E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 9, 2017: 4829-4856

ISSN : 2302-8912

PENGARUH LIKUIDITAS DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI

Novia Dwiyanthi 1

Gede Merta Sudiartha 2

1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia email: [email protected]

ABSTRAK

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi profitabilitas pada perusahaan salah satunya adalah rasio keuangan. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh likuiditas dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Populasi dalam penelitian ini menggunakan sektor industri barang konsumsi, jumlah populasi yang ada pada penelitian ini sebanyak 38 perusahaan industri barang konsumsi. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel 26 perusahaan indutri barang konsumsi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Model analisis yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian ini adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa Current Ratio (CR) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas ,perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas, perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas danerputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Kata kunci: likuiditas, perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan

ABSTRACT

Profitability is the ability of the company in obtaining profit or profit. Some factors that can affect profitability in the company one of them is the financial ratio. The purpose of this study to determine the effect of liquidity and working capital turnover on profitability in consumer goods industry companies in Indonesia Stock Exchange period 2013-2015. The population in this study using the consumer goods industry sector, the number of population in this study as many as 38 companies of consumer goods industry. The technique used in sampling is purposive sampling, with the number of samples of 26 companies of consumer goods industry. The data used in this research is secondary data. The analytical model used to solve this research problem is multiple linear regression. Based on the results of the analysis found that: Current Ratio (CR) has a negative effect on profitability, cash flow has a positive effect on profitability, receivable turnover has a positive effect on profitability and inventory turnover have a positive effect on profitability.

Keywords: liquidity, cash turnover, receivable turnover, inventory turnover

PENDAHULUAN

Persaingan industri manufaktur seperti perusahaan industri barang konsumsi di Indonesia semakin ketat, hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai 31 Desember 2015, tercatat ada 144 perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Kemudian dari perusahaan-perusahaan tersebut diabgi menjadi tiga kelompok atau sektor yang terdiri dari industri dasar dan kimia, industri barang konsumsi, dan aneka industri.

Selain itu, semakin ketatnya persaingan industri manufaktur ditandai dengan banyaknya produk impor dan produk ilegal yang dengan mudahnya masuk ke pasar Indonesia sehingga menjadi hambatan bagi perusahaan manufaktur untuk menguasai pasar. Persaingan yang terjadi menuntut perusahaan untuk dapat lebih berkompetitif agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan lainnya. Perusahaan harus mampu mengelola keuangannya dengan baik, artinya kebijakan pengelolaan keuangan harus dapat menjamin keberlangsungan usaha perusahaan. Tujuan dari didirikannya perusahaan adalah memenuhi kebutuhan manusia akan produk dan mempertahankan eksistensi perusahaan, dengan cara meningkatkan seluruh aktivitas perusahaan dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki agar perusahaan mencapai laba yang maksimal. Laba yang diperoleh dapat dimaksimalkan melalui peningkatan penjualan produk dan meminimalkan biaya operasional. Untuk mengukur efisiensi aktivitas suatu perusahaan

dalam memperoleh laba dapat diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas.

Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemamapuan perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2013:196). Profitabilitas digunakan sebagai tolak ukur berhasil atau tidak perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan bagi karyawan perusahaan semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh oleh perusahaan, maka ada peluang untuk meningkatkan gaji karyawan. Ada beberapa alat ukur yang dipergunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas, antara lain : return on assets (ROA) dan return on equity (ROE). Rasio profitabilitas merupakan bagian dari alat untuk mengukur prestasi keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kekayaan dan sumber daya yang ada, seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan sebagainya (Putra, 2012). Penelitian ini mengukur profitabilitas dengan menggunakan Return on Assets (ROA). Return on assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan menghasilkan laba dari total aktiva yang digunakan (Wiagustini, 2010:81).

Profitabilitas yang tinggi akan dapat mendukung kegiatan operasional secara maksimal. Tinggi rendahnya profitabilitas dipengaruhi banyak faktor seperti Likiuditas dan modal kerja. Likuiditas sebagai alat pengukur seberapa besar kemampuan perusahaan didalam memenuhi kebutuhan kas untuk membayar kewajiban jangka pendek maupun untuk membayai operasional sehari-hari sebagai modal kerja. Likuiditas mempunyai hubungan yang erat dengan profitabiltas, karena likuiditas menunjukkan tingkat ketersediaan modal kerja

yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional. Menurut Horne dan Machowicz (2005:313) dalam bukunya prinsip-prinsip manajemen keuangan, kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik dengan likuiditas. Hal ini menjadi permasalahan dalam perusahaan yang dihadapkan pada persoalan bertolak belakangnya likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Bilamana perusahaan menetapkan aset yang besar, kemungkinan yang terjadi pada tingkat likuiditas akan aman, akan tetapi harapan untuk mendapatkan laba yang besar akan turun yang kemudian akan berdampak pada profitabilitas perusahaan ataupun sebaliknya. Makin tinggi likuiditas, maka makin baik posisi perusahaan dilihat dari kreditur oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak, ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana–dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan.

Likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR) adalah salah satu rasio yang mengukur tingkat likuiditas perusahaan dengan cara membandingkan aset lancar dengan hutang lancar. Menurut (Brigham, 2012: 134) CR merupakan sebuah rasio likuiditas yang menggambarkan sampai sejauh apa kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat. Investor dapat menggunakan rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup hutang lancarnya dengan aset lancar yang dimiliki. Menurut Sartono (2001:206), semakin tinggi current ratio berarti semakin besar

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar yang menganggur. Jadi hal tersebut tidak baik bagi profitabilitas perusahaan karena aktiva lancar menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap (Hanafi dan Halim, 2003:54). Current ratio yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015), Miadalyni (2013) dan Rengasamy (2014) mengenai pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas, namun hasil yang berbeda mengenai pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas ditemukan dari penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2014) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas.

Perusahaan akan membutuhkan potensi sumber daya, salah satunya adalah modal, baik modal kerja seperti kas, piutang, persediaan dan modal tetap seperti aktiva tetap. Modal merupakan masalah utama yang akan menunjang kegiatan operasional perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya (Bramasto, 2008). Modal kerja adalah investasi perusahaan jangka pendek seperti kas, surat berharga, piutang dan inventori atau seluruh aktiva lancar (Putra, 2012). Mengingat pentingnya modal kerja di dalam perusahaan, manajer keuangan harus dapat merencanakan dengan baik besarnya jumlah modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena jika terjadi kelebihan atau kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan (Supriyadi dan Fazriani, 2011). Jika perusahaan kelebihan modal kerja akan

menyebabkan banyak dana yang menganggur, sehingga dapat memperkecil profitabilitas. Sedangkan apabila kekurangan modal kerja, maka akan menghambat kegiatan operasional perusahaan.

Tiga komponen modal kerja yaitu kas, piutang, dan persediaan. Ketiga komponen modal kerja tersebut dapat dikelola dengan cara yang berbeda untuk memaksimalkan profitabilitas atau untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan (Lazaridis dan Tryfonidis, 2006). Husnan dan Pudjiastuti (2004) menyatakan kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial perusahaan. Selain kas, komponen lainnya adalah piutang, yang timbul karena adanya penjualan kredit, semakin besar penjulan kredit maka semakin besar pula investasi dalam piutang dan akibatnya risiko atau biaya yang akan dikeluarkan akan semakin besar pula (Santoso dan Nur, 2008). Komponen modal kerja yang lain dalam penelitian ini adalah persediaan, juga merupakan elemen utama dari modal kerja, karena jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan, jenis persediaan yang ada dalam perusahaan akan tergantung dari jenis perusahaan (Wiagustini, 2010:148). Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari sebuah perusahaan, dapat diukur dari tingkat perputarannya.

Penelitian-penelitian diantaranya yang dilakukan oleh Putra (2012) menunjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian tersebut diperkuat oleh Wijaya (2012) dimana komponen modal kerja tersebut mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan Raheman dan Nasr

(2007) juga dapat memperkuat karena perputaran persediaan, perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Hasil penelitian berbeda juga didapatkan oleh Teruel dan Solano (2007) yang menyimpulkan bahwa perputaran piutang, perputaran persediaan mempunyai hubungan yang negatif signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Ganesan (2007) juga menunjukkan bahwa manajemen modal kerja memiliki hubungan yang negatif signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas karena dari hasil penelitian sebelumnya yang masih saling kontradiksi.

Rasio lancar merupakan rasio perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya (Horne dan Wachowicz, 2012). Lokollo (2013) menjelaskan Current Ratio atau rasio Lancar adalah nilai yang menunjukkan ketersediaan aset lancar untuk memenuhi kewajiban lancar, dengan demikian diduga semakin besar nilai CR maka semakin kecil ROA. Nilai Current Ratio (CR) yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan melakukan penempatan dana yang besar pada sisi aktiva lancar. Menurut penelitian Afriyanti (2011) menunjukkan bahwa CR secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Firdaus Yasin (2013), yang menunjukkan bahwa Current Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap Profitabilitas. Hasil penelitian Rahmawati (2009) menunjukkan bahwa variabel current ratio berpengaruh negatif terhadap ROA.

Hal ini berarti bahwa apabila current ratio mengalami kenaikan maka akan menurunkan nilai ROA sebaliknya apabila current ratio mengalami penurunan maka akan menaikkan nilai ROA .

H1 : Current Ratio (CR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Perputaran kas merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan jumlah rata-rata kas. Perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan, sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik. Ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2001). Hasil penelitian Rahma (2011), Putra (2012), Raheman dan Nasr (2007), Teruel dan Solano (2007) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Berdasarkan pada kajian-kajian teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

H2 : Perputaran kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Piutang muncul karena perusahaan melakukan penjualan secara kredit untuk meningkatkan volume usahanya. Menurut Riyanto (2001:90) perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Putra (2010), Wijaya

(2012), Santoso dan Nur (2008) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Berdasarkan pada kajian-kajian teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

H3 : Perputaran piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Persediaan merupakan salah satu komponen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Pengelolaan persediaan merupakan suatu pekerjaan yang sulit, dimana kesalahan dalam menentukan tingkat persediaan dapat berakibat fatal. Raharjaputra (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, kemungkinan semakin besar perusahaan akan memperoleh keuntungan, begitu pula sebaliknya, jika tingkat perputaran persediaannya rendah maka kemungkinan semakin kecil perusahaan akan memperoleh keuntungan. Selain itu, Munawir (2004) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Lazaridis dan Tryfonidis (2006), Raheman dan Nasr (2007) yang menyatakan bahwa tingkat perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Berdasarkan pada kajian-kajian teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

H4 : Perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dan teknik analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini bentuk asosiatif, yaitu untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih.

Lokasi penelitian dilakukan di perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Informasi dalam penelitian ini dapat di akses melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu, www.idx.co.id. Situs tersebut berisi laporan keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Obyek penelitian ini adalah Likuiditas yang diproyeksikan dengan Current Ratio (CR) dan Modal Kerja yang diproyeksikan dengan Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, dan Perputaran modal kerja yang mempengaruhi oleh Profitabilitas (ROA), pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015.

Variabel terikat (Dependent Variabel) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Profitabilitas yang dinotasikan dengan (Y). Profitabilitas (Y) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan total aktiva. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Dalam penelitian ini profitabilitas dihitung dengan Return on Assets (ROA), yaitu dengan

membandingkan antara laba setelah pajak dengan total aktiva pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan satuan hitung adalah persentase.

Variabel bebas (Independent Variabel) yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2010:59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Current ratio yang dinotasikan dengan (X1), Perputaran kas yang dinotasikan dengan (X2), Perputaran piutang yang dinotasikan dengan (X3), serta Perputaran persediaan yang dinotasikan dengan (X4). Current Ratio (X1) adalah perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan satuan hitungnya adalah persentase. Perputaran kas (X2) adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan satuan hitung adalah kali. Perputaran Piutang (X3) adalah perbandingan antara penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata piutang pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan satuan hitungnya adalah kali. Perputaran Persediaan (X4) diukur dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan pada perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan satuan hitung adalah kali.

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar (Sugiyono, 2010:14). Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi daftar perusahaan industry barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesiayang diteliti dari tahun 2013-2016 serta gambaran umum mengenai perusahaan sampel. Data kuantitatif adalah data berupa angka-angka atau data yang dapat diangkakan (Sugiyono, 2010:14). Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu meliputi laporan keuangan perusahaan dalam bentuk neraca dan laba rugi perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diteliti dari tahun 2013-2016.

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain (Sugiyono, 2010:193). Data tersebut diperoleh melalui publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan induastri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015.

(Sugiyono, 2014 :115) Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti kemudian ditarik simpulan. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang aktif diperdagangkan yaitu perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015. Populasi dalam penelitian berjumlah 38 perusahaan. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Nursalam,2008).

Berdasarkan data yang diperoleh dari website www.idx.co.id diperoleh jumlah populasi sebanyak 38 perusahaan industri barang konsumsi yang disajikan dalam bentuk Tabel 1.

Tabel 1.

Proses Pemilihan Perusahaan Sampel

Keterangan

Jumlah perusahaan

Perusahaan yang listing di BEI (populasi)

38

Perusahaan yang memiliki profit yang negative

(12)

Total sampel

26

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2017

Tabel 1 Perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada periode 2013-2015 berjumlah 38 perusahaan. Pada data perusahaan tersebut, terdapat tiga perusahaan yang baru terdaftar di BEI. Tiga perusahaan yang baru listing pada tahun 2013 yaitu PT Wismilak Inti Makmur Tbk, PT Industri Jamu & Farmasi Sido Mucul Tbk, dan PT Tri Banyan Tirta Tbk. Terdapat dua belas perusahaan yang memiliki profit negatif yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia yaitu : PT Tempo Scan Pasific Tbk, PT Prasidha Aneka Niaga Tbk, PT Davomas Abadi Tbk, PT Merck Sharp Dochme Pharma Tbk, PT Bentoel International Investama Tbk, PT Indofarma (Persero) Tbk, PT Mustika Ratu Tbk, PT Langgeng Makmur Industri Tbk, PT Sekar Bumi Tbk, PT Tri Banyan Tirta Tbk, PT Bentoel Internasional Investama Tbk, dan PT Chitose Internasional Tbk. Berdasarkan data tersebut, penelitian ini hanya menggunakan sampel 26 perusahaan industri barang konsumsi dari periode 2013-2015 yang terdaftar di BEI, penelitian.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode observasi nonpartisipan. Observasi nonpartisipan adalah obervasi yang dilakukan peneliti yang tidak terlibat secara langsung dan hanya sebagai pengamat independen saja (Sugiyono, 2014; 204). Penelitian ini menggunakan data yang dapat diperoleh dari berbagai dokumen serta literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan) terhadap variabel terikat (profitabilitas) baik secara simultan maupun secara parsial. Analisis ini dikerjakan dengan bantuan program komputer SPSS (Statistical Package For Social Science).

Menurut Nata Wirawan (2002:293) persamaan regresi linear berganda ditunjukkan oleh persamaan sebagai berikut :

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e....................................(1)

Dimana :

Y        = Return On Assets (ROA)

α         = Konstanta

b1-b2-b3-b4 = Koefisien regresi

X1        = Current Ratio

X2        = Perputaran Kas

X3        = Perputaran Piutang

X4        = Perputaran Persediaan

e         = Standard error (Variabel pengganggu)

Sebelum model regresi linear berganda digunakan untuk memprediksi nilai variabel, maka model terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis statistik deskriptif menjelaskan deskripsi data dari seluruh variabel yang diteliti. Hasil statistik deskriptif menampilkan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) dan deviasi standar. Penelitian ini menggunakan variabel profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), dan Perputaran Modal Kerja (Perpputaran Kas, Piutang, dan Persediaan).

Berdasarkan kriteria sampel yang digunakan, diperoleh dari observasi lainnya 26 perusahaan sektor industri barang konsumsi di BEI selama periode 2013-2015. Uji asumsi klasik dilakukan tidak ditemukan bahwa ada data outlier.

Tabel 2.

Hasil analisis deskriptif

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Profitabilitas

78

.47

45.72

12.0651

10.86969

Current Ratio

78

51.39

642.37

247.4722

141.32181

Perputaran Kas

78

.10

129.10

21.6064

31.02694

Perputaran Piutang

78

.20

16.30

6.4923

4.48182

Perputaran Persediaan

78

.00

8.20

3.9508

2.39152

Valid N (listwise)

78

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2017

Data Tabel 2 menunjukkan bahwa statistik deskriptif diatas, terdapat berbagai informasi deskripsi dari variabel yang digunakan. Output tampilan SPSS menunjukkan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 78 (n).

Variabel Profitabilitas (Y) memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 0,47, sedangkan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 45,72, dengan rata-rata (mean) sebesar 12,0651 dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 10,869. Variabel Current Ratio (X1) memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 51,39, sedangkan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 642,37, dengan rata-rata (mean) sebesar 247,4722 dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 141,32181. Variabel Perputaran Kas (X2) memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 0,10, sedangkan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 129,10, dengan rata-rata (mean) sebesar 21,6064 dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 31,02694. Variabel Perputaran Piutang (X3) memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 0,20, sedangkan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 16,30, dengan rata-rata (mean) sebesar 6,4923 dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 4,48182. Variabel Perputaran Persediaan (X4) memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 0,00,

sedangkan nilai tertinggi (maksimum) sebesar 8,20, dengan rata-rata (mean) sebesar 3,9508 dan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 2,39152.

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data yang digunakan normal atau tidak dapat dilakukan dengan menggunakan uji Run Test. Apabila koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka data tersebut dikatakan berdistribusi normal.

Tabel 3.

Hasil Uji Normalitas

Unstandardized Residual

Test Valuea                                                          -.35159

Cases < Test Value39

Cases >= Test Value39

Total Cases78

Number of Runs35

Z                                                                    -1.140

Asymp. Sig. (2-tailed).254

Sumber : Data Sekunder Diolah, 2017

Data Tabel 3 menunjukkan bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,254. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa model persamaan regresi tersebut berdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0,254 lebih besar dari nilai alpha 0,05.

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 10% atau VIF Kurang dari 10, maka dikatakan tidak ada multikolinearitas.

Tabel 4.

Hasil Uji Multikoleniaritas

Variabel

Tolerance

VIF

Current Ratio (X1)

0,854

1,171

Perputaran Kas (X2)

0,528

1,893

Perputaran Piutang (X3)

0,589

1,698

Perputaran Persediaan (X4)

0,944

1,060

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2017

Data Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai tolerance dan VIF dari variabel Current Ratio, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan. Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk setiap variabel lebih besar dari 10% dan nilai VIF lebih kecil dari 10 yang berarti model persamaan regresi bebas dari multikolinearitas.

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain yang dilakukan dengan uji Glejser. Jika tidak ada satu pun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap nilai absolute residual atau nilai signifikansinya

di atas 0,05 maka tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.

Tabel 5.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model

Unstandardized    Standardized

Coefficients        Coefficients

Std.

B      Error         Beta            t         Sig.

1 (Constant)

Current Ratio

Perputaran Kas

Perputaran Piutang

Perputaran Persediaan

3.402        .391                           8.691        .000

.600        .542               .126        1.106        .272

  • - .591        .593               -.113         -.997        .322

  • - 1.045        .564              -.233       -1.854        .068

  • - .478        .652              -.092        -.733        .466

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2017

Data Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai Sig. dari variabel Current Ratio (X1), Perputaran Kas (X2), Perputaran Piutang (X3) dan Perputaran Persediaan (X4) masing-masing sebesar 0,272, 0,322, 0,068 dan 0,466 Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap

absolute residual. Dengan demikian, model yang dibuat tidak mengandung gejala heteroskedastisitas.

Tabel 6.

Hasil Uji autokorelasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1       .904a       .817                 .806                    4.78208            2.036

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2017

Data Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai DW 2,036, nilai ini bila

dibandingkan dengan nilai tabel signifikansi 5%, jumlah sampel 78 (n) dan jumlah variabel independen 4 (K=4) maka diperoleh nilai du 1,741. Nilai DW 2,036 lebih besar dari batas atas (du) yakni 1,741 dan kurang dari (4-du) 4-1,741 = 2,259 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

Tabel 7.

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Model                            Unstandardized       Standardized

Coefficients           Coefficients

B       Std. Error      Beta

t          Sig.

1       (Constant)                       7.324           .770

Current Ratio                     -.001           .000           -.237

Perputaran Kas                   .003          .001            .163

Perputaran Piutang               .065          .005           .804

Perputaran Persediaan            .781          .815           .049

9.507       .000

-4.371       .000

2.368       .021

12.312       .000

.958       .341

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2017

Y = β0 + βl ^l + β2 %2 + β3 ^3 + β4‰ + e

Y = 7,324 - 0,001 X1 + 0,003 X2 + 0,065 X3 + 0,781 X4 + e

α = 7,324 artinya jika nilai current ratio perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan sama dengan nol, maka nilai profitabilitas sebesar 7,324. β1 = -0,001 artinya bahwa setiap peningkatan 1 kali current ratio, maka profitabilitas akan mengalami penurunan sebesar 0,1 persen dengan asumsi variabel lainnya konstan. β2 = 0,003 artinya bahwa setiap peningkatan 1 kali perputaran kas, maka profitabilitas akan mengalami peningkatan sebesar 0,2 persen dengan asumsi

variabel lainnya konstan. β3=0,065 artinya bahwa setiap peningkatan 1 kali perputaran piutang, maka profitabilitas akan mengalami peningkatan sebesar 6,5 persen dengan asumsi variabel lainnya konstan. β4= 0,781 artinya bahwa setiap peningkatan 1 kali perputaran persediaan, maka profitabilitas akan mengalami peningkatan sebesar 78 persen dengan asumsi variabel lainnya konstan.

Nilai determinasi total sebesar 0,817 mempunyai arti bahwa sebesar 81,7% variasi Profitabilitas dipengaruhi oleh variasi Current Ratio, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan, sedangkan sisanya sebesar 18,3% djelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Berdasarkan hasil analisis pengaruh Current Ratio terhadap profitabilitas diperoleh nilai Sig. t sebesar 0,000 dengan nilai koefisien beta -0,001. Nilai Sig. t 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa Current Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas. Berdasarkan hasil analisis pengaruh Perputaran Kas terhadap Profitabilitas diperoleh nilai Sig. t sebesar 0,021 dengan nilai koefisien beta 0,003. Nilai Sig. t 0,021 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa Perputaran Kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas. Berdasarkan hasil analisis pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas diperoleh nilai Sig. t sebesar 0,000 dengan nilai koefisien beta 0,065. Nilai Sig. t 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa Perputaran Piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas. Berdasarkan hasil analisis pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas diperoleh nilai Sig. t sebesar 0,341

dengan nilai koefisien beta 0,781. Nilai Sig. t 0,341 > 0,05 mengindikasikan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil ini mempunyai arti bahwa Perputaran Persediaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Profitabilitas.

Uji keterandalan model atau uji kelayakan model atau yang lebih populer disebut sebagai uji F (ada juga yang menyebutnya sebagai uji simultan model) merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak atau tidak. Layak (andal) disini maksudnya adalah model yang diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Nama uji ini disebut sebagai uji F, karena mengikuti mengikuti distribusi F yang kriteria pengujiannya seperti One Way Anova.

Sig. Tabel ANOVA menunjukkan besarnya angka probabilitas atau signifikansi pada perhitungan ANOVA. Nilai yang tertera digunakan untuk uji kelayanan Model Analisis (dimana sejumlah variabel x mempengaruhi variabel y) dengan ketentuan angka probabilitas yang baik untuk digunakan sebagai model regresi harus < 0,05. Nilai ini bisa dilihat pada kolom Sig. Jika Sig. < 0,05, maka Model Analisis dianggap layak. Jika Sig. > 0,05, maka Model Analisis dianggap tidak layak.

Tabel 8.

Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1       Regression

7428.173

4

1857.043

81.206

.000a

Residual

1669.385

73

22.868

Total

9097.558

77

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2017

Data tabel 8 menunjukkan bahwa hasil analisis pengaruh variabel independen (X1,X2 ,X3 d an X4) secara simultan terhadap variabel dependen (Y) yaitu nilai Sig. t sebesar 0,000. Nilai Sig. t 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa

H0 ditolak dan H1 diterima. Tabel hasil uji anova (UJI F) di atas, diperoleh nilai antar kelompok pembanding = 4, nilai dalam kelompok penyebut = 77, pada probabilitas = 0.05 maka nilai F tabelnya adalah F0,05(4,77) = 2,49. Sedang F hitung = 81,206. Nilai Fhitung > Ftabel, 81,206 > 2,49, dengan nilai sig. 0,000 < 0,05. Maka H0 ditolak pada taraf nyata 0,05 (H1 diterima). Kesimpulannya, pada kelompok yang diuji memiliki perbedaan yang nyata (signifikan). Hasil ini mempunyai arti bahwa ada pengaruh signifikan antar Current Ratio, Perputaran Kas, Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan secara simulan terhadap Profitabilitas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa likuiditas yang diproksikan dengan (CR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas yang diproksikan dengan (ROA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI periode 2013-2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dalam hal likuiditas tidak mampu memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikinya sehingga tidak mempengaruhi profitabilitas yang diperoleh perusahaan. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkenaan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar menjadi uang kas. Jumlah kas, jumlah persediaan dan piutang yang akan menjadi uang kas merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk membayar kewajiban lancar kepada kreditor jangka pendek. Untuk mengukur likuiditas perusahaan dengan menggunakan current ratio

dimana membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar yang harus dilunasi.

Berdasarkan hasil laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi menunjukkan bahwa jumlah persediaan dalam memiliki nilai yang besar pada aktiva lancar. Jumlah persediaan itu sendiri sebagian besar berupa persediaan barang jadi. Jumlah persediaan yang cukup besar tidak menguntungkan bagi perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Husaini (2014), Putri (2013) dan Ima (2007). Menurut Husaini (2014) likuiditas yang tinggi tidak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil dari penelitian Telasih (2014) menunjukkan bahwa likuiditas (CR) berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perputaran Kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI periode 2013-2015. Rahma (2011) menyatakan bahwa perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan, sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik, yang berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2010).

Sebuah perusahaan dalam menjalankan operasionalnya membutuhkan dana yang sangat besar, baik untuk produksi maupun investasi. Kebutuhan dana ini tidak dapat sepenuhnya dipenuhi dengan menggunakan modal. Perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan, sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik. Ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2001). Hal ini menunjukkan perusahaan melakukan penempatan dana yang besar pada sisi aktiva lancar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perputaran Kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perputaran Piutang berpengaruh positif terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI periode 2013-2015. Secara konseptual perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang. Semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut. Manajer piutang perusahaan harus bisa menambah penjualan kreditnya dan menjaga rata-rata piutang harus tetap rendah supaya perputarannya meningkat (Putra, 2012). Bertambahnya penjualan kredit diharapkan dapat meningkatkan laba, sehingga profitabilitas juga meningkat. Hasil analisis penelitian ini sesuai dengan teori, dimana semakin cepat periode berputarnya piutang, maka semakin cepat perusahaan mendapatkan keuntungan (Riyanto, 2001:90). Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Putra (2010), Wijaya (2012), Santoso dan Nur (2008) yang menyatakan bahwa tingkat

perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perputaran Piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perputaran Persediaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI periode 2013-2015. Persediaan merupakan salah satu komponen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Pengelolaan persediaan merupakan suatu pekerjaan yang sulit, kesalahan dalam menentukan tingkat persediaan dapat berakibat fatal. Kesalahan dalam investasi persediaan akan mengganggu kelancaran operasi perusahaan. Apabila persediaan terlalu kecil maka kegiatan operasional besar kemungkinannya mengalami penundaan, atau perusahaan beroperasi pada kapasitas rendah. Sebaliknya apabila persediaan terlalu besar maka akan mengakibatkan perputaran persediaan yang rendah sehingga dapat mengakibatkan profitabilitas perusahaan menurun (Wiagustini, 2010:148). Besarnya persediaan dapat ditingkatkan sepanjang ada penghematan. Keseimbangan antara penghematan dan biaya yang timbul sangat tergantung atas tambahan biaya simpan dan pengendalian persediaan yang efisien (Teruel dan Solano, 2007). Hasil analisis penelitian ini sesuai dengan teori, yang menyatakan bahwa tingkat perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas dimana tingkat perputaran persediaan semakin cepat maka akan meningkatkan kesempatan menjual sehingga dapat meningkatkan profitabilitas (Raharjaputra, 2009). Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Lazaridis dan Tryfonidis (2006), Raheman dan Nasr (2007) yang menyatakan bahwa tingkat

perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perputaran Persediaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas khususnya current ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas pada sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Bila current ratio semakin tinggi, maka profitabilitasnya semakin kecil. Perputaran kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Bila perputaran kas semakin tinggi,maka profitabilitasnya semakin besar. Perputaran piutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Bila perputaran piutang semakin tinggi,maka profitabilitasnya semakin besar. Perputaran persediaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas pada sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015.

Kesimpulan di atas maka saran yang dapat disampaikan adalah Pihak manajemen perusahaan hendaknya mampu mempertahankan modal kerjanya secara efisien. Karena apabila modal kerja dalam perusahaan menunjukkan tingkat efisiensi yang stabil maka profitabilitas akan meningkat. Selain itu perusahaan harus menjaga likuiditasnya khususnya current ratio secara baik. Karena apabila likuiditasnya terlalu tinggi justru akan menyebabkan

profitabilitasnya menurun. Bagi peneliti selanjutnya apabila menginginkan penelitian yang sama, disarankan untuk dapat meneliti pada sektor lain dan jangka waktu yang lebih lama lagi.

REFERENSI

Afriyanti, M. 2011. Analisis pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, Debt to Equity Ratio, Sales dan Size Terhadap ROA, Skripsi Univeritas Diponegoro Semarang.

Agus Sartono. 2012. Manajemen Keuangan Teori dan Apikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE

Bramasto, Ari. 2008. Analisis Perputaran Aktiva Tetap Dan Perputaran Piutang Kaitannya Terhadap Return On Assets Pada Pt. Pos Indonesia (Persero) Bandung (Tidak Diterbitkan). Majalah Ilmiah Unikom, 9(2): 89-102.

Brigham, Houston 2012. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.

Dewi, Eprima. 2015. Analisis Pengaruh NIM , LDR, BOPO,dan NPL terhadap Profitabilitas Studi Pada Bank Umum Swasta Nasional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. E-Journal Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha, 3 (1): 25-37.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19. Semarang: BP Universitas Diponegoro

Hanafi, Mamduh M., dan Abdul Halim. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Hanafi, Mamduh M. 2011.Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Horne, James C.Van., dan John M. Wachowicz. 2009. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat

Horne, Van., dan Wachowicz. 2012 . Financial Management, Terjemahan Quratul’ain Mubarakah, Edisi Ketigabelas, Salemba Empat, Jakarta.

Lokollo, Antonius. 2013. Pengaruh Manajemen Modal Kerja Dan Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada Industri Manufaktur Yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011, Journal of Accounting, 2(2): 113.

Miadalyni, Desi. 2013. Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Loan To Asset Ratio, Capital Adequacy Ratio dan Kualitas Akyiva Produktif terhadap Profitabilitas pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Pusat Denpasar. Skripsi Sarjana Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Murhadi, Werner R. 2013. Analisis Laporan Keuangan (Proyeksi dan Valuasi Saham). Jakarta: Salemba Empat.

Putri, Trikaloka H. 2009 .Kamus Perbankan. Jogjakarta: Mitra Pelajar.

Raharjaputra, H.S. 2009. Manajemen Keuangan dan Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Rahma. N. 2011. Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran kas Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Penelitian, 3(1): 31- 49.

Rahmawati, Fitri Linda. 2009. Pengaruh Current Ratio dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On Asset (Studi Pada Perusahaan Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009). Jurnal Ilmiah Manajemen Universitas Negeri Malang, 2(2): 25-42.

Reeve, James M. 2010. Pengantar Akuntansi (Adaptasi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Internasional. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Sodikin,

Sugiono, Arief dan Edy Untung. 2008. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Grasindo.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Supriyadi, Yoyon dan Fani Fazriani. 2011. Pengaruh Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas (Studi kasus pada PT. Timah Tbk. dan PT. Antam Tbk.). Jurnal Ilmiah Ranggagading, 11(1): 1– 11.

Teruel, Pedro Juan Garcia., and Solano, Pedro Martinez. 2007. Effect Of Working Capital Management On SME Profitability. International Journal of Managerial Finance, 3(2): 1 – 20.

Wiagustini, Ni luh Putu. 2010. Dasar – Dasar Manajemen Keuangan. Denpasar.Udayana University Press.

Wijaya, Anggita Langgeng. 2012. Pengaruh Komponen Working Capital Terhadap Profitabilitas Perusahaan. Jurnal Dinamika Akuntansi, 4(1):20 – 26.

Wirawan, Nata. 2002. Cara Mudah Memahami Statistik 2. Edisi Kedua. Denpasar: Keraras Emas.

4856