PENGARUH KONDISI PASAR MODAL DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
on
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 8, 2017: 4269-4297
ISSN : 2302-8912
PENGARUH KONDISI PASAR MODAL DAN RASIO KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
Putu Ayu Nirmala Kamiana Putri 1
Ida Bagus Anom Purbawangsa 2
1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Jumlah populasi yang diambil sebanyak 26 perusahaan dengan metode sensus. Pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder. Teknik analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan menggunakan variabel bebas kondisi pasar modal yang diproksikan dengan pertumbuhan IHSG dan rasio keuangan yang diproksikan dengan ROA, DER, dan PER. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa variabel pertumbuhan IHSG, ROA, DER, dan PER secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya nilai IHSG, ROA, PER dan menurunnya nilai DER maka return saham akan semakin meningkat. Pertumbuhan IHSG secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham. Return on asset secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham. Debt to equity ratio secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Price earning ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Kata kunci: return saham, pertumbuhan IHSG, ROA, DER, dan PER
ABSTRACT
This research was conducted at Consumer Goods Industry Company in Indonesia Stock Exchange period 2013-2015 period. The number of population taken as many as 26 companies with census method. Data collection is done through secondary data. Analytical techniques conducted in this study using multiple linear regression method using free variable capital market conditions proxied with the growth of IHSG and financial ratios proxied with ROA, DER, and PER. Based on the results of the analysis found that the growth variables of IHSG, ROA, DER, and PER simultaneously have a significant effect on stock returns. This shows the increasing value of IHSG, ROA, PER and decreasing the DER value then the stock return will increase. JCI growth partially significant effect on stock return. Return on asset partially significant effect on stock return. Debt to equity ratio partially has a significant negative effect on stock return. Price earnings ratio partially significant effect on stock return.
Keywords: Stock return, JCI growth, ROA, DER, and PER
PENDAHULUAN
Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran kegiatan operasinya dan menjaga kelangsungan hidupnya dalam persaingan bisnis yang semakin ketat. Salah satu cara untuk memperoleh sumber dana perusahaan adalah dengan cara menarik dana dari luar perusahaan. Dana tersebut salah satunya dapat diperoleh dari pasar modal. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi, dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya (www.idx.co.id).
Pasar modal di Indonesia yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dapat menjadi mediasi antara pihak investor dan pihak perusahaan. Bursa Efek Indonesia memiliki sembilan sektor, dari sembilan sektor yang diperdagangkan, Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan salah satu sektor yang menarik menjadi pilihan untuk berinvestasi. Sektor Industri Barang Konsumsi memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan salah satu sektor yang bertahan saat terjadi kondisi kritis di Indonesia, sebab prospek industri berbasis konsumsi tetap akan cerah karena permintaan yang tetap tinggi didukung oleh jumlah penduduk yang besar dengan kemampuan beli yang tinggi (Valintino dan Sularto, 2013). Sektor Industri Barang Konsumsi masih menjadi pilihan utama para investor dalam
mengivestasikan dana mereka. Sektor Industri Barang Konsumsi erat kaitannya dengan kebutuhan pokok manusia karena produknya dapat langsung dinikmati oleh konsumen tanpa harus jatuh ke tangan produsen terlebih dahulu.
Tujuan dari investasi adalah untuk mendapatkan return. Return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tandelilin (2010:102) menyatakan return saham terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital gain (loss). Yield mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi, sedangkan capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga yang memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Nilai harga saham pada akhir periode melebihi harga saham ketika awal periode, maka investor dinyatakan memperoleh capital gain dan investor dikatakan memperoleh capital loss jika terjadi sebaliknya.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengevaluasi saham, tetapi pada garis besarnya cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal adalah instrumen yang menggunakan data historis perdagangan mengenai harga saham, volume, dan beberapa indikator pasar lain untuk memprediksi pergerakan harga saham dimasa mendatang (Anik dan Indriana, 2010). Bambang (2009:63) menyatakan analisis fundamental merupakan analisis untuk mengetahui kondisi emiten, pertumbuhan industri, dan aspek makro ekonomi suatu negara. Analisis fundamental merupakan analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham. Penelitian ini akan berfokus terhadap analisis fundamental, karena analisis fundamental dapat
membantu investor untuk mengetahui kondisi fundamental dengan pendekatan top-down untuk menilai prospek perusahaan (Tandelilin, 2010:338).
Analisis ekonomi perlu dilakukan karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar modal. Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang dapat memengaruhi operasi perusahaan sehari-harinya. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan perubahan kondisi ekonomi makro di masa yang akan datang akan bermanfaat untuk pembuatan keputusan investasi yang akan dilakukan. Beberapa faktor ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap investasi di suatu negara antara lain laju pertumbuhan, Produk Domestik Bruto (PDB), nilai tukar mata uang, tingkat suku bunga, dan inflasi.
Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi dalam industri yang mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi investor.
Analisis perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan melihat laporan keuangan perusahaan. Komponen laporan keuangan, biasanya disajikan rasio keuangan yang dapat mempermudah investor untuk menilai fundamental perusahaanya. Analisis rasio keuangan menunjukkan hasil kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Analisis ekonomi memperhatikan kondisi ekonomi makro dan kondisi pasar modal suatu negara, penelitian ini akan menggunakan kondisi pasar modal.
Kondisi pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro karena nilai investasi ditentukan oleh aliran kas yang diharapkan serta tingkat return yang disyaratkan atas investasi tersebut (Tandelilin, 2010:341). Husnan (2009:19) menyatakan kondisi pasar modal tidak akan mungkin dapat terlepas dari periode bullish dan bearish. Bullish adalah kondisi dimana pasar dalam keadaan yang baik, sedangkan bearish menunjukkan kondisi para pemodal sewaktu kondisi pasar memburuk. Kondisi pasar modal pada penelitian ini diestimasi dengan pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek (Sunariyah, 2011:140). Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang dibentuk berdasarkan saham-saham yang dipakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks harga (Tandelilin, 2010:86).
Indeks Harga Saham Gabungan diperkenalkan untuk pertama kalinya pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI. Pergerakan IHSG dapat berubah setiap harinya disebabkan oleh perubahan harga saham setiap hari dan dikarenakan adanya saham tambahan. Pertambahan jumlah saham yang beredar tersebut dikarenakan adanya emisi baru, yaitu masuknya emiten baru yang tercatat di BEI, atau disebabkan adanya corporate action berupa split, right, waran, deviden saham, dan saham bonus.
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan keseluruhan dari saham tercatat dan dipergunakan sebagai komponen pada perhitungan indeks saham. Alasan
dipilihnya IHSG karena IHSG merupakan indeks harga saham yang dapat menilai kondisi pasar modal secara umum dan mampu mengukur tren pergerakan harga saham oleh investor. Mie dan Agustina (2014) menyatakan pertumbuhan IHSG adalah selisih antara IHSG pada periode t dengan IHSG pada periode sebelumnya (t-1).
Gani (2011) menemukan hasil bahwa adanya pengaruh IHSG terhadap harga saham yang dikarenakan indeks pergerakan harga saham pada suatu perusahaan akan merangsang tingkat kenaikan ataupun penurunan terhadap indikasi investor dalam penyertaan modal saham didalamnya. Apabila nilai IHSG meningkat, maka harga saham akan meningkan, sehingga return saham pun akan meningkat. Penelitian yang sama dikemukakan oleh Nurhidayat (2009) dan Yuswandi (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan IHSG berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Penelitian berbeda dikemukakan oleh Napu (2008) yang menyatakan bahwa IHSG tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Analisis perusahaan dalam penelitian ini dilihat dari rasio keuangan. Wiagustini (2013:77) menyatakan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dalam berbagai aspek antara lain aspek likuiditas, aspek solvabilitas, aspek profitabilitas, aspek aktivitas, dan aspek pasar. Analisis perusahaan dilakukan terhadap rasio keuangan dalam penelitian ini digunakan aspek profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA), aspek solvabilitas yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan aspek pasar yang diproksikan dengan Price Earning Ratio (PER), namun pada penelitian aspek likuiditas dan aspek
aktivitas tidak digunakan karena belum ditemukan adanya pengaruh signifikan terhadap return saham pada penelitian-penelitian sebelumnya.
Aspek profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Asset (ROA). Wiagustini (2013:81) menyatakan return on asset mengukur kemampuan menghasilkan laba dari total aktiva yang digunakan. Safaqi (2012) menyatakan bahwa ROA memiliki hubungan dengan tingkat pengembalian (return) dari suatu investasi dimasa yang akan datang. Nilai return on asset yang semakin bertambah mencerminkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat, atau semakin meningkatnya harga maupun return saham (Susilowati dan Turyanto, 2011),sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang memiliki nilai ROA yang tinggi.
Penjelasan tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kabajeh et al.. (2012) dan Har & Ghafar (2015) yang mendapatkan hasil ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutauruk et al. (2014) yang mendapatkan hasil bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap return saham.
Aspek solvabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Wiagustini, 2013:88). Tingginya nilai DER mencerminkan semakin tinggi tingkat hutang perusahaan, investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai DER yang tinggi karena nilai DER
yang tinggi mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi (Kasmir, 2012:158). Apabila investor tidak menginvestasikan dananya ke perusahaan yang memiliki nilai DER yang tinggi, hal ini akan menyebabkan turunnya harga saham yang selanjutnya berdampak terhadap return saham perusahaan.
Penjelasan tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2011), Hatta dan Dwiyanto (2012), dan Arista dan Astohar (2012), yang mendapatkan hasil DER memiliki berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Turyanto (2011) yang mendapatkan hasil bahwa DER berpengaruh positif terhadap return saham.
Aspek pasar dalam penelitian ini diproksikan dengan Price Earning Ratio (PER). Price earning ratio merupakan rasio yang mencerminkan pengakuan pasar terhadap laba yang dihasilkan perlembar saham (Wiagustini, 2013:90). Informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan (Tandelilin, 2010:375). Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi biasanya memiliki peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga menyebabkan ketertarikan investor untuk membeli saham perusahaan yang kemudian dapat meningkatkan harga saham (Husnan, 2009:75). Nilai PER yang meningkat akan membuat harga saham meningkat, sehingga return yang diperoleh investor juga meningkat. Penjelasan tersebut didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniatun et al. (2015) dan Karami et al. (2013) yang menunjukkan hasil bahwa PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutauruk et al.
-
(2014) yang menunjukkan hasil PER memiliki hubungan negatif terhadap return saham.
Kenaikan nilai IHSG mencerminkan bahwa harga saham yang tercatat di bursa cenderung mengalami kenaikan lebih banyak dan besar daripada harga saham yang mengalami penurunan. Turunnya nilai IHSG mencerminkan bahwa penurunan harga saham cenderung lebih banyak dan lebih besar dari pada harga saham yang mengalami kenaikan. Penjelasan ini didukung hasil penelitian dilakukan oleh Nurhidayat (2009) dan Yuswandi (2012) yang menyatakan IHSG berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian:
-
H1: Pertumbuhan IHSG berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Meningkatnya ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan semakin meningkat. Meningkatnya harga saham mencerminkan return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat, dengan demikian ROA berpengaruh positif terhadap return saham (Susilowati dan Turyanto, 2011). Penelitian empiris yang menguji pengaruh ROA terhadap return saham diantaranya dilakukan oleh Hagrihi et al. (2012), Kabajeh et al. (2012), Malintan (2012), Ghasempour & Mehdi (2013), dan Har & Ghafar (2015) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan:
-
H2: ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total modal sendiri. Kasmir (2012:158) menyatakan investor cenderung menghindari saham yang memiliki DER yang tinggi karena nilai DER yang tinggi mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi.
Penelitian empiris yang menguji pengaruh DER terhadap return saham diantaranya dilakukan oleh Sugiarto (2011), Taani (2011), Sampurno (2012), Arista dan Astohar (2012), Hatta et al. (2012), Rafique (2012), dan Gill et al. (2010) yang memperoleh hasil dimana DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian:
-
H3: DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.
Price earning ratio yang tinggi membuat harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya. Harga saham yang semakin tinggi mencerminkan selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat (Malintan, 2012).
Penelitian empiris yang menguji pengaruh PER terhadap return saham diantaranya dilakukan oleh Kurniatun et al. (2015), Purnamasari et al. (2014) Arslan and Zaman (2014), dan Karami et al. (2013) yang memperoleh hasil dimana PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan:
-
H4: PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini digolongkan pada penelitian asosiatif (hubungan). Penelitian jenis ini hubungannya adalah hubungan linier karena bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Variabel bebas yang digunakan yaitu pertumbuhan IHSG (X1), ROA (X2), DER (X3), dan PER (X4), sedangkan variabel terikatnya adalah Return Saham (Y). Model penelitian yang digunakan pada penelitian ini, secara sistematis dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Penelitian
Sumber: Data Diolah, 2017
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengambil data dalam bentuk laporan keuangan tahunan dan laporan historis lainnya yang dipublikasikan BEI pada situs resmi www.idx.co.id pada periode 2013-2015. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka (Sugiyono, 2013:28). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan yang
termasuk dalam perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015.
Berdasarkan sumbernya, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder (Sugiyono, 2013:223). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak kedua (Bungin, 2013:132). Data sekunder pada penelitian ini bersumber dari data variabel bebas dan terikat yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang termasuk dalam perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan adalah dengan metode observasi non participant, dimana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2015:248).
Return merupakan hasil yang diperoleh investor atas aktivitasnya dalam berinvestasi saham. Return saham adalah selisih antara closing price pada periode t dengan closing price pada periode sebelumnya (t-1) yang tercermin perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Secara matematis, return saham dapat dihitung menggunakan rumus (Tandelilin, 2010:52):
Return saham = ⅛-(⅛=1) χ 100%..............................(1)
Φt-1)
Keterangan:
Pt = Harga saham pada periode t
Pt-1 = Harga saham pada periode t –1
Pertumbuhan IHSG adalah selisih antara IHSG pada periode t dengan IHSG pada periode sebelumnya (t-1) pada periode 2011-2015. Nilai IHSG diperoleh melalui situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id. Secara matematis, return saham dapat dihitung menggunakan rumus (Mie dan Agustina, 2014).
Pertumbuhan IHSG = IHSGt (IHSGt-1) χ 100%...................(2)
(IHSGt-ι) V 7
Keterangan:
IHSGt = IHSG Periode t
IHSGt-1 = IHSG t-1
Return on asset merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang tercermin pada perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Pengukuran menggunakan rumus sebagai berikut (Kasmir, 2012:205).
ROA =
Laba setelah bunga dan Pajak
Total Aktiva
(3)
Debt to equity ratio merupakan indikator struktur modal dan risiko finansial, berupa perbandingan antara total hutang dan total ekuitas yang tercermin pada perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Pengukuran menggunakan rumus sebagai berikut (Kasmir, 2012:158)
DER =
Total Hutang
Total Ekuitas
(4)
Price earning ratio merupakan rasio pasar untuk menilai suatu saham dengan cara membandingkan harga per lembar saham dengan laba per saham
yang tercermin pada perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Pengukuran menggunakan rumus sebagai berikut (Wiagustini, 2013:90):
PER =
HargaSaham
Earning Per Share (EPS)
(5)
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang dikategorikan ke dalam sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia tahun 20132015. Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2013 hingga 2015 adalah sebanyak 26 perusahaan menggunakan purposive sampling dengan teknik sensus.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan standardized coefficient sebagai koefisien regresi karena mampu mengeliminasi perbedaan unit ukuran pada variabel independen, sehingga dapat digunakan untuk melihat pentingnya masing-masing variabel independen secara relatif (Ghozali, 2013:102). Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ e ………………….……..(6)
Keterangan:
Y = Return Saham
X1 = Pertumbuhan IHSG
X2 = ROA
X3 = DER
X4 = PER
β1 = Koefisien regresi dari X1
β2 = Koefisien regresi dari X2
β3 =Koefisien regresi dari X3 β4 =Koefisien regresi dari X4 e = error term
Tabel 1.
Daftar Perusahaan Industri Barang Konsumsi
No |
Nama Perusahaan |
Kode Saham |
1 |
PT. Tiga Pular Sejahtera Tbk |
AISA |
2 |
PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk |
CEKA |
3 |
PT. Delta Djakarta Tbk |
DLTA |
4 |
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk |
ICBP |
5 |
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk |
INDF |
6 |
PT. Mayora Indah Tbk |
MYOR |
7 |
PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk |
ROTI |
8 |
PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk |
PSDN |
9 |
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co Tbk |
ULTJ |
10 |
PT. Bentoel Internasional Investama Tbk |
RMBA |
11 |
PT. Gudang Garam Tbk |
GGRM |
12 |
PT. HM Sampoerna Tbk |
HMSP |
13 |
PT. Wismilak Inti Makmur Tbk |
WIIM |
14 |
PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk |
DVLA |
15 |
PT. Indofarna (Persero) Tbk |
INAF |
16 |
PT. Kalbe Farma Tbk |
KLBF |
17 |
PT. Kimia Farma Tbk |
KAEF |
18 |
PT. Merck Tbk |
MERK |
19 |
PT. Pyridam Farma Tbk |
PYFA |
20 |
PT. Tempo Scan Pasific Tbk |
TSPC |
21 |
PT. Akasha Wira International Tbk |
ADES |
22 |
PT. Martina Berto Tbk |
MBTO |
23 |
PT. Mustika Ratu Tbk |
MRAT |
24 |
PT. Unilever Indonesia Tbk |
UNVR |
25 |
PT. Kedaung Indah Can Tbk |
KICI |
26 |
PT. Langgeng Makmur Industri Tbk |
LMPI |
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2017 |
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 78 sampel data. Data sampel ini menjelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Berdasarkan perhitungan selama periode pengamatan menunjukkan bahwa:
Tabel 2
Uji Statistik Deskriptif | |||||
N |
Minimum |
Maximum |
Mean |
Std. Deviation | |
Return Saham |
78 |
-53.87 |
52.45 |
-4.8497 |
28.91484 |
Pertumbuhan IHSG |
78 |
-12.13 |
22.29 |
3.0600 |
14.43216 |
ROA |
78 |
1.17 |
47.30 |
13.5237 |
10.61206 |
DER |
78 |
10.50 |
171.35 |
106.4504 |
39.42200 |
PER |
78 |
6.42 |
58.85 |
24.9527 |
12.76363 |
Valid N (listwise) |
78 | ||||
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2017 |
Variabel return saham tertinggi dimiliki oleh PT. Indo Farma (Persero) Tbk (INAF) pada periode 2014 sebesar 52,45, artinya perbandingan harga saham INAF periode 2014 dengan harga saham INAF periode 2013 mengalami peningkatan sebesar 52,45 persen. Nilai return saham terendah dimiliki oleh PT. Indo Farma (Persero) Tbk (INAF) pada tahun 2013 sebesar -53,87, artinya perbandingan harga saham INAF periode 2013 dengan harga saham MERK 2012 mengalami penurunan sebesar -53,87 persen. Bila dilihat secara rata-rata return saham selama tahun 2013 hingga 2015 yaitu sebesar -4,8497 persen dan standar deviasi yaitu sebesar 28,91484.
Variabel pertumbuhan IHSG tertinggi ditemukan pada tahun 2014 sebesar 22,29, artinya nilai IHSG pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2015 sebesar 22,29 persen. Nilai pertumbuhan IHSG terendah ditemukan pada tahun 2015 sebesar -12,13, artinya nilai IHSG pada tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 sebesar 22,29 persen. Bila dilihat secara rata-rata pertumbuhan IHSG selama tahun 2013 hingga 2015 yaitu sebesar 3,0600 persen dan standar deviasi yaitu sebesar 14,43216.
Variabel ROA tertinggi dimiliki oleh PT. HM Sampoerna Tbk (HMSP) pada periode 2015 sebesar 47,30, artinya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan atas aset yang diinvestasikan adalah sebesar 47,30 persen. Nilai ROA terendah dimiliki oleh PT. Martina Berto Tbk (MBTO) pada tahun 2015 sebesar 1,17, artinya tingkat kerugian yang diperoleh perusahaan atas aset yang diinvestasikan adalah sebesar 1,17 persen. Bila dilihat secara rata-rata ROA selama tahun 2013 hingga 2015 yaitu sebesar 13,5237 persen dan standar deviasi yaitu sebesar 10,61206.
Variabel DER tertinggi dimiliki oleh PT. Mustika Ratu Tbk (MRAT) pada periode 2015 sebesar 171,35, artinya perbandingan antara total utang dengan ekuitas perusahaan sebesar 171,35 persen. Nilai DER terendah dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) pada tahun 2013 sebesar 10,50, artinya artinya perbandingan antara total utang dengan ekuitas perusahaan sebesar 10,50 persen. Bila dilihat secara rata-rata DER selama tahun 2013 hingga 2015 yaitu sebesar 106,4504 persen dan standar deviasi yaitu sebesar 39,42200.
Variabel PER tertinggi dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) pada periode 2014 sebesar 58,85, artinya perbandingan harga per lembar saham dengan laba per saham sebesar 58,85 kali. Nilai PER terendah dimiliki oleh PT. Kedaung Indah Can Tbk (KICI) pada tahun 2013 sebesar 6,42, artinya perbandingan harga per lembar saham dengan laba per saham sebesar 6,42 kali. Bila dilihat secara rata-rata PER selama tahun 2013 hingga 2015 yaitu sebesar 24,9527 kali dan standar deviasi yaitu sebesar 12,76363.
Tabel 3.
Regresi Linier Berganda
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
T |
Sig | ||
B |
Std. Error |
Beta | ||||
1 |
(Constant) |
-3.326 |
9.687 |
-.343 |
.732 | |
Pertumbuhan IHSG |
.644 |
.179 |
.321 |
3.598 |
.001 | |
ROA |
.613 |
.253 |
.225 |
2.421 |
.018 | |
DER |
-.214 |
.066 |
-.225 |
-3.272 |
.002 | |
PER |
.442 |
.206 |
.195 |
2.146 |
.035 |
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2016
Pengaruh pertumbuhan IHSG, ROA, DER dan perubahan PER terhadap return saham dapat diketahui dengan menggunakan analisis regresi berganda pada tabel 3. .Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, maka dapat disusun persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 0,321X1 + 0,225X2 – 0,225X3 + 0,195X4
β1 = koefisien regresi variabel pertumbuhan IHSG (X1) memiliki nilai positif sebesar 0,321, artinya pertumbuhan IHSG memiliki pengaruh yang searah terhadap return saham. Tingginya nilai pertumbuhan IHSG mencerminkan kondisi pasar modal yang baik. Kondisi pasar modal yang baik akan mendorong investor untuk berinvestasi, semakin banyak investor berinvestasi maka semakin tinggi harga saham, sehingga return saham juga akan meningkat.
β2 = koefisien regresi variabel ROA (X2) memiliki nilai positif sebesar 0,225, artinya ROA memiliki pengaruh yang searah terhadap return saham. Tingginya nilai ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, sehingga berdampak pada harga saham perusahaan yang semakin meningkat.
Meningkatnya harga saham akan berdampak pada return saham juga akan meningkat.
β 3 = koefisien regresi variabel DER(X3) memiliki nilai negatif sebesar -0,225, artinya DER memiliki pengaruh yang berlawanan arah terhadap return saham. Tingginya nilai DER dapat meningkatkan risiko atas utang perusahaan terhadap pihak ketiga, apabila risiko utang perusahaan meningkat maka investor menghindari berinvestasi di perusahaan yang memiliki DER yang tinggi. Apabila investor tidak berinvestasi di perusahaan yang memiliki nilai DER yang tinggi, maka harga saham akan menurun. Menurunnya harga saham akan berdampak pada return saham yang bersangkutan akan menurun.
β 4 = koefisien regresi variabel PER (X4) memiliki nilai positif sebesar 0,195, artinya PER memiliki pengaruh yang searah terhadap return saham. PER yang tinggi membuat harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya. Meningkatnya harga saham akan berdampak pada return saham yang bersangkutan akan meningkat.
Hipotesis pertama menyatakan bahwa pertumbuhan IHSG berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uji secara parsial diperoleh nilai signifikan t hitung sebesar 0,001 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5 persen (0,05) dan memiliki koefisien regresi sebesar 0,321. Hal ini berarti hipotesis H1 diterima. Secara parsial dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan IHSG berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayat
(2009) dan Yuswandi (2012) yang menyatakan IHSG berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Hipotesis kedua menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uji secara parsial diperoleh nilai signifikan t hitung sebesar 0,018 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5 persen (0,05) dan memiliki koefisien regresi sebesar 0,225. Hal ini berarti hipotesis H2 diterima. Secara parsial dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hagrihi et al. (2012), Kabajeh et al. (2012), Malintan (2012), Ghasempour & Mehdi (2013), dan Har & Ghafar (2015) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uji secara parsial diperoleh nilai signifikan t hitung sebesar 0,002 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5 persen (0,05) dan memiliki koefisien regresi sebesar -0,225. Hal ini berarti hipotesis H3 diterima. Secara parsial dapat disimpulkan bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiarto (2011), Taani (2011), Sampurno (2012), Arista (2012), Hatta et al. (2012), Rafique (2012), dan Gill et al. (2010) yang memperoleh hasil dimana DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.
Hipotesis keempat menyatakan bahwa PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uji secara parsial diperoleh nilai signifikan t hitung sebesar 0,035 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5 persen (0,05) dan memiliki koefisien regresi sebesar 0,195. Hal ini berarti hipotesis H4 diterima. Secara parsial dapat disimpulkan bahwa PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniatun et al. (2015), Purnamasari et al. (2014) Arslan and Zaman (2014), dan Karami et al. (2013).
Uji F bertujuan untuk mengukur kelayakan model regresi yang diestimasi layak atau tidak digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut ini disajikan hasil uji F yang dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4. Uji F | |
Model |
Sum of df Mean F Sig. Squares Square |
1 Regression Residual Total |
34198.623 4 8549.656 20.681 .000(a) 30178.629 73 413.406 64377.252 77 |
Sumber: Data Sekunder Diolah, 2017
Berdasarkan hasil uji F yang telah dilakukan, nilai signifikan F diketahui sebesar 0,000. Nilai signifikan tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan.
Tabel 5
Uji Koefisien Determinasi
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.729(a) |
.531 |
.506 |
20.33239 |
Sumber: Data Sekunder Diolah (2017)
Nilai Adjusted R2 dalam penelitian ini adalah sebesar 0,506 yang berarti variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan IHSG, ROA, DER, dan PER dalam model regresi secara serempak mempengaruhi variabel terikat yaitu return saham sebesar 50,6 persen, sedangkan 49,4 persennya dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini.
Pengaruh pertumbuhan IHSG terhadap return saham
Hasil pengujian statistik pada pertumbuhan IHSG secara parsial menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini ditandai dengan nilai signifikan sebesar 0,001 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 dan koefisien regresi 0,179. Pertumbuhan IHSG merupakan variabel bebas yang mengestimasi kondisi pasar modal. Kondisi pasar modal yang diproksikan melalui pertumbuhan IHSG mampu memengaruhi investor dalam berinvestasi saham (Yuswandy, 2012). Indeks Harga Saham Gabungan mencerminkan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek (Sunariyah, 2011:140). Nilai IHSG yang tinggi mencerminkan bahwa harga saham yang tercatat di bursa cenderung mengalami kenaikan lebih banyak dan besar daripada harga saham yang mengalami penurunan. Turunnya nilai IHSG mencerminkan bahwa penurunan harga saham cenderung lebih banyak dan lebih besar daripada harga saham yang mengalami kenaikan, sehingga ini akan berdampak kepada return saham.
Pengaruh Return On Asset terhadap return saham
Hasil pengujian statistik pada ROA secara parsial menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini ditandai dengan nilai signifikan sebesar 0,018 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 dan koefisien regresi 0,225. Return on asset merupakan variabel bebas yang mengestimasi aspek profitabilitas. Rasio ini mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Meningkatnya ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan peningkatan keuntungan dari dividen yang diterima atau return saham dan demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2012:202). Hasil penelitian ini memberikan dukungan atas hubungan tersebut bahwa meningkatnya harga saham, maka return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat, dengan demikian ROA berpengaruh positif terhadap return saham (Susilowati dan Turyanto, 2011).
Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap return saham
Hasil pengujian statistik pada DER secara parsial menunjukkan adanya pengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini ditandai dengan nilai signifikan sebesar 0,002 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 dan koefisien regresi -0,225. Debt to equity ratio merupakan variabel bebas yang mengestimasi aspek solvabilitas. Nilai DER yang tinggi mencerminkan struktur pemodalan perusahaan lebih banyak memanfaatkan utang-utang relatif terhadap modal sendiri (Abdullah et al., 2015). DER yang semakin tinggi dapat meningkatkan
risiko atas utang perusahaan terhadap pihak ketiga dan harus dibebankan kepada perusahaan dengan menggunakan ekuitas apabila perusahaan mengalami kerugian. Investor akan cenderung menghindari perusahaan yang memiliki DER yang tinggi, sehingga harga saham yang memiliki nilai DER yang tinggi akan menurun, ini akan berdampak pada return saham.
Pengaruh Price Earning Ratio terhadap return saham
Hasil pengujian statistik pada PER secara parsial menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini ditandai dengan nilai signifikan sebesar 0,035 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 dan koefisien regresi 0,195. Price earning ratio merupakan variabel bebas yang mengestimasi aspek pasar. Informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Price earning ratio yang tinggi membuat harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya. Jika harga saham semakin tinggi, maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat (Malintan, 2012).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang tellah diuraikan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut. Pertumbuhan IHSG berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Return on Asset
(ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Secara simultan Pertumbuhan IHSG, ROA, DER, dan PER berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti dapat menyarankan beberapa hal sebagai berikut. Bagi investor, dalam pengambilan keputusan investasi agar lebih mempertimbangkan kondisi pasar modal melalui pertumbuhan IHSG, dan rasio keuangan (ROA, DER dan PER) karena telah terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Bagi pihak manajemen perusahaan diharapkan memperhatikan rasio keuangan (ROA, DER dan PER) yang terbukti berpengaruh signifikan terhadap return saham dan mempertahankan/meningkatkan kinerja perusahaan sesuai dengan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan pengarahan) dan fungsi perusahaan (pemasaran, keuangan, sumber daya manusia dan operasional. Apabila perusahaan mampu menjalankan fungsi manajemen dan fungsi perusahaan, maka kinerja perusahaan akan baik. Ini akan berpengaruh kepada nilai perusahaan yang tinggi dan akan berpengaruh pula terhadap return saham. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai return saham, sebaiknya menggunakan variabel tambahan lain yang mencerminkan kinerja keuangan internal perusahaan dilihat dari aspek likuiditas dan aktivitas usaha sebagai variabel independen sehingga didapatkan indikator lain yang memiliki hubungan dengan return saham.
REFERENSI
Anik, Widyani., dan Dian Indriana. 2010. Pengaruh ROA, EPS, Current Rasio, DER dan Inflasi terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode Tahun 2006-2008). Sistem Informasi Jurnal Ilmiah Universitas Semarang, 9(1):13-28.
Arista, Desy., dan Astohar. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham (Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI Periode Tahun 2005-2009). Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, 3(1): 1-15.
Arslan, Muhammad., and Rashid Zaman. 2014. Impact of Dividend Yield and Price Earning Ratio on Stock Returns: Study Non-Financial Listed Firms of Pakistan. Research Journal of Finance and Accounting, 5(19): 68-94.
Bambang, Susilo D. 2009. Pasar Modal, Mekanisme Perdagangan Saham, Analisis Sekuritas dan Strategi Investasi di BEI. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Gani, Raoda. 2011. Analysis of Influence of IHSG Rate Level and Rupiah Exchange Rate to Stock Market Price of Automotive Industry at Bursary Effect Indonesia. Jurnal Manajemen Bisnis, 1(1): 119-129.
Ghasempour, Abdolreza., and Mehdi Ghasempour. 2013. The Relationship Between Operational Financial Ratios and Firm’s Abnormal Stock Returns. Research Journal of Applied Sciences, Engineering and Technology, 6(15): 2839-2845.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gill ,Amarjit., Nahum Biger., and Neil Mathur. 2010. The relationship between Working Capital Management and Profitability :Evidence from the United States. Business and Economics Journal, 28(4): 1–9.
Hagrihi, Amir., dan Hagrihi Soleyman. 2012. The Investigation of Effective Factors on Stock Return with Emphasis in ROA and ROE Ratios in Tehran stock exchange (TSE). Journal of Basic and Applied Scientific Research, 2(9): 9097-9103.
Har, Wong Pik., and M.A.A Ghafar. 2015. The Impact of Accounting Earnings on Stock Returns: The Case of Malaysia’s Plantation Industry. International Journal of Business and Management, 10(4): 155-165.
Hatta, Atika Jauharia., dan Bambang Sugeng Dwiyanto. 2012. The Company Fundamental Factors and Systematic Risk in Increasing Stock Price. Journal of Economics, Business, and Acountancy Ventura, 15(2): 245-256.
Husnan, Suad. 2009. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Hutauruk, M.R., Hj. Sri M., and H. Ardi P. 2014. Influence of Fundamental Ratio, Market Ratio and Business Performance to The Systematic Risk and Their Impacts to The Return on Shares at The Agricultural Sector Companies at The Indonesia Stock Exchange for The Period og 2010-2013. Academic Research International, 5(5): 149-168.
Kabajeh, Majed Abdel Majid., Said Mukhled Ahmed., and Firas Naim Dahmash. 2012. The Relationship Between the ROA, ROE, and ROI Ratios with Jordanian Insurance Public Companies Market Share Prices. International Journal of Humanities and Social Science, 2(11): 115-120.
Karami, Gholam Reza., dan Laila Talaeei. 2013. Predictability of Stock Returns Using Financial Ratios in The Companies Listed in Tehran Stock Exchange. International Research Journal of Applied and Basic Sciences, 4(2): 4261-4273.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Kurniatun, M., Susanta, N.H., dan Saryadi. 2015. Pengaruh Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER), Total Assets Turnover (TAT), Return On Assets (ROA) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham (Pada perusahaan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 20102014). Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, 4(3): 1-9.
Malintan, Rio. 2012. Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return on Assets (ROA) terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Brawijaya, 1(1): 1-25.
Mie, Mie., dan Agustina. 2014. Analisis Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan Asing terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, 4(2): 81-90.
Napu, Erny R. 2008. Analisis Pengaruh IHSG Terhadap Return Saham PT. Aqua Golden Missisippi di BEI. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Jakarta Selatan.
Nurhidayat, R. 2009. Pengaruh Variabel Ekonomi Makro terhadap Return Saham Properti pada Bursa Efek Indonesia. Majalah Kajian Ekonomi dan Keuangan, 13(2): 1-14.
Purnamasari, Khairani., Emrinaldi Nur DP., dan Raja Adri Satriawan. 2014. Pengaruh Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham pada
Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011. Jom FEKON, 1(2): 1-15.
Rafique, Mahira. 2012. Factors Affecting Dividend Payout: Evidence From Listed NonFinancial Firms of Karachi Stock Exchange. Business Management Dynamics, 1(11): 76-92.
Safaqi, Vahid., and Vakilifard, Hamidreza. 2012. The Effect of Variables of The Fundamental Techniques of Returns of The Stock in Tehran Stock Exchange. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 4(3): 808-813.
Sampurno, Anggun Amelia Bahar Putri. 2012. Analisis Fundamental ROA, EPS, NPM, DER, dan PBV terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Industri Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009). Diponegoro Business Review, 1(1): 1-11.
Sugiarto, Agung. 2011. Analisa Pengaruh Beta, Size Peusahaan, DER, dan PBV Ratio terhadap Return Saham. Jurnal Dinamika Akuntansi, 3(1): 8-14.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, Penelitian Tindakan, dan Penelitian Evaluasi). Yogyakarta: Alfabeta.
-----------. 2015. Metode Penelitian Tindakan Komprehensif (Untuk Perbaikan Kinerja dan Pengembangan Ilmu Tindakan). Yogyakarta: Alfabeta.
Sunariyah. 2010. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal Edisi Keenam. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Susilowati, Yeye., dan Tri Turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, 3(1): 17-37.
Taani, Khalaf. 2011. The Effect on Financial Ratios, Firm, Size, and Cash Flows from Operating Activities on Earning Per Share: (An Applied Study: on Jordanian Industrial Sector). International Journal of Social Sciences and Humanity Studies, 3(1): 1309-8063.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius.
Valintino, Reynard., dan Lana Sularto. 2013. Pengaruh Return On Aseet (ROA), Debt To Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi di BEI. Proceeding PESAT (Psikolofi, Ekonomi, Sastra. Arsitektur, & Teknik Sipil) 5(1): 195-202.
Wiagustini, Ni Luh Putu. 2013. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana University Press.
Yuswandy, Yoedy. 2012. Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Nilai Tukar RP Terhadap USD, dan Indeks IHSG Terhadap Return Saham (Studi Kasus Saham-Saham Sinarmas Group). Jurnal Pasar Modal dan Perbankkan, 1(1): 39-61.
4297
Discussion and feedback