E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 7, 2017: 3850-3877

ISSN : 2302-8912

PENGARUH GREEN BRAND IMAGE DAN GREEN PERCEIVED VALUE TERHADAP GREEN TRUST DAN GREEN BRAND EQUITY

I Made Gilang Mahendra1 Eka Sulistyawati2

1,2Fakultas Ekonomidan Bisnis Universitas Udayana, Bali,Indonesia email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh green brand image, green perceved value terhadap green trust dan green brand equity produk AMDK Ades di Kota Denpasar. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 orang dan dikumpulkan melalui metode non probability sampling. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner dan menggunakan skala likert. Teknik analisis yang digunakan adalah PLS. Hasil analisis menunjukkan green brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap green trust dan green brand equity. Green perceived value berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap green trust dan green brand equity, dan green trust berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap green brand equity.

KataKunci: green brand image, green perceived value, green trust, green brand equity

ABSTRACT

The purpose of this study to determine the effect of green brand image, green perceved value on green trust and the green brand equity of Ades bottled water products in Denpasar. The samples used were 100 people and collected through non-probability sampling method. Data were collected by distributing questionnaires and using Likert scale. The analysis technique used is PLS. The analysis showed green brand image influence positively and significantly to the green green trust and brand equity. Green perceived value affect positively and significantly to green and green brand equity trusts, and green trust influence positively and significantly to the green brand equity.

Keywords: green brand image, green perceived value, green trust, green brand equity

PENDAHULUAN

Dewasa ini lingkungan disekitar tempat tinggal manusia mengalami kerusakan yang semakin parah. Adapaun kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini sebagian besarnya diakibatkan oleh manusia, dan jika hal ini terus dibiarkan berkelanjutan tanpa ada penindakan lebih lanjut maka ini akan menjadi ancaman serius terhadap kelestarian lingkungan dan kehidupan dari manusia itu sendiri. Permasalahan lingkungan serta permasalahan kesehatan yang secara langsung dan tidak langsung diakibatkan oleh manusia, baik di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, pertanian, ekonomi dan bisnis telah menjadi issue sentral di semua kalangan (Stevanie, 2013). Salah satu isu lingkungan yang saat ini menjadi permasalahan yang cukup mengkhawatirkan adalah semakin menumpuknya jumlah sampah yang sangat membahayakan lingkungan. Saat ini sampah menjadi permasalahan bagi semua lapisan masyarakat, semakin hari jumlah sampah semakin menumpuk bahkan perbandingan jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidaklah seimbang (Aisyah, 2013). Salah satu jenis sampah yang mendapatkan perhatian cukup serius dibandingkan dengan jenis sampah lainnya adalah sampah plastik karena sebagian besar sampah plastik bersifat Non Biodegredable atau tidak dapat terurai sendiri dan jumlahnya sangat banyak.

Semakin menumpuknya jumlah sampah plastik yang tidak ramah lingkungan merupakan salah satu faktor yang mendasari berubahnya perilaku pembelian konsumen. Menumpuknya jumlah sampah ini menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran dikalangan konsumen akan keberlangsungan hidup anak cucu mereka karena mengingat saat ini kerusakan lingkungan yang

diakibatkan oleh sampah sudah dapat dikatakan cukup parah. Untuk mengurangi jumlah sampah plastik, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan sebuah peraturan baru yang mewajibkan setiap konsumen yang berbelanja di toko- toko ritel untuk membayar kantong plastik yang digunakan. Selain membayar kantong plastik yang digunakan, pemerintah juga mewajibkan toko-toko ritel untuk menggunakan plastik yang ramah lingkungan. Kebutuhan plastik di Indonesia terus meningkat hingga mengalami kenaikan rata-rata 200 ton per tahun. Akibat dari peningkatan penggunaan plastik ini adalah bertambah pula jumlah sampah plasik (Untoro, 2013).

Jumlah konsumen yang sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan dan dampak terhadap lingkungan atas pembelian yang mereka lakukan terhadap lingkungan saat ini sudah semakin bertambah. Terdapat cukup banyak konsumen yang bersedia untuk membeli produk yang ramah lingkungan walaupun harga produk tersebut lebih mahal (Chen et al., 2015). Akibat banyaknya dampak negatif yang diakibatkan oleh produk yang tidak ramah mengakibarkan muncul suatu gerakan baru yang dinamakan green consumerism. Green consumerisms bisa digambarkan sebagai suatu strategi demokratis yang sangat baik yang bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan (Priya, 2013). Dalam konsep green consumerism ini produk yang dimaksud ‘green’ bukanlah produk yang benar-benar ‘hijau’, namun produk yang dapat membantu mengurangi kerusakan lingkungan dan memberikan efek negatif yang sekecil mungkin terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itu saat ini sikap konsumen dan kepeduliannya

terhadap lingkungan menjadi salah satu faktor penting bagi konsumen dalam mempertimbangkan niatnya untuk membeli suatu produk (Saraswaty, 2015)

Semakin tingginya kesadaran konsumen akan kelestarian lingkungan mungkin akan menjadi suatu ancaman atau peluang bagi para pelaku bisnis. Pelaku bisnis yang pintar akan menjadikan isu lingkungan tersebut suatu peluang guna memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, untuk memenuhi hal tersebut maka pelaku bisnis akan mengaplikasikan lingkungan dalam aktivitas pemasaran yang mereka lakukan (Stevanie, 2013). Adanya isu mengenai kerusakan lingkungan direspon oleh perusahaan-perusahaan yang inovatif dan memiliki keperdulian terhadap lingkungan dengan memperkenalkan suatu konsep bisnis baru yang disebut green marketing. Implementasi green marketing ini dapat memberikan kepuasan lebih kepada pelanggan dan juga memberikan dampak positif terhadap kelestarian lingkungan. Selain itu, green marketing memberikan alternatif pilihan bagi konsumen dan juga dapat membentuk persepsi konsumen terhadap citra merek/brand image (Romadon et al., 2014).

Salah satu perusahaan di Indonesia yang menerapkan konsep green marketing dan memproduksi produk yang ramah lingkungan khususnya dalam membantu mengatasi permasalahan sampah plastik adalah Ades. Ades merupakan salah satu produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang dimiliki oleh The Coca-Cola Company yang diproduksi oleh Coca-Cola Amatil Indoensia. Botol Ades memakai bahan plastik yang lebih sedikit sehingga akan mengurangi penggunaan plastik dan mengurangi sampah plastik serta lebih mudah dalam meremukkan. Volume botol kosong yang lebih kecil setelah diremukkan akan

menghemat ruang di tempat sampah lalu akan meninggalkan jejak emisi karbon yang lebih sedikit saat sampah tersebut diangkut (coca-colaamatil.co.id). Berikut adalah index posisi produk AMDK di indonesia pada tahun 2015, menurut Top Brand Index.

Tabel 1.

Top Brand Index (TBI) di Indonesia Kategori Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) tahun 2015 (dalam persen)

Merek

TBI

Aqua

75,9

Club

5,0

VIT

2,6

Ades

2,6

Sumber: www.topbrand-award.com

Top brand adalah suatu penghargaan yang diberikan untuk merek terbaik yang ditentukan berdasarkan hasil riset terhadap konsumen berdasarkan tiga parameter yaitu top of mind, top of market share dan top of commitment share (Stevanie, 2013). Tabel 1 menunjukan Ades saat ini berada di peringkat empat untuk kategori AMDK, dengan top brand index sebesar 2,6, hal ini menunjukan bahwa terdapat gap yang sangat besar antara Ades dengan pesaing pesaingnya, terutama dengan merek Aqua. Besarnya gap berarti bahwa green brand equity merek Ades di pasar masih cukup lemah dan masih sedikit konsumen yang memilih produk Ades dibandingkan produk AMDK pesaingnya.

Menurut Niken dan Retno (2014) perusahaan Coca-Cola sudah memiliki brand equity yang kuat. Produk Ades dalam faktanya untuk mencapai ekuitas brand yang kuat serta memasukkan sebuah merek ke dalam benak pasar sangatlah tidak mudah, dibutuhkan suatu usaha keras dan konsisten dalam implementasinya. Menurut Chen dan Chang (2014), Green brand equity adalah seperangkat aset dan kewajiban tentang komitmen ramah lingkungan dan masalah lingkungan yang

terkait dengan suatu merek, nama dan simbol yang dapat menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu produk atau jasa. Brand equity sudah sering digambarkan sebagai nilai dari sebuah nama merek yang ditambahkan /dimasukkan ke dalam sebuah produk (Chen, 2010). Secara umum, Brand equity dihasilkan dari semua aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam memasarkan suatu brand. Semakin tinggi ekuitas dari suatu brand maka daya saing brand tersebut akan menjadi semakin kuat di pasaran, oleh karena itulah ekuitas dari brand merupakan suatu aspek yang harus dikuatkan oleh suatu perusahaan.

Ekuitas suatu merek ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang menentukan dari ekuitas merek adalah kepercayaan/trust. Green trust adalah suatu keinginan untuk bergantung pada sebuah merek berdasarkan suatu keyakinan diperoleh dari kredibilitas, perbuatan baik, dan kecakapan tentang kelestarian lingkungan (Chen, 2010). Pada konsep green trust terdapat kata ‘trust’ yang memiliki arti ‘kepercayaan’, kepercayaan merupakan hal yang penting untuk dibangun dan dijaga oleh perusahaan guna mempertahankan hubungannya dengan konsumen. Ketika konsumen sudah memiliki suatu kepercayaan terhadap suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut akan memiliki suatu nilai lebih yang menguntungkan untuk perusahaan.

Selain kepercayaan, ekuitas merek juga ditentukan oleh beberapa faktor lain, yaitu citra dari produk tersebut dan persepsi nilai yang dirasakan oleh konsumen. Green brand image adalah seperangkat persepsi dari suatu merek yang ada difikiran konsumen yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan (Chen,

2010). Memiliki image yang positif dalam hal lingkungan akan membuat konsumen yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan cenderung akan lebih mempercayai brand tersebut. Image yang positif dalam hal lingkungan dari suatu brand merupakan suatu asset, karena dengan memiliki image yang positif akan berdampak pada persepsi konsumen dalam berbagai hal. Persoalan yang dihadapi adalah bagaimana mempengaruhi citra positif konsumen terhadap merek. ramuan kunci untuk mempengaruhi citra merek konsumen adalah dengan positioning produk (Sutisna, 2008: 84).

Green perceived value adalah suatu penilaian menyeluruh dari konsumen terhadap manfaat yang diterima dan apa yang dikorbankan berdasarkan pada hasrat mengenai lingkungan, harapan adanya keberlanjutan, segala kebutuhan ‘hijau’ (Chen dan Chang, 2012). Perceived value juga bisa diartikan sebagai fungsi dari manfaat dan pengorbanan yang telah dilakukan (Patterson dan Spreng, 1997).

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa green brand image berpengaruh secara positif terhadap green trust, penelitian yang dilakukan oleh Chen (2010), menemukan bahwa green brand image berpengaruh positif terhadap green trust. Hasil yang sama juga ditemukan di daerah yang berbeda dengan subjek penelitian yang berbeda, penelitian yang dilakukan oleh Waluyo dan Didik (2013), menunjukan bahwa green brand image berpengaruh secara positif dan sifnifikan terhadap green trust.

H1 : Green brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap green trust

Penelitian yang dilakukan Chen dan Chang (2012) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara green perceived value dan green

trust. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ashar Pratama (2014) dan penelitian yang dilakukan oleh Doni (2012) yang menemukan terdapat hubungan yang positif antara green perceived value dan green trust dalam pembelian produk lampu LED di surabaya.

H2 : Green perceived value berpengaruh positif dan signifikan terhadap green trust

Penelitian yang dilakukan oleh Yu-Shan Chen (2010) menemukan bahwa green trust berpengaruh positif terhadap green brand equity. Penelitian yang dilakukan Waluyo dan Didik (2013) juga menemukan hal yang serupa dengan peneltian yang dilakukan Chen (2010) yaitu Green trust berpengaruh positif dan signifikan terhadap green brand equity.

H3 : Green trust berpengaruh positif dan signifikan terhadap green brand equity

Penelitian yang dilakukan oleh Yu-Shan Chen (2010), menemukan bahwa terdapat perngaruh yang positif antara green brand image terhadap green trust. Hal yang sama juga ditemukan oleh Waluyo dan Didik (2013), dalam penelitiannya terbukti bahwa green brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap green brand equity. Suatu hasil yang berbeda ditemukan oleh Allen (2015), Allen menemukan bahwa green brand image tidak memiliki pengaruh terhadap green brand equity .

H4 : Green brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap green brand equity

Penelitian yang dilakukan oleh Delafrooz dan Goli (2015) menemukan bahwa green perceived value berpengaruh positif terhadap green brand equity.

Hal yang sama juga ditemukan oleh Fong et al. (2014), yang dalam penelitiannya juga menemukan bahwa green perceived value berpengaruh positif terhadap green brand equity.

H5 : Green perceived value berpengaruh positif dan signifikan terhadap green brand equity

Berdasarkan kajian teoritis dan empiris yang telah dilakukan maka disusun

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

METODE PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini digolongkan pada penelitian asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar. Alasan

memilih lokasi tersebut adalah karena saat ini jumlah sampah di kota Denpasar masih tergolong cukup tinggi.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer yang dicantumkan dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang didapatkan langsung melalui pengisian oleh responden sedangkan data sekunder yang dicantumkan dalam penelitian ini diperoleh dari jurnal-jurnal, internet dan literatur ekonomi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah keterangan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang disajikan dalam bentuk kalimat sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini adalah berupa data kuesioner.

Green brand equity (Y2) merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Ekuitas brand yang kuat khususnya untuk merek yang ramah lingkungan akan memberikan keunggulan untuk merek tersebut diantaranya adalah merek akan dapat menetapkan harga yang lebih tinggi, merek akan lebih mudah dalam melakukan perluasan produk dan merek akan menjadi lebih kuat dalam hal persaingan harga. Chen (2010) mengelompokan green brand equity kedalam 4 indikator yaitu 1) brand awaraness, 2) perceived quality, 3) brand association, 4) brand loyalty.

Green trust (Y1) adalah kepercayaan yang dimiliki oleh konsumen terhadap suatu merek, yang dimana konsumen sudah meyakini bahwa kegiatan yang dilakukan oleh merek tersebut memberikan dampak yang positif terhadap

lingkungan. Menurut Chen (2010) green trust memiliki 5 indikator yaitu 1) reliable, 2) Dependable, 3) Trustworhty, 4) Expectation, 5) Commitment.

Green perceived value (X2) adalah suatu penilaian yang diberikan oleh konsumen terhadap suatu merek yang berkaitan dengan lingkungan, yang berdasarkan atas kepeduliannya terhadap lingkungan dan harapan akan terciptanya suatu kelestarian lingkungan. Indikator dari green perceived value menurut Chen (2012) adalah 1) Good Value, 2) Meet The Expectation, 3) Environmental Concern, 4) Environmental Friendly, 5) Environmental Benefit.

Green brand image (X1) adalah persepsi yang dimiliki oleh konsumen tentang kepedulian suatu merek terhadap kelestarian lingkungan. Menurut Chen (2010) indikator dari green brand image adalah sebagai berikut 1) Best Benchmark. 2) Profesional, 3) Successful, 4) Well Estabilished, 5) Trustworthy.

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah atau sedang menggunakan/memiliki produk Ades. Ukuran populasi penelitian ini tidak diketahui jumlahnya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling atau yang juga dikenal dengan nama sampel non probabilitas. Jenis sampling yang dipilih adalah Accidental sampling dengan kriteria yaitu 1) Para responden telah menyelesaikan pendidikan SMA. 2) Mengetahui dan pernah membeli produk AMDK Ades.

Dalam penelitian multivariat ukuran sampel sebaiknya 5 sampai 10 kali lebih besar dibandingkan jumlah indikator variabel dalam studi. Berdasarkan aturan tersebut, penelitian ini menggunakan 19 indikator, sehingga dengan menggunakan estimasi berdasarkan jumlah parameter diperoleh ukuran sampel

sebesar 95-190 responden. Dalam penelitian ini ukuran sampel yang digunakan adalah sebesar 100 responden, karena 100 berada diantara rentangan 95-190.

Alat analisis yang dipergunakan untuk menganalisis permasalahan penelitian ini adalah PLS. Adapaun langkah-langkah permodelan struktural PLS adalah sebagai berikut: 1) Merancang Model Struktural (inner model), 2) Merancang Model Pengukuran (outer model), 3) Mengkonstruksi Diagram Jalur, 4) Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan, 5) Goodness of Fit, 6) Pengujian Hipotesis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang, yang diperoleh dari penyebaran kuesioner selama 2 minggu. Responden dalam penelitian ini berasal dari berbagai kalangan yang pernah membeli dan mengkonsumsi produk AMDK Ades. Karakteristik responden dalam penelitian ini ditinjau dari beberapa variabel demografi, yang digambarkan melalui variabel jenis kelamin, umur, dan pendidikan terakhir yang disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2.

Karakteristik Demografi Responden

No

Kriteria

Klasifikasi

Jumlah (Orang)

Presentase (%)

1

Jenis Kelamin

Perempuan

56

56

Laki-Laki

44

44

Jumlah

100

100

17-25

86

86

2

Umur

26-35

9

9

>35

5

5

Jumlah

100

100

SMA

82

82

3

Pendidikan Terakhir

Diploma

2

2

S1

11

11

Lainnya

5

5

Jumlah

100

100

Sumber : Data Diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa reponden dalam penelitian ini didominasi oleh kaum perempuan, yaitu sebanyak 54 persen dan sisanya sebanyak 44 persen berjenis kelamin laki-laki. Perbedaan angka yang berselisih tidak terlalu jauh tersebut menunjukan bahwa praktik ramah lingkungan yang diterapkan Ades tidak mengandung unsur yang hanya mengacu pada satu gender saja, hal tersebut juga membuat kedua gender tidak mengalami masalah dalam menjawab kuisioner.

Berdasarkan kriteria umurnya, mayoritas dari responden berusia 17-25 tahun yaitu sebesar 86 persen, sedangkan kriteria umur 26-35 tahun sebesar 9 persen, dan usia diatas 35 tahun hanya 5 persen. Tingginya persentase responden yang berusia 17-25 tahun menunjukan ades telah berhasil menarik perhatian anak muda untuk untuk membeli produknya, yang dimana menarik pangsa pasar anak muda merupakan salah satu tujuan yang inigin dicapai perusahaan pasca perubahan kemasan menjadi lebih ramah lingkungan. Dilihat dari kriteria pendidikan responden, responden yang memiliki pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki jumlah terbanyak dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yaitu sebesar 82 persen.

Pengujian validitas dilakukan untuk mengukur validitas instrumen, yaitu suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas instrumen ditentukan dengan menggunakan pearson correlation dengan kriteria koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator adalah lebih besar dari 0,3 (r ≥ 0,3).

Pengujian reliabilitas data dilakukan dengan alpha cronbach dengan kriteria bahwa suatu instrumen (keseluruhan indikator) dianggap sudah cukup reliabel jika

ɑ ≥ 0,6. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian disajikan pada Tabel 3, tabel tersebut menunjukan bahwa seluruh indikator pertanyaan dalam variabel Green Brand Image, Green Perceived Value, Green Trust dan Green Brand Equity memiliki skor total selurh indikator lebih besar dari 0,3 (r ≥ 0,3) dan nilai reliabilitas dari masing-masing variabel yang diuji memperoleh angka diatas 0,6 (ɑ ≥ 0,6). Hal ini berarti bahwa semua instrumen yang digunakan adalah valid dan reliabel.

Tabel 3.

Hasil Uji Validitas

No

Variabel

Item

Validitas

Reliabilitas

Korelasi

Keterangan

Alpha Cronbach («)

Keterangan

X1.1

0,716

Valid

1

Green Brand Image

X1.2

X1.3

0,845

0,753

Valid

Valid

0,823

Reliabel

X1.4

0,815

Valid

X1.5

0,707

Valid

X2.1

0,773

Valid

Green

X2.2

0,711

Valid

2

Perceived

X2.3

0,793

Valid

0,861

Reliabel

Value

X2.4

0,828

Valid

X2.5

0,894

Valid

Y1.1

0,814

Valid

Y1.2

0,691

Valid

3

Green Trust

Y1.3

0,692

Valid

0,792

Reliabel

Y1.4

0,746

Valid

Y1.5

0,768

Valid

Y2.1

0,799

Valid

4

Green Brand

Y2.2

0,842

Valid

0,857

Reliabel

Equity

Y2.3

0,880

Valid

Y2.4

0,830

Valid

Sumber : Data Diolah, 2016

Indikator dalam penelitian ini bersifat reflektif karena arah hubungan kausalitas dari konstrak menuju indikator, serta indikator-indikator yang ada dalam penelitian ini menggambarkan suatu konstruk yang bersifat laten. Karena

indikator dalam penelitian ini bersifat reflektif maka model pengukuran (outer

model) digambarkan sebagai berikut

Gambar 2. Rancangan Model Pengukuran

Lalu akan dilakukan pengkonstruksian diagram jalur, evaluasi model (Goodness of Fit). Model pengukuran (outer model) dengan indikator reflektif yang dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity dari indikatornya serta composite reliability untuk keseluruhan indikatornya. Model struktural (inner model) dievaluasi dengan melihat R-square (R2) pada persamaan antar variabel laten endogen dengan cara menghitung nilai predictive-relevance (Q2) dan selanjutnya mengacu pada path coefficients di inner model. .

Berdasarkan diagram jalur yang ada di Gambar 3, maka dapat dibangun persamaan yang menunjukkan outer model. Adapun persamaannya ditulis sebagai berikut :

Green Brand Image (X1) sebagai variabel eksogen (reflektif) :

X11= 0,758 + 0,00 = 0,758

X12= 0,845 + 0,00 = 0,845

X13= 0,827 + 0,00 = 0,827

X14= 0,838 + 0,00 = 0,838

X15= 0,816 + 0,00 = 0,816

Green Perceived Value (X2) sebagai variabel eksogen (reflektif) :

X21= 0,812 + 0,00 = 0,812

X22= 0,841 + 0,00 = 0.841

X23= 0,811 + 0,00 = 0,811

X24= 0,821 + 0,00 = 0,821

X25 = 0,849 + 0,00 = 0,849

Green Trust (Y1) sebagai variabel endogen (reflektif) :

Y11 = 0,808 + 0,691 = 1,499

Y12 = 0,796 + 0,691 = 1,487

Y13 = 0,830 + 0,691 = 1,521

Y14 = 0,851 + 0,691 = 1,542

Y15 = 0,790 + 0,691 = 1,481

Green Brand Equity (Y2) sebagai variabel endogen (reflektif) :

Y21 = 0,841 + 0,684 = 1,525

Y22 = 0,863 + 0,684 = 1,547

Y23 = 0,880 + 0,684 = 1,564

Y24 = 0,880 + 0,684 = 1,564

Sedangkan untuk inner model dalam penelitian ini, dinyatakan dalam persamaan yang menunjukkan hubungan antar variabel laten (structural model) sebagai berikut :

Ƞ1 = 0,426 + 0,480 + 0,691 = 1,597

Ƞ2= 0,252 + 0,284 + 0,372 + 0,684 = 1,592

Gambar 3. Diagram Jalur

Setelah mendapatkan hasil pengkonstruksian diagram jalur akan dilakukan

pengujian discriminant validity, apabila nilai cross loading setiap indikator dari variabel yang bersangkutan lebih besar dibandingkan dengan cross loading variabel lain, maka indikator tersebut dikatakan valid. Hasil komputasi discriminant validity indikator refleksif dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa korelasi variabel green brand image (X1) dengan indikatonya lebih tinggi dengan korelasi indikator green perceived value (X2), green trust (Y1) dan green brand equity (Y2). Korelasi variabel green perceived value (X2) memiliki indikator lebih tinggi dibandingkan dengan green brand image (X1), green trust (Y1) dan green brand equity (Y2).

Korelasi variabel green trust (Y1) dengan indikatornya lebih tinggi dibandingkan indikator green brand image (X1), green perceived value (X2) dan green brand equity (Y2). Demikian halnya dengan korelasi variabel green brand equity (Y2) memiliki indikator yang lebih tinggi dibandingkan dengan green brand image (X1), green perceived value (X2) dan green trust (Y1).

Tabel 4.

Cross Loadings

Green Brand Image

Green Perceived Value

Green Trust

Green Brand Equity

X1.1

0.758

0.565

0.541

0.590

X1.2

0.845

0.523

0.563

0.635

X1.3

0.827

0.553

0.651

0.535

X1.4

0.836

0.509

0.602

0.536

X1.5

0.816

0.628

0.704

0.657

X2.1

0.592

0.812

0.679

0.627

X2.2

0.616

0.841

0.716

0.702

X2.3

0.498

0.811

0.566

0.571

X2.4

0.501

0.821

0.573

0.529

X2.5

0.599

0.849

0.629

0.618

Y1.1

0.578

0.594

0.808

0.623

Y1.2

0.581

0.643

0.796

0.592

Y1.3

0.660

0.662

0.830

0.666

Y1.4

0.688

0.680

0.851

0.711

Y1.5

0.552

0.554

0.790

0.578

Y2.1

0.655

0.677

0.636

0.841

Y2.2

0.592

0.598

0.628

0.863

Y2.3

0.639

0.665

0.698

0.880

Y2.4

0.613

0.617

0.723

0.861

Sumber : Data Diolah, 2017

Hal ini mengindikasikan bahwa variabel laten memprediksi indikatornya sendiri lebih baik dari pada indikator laten lainnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa variabel laten telah memenuhi discriminant validity. Indikator individu dianggap reliabel apabila memiliki nilai

outer loadings diatas 0,70. Hasil korelasi antar indikator dengan variabelnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.

Outer Loadings Setiap Variabel.

Green Brand Image

Green Perceived Value

Green Trust

Green Brand Equity

X1.1

0.758

X1.2

0.845

X1.3

0.827

X1.4

0.836

X1.5

0.816

X2.1

0.812

X2.2

0.841

X2.3

0.811

X2.4

0.821

X2.5

0.849

Y1.1

0.808

Y1.2

0.796

Y1.3

0.830

Y1.4

0.851

Y1.5

0.790

Y2.1

0.841

Y2.2

0.863

Y2.3

0.880

Y2.4

0.861

Sumber : Data Diolah. 2017

Berdasarkan Tabel 5, hasil output telah memenuhi convergent validity karena semua loading factor dari setiap indikator berada diatas 0,70. Dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa untuk variabel green brand image (X1), indikator X1.2 memiliki nilai outer loadings tertinggi dibandingkan dengan indikator lainnya yaitu sebesar 0,827, maka dapat disimpulkan bahwa indikator tersebut merupakan indikator yang paling merefleksikan variabel green brand image. Untuk variabel green perceived value (X2), indikator X2.5 memiliki nilai outer loading paling tinggi dibandingkan dengan indikator lainnya yaitu sebesar 0,849, maka dapat

disimpulkan untuk variabel green perceived value, indikator X2.5 merupakan indikator yang paling merefleksikan variabel tersebut.

Untuk variabel terikat yang pertama yaitu green trust (Y1), indikator Y1.4 memiliki nilai outer standing yang paling tinggi diantara indikator yang lainnya yaitu sebesar 0,851, maka dapat disimpulkan bahwa indikator tersebut merupakan indikator yang paling merefleksikan Green trust. Untuk variabel green brand equity (Y2), indikator Y2.3 memiliki nilai outer standing tertinggi dibandingkan indikator lainnya yaitu sebesar 0,880, hal ini berarti indikator Y2.3 merupakan indikator yang paling merefleksikan variabel green brand equity.

Disamping uji validitas, juga dilakukan uji reliabilitas variabel yang diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan cronbachs alpha dari blok indikator yang mengukur variabel. Variabel dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability dan cronbachs alpha diatas 0,70. Hasil uji reliabilitas variabel dapat dilihat pada Tabel 6.

Hasil output composite reliability maupun cronbachs alpha baik untuk green brand image (X1), green perceived value (X2), green trust (Y1), dan green brand equity (Y2) seluruhnya diatas angka 0,70. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel memiliki reliabilitas yang baik.

Tabel 6.

Hasil Penelitian Reliabilitas Instrumen

Variabel

Composite Reliability

Cronbach Alpha

Keterangan

Green Brand Image

0.909

0,919

Reliabel

Green Perceived Value

0.915

0,890

Reliabel

Green Trust

0.908

0,770

Reliabel

Green Brand Equity

0,920

0,884

Reliabel

Sumber : Data Diolah, 2017

Selanjutnya akan dilakukan pengujian inner model, pengujian inner model dilakukan dengan melihat nilai R-square yang merupakan uji goodness of fit model. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan cara menghitung nilai predictive-relevance dengan rumus: Q2 = 1-(1- (R1)2 ) (1- (R2)2 ). Nilai R-square variabel laten endogen disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7.

Nilai R-square (R2) Variabel Laten Endogen

Variabel LatenR

Green Trust0,691

Green Brand Equity0,684

Sumber : Data Diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 7, maka akan diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Q2 = 1 – (1 – (0,691)2 ) (1 – (0,684)2

= 1 – (1 – 0,471) (1 – 0,468)

= 1 – (0, 523) (0,532)

= 1- 0,278

= 0,722

Dimana (R1)2 dan (R2)2 adalah R-square variabel endogen dalam model persamaan. Besaran Q2 memiliki nilai dengan rentang 0 < Q2 < 1, dimana semakin mendekati satu berarti model semakin baik. Maka dari hasil perhitungan tersebut didapatkan nilai Q2 sebesar 0,722, sehingga dapat disimpulkan bahwa model memiliki predictive-relevance yang cukup baik karena nilainya cukup dekat dengan 1. Tabel 7 juga menunjukan bahwa nilai R-square dari variabel green trust sebesar 0,691 yang berarti variabel green brand image dan green perceived value mampu menjelaskan varians green trust sebesar 69,1 % dan nilai R-square dari variabel green brand equity sebesar 0,684 yang berarti variabel green brand

image, green perceived value, dan green trust mampu menjelaskan varians green brand equity sebesar 68,4%.

Pengujian hipotesis bisa dilakukan dengan melihat nilai dari T-statistik, pada taraf signifikansi 5 persen jika nilai T-Statistik > 1,96 maka variabel tersebut berpengaruh signifikan. Hasil pengujian hipotesis bisa dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8.

Path Coefficient

Variabel

Original Sample

T- Statistik

Keterangan

Green Brand Image -> Green Trust

0.426

4.032

Signifikan

Green Perceived Value -> Green Trust

0.480

4.557

Signifikan

Green Trust -> Green Brand Equity

0.372

3.128

Signifikan

Green Brand Image -> Green Brand Equity

0.252

2.208

Signifikan

Green Perceived Value -> Green Brand Equity

0.284

2.404

Signifikan

Sumber : Data Diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa pengaruh antara green brand image terhadap green trust adalah signifikan dengan T-statistik sebesar 4,032 (>1,96). Nilai original sample adalah positif yaitu sebesar 0,426 yang menunjukan bahwa arah hubungan antara green brand image dengan green trust adalah positif. Green perceived value juga berpengaruh secara signifikan terhadap green trust dengan T-statistik 4,557 (>1,96). Nilai original sample untuk pengaruh green perceived value terhadap green trust adalah 0,480 yang berarti arah hubungan kedua variabel tersebut adalah positif. Variabel green trust juga berpengaruh secara signifikan terhadap green brand equity dengan nilai T-statistik 3,128 (>1,96), kedua variabel tersebut juga memiliki pengaruh yang positif karena memiliki nilai orginal sampel positif sebesar 0,372. Pengaruh yang sama juga ditunjukan antara green brand image dengan green brand equity, berdasarkan

nilai T-statistiknya variabel green brand image berpengaruh secara signifikan terhadap green brand equity dengan nilai sebesar 2,208 (>1,96). Nilai original sample sebesar 0,252 berarti kedua variabel tersebut memiliki pengaruh yang positif. Selanjutnya, variabel green trust juga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap green brand equity dengan nilai T-statistik sebesar 2,404 (>1,96) dan nilai original sample 0,284.

Jadi dapat disimpulkan bahwa green brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap terhadap green trust, variabel green perceived value juga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap green trust, serta variabel green trust juga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap green brand equity. Selanjutnya, variabel green brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap green brand equity. Variabel green perceived value juga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap green brand equity.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut 1) Green brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap green trust, hal ini berarti semakin tinggi green brand image yang dimiliki oleh suatu merek, maka akan semakin tinggi pula green trust dari merek tersebut, 2) Green perceived value berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap green trust, hal ini berarti semakin green perceived value yang dirasakan oleh konsumen atas penggunaan suatu merek maka green trust dari merek tersebut juga akan

semakin tinggi, 3) Green trust berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap green brand equity hal ini berarti bahwa bahwa semakin tinggi green trust yang dimiliki oleh suatu merek maka akan semakin tinggi pula green brand equity dari merek tersebut, 4) Green brand image berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap green brand equity hal ini berarti semakin tinggi green brand image yang dimiliki suatu merek maka akan semakin tinggi pula green brand equity dari merek tersebut 5) Green perceived value berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap green brand equit hal ini berarti bahwa semakin tinggi green perceived value yang dirasakan oleh konsumen dari mengkonsumsi atau menggunakan produk dari suatu merek maka akan semakin tinggi pula green brand equity dari merek tersebut.

Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, maka saran yang dapat diberikan kepada praktisi yang dalam hal ini adalah The Coca-Cola Company dengan produk AMDK Ades dan untuk Akademisi. Untuk The Coca-Cola Company sebaiknya terus berupaya untuk meningkatkan citra positif tentang lingkungan di mata konsumen, memberikan nilai tambahan terhadap ingkungan dan meningkatkan kepercayaan konsumen tentang kinerja lingkungan Ades dan semakin gencar melakukan tindakan-tindakan nyata yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan sehingga konsumen akan merasakan kehadiran produk AMDK Ades dalam membantu menjaga kelestarian lingkungan, dan hal tersebut akan memicu semakin positifnya citra Ades dimata konsumen. Perusahaan juga sebaiknya terus berupaya memunculkan inovasi-inovasi baru terkait dengan fitur ramah lingkungan yang bisa diberikan oleh produk AMDK Ades sehingga nilai

tambahan yang diharapkan oleh konsumen dengan membeli produk Ades akan semakin bertambah.

Untuk akademisi sebaiknya dalam penelitian selanjutnya mengambil faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi green brand equity dari suatu merek, seperti misalnya green satisfaction, green brand credibility atau green perceived risk, sehingga akan lebih diketahui faktor-faktor lain apa saja yang akan mempengaruhi dari green brand equity dari suatu merek selain dari yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya mencari peran green trust dalam memediasi green brand image terhadap green brand equity serta peran green trust dalam memediasi green perceived value terhadap green brand equity sehingga keterbatasan dalam penelitian ini akan bisa diperbaiki pada penelitian selanjutnya.

REFERENSI

Aaker, David A. 1991. Managing Brand Equity Across Product And Markets. California Management Review. Ney York: The Free Press.

Ahmed. 2012. Perception Of Green Brand In An Emerging Innovative Market. European Journal Of Innovation Management, 15(4): 514-537.

Allen, 2015. Pengaruh Green Brand Image, Green Satisfaction, Dan Green Trust Terhadap Green Brand Equity Merek LG Di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4(2).

Aisyah. 2013. Pengelolaan Rumah Tangga Berbasis Masyarakat Di RT 50 Kelurahan Sungai Pinang Dalam Kecamatan Samarinda Utara. Jurnal Beraja, 2(12).

Anik, Mahfudhoh, Fazilah. 2012. Sampah Plastik Sebagai Alternatif Pengisi Bantal. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. 2(1): 54-66.

Asnan, Furinto. 2008. Marketing Reloaded: Kompilasi Konsep Dan Praktis Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat.

Astini. 2016. Implikasi Green Brand Image, Green Satisfaction Dan Green Trust Terhadap Loyalitas Pelanggan. Jurnal Manajemen, 10(1): 19-34.

Chaudhary, Tripathi, Monga. 2011. Green Marketing And CSR. International Journal Of Research In Finance And Marketing, 1(6): 125-142.

Chen, Chang. 2010. The Drivers Of Green Brand Equity: Green Brang Image, Green Satisfaction, And Green Trust. Journall Of Business Ethic, 36(4): 307-319.

Chen, Chang. 2012. Enchance Green Purchase Intention: The Roles Of Green Perceived Value, Green Perceived Risk, And Green Trust. Jurnal Of Management Decision, 50(3): 502-520.

Chen, Chang. 2012. Greenwash And Green Trust: The Mediation Effect Of Green Consumer Confusion And Green Perceived Risk. Journal Bussines Ethics. 5(8): 489-500.

Chen, Chai. 2010. Attitude Towards The Environment And Green Product. Journal Of Management Science And Engineering, 4(2): 27-39.

Chen, Lin, Weng. 2015. The Influence Of Environmental Friendliness On Green Trust: The Mediation Effect Of Green Satisfaction And Green Perceived Quality. Journal Suistainability. 7(3): 10135-10152.

Chima, Ikenna, Dan Albert. 2013. Focus On Potential Environmental Issues On Plastic World Towards A Suistainable Plastic Recycling In Developing Countries. International Journal Of Industrial Chemistry (IJIC), 4(34): 7994.

Delafrooz, Goli. 2015. The Factor Affecting The Green Brand Equity of Electronic            Product:            Green            Marketing.

http://dx.dol.org/10.1060/23311975.205.1079351 (Diunduh tanggal 3 Mei 2016.)

Doni. 2012. Green Marketing Strategy: Hubungan Green Perceived Value Dan Green Trust. Jurnal Manajemen, 3(2): 56-72.

Dahlstorm, Robert. 2010. Green Marketing Management. Mason: Nelson Education.

Fandy, Tjiptono. 2004. Strategi Pemasaran, Edisi II. Jakarta: Andi.

Fong. 2014. Antecedent Of Green Brand Equity: An Intergrated Approach. Journal Bussiness Ethics, 5(2): 203-215.

Gilg. 2005. Green Consumption Or Suistainable Lifestyle? Identifying The Suistainable Consumer. Journal Of Future, 37(4): 481-504.

Jogiyanto, Hartono. 2011. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi.

Kotler, Armstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid I Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Lam, Lau, Cheung. 2016. Modelling The Relationship Amon Green Perceived Value, Green Trust, Satisfaction And Repurchase Intention Of Green Product. Contemporary Management Research Journal, 12(1): 47-60.

Mowen, Jhon C Dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1 Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Niken, Retno. 2014. Hubungan Antara Kesadaran Merek, Kualitas Persepsian, Kepercayaan Merek Dan Minat Beli Produk Hijau. Jurnal Manajemen & Bisnis. 8(1): 59-79.

Patterson, Spreng. 1997. Modeling The Relationship Between Perceived Value, Satisfaction And Repurchase Intention In Business-Business, Services Context: An Empirical Examination. Internasional Journal Of Service Industry Management, 12(4): 13-29.

Peattie, Crane. 2005. Green Marketing: Legend, Myth, Force Prophesy?. International Journal. 8(4): 357-370.

Priya. 2013 . Green Consumerism*. Journal Jitendra Chauhan Collegae, 2(1): 51-55.

Peattie. 2001. Golden Goose Or Wild Goose? The Hunt For The Green Consumer. Journal Of Business Strategy And The Environment. 10(4): 187-199.

Retnawati. 2011. Peningkatan Nilai Merek-Merek Asli Indonesia Dengan Green Branding. Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi. 7(1).

Rizan, Ciptono. 2012 . Pengaruh Brand Image Dan Brand Trust Terhadap Brand Loyality The Botol Sosro. Jurnal Riset Manajemen Sain Indonesia (JRMSI). 3(1): 107-124.

Romadon, Kumadji, Dan Abdillah. 2014 . Pengaruh Green Marketing Terhadap Image Dan Struktur Keputusan Pembelian. Jurnal Administrasi Bisnis, 15(1).

Stevanie. 2013. Pengaruh Green Marketing Terhadap Nilai Yang Dipersepsikan Dalam Keputusan Pembelian ADES. Jurnal manajemen telkom, 6(2): 4458.

Solimun. 2010. Analisis Multivariat Pemodelan Struktural Metode Partial Least Square - PLS. Malang: CV Citra.

Suharso. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis: Pendekatan Filosofi Dan Praktis. Jakarta: PT. Indeks .

Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen Teori Dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Jakarta: Gramedia Indah.

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sutisna. 2008 . Perilaku Konsumen Dan Komunikasi Pemasaran. Jakarta. Rosda.

Untoro. 2013. Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak, Jurnal Teknik. 3(1): 32-40.

Waluyo, Didik. 2013. Green Marketing: Memperkuat Daya Saing Merek Melalui Green Brand Equity. Jurnal Manajemen. 3(4): 157-169.

Www.Coca-Colaamatil.Co.Id, diunduh pada 25 September 2016.

Www.Dkp.Denpasar.Go.Id, diunduh pada 15 Oktober 2016.

Www.topbrand-award.Com , diunduh pada 15 Oktober 2016.

3877