirausaha. However, the mediation variables of courage take the risk of no influence on the intention of entrepreneurship. In addition, the influence of indirect self-efficacy and the need for achievement does not occur because the value of the coefficient of direct relationship is greater than the value of indirect coefficient.

Keywords: self efficacy, need for achievement, risk taking, entrepreneurship intention, path analysis

PENDAHULUAN

Masalah pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah yang banyak dijumpai di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Setiap pergantian pemerintahan baru di Indonesia selalu dihadapkan pada kedua isu tersebut. Tingginya jumlah penduduk Indonesia pada saat ini dan diprediksi akan terus meningkat sesuai dengan proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia pada tahun 2010-2035 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dari perhitungan yang dilakukan oleh BPS diperkirakan jumlah penduduk tahun 2015 sebesar 255.461.700 jiwa, jumlah tersebut meningkat dari jumlah penduduk pada tahun 2010 yaitu sebesar 238.518.800 jiwa, pertumbuhan tersebut diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2035 (www.bps.go.id).

Besarnya jumlah penduduk dapat memperparah keadaan ekonomi dan dampaknya adalah banyak para pelamar kerja mendapat suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan pendidikan mereka, mendapatkan pekerjaan yang tidak layak, bahkan akan menjadi pengangguran. Menurut Carraher (2010) menyatakan keadaan ekonomi yang sehat tergantung pada pertumbuhan yang dibuat oleh pengusaha. Pada tahun 2015 kondisi yang dihadapi akan semakin diperburuk mengingat pada tahun 2015 akan diberlakukannya ASEAN Economic Community (AEC) yang merupakan salah satu bentuk Free Trade Area (FTA). AEC akan berintegrasi lewat kerja sama ekonomi regional, diharapkan mampu memberikan akses yang lebih mudah, tidak terkecuali akses untuk sumber daya manusia (SDM) yang menginginkan pekerjaan di Negara lain. Sehingga nantinya SDM Indonesia akan bersaing dengan SDM asing di dalam negeri, tentu dampaknya

akan mepersempit peluang masyarakat Indonesia untuk memperoleh pekerjaan di negeri sendiri.

Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah penganggur terdidik yang telah menyelesaikan pendidikan diploma dan sarjana sampai dengan Agustus 2010 telah mencapai 1,1 juta orang. Secara persentase, jumlah penganggur terdidik juga meningkat drastis. Penganggur terdidik tercatat mencapai 13,86% pada Agustus 2010, meningkat dua kali lipat dari persentase pada 2004 yang hanya mencapai 5,71% (Lestari dan Wijaya, 2012). Saat ini ada lebih dari 600 ribu lulusan perguruan tinggi di Indonesia menganggur atau tidak bekerja dan sebagian besar pengangguran tersebut adalah 420 ribu orang dari jenjang pendidikan S1 dan sisanya diploma, sedangkan Badan Pusat Statistik per februari 2014 menyebutkan pengangguran terbuka lulusan Universitas di Indonesia berjumlah 398.298 orang atau 4,31 persen dari total pengangguran terbuka yaitu sebanyak 7.147.069 orang (Kompas.com, 30/9/2014).

Kewirausahaan (entrepreneurhip) merupakan persoalan penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Sayangnya, jumlah wirausaha di Indonesia sebesar 44,20 juta orang jumlah tersebut masih rendah dibandingkan dengan total penduduk Indonesia yang bekerja sebesar 118,17 juta orang seperti yang dijelaskan oleh BPS, sehingga dengan jumlah 44,20 juta belum dapat mendukung sepenuhnya pembangunan perekonomian di Indonesia. Jumlah tersebut terdiri dari penduduk berwirausaha sendiri berjumlah 20,32 juta orang, berusaha dibantu buruh tidak tetap 19,74 juta orang dan berusaha dibantu buruh tetap 4,14 juta orang seperti yang disampaikan

Kepala BPS Suryamin (Republika.co.id, 6/5/2014). Menurut Suharti dan Sirine (2011) jumlah wirausahawan muda di Indonesia hanya sekitar 0,18% dari total penduduk masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara maju seperti Amerika yang mencapai 11,5% maupun Singapura yang memiliki 7,2% wirausahawan muda dari total penduduknya.

Diharapkan lulusan perguruan tinggi tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja namun dapat dan siap menjadi pencipta lapangan pekerjaan. Seperti yang dijelaskan oleh Suharti dan Sirine (2011) menumbuhkan jiwa kewirausahaan para mahasiswa perguruan tinggi dipercaya merupakan alternatif jalan keluar untuk mengurangi tingkat pengangguran, karena para sarjana diharapkan dapat menjadi wirausahawan muda terdidik yang mampu merintis usahanya sendiri. Menurut Daryanto (2012:3) kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung dilapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir (entrepreneurship are born not made), sehingga tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Saat ini kewirausahaan bukan hanya urusan lapangan, tetapi merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan. “entrepreneurship are not only born but also made”, artinya kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Alasanya adalah setiap orang yang memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dapat belajar menjadi wirausaha, dan berperilaku seperti wirausaha. Sebab kewirausahaan lebih merupakan perilaku dari pada gejala kepribadian, yang dasarnya terletak pada konsep dan teori bukan pada intuisi.

Menciptakan bisnis memerlukan rasa percaya diri agar berani melangkah dan tidak mudah menyerah dengan segala masalah yang akan mereka hadapi. Menurut Daryanto (2012:10) ada beberapa nilai hakiki dari kewirausahaan yang pertama yaitu Percaya diri, percaya diri merupakan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas dan pekerjaannya. Oleh karena itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan optimism, individualitas dan ketidaktergantungan. Kedua adalah orientasi pada tugas dan hasil, seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan berinisiatif. Nilai hakiki yang terakhir adalah keberanian mengambil risiko, orang yang menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan dan kegagalan dari pada usaha yang kurang menantang. Dengan demikian, seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin menjadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik.

Menurut Mahesa (2012) toleransi akan risiko, merupakan seberapa besar kemampuan dan kreativitas seseorang dalam menyelesaikan besar kecilnya suatu risiko yang diambil untuk mendapatkan penghasilan yang diharapkan. Semakin besar kepercayaan diri seseorang, maka semakin besar keyakinannya untuk sanggup mengambil keputusan dan semakin besar pula keyakinanya untuk mencoba suatu pekerjaan yang dinilai berisiko. Bandura dalam Indarti (2008) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Efikasi diri merupakan keyakinan

bahwa seseorang mampu melaksanakan tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi rintangan dalam berbagai situasi. Bandura juga menjelaskan bahwa individu cenderung menghindari atau bahkan lari dari situasi yang diyakin bahwa individu tidak mampu untuk menghadapinya.

Menurut Utaminingtyas dkk. (2011) variable efikasi diri mempengaruhi intensi wirausaha mahasiswa Universitas Negeri Jakarta secara signifikan, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Owoseni (2014) terdapat hubungan yang signifikan antara self efficacy (efikasi diri) dengan niat berwirausaha. Namun berbeda dengan Ogunleye (2014) yang menyatakan bahwa self efficacy (efikasi diri) tidak berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Susetyo dan Lestari (2014) menjelaskan bahwa risk propensity (pengambilan risiko) berpengaruh positif terhadap niat berwirausaha, namun hasil tersebut berbeda dengan penelitian menurut Silvia (2013) terdapat hubungan tidak langsung antara risk taking propensity (pengambilan risiko), market awareness (kemampuan konsumen) dan intensi kewirausahaan. Selain efikasi diri dan keberanian mengambil resiko, besar kecilnya niat seseorang untuk berwirausaha juga di tentukan oleh kebutuhan akan prestasi.

Kebutuhan akan prestasi sebagai cerminan obsesi yang besar terhadap pekerjaan dan mengerjakan lebih baik daripada orang lain. Menurut Ertuna dan Gurel (2010) menyatakan bahwa kebutuhan berprestasi terkait dengan niat dalam membangun bisnis, namun penelitian tersebut tidak sejalan dengan Susetyo dan Lestari (2014) menjelaskan bahwa kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh

positif terhadap niat berwirausaha. Kebutuhan akan prestasi juga akan mendorong kemampuan pengambilan keputusan dan kecenderungan mengambil resiko seorang wirausaha.

Untuk memulai bisnis diperlukan bisnis berani mengambil risiko sebagai kunci sukses menjalankan bisnis. Menurut Zimmerer dalam Winardi (2008:17) seorang wirausaha adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis baru, dengan menghadapi resiko dan ketidakpastian, dan yang bertujuan untuk mencapai laba serta pertumbuhan melalui pengidentifikasian peluang-peluang melalui kombinasi sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mendapatkan manfaat. Menurut Ertuna dan Gurel (2010) menyatakan bahwa kecenderungan mengambil risiko dan kemandirian keluarga menunjukkan niat besar untuk mereka memulai bisnis sendiri. Berdasarkan berbagai masalah dan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh langsung efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha pada mahasiswa, kemudian pengaruh tidak langsung efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha melalui variabel keberanian mengambil risiko.

Sebagai lembaga pendidikan perguruan tinggi Universitas Udayana diharapkan mampu menghasilkan lulusan terbaik yang dapat berkontribusi pada kemajuan Negara. Universitas Udayana merupakan salah satu Universitas Negeri yang berada di Provinsi Bali yang diharapkan menghasilkan lulusan yang terbaik yang memiliki daya saing. Mengacu pada dunia entrepreneur (wirausahawan) harapan besar tertuju pada salah satu fakultas di lingkungan Universitas Udayana khususnya mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana. Setiap

lulusan mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana diharapkan siap membangun karir sebagai wirausahawan.

Menurut Lestari dan Wijaya (2012) pendidikan kewirausahaan tidak hanya memberikan landasan teoritis mengenai konsep kewirausahaan tetapi membentuk sikap, perilaku, dan pola pikir (mindset) seorang wirausahawan (entrepreneur). Hal ini merupakan langkah untuk mempersiapkan para mahasiswa dalam memulai bisnis baru melalui integrasi pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan penting untuk mengembangkan dan memperluas sebuah bisnis. Oleh karena itu niat berwirausaha seharusnya dimiliki oleh mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana.

Berdasarkan pra research seblumnya dan hasil survei awal kepada para mahasiswa non reguler, menunjukkan bahwa mereka belum memiliki rasa percaya diri terhadap keterampilan dan kemampuan mereka untuk berwirausaha, dikarenakan sifat keberanian mengambil risiko yang cenderung takut gagal dan rugi secara materi dan waktu padahal sifat ini sebagai kunci sukses berwirausaha, rasa percaya diri berani memulai bisnis baru dan kebutuhan akan prestasi yang masih cenderung kecil sehingga niat berwirausaha mahasiswa non reguler menunjukkan angka masih relatif sedikit. Oleh karena itu penelitian ini menarik dilakukan untuk mengetahui seberapa besar niat berwirausaha mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana.

Krueger dan Dickson dalam Kume et al. (2013) menyatakan bahwa para eksekutif bisnis yang memiliki self-efficacy (efikasi diri) tinggi akan melihat peluang dan ancaman yang berbeda dan akan mengambil lebih banyak risiko.

Menurut Chandra (2009) berpendapat bahwa investor dengan pendapatan yang tinggi menjadi lebih percaya diri dibandingkan dengan investor dengan pendapatan lebih sedikit. Oleh karena itu, ini menjadi pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu:

H1: Pengaruh Efikasi diri terhadap keberanian mengambil risiko mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana.

Hasil penelitan McClelland dalam Prihatsanti (2010) menemukan dari berbagai indikasi individu dengan need for achievement (kebutuhan akan prestasi) tinggi lebih memilih mengambil resiko yang memiliki peluang sukses. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Altinay et al., (2012) yang menjelaskan bahwa need for achievement (kebutuhan akan prestasi) tidak berpengaruh terhadap risk taking propensity (keberanian mengambil risiko) dikarenakan nilai signifikansinya sebesar 0,077 > 0,05. Oleh karena itu menjadi dasar pengambilan hipotesis yang diajukan yaitu:

H2: Pengaruh Kebutuhan akan prestasi terhadap keberanian mengambil risiko mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2008) menyatakan bahwa variabel efikasi diri tidak mempengaruhi secara signifikan intensi berwirausaha karena signifikansi t-hitung lebih besar dari probabilitas. Namun penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian menurut Akanbi (2013) yang menyatakan bahwa semua ciri-ciri kepribadian yang diteliti dalam penelitian tersebut secara signifikan memprediksi niat kewirausahaan serta hubungan antara efikasi diri dan niat kewirausahaan juga tinggi. Oleh karena itu, ini menjadi pengembangan hipotesis yang diajukan yaitu:

H3: Pengaruh Efikasi diri terhadap niat berwirausaha mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana

Menurut Ogunleye (2014) menyatakan bahwa kebutuhan akan prestasi bukan prediktor yang signifikan terhadap orientasi wirausaha. Namun penelitian tersebut berbanding terbalik dengan penelitian menurut Ferreira et al., (2012) Menunjukkan bahwa Need for Achievement (kebutuhan akan prestasi) berpengaruh secara positif terhadap niat berwirausaha. Oleh karena itu, ini menjadi dasar pengembangan hipotesis yang diajukan, yaitu:

H4 : Kebutuhan akan prestasi berpengaruh terhadap niat berwirausaha mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana.

Menurut Silvia (2013) terdapat hubungan tidak langsung antara risk taking propensity, market awareness dan intensi kewirausahaan. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Altinay et al., (2012) yang menjelaskan bahwa risk taking ppropensity tidak berpengaruh terhadap niat untuk memulai sebuah binis dikarenakan nilai signifikansinya sebesar 0,146 > 0,05. Oleh karena itu menjadi dasar pengambilan hipotesis yng diajukan yaitu:

H5 : Keberanian mengambil risiko berpengaruh terhadap niat berwirausaha mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana.

Krueger dan Dickson dalam Kume at al. (2013) menyatakan bahwa para eksekutif bisnis yang memiliki self-efficacy (efikasi diri) tinggi akan melihat peluang dan ancaman yang berbeda dan akan mengambil lebih banyak risiko dan menurut Widhari (2012) menyatakan bahwa toleransi akan risiko memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan mahasiswa berwirausaha. Oleh karena itu menjadi dasar hipotesis yang diajukan yaitu:

H6 : Peran keberanian mengambil risiko memediasi hubungan antara pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana.

Hasil penelitian menurut Ertuna dan Gurel (2010) menyatakan bahwa kecenderungan mengambil risiko dan kemandirian keluarga menunjukkan niat besar untuk mereka memulai bisnis sendiri. Sedangkan penelitian menurut Altinay et al., (2012) menyatakan bahwa tidak terdapat peran mediasi risk taking karena hubungan yang tidak signifikan antara risiko dan niat kewirausahaan sehingga kemungkinan mediasi penuh atau parsial dikesampingkan. Oleh karena itu menjadi dasar hipotesis yang diajukan yaitu:

H7 : Peran keberanian mengambil risiko memediasi hubungan antara kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode asosiatif dimana penelitian ini bertujuan membahas tentang pengaruh langsung dan tidak langsung efikasi diri, kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha melalui variabel keberanian mengambil risiko. Penelitian ini dilakukan dilakukan di fakultas yang memiliki kelas non reguler di Universitas Udayana. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Hukum , Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Teknik Universitas Udayana dipilih karena tempat tersebut merupakan lokasi perkuliahan mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana angkatan 2016.

Tabel 1.

Data Mahasiswa Program Studi Non Reguler Angkatan 2016 Universitas Udayana

No

Fakultas

Jumlah Mahasiswa Non

Reguler Universitas Udayana

Perhitungan Sampel

Jumlah Sampel

( n i =

ni \

— n)

N 7

1

Fakultas Ekonomi dan

500

( n i =

ni \

— n)

88

Bisnis

N 7

2

Fakultas Hukum

255

( n i =

Nl A

)

N 7

45

3

Fakultas Ilmu Budaya

86

( n i =

Nl \ — n)

15

4

Fakultas Teknik

183

( n i =

Nl \ — n)

N 7

32

Total

1024

180

Sumber : Bagian akademik mahasiswa non reguler Universitas Udayana

Sampel ditentukan dengan teknik probability sampling . Teknik probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportionate Stratified Random Sampling, teknik ini dipergunakan karena populasi memiliki anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2013:118). Analisis data diolah menggunakan korelasi, regresi dan jalur. Menurut Utama (2009: 135), analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda, untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang berjenjang berdasarkan teori.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Karakteristik Respoden

Responden penelitian digambarkan secara umum dengan menyajikan karakteristiknya dilihat dari fakultas. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 180 orang. Secara rinci, karakteristik responden berdasarkan demografi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.

Karakteristik Responden

No       Karakteristik               Klasifikasi            Jumlah Responden      Persentase

responden

1

Fakultas

Ekonomi dan Bisnis

88

48,89

Hukum

45

25

Ilmu Budaya

15

8,33

Teknik

32

17,78

Jumlah

180

100%

Sumber: Data Primer, diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 1 didapatkan adalah fakultas ekonomi dan bisnis dengan persentase sebesar 48,89 persen, dilanjutkan dengan responden fakultas hukum sebesar 25 persen, lalu dengan responden fakultas teknik sebesar 17,78 persen, serta mengikuti pada urutan terakhir yakni 8,33 persen yaitu fakultas ilmu

budaya.

Uji Validitas

Tabel 3.

Hasil Uji Validitas Instrumen

No

Variabel

Indikator

Korelasi Item Total

Keterangan

X1.1

0,909

Valid

1

Efikasi Diri

X1.2

0,892

0,799

Valid

Valid

(X1)

X1.4

0,892

Valid

X1.5

0,865

Valid

X2.1

1,000

Valid

2

Kebutuhan Akan Prestasi

X2.2

1,000

Valid

(X2)

X2.3

0,935

Valid

X2.4

1,000

Valid

Y1.1

0,966

Valid

3

Keberanian Mengambil Risiko

Y1.2

0,943

Valid

(Y1)

Y1.3

0,966

Valid

Y1.4

0,962

Valid

Y2.1

0,795

Valid

Y2.2

0,944

Valid

4

Niat Berwirausaha (Y2)

Y2.3

0,966

Valid

Y2.4

0,983

Valid

Y2.5

0,979

Valid

Sumber: Data Primer, diolah (2017)

Berdasarkan hasil dari uji validitas pada Tabel 3. menunjukkan bahwa seluruh variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai koefisien korelasi dengan skor total seluruh item pernyataan lebih besar dari 0,3.

Hal ini menunjukkan bahwa butir-butir pernyataan dalam instrumen penelitian ini adalah valid.

Uji reliabilitas

Tabel 4.

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

No                 Variabel                  Cronbach’s Alpha

Keterangan

1                   Efikasi Diri (X1)                         0,827

Reliabel

2          Kebutuhan Akan Prestasi (X2)                 0,987

Reliabel

3        Keberanian Mengambil Risiko (Y1)              0,961

Reliabel

4             Niat Berwirausaha (Y2)                    0,964

Reliabel

Sumber: Data Primer, diolah (2017)

Berdasarkan hasil pada Tabel 4. menunjukkan bahwa masing-masing nilai

Cronbach’s Alpha pada setiap variabel lebih besar dari 0,6 (Cronbach’s Alpha > 0,6). Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel yang ada termasuk reliabel sehingga dapat digunakan untuk melakukan penelitian

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Tabel 5.

Hasil Uji Normalitas Model I

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandartdized

Residual

N

180

Normal Parameters       a,b       Mean

0.071133

Std.Deviation

0.64724564

Most Extreme                     Absolute

0.096

Differences                           Positive

0.057

Negative

-0.096

Kolmogorof

1.285

Asymp. Sig. (2-tailed)

0.074

  • a.  Test distribution is Normal.

  • b.  Calculated from data

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Model II

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandartdized

Residual

N

180

Normal Parameters       a,b       Mean

.0716133

Std.Deviation

.64724564

Most Extreme                     Absolute

.096

Differences                           Positive

.057

Negative

-.096

Kolmogorof

1.285

Asymp. Sig. (2-tailed)

.074

  • a.  Test distribution is Normal.

  • b.  Calculated from data

Berdasarkan penghitungan melalui SPSS uji normalitas model I dan II didapatkan nilai signifikansi nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,074 dan 0,074 dimana nilai yang diperoleh lebih besar 0,05 Hasil ini menunjukkan model regresi I dan II penelitian terdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Tabel 7.

Hasil Uji Multikolinearitas Model I

No

Variabel

Nilai Tolerance

Nilai VIF

1

Efikasi diri

0,519

1,928

2

Kebutuhan akan prestasi

0,519

1,928

Sumber: Data Primer, diolah (2017)

Tabel 8.

Hasil Uji Multikolinearitas Model II

No

Variabel

Nilai Tolerance

Nilai VIF

1

Efikasi diri

0,445

2,247

2

Kebutuhan akan prestasi

0,481

2,078

3

Keberanian mengambil risiko

0,564

1,773

Sumber: Data Primer, diolah (2017)

Berdasarkan hasil pada tabel 7 dan 8 telah ditunjukkan bahwa nilai tolerance yang ada pada setiap variabel bebas > 0,10 dan nilai VIF < 10. Dapat disimpulkan bahwa model penelitian yang dibuat tidak terdapat gejala multikolinearitas.

Uji Heteroskedastitas

Tabel 9.

Hasil Uji Heteroskedastisitas model I

Variabel

Signifikansi

Keterangan

Efikasi Diri (X1)

0,301

Bebas Heteroskedastisitas

Kebutuhan Akan Prestasi (X2)

0,531

Bebas Heteroskedastisitas

Sumber: Data Primer, diolah (2017)

Tabel 10.

Hasil Uji Heteroskedastisitas model II

Variabel                         Signifikansi

Keterangan

Efikasi Diri (X1)                                      0,501

Kebutuhan Akan Prestasi (X2)                      0,066

Keberanian Mengambil Risiko (Y1)                 0,448

Bebas Heteroskedastisitas

Bebas Heteroskedastisitas

Bebas Hetero0skedastisitas

Sumber: Data Primer, diolah (2017)

Berdasarkan uji glejser pada Tabel 9 dan Tabel 10 dapat dilihat bahwa

nilai signifikansi dari masing-masing variabel lebih besar atau diatas 0,05 hal ini berarti seluruh variabel bebas dari masalah heteroskedastisitas.

Hasil Analisis Jalur (Path Analisis) dan Kelayakan Model

Data penelitian ini diuji menggunakan teknik analisis jalur (Path Analisis), dimana analisis jalur adalah perluasan dari analisis regresi linier berganda untuk

menguji hubungan kausalitas antara dua atau lebih variable. Tahapan dalam melakukan teknik analisis jalur yaitu:

Tabel 11. Hasil Uji t Model I

Coeffisients ͣ

Model

Unstadardized Coefisien

Standardized Coefisien

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Eror

Beta

t

Tolerance

VIF

1         (Constant)

.ooo

.056

.000

1.000

Efikasi Diri

.424

.078

0.424

5.416

.000

0.519

1.928

Keb. Akan

prestasi

.291

.078

0.291

3.711

.000

0.519

1.298

a. Dependent Variable: Keberanian

Sumber: Data Primer, diolah (2017)

Pada table 11 menunjukkan hasil signifikansi dari penghitungan statistik uji sebesar 0,000 < 0,05, dan t-hitung kurang dari t-tabel (5,416>1,973) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini dapat diartikan bahwa efikasi diri berpengaruh terhadap keberanian mengambil risiko mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana.

Tabel 12.

Hasil Uji t Model II

Coeffisients ͣ

Model

Unstadardized    Standardized

Coefisien         Coefisien                       Collinearity Statistics

B    Std. Eror      Beta         t     Sig.   Tolerance    VIF

1             (Constant)

Efikasi Diri Keb. Akan prestasi

Keberanian

.000       .056                    .000   1.000

.297       .078           .297  3.347    .001        .445      2.247

.194       .078           .194   2.329    .021        .481      2.078

.247       .077           .247   3.212    .002        .564      1.773

a. Dependent Variable: Niat Berwirausaha

Sumber: Data Primer, diolah (2017)

Pada table 12 menunjukkan hasil signifikansi dari penghitungan statistik uji sebesar 0,001 < 0,05, dan t-hitung kurang dari t-tabel (3,347>1,973) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini dapat diartikan bahwa efikasi diri berpengaruh terhadap niat berwirausaha mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana.

Tabel 13.

Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung serta Pengaruh Total Efikasi Diri (X1), Kebutuhan Akan Prestasi (X2), Keberanian Mengambil Risiko (Y1) dan Niat Berwirausaha (Y2)

Pengaruh Variabel

Pengaruh Kausal Tidak Langsung

Sisa e1 dan e2

Total

Langsung

Melalui Y1

X1 terhadap Y2

0,297

-

-

0,297

-

0,261+(0,424x 0,247)

-

0,365

X2 terhadap Y2

0,194

-

-

0,194

-

0,194+(0,291 x 0,247)

-

0,265

X1,X2,Y1 terhadap Y2

0,247

-

0,765

1,012

X1 terhadap Y1

0,424

-

-

0,424

X2 terhadap Y1

0,291

-

-

0,053

X1,X2 terhadap Y1

0,295

-

0,750

1,045

Sumber: Data diolah (2017)

Berdasarkan pemaparan mengenai persamaan struktur di atas,dapat dinyatakan bahwa diagram koefisien jalur dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Validasi Model Diagram Jalur Akhir

Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan diagram jalur pada Gambar 1 maka dapat dihitung keberanian mengambil risiko memediasi pengaruh efikasi diri adalah sebesar 0,024. Keberanian risiko memediasi kebutuhan akan prestasi adalah sebesar 0,291. Efikasi diri berpengaruh langsung terhadap niat berwirausaha adalah sebesar 0,297. Kebutuhan akan prestasi kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha adalah sebesar 0,194. Keberanian mengambil risiko memediasi pengaruh efikasidiri dan kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha adalah sebesar 0,247.

Pengaruh Variabel Parsial

Kriteria pengujian untuk menjelaskan interpretasi pengaruh masing masing variable sebagai berikut:

Jika Sig. t < 0,05 maka H0 di tolak dan H1 di terima.

Jika Sig. t < 0,05 maka H0 di terima dan H1 di tolak.

Pengaruh efikasi diri terhadap keberanian mengambil risiko

Berdasarkan hasil analisis efikasi diri terhadap keberanian mengambil risiko sebesar 0,424 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Dari angka tersebut dapat muncul indikasi dan dapat memberikan gambaran bahwa efikasi diri memiliki pengaruh terhadap keberanian mengambil risiko.

Pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap keberanian mengambil risiko.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan akan prestasi terhadap keberanian mengambil risiko nilai signifikansinya sebesar 0,077 > 0,05. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka hipotesis pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap keberanian mengambil risiko tidak dapat diterima atau ditolak.

Pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha.

Berdasarkan hasil analisis nilai koefisien beta positif sebesar 0,297 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel efikasi diri berpengaruh terhadap niat berwirausaha. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka hipotesis pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha dapat diterima. Pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha.

Berdasarkan hasil analisis nilai koefisien beta sebesar 0,194 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,021 < 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel kebutuhan akan prestasi berpengaruh terhadap niat berwirausaha. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka hipotesis pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha dapat diterima.

Pengaruh keberanian mengambil risiko terhadap niat berwirausaha.

Berdasarkan hasil analisis nilai koefisien beta sebesar 0,247 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 > 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel keberanian mengambil risiko tidak berpengaruh terhadap niat berwirausaha.

Peran keberanian mengambil risiko memediasi pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha.

Berdasarkan asil penelitian pada pengujian efikasi diri terhadap keberanian mengambil risiko, diperoleh nilai standardized beta sebesar 0,424 dan signifikannya 0,000 < 0,05 yang berarti efikasi diri berpengaruh terhadap keberanian mengambil risiko artinya jika efikasi diri meningkat maka keberanian mengambil risiko meningkat.

Peran keberanian mengambil risiko memediasi kebutuhan akan prestasi terhadap niat

berwirausaha.

Berdasarkan hasil penelitian pada pengujian kebutuhan akan prestasi terhadap keberanian mengambil risiko, diperoleh nilai standardized beta sebesar 0,291 dan signifikannya 0,000 > 0,05 yang berarti kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh terhadap keberanian mengambil risiko

Pembahasan Hasil Penelitian

Pengaruh efikasi diri terhadap keberanian mengambil risiko.

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan menunjukan koefisien beta sebesar 0,424 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Dari angka tersebut dapat muncul indikasi dan dapat memberikan gambaran bahwa efikasi diri memiliki pengaruh terhadap keberanian mengambil risiko.

Hasil uji dari penelitian ini searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Krueger dan Dickson dalam Kume at al. (2013) menyatakan bahwa para eksekutif bisnis yang memiliki self-efficacy tinggi akan melihat peluang dan ancaman yang berbeda dan akan mengambil lebih banyak risiko. Berdasarkan

hasil yang diperoleh maka hipotesis pengaruh efikasi diri terhadap keberanian mengambil risiko dapat diterima.

Pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap keberanian mengambil risiko.

Berdasarkan hasil perhitungan yang didapatkan melalui perhitungan pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai koefisien beta sebesar 0,291 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 > 0,05. Hal ini memberikan indikasi bahwa kebutuhan akan prestasi tidak memiliki pengaruh terhadap keberanian mengambl risiko.

Hasil uji penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Altinay et al., (2012) yang menjelaskan bahwa need for achievement tidak berpengaruh terhadap risk taking ppropensity dikarenakan nilai signifikansinya sebesar 0,077 > 0,05. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka hipotesis pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap keberanian mengambil risiko tidak dapat diterima atau ditolak.

Pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai koefisien beta positif sebesar 0,297 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel efikasi diri berpengaruh terhadap niat berwirausaha. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka hipotesis pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha dapat diterima. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayodele (2013) dalam penelitiannya di Ogun-Nigeria menyatakan bahwa efikasi diri berpengaruh secara signifikan terhadap niat berwirausaha.

Pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai koefisien beta sebesar 0,194 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,021 < 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel kebutuhan akan prestasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka hipotesis pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha dapat diterima. Hasil penelitian ini searah dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ferreira et al. (2012) Menunjukkan bahwa Need for Achievement berpengaruh secara positif terhadap niat berwirausaha.

Pengaruh keberanian mengambil risiko terhadap niat berwirausaha.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai koefisien beta sebesar 0,247 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 > 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel keberanian mengambil risiko tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap niat berwirausaha

Peran keberanian mengambil risiko memediasi hubungan pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha.

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka hipotesis pengaruh tidak langsung antara efikasi diri terhadap niat berwirausaha melalui variabel keberanian mengambil risiko tidak dapat diterima atau ditolak, karena pada variabel keberanian mengambil risiko tidak terjadi hubungan terhadap niat berwirausaha. Peran keberanian mengambil risiko memediasi kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha.

Hasil penelitian pada pengujian kebutuhan akan prestasi terhadap keberanian mengambil risiko, diperoleh nilai standardized beta sebesar 0,291 dan

signifikannya 0,000 > 0,05 yang berarti kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh terhadap keberanian mengambil risiko. Nilai standardized beta sebesar 0,291 merupakan nilai path atau jalur b.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan adalah (1) Efikasi diri berpengaruh terhadap keberanian mengambil risiko mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana. Oleh karena itu, apabila efikasi diri mahasiswa semain tinggi maka keberanian mahasiswa dalam mengambil risiko akan meningkat. (2) Kebutuhan akan prestasi tidak memiliki pengaruh terhadap keberanian mengambil risiko mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana. Artiya kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh terhadap keberanian mengambil risiko, hal ini dibuktikan dari nilai signifikansi 0,000 > 0,05. (3) Efikasi diri berpengaruh terhadap niat berwirausaha. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi efikasi diri mahasiswa maka akan semakin tinggi pula niat berwirausaha mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana. (4) Kebutuhan akan prestasi berpengaruh terhadap niat berwirausaha mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana. Artinya semkin tinggi kebutuhan akan prestasi mahasiswa makan akan semakin tinggi pula niat untuk berwirausaha. (5) Keberanian mengambil risiko tidak memiliki pengaruh terhadap niat berwirausaha. Hal ini berarti bahwa keberanian mengambil risiko tidak menjadi faktor penentu niat berwirausaha mahasisiwa program studi non reguler Universitas Udayana. Semakin tinggi

keberanian mengambil risiko maka belum tentu akan semakin tinggi pula niat berwirausaha karena antara kedua variabel tidak terjadi hubungan pengaruh. (6) Peran keberaian mengambil risiko memediasi pengaruh efikasi diri terhadap niat berwirausaha mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana. Artiya bahwa pengaruh yang sebenarnya efikasi diri terhadap niat berwirausaha adalah pengaruh langsung. Hal ini dibuntikan dengan nilai koefisien hubungan langsung lebih besar yaitu 0,365 dibandingkan nilai koefisien regresi hubungan tidak langsung sebesar 0,297. (7) Peran keberanian mengambil risiko memdiasi kebutuhan akan prestasi terhadap niat berwirausaha mahasiswa program studi non reguler Universitas Udayana.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka saran yang dapat diberikan adalah Hasil deskriptif penelitian tentang niat berwiausaha pada pernyataan mengenai “Sebagai wirausaha harus percaya akan adanya keberuntungan” memiliki nilai indicator paling rendah, membuktikan bahwa dalam berwirausaha faktor keberuntungan menjadi alasan setiap responden utntuk tidak berani memulai berwirausaha dikarenakan responden menilai keberuntungan tidak selalu menyertai dalam berwirausaha,oleh karena itu sikap realistis reponden terhadap berwirausaha membuat responden tidak percaya akan adanya keberuntungan dan sikap tersebut harus dihilangkan. Dalam mengembangkan niat berwirausaha Universitas Udayana dapat mewujudkan dengan pengembangan altrnatif lain diluar pendidikan informal seperti pemberian seminar dan pelatihan-pelatihan kewirausahaan sehingga akan semakin meningkatkan niat berwirausaha mahasiswa.

REFRENSI

Akanbi, Samuel T. 2013. Familial factors, personality traits and self-efficacy as determinants of entrepreneurial intention among vocational based college of education students in oyo state, nigeria. The African Symposium: An online journal of the African Educational Research Network, 13 (2), pp:66-76.

Ayodele, K.O. 2013. Demographic, Entrepreneurial Self-Efficacy and Locus of Control As Determinant of Adolescents’ Entrepreneurial Intention in Ogun State, Nigeria. European Journal of Business and Social Sciences, 1 (12), pp: 59-67.

Badan Pusat Statistik (BPS), Proyeksi pertumbuhan peduduk Indonesia tahun 2010-2035. www.bps.go.id. Diakses tanggal 19, bulan 11, tahun 2014.

Carraher, S.M, J.K. Buchanan, and G. Puia. 2010. Entrepreneurial Kebutuhan akan prestasi in China, Latvia, and USA. Baltic Journal of Management, 5 (3), pp: 378-396.

Chandra, A. 2009. Individual investor’s trading behavior and the competence effect. Journal of behavioral finance, 6 (1), pp: 56-70.

Daryanto.2012. Pendidikan Kewirausahaan. Yogyakarta: Gava Media.

Ertuna, Z.I. and E. Gurel. 2011. The Moderating Role of Higher Education On Entrepreneurship. Education + Training, 53 (5), pp: 387-402.

Ferreira Joa˜o J, M. L. Raposo, R.G. Rodrigues, A. Dinis and A. D. Pac¸o. 2012. A model of entrepreneurial intention An application of the psychological and behavioral approaches. Journal of Small Business and Enterprise Development, 19 (3), pp: 424-440.

Indarti, N dan dan Rokhima R. 2008. Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia. Jurnal Ekonomika dan Bisnis Indonesia, 23 (4), h: 1-27..

Kume, A, V. Kume and B. Shaini. 2013. Entrepreneurial Characteristics Amongst University Students in Albania. European Scientific Journal. 9 (16), pp: 206-225.

Lestari, R.B. dan T. Wijaya. 2012. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI. Jurnal Ilmiah STIE MDP, 1 (2), h: 112-119.

Mahesa, A. D dan Edy R. 2012. Analisis faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi minat berwirausaha. Diponegoro journal of management. 1 (1), h:130-137.

Ogunleye, J.A. and Osagu, J. C. 2014. Self-Efficacy, Tolerance for Ambiguity and Kebutuhan akan prestasias Predictors of Entrepreneurial Orientation among Entrepreneurs in Ekiti State, Nigeria. European Journal of Business and Management, 6 (17), pp: 240-250.

Owoseni, O. O. 2014. The Influence of Some Personality Factors on Entrepreneurial Intentions. International Journal of Business and Social Science, 5 (1), pp: 278-284.

Prihatsanti, U. 2010. Hubungan kepuasan kerja dan need for achievement dengan kecenderungan resistance change pada dosen UNDIP Semarang. 8 (2), h: 78-86

Silvia. 2013. Pengaruh Entrepreneurial Traits dan Entrepreneurial Skills Terhadap Intensi Kewirausahaan: Studi Empiris Dapak Pendidikan Kewirausahaan pada Mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya. AGORA, 1(1).

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suharti, L dan Hani S. 2011. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention): Studi Terhadap Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Jurnal manajemen dan kewirausahaan, 13 (2), h: 124-134.

Susetyo, D. dan P. S. Lestari. 2014. Developing Entrepreneurial Intention Model of University Students (an Empirical Study On University Student in Semarang, Indonesia). International Journal of Engineering and Management Sciences, 5 (3), h: 184-196.

Tang, J. and Z. Tang. 2007. The relationship of achievement motivation and risktaking propensity to new venture performance: A Test of the moderating effect of entrepreneurial munificence. International Journal Entrepreneur and Small Business. 4 (4), pp: 450-472.

Utama, S. M. 2009. Aplikasi Analisis Kuantitatif (Edisi Ketiga). Denpasar: Sastra Utama.

Utaminingtyas, T. H., O Usman dan Suherman. 2011. Pengaruh self-employed parents, latar belakang pendidikan, self-efficacy, pengalaman kerja dan akses modal terhadap keinginan berwirausaha. EconoSains, 9 (1), h: 6272.

Wijaya, T. 2008. Kajian Model Empiris Perilaku Berwirausaha UKM DIY dan Jawa Tengah. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 10 (2), pp: 292312.

5404