E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6, No. 1, 2017: 431-462

ISSN : 2302-8912

PRIVATE BRAND: BRAND EQUITY MEMEDIASI STRATEGI PRIVATE BRAND DAN BRAND PERSONALITY DENGAN

BRAND PREFERENCE

Ni Kadek Dwi Suputri Duryana1 I Ketut Nurcahya2

1, 2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Produk private brand yang biasa ditemukan pada produk kebutuhan sehari-hari kini telah berkembang ke arah sektor fashion. Konsumen bebas memilih brand manapun yang ingin mereka gunakan, sehingga menimbulkan brand preference konsumen terhadap suatu brand. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memahami hubungan antar variabel strategi private brand, brand personality, brand equity, dan brand preference, serta peran brand equity dalam memediasi hubungan antar variabel. Penelitian ini dilakukan di kota Denpasar dan Badung dengan 100 sampel konsumen pengguna produk private brand Nevada. Data diolah dengan teknik analisis Structural Equation Modeling. Hasil penelitian membuktikan bahwa strategi private brand secara positif dan signifikan memengaruhi brand preference sebesar 26.1% dan brand equity sebesar 29%. Brand personality secara positif dan signifikan memengaruhi brand preference sebesar 33.1% dan brand equity sebesar 63%. Brand equity memberikan pengaruh sebesar 9.7% terhadap hubungan tidak langsung antara strategi private brand dengan brand preference serta 21.1% terhadap hubungan brand personality dengan brand preference.

Kata Kunci: private brand, strategi private brand, brand personality, brand equity, brand preference

ABSTRACT

Private brands which are usually found among groceries product have penetrated the fashion sector. Consumers are free to choose whatever brand they want to use, so this condition creates the consumer’s brand preference. This research aims to understands the relationship between variables private brand strategy, brand personality, brand equity, and brand preference, and also the brand equity’s role in mediating the variables’ relationship. This research is conducted in Denpasar and Badung regency with 100 samples of private brand Nevada’s users. Data are collected with questionnaire and analyzed with Stuctural Equation Modeling. The result proves that private brand strategy positively and significantly affects brand preference 26.1% and brand equity 29%. Brand personality positively and significantly affects brand preference 33.1% and brand equity 63%. Brand equity contributes a 9.7% on the indirect effect of private brand strategy and brand preference and 21.1% on the indirect effect of brand personality and brand preference.

Keywords: private brand, private brand strategy, brand personality, brand equity, brand preference

PENDAHULUAN

Bisnis ritel merupakan bagian dari alur distribusi barang dagangan yang dimulai dari produsen, pedagang besar, ritel, dan berakhir di konsumen. Bisnis ritel merupakan rantai distribusi yang langsung berinteraksi dengan konsumen (Utami, 2014:24). Jumlah gerai ritel yang sangat tinggi di Indonesia menimbulkan persaingan, terutama karena setiap ritel menjual barang yang hampir sama, sehingga setiap bisnis ritel membutuhkan strategi keunggulan kompetitif. Salah satu cara untuk mendapatkan keunggulan bersaing bagi bisnis ritel adalah dengan pengembangan private brand (Utami, 2014:94; Tjandrasa, 2006).

Private brand, yang juga dikenal sebagai store brand atau private label brand, merupakan produk yang diproduksi, dikelola, dan dipasarkan oleh suatu rantai bisnis ritel yang spesifik dengan kemampuan untuk memberikan profit margin yang lebih tinggi kepada peritel (Beneke dan Zimmerman, 2014; Beldona dan Wysong, 2007). Strategi private brand yang memiliki kualitas tinggi dan modern juga dapat mempertinggi citra dari toko ritel yang menjual private brand (Ardhanari, 2008). Produk private brand dapat ditemukan pada kategori produk makanan dan kebutuhan sehari-hari, mulai dari produk generik hingga berkembang ke arah produk pakaian dan aksesoris (Hemantha dan Arun, 2015). Penelitian mengenai private brand dalam sektor fashion sangat penting karena masih sangat sedikit penelitian mengenai private brand dalam sektor fashion (Herstein et al., 2013).

Salah satu private brand dalam produk fashion adalah Nevada yang merupakan private brand milik Matahari Department Store. Nevada merupakan

private brand yang paling populer dibandingkan dengan yang lainnya, bahkan memiliki Top Brand Index (TBI) tertinggi untuk kategori T-Shirt dan satu-satunya private brand untuk produk jeans yang berada dalam jajaran top brand. TBI Nevada tidak selalu stabil setiap tahunnya, seperti yang ditampilkan pada Gambar 1, sehingga menunjukkan Nevada tidak selalu menjadi pilihan konsumen dibandingkan dengan brand lainnya.

Gambar 1. Grafik Top Brand Index Nevada Sumber: topbrand-award.com, 2012-2016

Kompetisi yang terjadi di antara national brand dan private brand dalam memperebutkan keuntungan dan ruang di dalam rak toko ritel telah mengarah pada “pertarungan brand”, dimana national, private, maupun generic brand saling bersaing untuk mendapatkan ruang dan kontrol yang lebih (Berman dan Evans, 2013:396). Konsumen bebas untuk lebih memilih atau menyukai suatu brand tertentu karena banyaknya pilihan brand dalam kondisi pasar dengan persaingan yang sangat tinggi saat ini (Walker dan Mullins, 2014:164). Kebebasan konsumen dalam memilih suatu brand tidak dapat secara langsung menciptakan penjualan, melainkan menciptakan brand preference pada konsumen (Alamro dan Rowley, 2011).

Brand preference merupakan kecendrungan konsumen untuk memilih suatu brand dibandingkan brand lainnya dalam kategori produk yang sama karena dipengaruhi oleh kepercayaan dan keyakinan terhadap brand akibat pengalaman sebelumnya yang menyenangkan bersama brand tersebut (Kurtz dan Boone, 2006:383; Dewi dan Sanaji, 2014). Brand preference merupakan sikap konsumen yang muncul ketika dihadapkan pada situasi untuk memilih salah satu brand dalam kategori produk yang sama (Purwanto dkk., 2013). Christian dan Sunday (2013) mendefinisikan brand preference sebagai ukuran dari loyalitas konsumen dalam memilih suatu brand dibandingkan brand kompetitor lainnya, tetapi tetap menerima substitusi apabila brand yang dipilih tersebut tidak dapat ditemukan.

Sebuah brand harus memahami preferensi konsumen untuk menyesuaikan setiap kebijakan yang ditetapkan dengan tuntutan dan keinginan konsumen sehingga akhirnya mendorong konsumen untuk lebih memilih atau menyukai brand tersebut dibandingkan brand lainnya. Brand preference memiliki fokus terhadap brand equity, brand knowledge, brand image, brand association, brand awareness, dan service branding (Alamro dan Rowley, 2011). Konsumen dapat menunjukkan brand preference terhadap suatu brand dibandingkan brand lainnya ketika kedua produk tersebut sangat identik karena disebabkan oleh brand equity (Kotler, 2003: 422).

Brand equity didefinisikan sebagai efek positif yang ditimbulkan oleh pengetahuan konsumen atas suatu nama merek terhadap respon konsumen pada produk barang atau jasa (Kotler, 2003: 422). Brand equity merupakan efek atau nilai yang ditimbulkan oleh sebuah brand yang melekat pada sebuah produk

sebagai hasil dari kesadaran, asosiasi, persepsi kualitas, dan loyalitas konsumen terhadap suatu brand yang memengaruhi persepsi konsumen terhadap brand tersebut (Kotler dan Armstrong, 2012: 243; Kurtz dan Boone, 2006: 387). Brand equity yang meliputi persepsi konsumen, brand awareness, brand association, dan perceived quality sangat ditentukan oleh cara konsumen mempersepsikan sebuah brand yang ditunjukkan oleh pengalaman dan pengetahuan konsumen mengenai brand tersebut (Emor dan Pangemanan, 2015). Brand equity digunakan untuk menemukan dan merancang metode untuk menentukan strategi bersaing bagi sebuah toko ritel (Chen, 2009).

Suatu produk private brand dapat memiliki brand equity yang terdiri atas kesetiaan merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan kesadaran merek dengan melakukan strategi private brand (Andreani, 2013). Keller (2013: 205) mendefinisikan private brands sebagai produk yang dipasarkan oleh retailer atau bagian lainnya dari rantai distribusi. Susanti (2012) membedakan private brand dalam lima klasifikasi, diantaranya adalah store brand, store sub-brand, generic brand, individual product brand, dan exclusive product. Strategi private brand merupakan strategi yang diterapkan oleh sebuah toko ritel terkait dengan bauran produknya, seperti kualitas produk, harga, presentasi, promosi, dan pengemasan, dengan tujuan untuk memengaruhi persepsi konsumen terhadap produk private brand (Chen, 2009; Andreani, 2013).

Su dan Tong (2015) menyatakan bahwa nilai brand equity juga dapat ditingkatkan melalui brand image yang unik dan menguntungkan yang dipengaruhi oleh brand personality yang kuat dari sebuah brand. Brand

personality merupakan seperangkat karakter atau kepribadian manusia yang diasosiasikan terhadap suatu brand sehingga brand tersebut menjadi lebih hidup dan mampu memiliki hubungan yang kuat dengan konsumen yang memiliki kepribadian dan karakter yang mirip (Schiffman dan Kanuk, 2007:133). Sebuah brand dengan kepribadian yang tepat dapat memunculkan sebuah perasaan bahwa brand tersebut sesuai dengan kepribadian konsumen, sehingga konsumen mungkin akan semakin ingin menciptakan suatu hubungan dengan brand tersebut (Keller, 2013: 97). Karakter atau kepribadian manusia yang diasosiasikan terhadap brand tersebut meliputi the big five atau lima besar kepribadian manusia, yaitu sincerity, excitement, competence, sophistication, dan ruggedness (Aaker, 1997; Maehle, 2011).

Chen (2009) mengemukakan bahwa pelaku bisnis ritel menggunakan strategi private brand untuk merespon permintaan konsumen, sehingga konsumen kemudian akan merefleksikannya ke dalam preferensi merek ketika berbelanja. Penelitian yang dilakukan oleh Chen (2009) menunjukkan bahwa strategi private brand yang dilakukan oleh ritel memiliki hubungan yang signifikan terhadap shopping preference atau pilihan konsumen dalam berbelanja. Penelitian Andreani (2013) membuktikan hubungan yang positif dan signifikan antara strategi private brand dan pilihan konsumen dalam berbelanja.

H1 : Private brand strategy berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand preference

Chen (2009) mengemukakan bahwa bisnis ritel selalu mengembangkan private brand karena memiliki potensi untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap toko ritel, profitabilitas, kekuatan tawar menawar dengan supplier, dan

kontrol terhadap ruang dalam toko. Penelitian Chen (2009) membuktikan bahwa terhadap hubungan yang positif dan signifikan antara strategi private brand dan brand equity dalam saluran distribusi ritel. Penelitian yang dilakukan Andreani (2013) juga menunjukkan bahwa strategi private brand memiliki hubungan langsung yang signifikan dan positif terhadap brand equity.

H2 : Private brand strategy berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand equity

Penelitian Alamro dan Rowley (2011) membuktikan bahwa brand personality, yang merupakan bagian penting dalam strategi branding, memiliki pengaruh yang terbatas terhadap brand preference serta merupakan salah satu antecedent dari brand preference. Penelitian Chiu et al. (2011) membuktikan bahwa faktor dari brand personality yang meliputi reliability, masculine, fashion, wholesome, excitement, feminine, sentiment, leadership, dan uniqueness secara signifikan memengaruhi brand preference. Penelitian Bamini et al.  (2009) juga

membuktikan bahwa brand personality memiliki pengaruh dan hubungan yang kuat dengan brand preference. Hasil penelitian yang berbeda dibuktikan oleh penelitian Mulyanegara dan Tsarenko (2009) yang membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara brand personality dan brand preference. H3 : Brand personality berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand preference

Penelitian Su dan Tong (2015) menemukan bahwa dimensi competence, attractiveness, innovation, dan sincerity dari brand personality memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand equity. Penelitian Florence et al.  (2011)

membuktikan bahwa brand personality memberikan kontribusi pengaruh positif

yang sangat kuat terhadap brand equity. Ocktaria dkk. (2015) menyebutkan bahwa brand personality merupakan salah satu komponen pembentuk brand image yang membangun brand equity. Pernyataan tersebut kemudian didukung oleh hasil penelitiannya yang membuktikan bahwa brand personality memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap brand equity (Ocktaria dkk., 2015). H4 : Brand personality berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand equity

Dib dan Alhaddad (2014) menyatakan bahwa brand yang kuat dengan brand equity yang positif akan mendapatkan berbagai keuntungan, seperti meningkatkan preferensi konsumen dan niat pembelian. Brand equity yang kuat mampu meningkatkan brand preference sutau produk untuk mendapatkan pengakuan dalam benak konsumen (Kurniawan dkk., 2014). Penelitian Chen dan Chang (2008) membuktikan bahwa brand equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand preference. Penelitian Moradi dan Zarei (2011) juga menemukan bahwa brand equity memiliki pengaruh langusng dan positif terhadap brand preference. Brand preference merupakan fungsi dari peningkatan brand equity dan segala faktor yang meningkatkan brand equity dalam pengembangan jangka panjang, sehingga apabila brand equity meningkat, brand preference juga meningkat (Hanzae dan Asadollahi, 2012). Penelitian yang dilakukan Soenyoto (2015) serta penelitian Vinh dan Huy (2016) juga menunjukkan bukti bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara brand equity dan brand preference.

H5 : Brand equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand preference

Penelitian Chen (2009) untuk menguji peran brand equity dalam memediasi hubungan antara strategi private brand dan preferensi konsumen dalam berbelanja menunjukkan hasil yang signifikan sehingga brand equity dari sebuah private brand memberikan peran sebagai mediator strategi private brand dalam menghasilkan brand preference pada produk private brand. Penelitian Andreani (2013) juga membuktikan bahwa brand equity secara signifikan memediasi hubungan antara strategi private brand dan brand preference.

H6 : Brand equity mampu memediasi secara parsial hubungan antara strategi private brand dan brand preference

Penelitian Alamro dan Rowley (2011) mengelompokkan variabel yang memengaruhi brand preference menjadi tiga kelompok yaitu brand awareness, brand image, dan consumer attributes, di mana brand image dan brand awareness merupakan dimensi dari brand equity (Keller, 2013:50). Penelitian Alamro dan Rowley (2011) juga menunjukkan bahwa salah satu variabel yang memengaruhi brand image adalah brand personality, sehingga brand personality secara signifikan memiliki pengaruh terhadap brand preference melalui brand image.

H7 : Brand equity mampu memediasi secara parsial hubungan antara brand personality dan brand preference

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Bali, khususnya di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung karena empat gerai Matahari Department Store yang ada di Bali terletak di kabupaten/kota tersebut sehingga responden yang sesuai dengan kriteria akan lebih mudah ditemukan. Penelitian berfokus pada konsumen pengguna private

brand Nevada sebagai subjek penelitian, sementara objek dari penelitian ini adalah brand prefence konsumen terhadap private brand Nevada yang

dipengaruhi

oleh variabel brand equity, strategi private brand, dan brand

personality.

Tabel 1

Indikator Variabel Penelitian

Variabel

Indikator                           Sumber

Strategi Private Brand

  • a.    Product Quality                                             Chen

Produk fashion Nevada memiliki kualitas yang terpercaya (X1.1)   (2009)

  • b.    Selling Price                                                     dan

Produk fashion Nevada memiliki harga yang lebih masuk akal Andreani dibandingkan produk dengan national brand (X1.2)               (2013)

  • c.    Presentation

Produk fashion Nevada disajikan dengan menarik di dalam toko (X1.3)

  • d.    Promotion

Produk fashion Nevada memberikan promosi yang bersifat atraktif (X1.4)

  • e.    Packaging

Produk fashion dikemas dengan cara yang menarik perhatian

konsumen (X1.5)

Brand

Personality

  • a. Sincerity                                                         Aaker

Produk fashion Nevada mencerminkan pengalaman pemakaian  (1997)

yang positif terhadap konsumen (X2.1)                           dan

  • b. Excitement                                                 Maehle

Produk   fashion   Nevada   mencerminkan   kepribadian  (2015)

menyenangkan yang mengekspresikan identitas konsumen (X2.2)

  • c.    Competence

Produk fashion Nevada dimiliki oleh perusahaan dengan reputasi yang baik (X2.3)

  • d.    Sophistication

Produk fashion Nevada memberikan asosiasi merek kelas atas atau high class (X2.4)

  • e.    Ruggedness

Produk fashion Nevada memberikan asosiasi merek yang maskulin (X2.5)

Indikator Variabel Penelitian (lanjutan)

Variabel

Indikator                           Sumber

Brand Equity

  • a.    Brand Awareness                                         Aaker

Konsumen mampu menyadari keberadaan produk fashion  (1991),

Nevada ketika mereka berbelanja produk fashion (Y1.1)           Keller

  • b.    Brand Association                                             (2013),

Konsumen mengasosiasikan produk fashion Nevada dengan hal-  dan Chen

hal yang menyenangkan (Y1.2)                                  (2009)

  • c.    Brand Perceived Quality

Konsumen mempersepsikan produk fashion Nevada dengan kualitas yang setara dengan national brand sesuai harapan konsumen (Y1.3)

  • d.    Brand Loyalty

Konsumen akan kembali memilih produk fashion Nevada dibandingkan produk brand lainnya (Y1.4)

  • e.    Brand Image

Konsumen menganggap produk fashion Nevada memiliki citra yang baik dibandingkan brand lainnya (Y1.5)

Brand preference

  • a.    Konsumen lebih tertarik terhadap produk fashion Nevada Vinh dan dibandingkan brand lain yang sejenis (Y2.1)                      Huy

  • b.    Konsumen akan lebih memilih produk fashion Nevada ketika  (2016),

brand lainnya sebanding (Y2.2)                                  Soenyoto

  • c.    Konsumen lebih suka membeli produk fashion Nevada  (2015),

dibandingkan brand lainnya (Y2.3)                                serta

  • d. Konsumen lebih suka menggunakan produk fashion Nevada  Chen dan

dibandingkan brand lainnya (Y2.4)                               Chang

  • e. Konsumen akan kembali memilih private produk fashion  (2008)

Nevada di toko tersebut (Y2.5)

Sumber: Penelitian terdahulu

Variabel penelitian terdiri atas variabel eksogen dan variabel endogen.

Variabel eksogen meliputi strategi private brand sebagai X1 dan brand personality sebagai X2. Variabel endogen meliputi brand equity sebagai Y1 dan brand preference sebagai Y2. Tabel 1 menampilkan indikator yang mengukur masing-masing variabel tersebut.

Seluruh konsumen produk fashion Nevada di Kota Denpasar dan Badung merupakan populasi dalam penelitian ini. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan tiga kriteria, diantaranya adalah responden yang berusia minimal 15 tahun, pernah membeli dan menggunakan produk fashion Nevada secara mandiri, serta pernah menggunakan produk fashion dari private brand selain Nevada. Ferdinand (2002:51) menyatakan bahwa

pemodelan SEM harus memenuhi syarat minimum 100 sampel responden yang ditentukan dengan perbandingan 5 observasi untuk setiap estimated variable. Penelitian ini menggunakan 20 indikator, sehingga apabila dikali 5, penelitian ini menggunakan 100 sampel responden.

Data dikumpulkan melalui instrumen kuesioner yang disebarkan secara langsung kepada responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Kuesioner terdiri atas pernyataan terbuka yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, dan pekerjaan responden, serta pertanyaan tertutup yang diukur dengan skala Likert 1-5. Instrumen penelitian diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas sebelum disebarkan sesuai dengan jumlah sampel yang diinginkan.

Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif dan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan program AMOS 16.00. Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik statistik yang mampu menguji sebuah rangkaian hubungan antar variabel yang rumit secara simultan (Ferdinand, 2002:6). Hubungan kausalitas antar konstruk dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui persamaan struktural berikut ini:

B E = β1 SP B + β2 B P + z1...................................................... (1)

B Pr = γ1B E + z2.................................................................... (2)

Pengolahan data dengan pemodelan SEM harus memenuhi beberapa asumsi, antara lain asumsi ukuran sampel, normalitas, outlier, serta multicolinearity dan singularity. Pemodelan dengan SEM juga harus memenuhi indeks kesesuaian atau goodness of fit index dengan beberapa jenis indeks kesesuaian dan nilai kritisnya. Penilaian unidimensionalitas yang meliputi uji validitas konvergen, uji reliabilitas

konstruk, dan variance extracted dilakukan setelah kesesuaian model diuji (model fit)..

Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat regression weight dari hubungan kausalitas antar konstruk serta direct, indirect, dan total effect hubungan masing-masing konstruk yang menunjukkan hubungan secara langsung atau tidak langsung suatu konstruk terhadap konstruk lainnya. Hubungan kausalitas antar konstruk dikatakan signifikan apabila koefisien jalur dengan nilai t-hitung yang diperlihatkan oleh nilai critical ratio (C.R.) menunjukkan angka lebih dari 2.00 (C.R. ≥ 2.00) dan tingkat signifikansi uji hipotesis menunjukkan nilai p < 0.05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nevada merupakan sebuah private brand untuk strategi keunggulan kompetitif dari Matahari Department Store. Nevada melayani konsumen dari seluruh segmen usia sehingga produk yang ditawarkan mencakup berbagai produk untuk anak-anak, remaja, orang dewasa, baik perempuan maupun laki-laki. Produk-produk private brand Nevada meliputi hampir seluruh produk fashion yang diperlukan konsumen dengan ciri khas warna yang relatif terang dan cerah dengan desain-desain ceria yang memberikan kesan kasual bagi pemakainya. Private brand Nevada merupakan private brand dengan peringkat tertinggi dibandingkan dengan private brand lain sehingga Matahari Department Store memberikan lebih banyak upaya pemasaran dan mengalokasikan lebih banyak ruang bagi produk-produk Nevada di dalam gerai. Upaya pemasaran yang paling terlihat jelas bagi

Nevada adalah upaya pemberian promosi penjualan seperti diskon, baik diskon secara reguler maupun diskon pada kesempatan-kesempatan khusus.

Responden penelitian ini didominasi oleh konsumen berusia 19-22 tahun sebesar 81%. Jumlah responden perempuan adalah 68%, lebih besar dibandingkan responden laki-laki yang hanya 32%. Responden didominasi oleh mahasiswa/pelajar sebesar 84%. Brand yang paling banyak digunakan selain Nevada adalah Connexion sebesar 46%. Tabel 2 menunjukkan data karakteristik responden.

Tabel 2 Karakteristik Responden

No.

Karakteristik

Klasifikasi

Jumlah Orang

Persentase

15-18 tahun

5

5%

19-22 tahun

81

81%

1

Usia

23-26 tahun

8

8%

27-30 tahun

2

2%

>30 tahun

4

4%

Jumlah

100

100%

2

Jenis Kelamin

Laki-Laki

32

32%

Perempuan

68

68%

Jumlah

100

100%

Mahasiswa/Pelajar

84

84%

PNS

1

1%

3

Pekerjaan

Pegawai Swasta

8

8%

Wiraswasta

5

5%

Lainnya

2

2%

Jumlah

100

100%

Cole

29

29%

Details

34

34%

4

Brand yang digunakan

St Yves

29

29%

Little M

15

15%

Connexion

46

46%

Lainnya

23

23%

Sumber: Data primer diolah, 2016

Hasil evaluasi uji validitas dan reliabilitas menunjukkan hasil seperti yang ditampilkan pada Tabel 3. Uji validitas menunjukkan nilai pearson correlation dari seluruh indikator adalah lebih dari 0.3 (r ≥ 0.3), sehingga indikator yang digunakan dalam instrumen penelitian ini mampu mengukur variabel yang

seharusnya diukur. Uji reliabilitas menunjukkan seluruh nilai cronbach’s alpha juga menunjukkan nilai lebih dari 0.6 (α ≥ 0.6), sehingga indikator yang digunakan memiliki konsistensi dalam mengukur variabel yang seharusnya diukur.

Tabel 3

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

No.   Konstruk   Indikator

Pearson                Cronbach's

Keterangan              Keterangan

Correlation                  Alpha

X1.1

Strategi          X1.2

1    Private          X1.3

brand          X1.4

X1.5

0.864        Valid

0.820        Valid

0.840        Valid 0.885       Reliabel

0.784        Valid

0.832        Valid

X2.1

X2.2

Brand

2                    X2.3

personality

X2.5

0.825         Valid

0.896        Valid

0.810        Valid 0.903       Reliabel

0.878         Valid

0.847         Valid

Y1.1

Y1.2

3   Brand equity    Y1.3

Y1.4

Y1.5

0.861         Valid

0.804        Valid

0.880        Valid 0.899       Reliabel

0.789        Valid

0.882        Valid

Y2.1

Y2.2 Brand

.

preference

Y2.5

0.873         Valid

0.874        Valid

0.899        Valid 0.933       Reliabel

0.908         Valid

0.894        Valid

Sumber: Data primer diolah, 2016

Konstruk strategi private brand, brand personality, brand equity, dan brand preference diukur menggunakan 20 indikator dengan lima poin skala Likert. Secara keseluruhan berdasarkan jawaban responden mengenai masing-masing indikator yang mengukur konstruk, responden memiliki persepsi yang baik mengenai strategi private brand, brand personality, brand equity, dan brand preference Nevada dengan rata-rata skor ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4

Deskripsi Konstruk Penelitian

Konstruk

Rata-Rata Skor

Keterangan

Strategi Private Brand

3.56

Baik

Brand Personality

3.69

Baik

Brand Equity

3.82

Baik

Brand Preference

3.64

Baik

Sumber: Data primer diolah, 2016

Pemodelan dengan SEM dapat dilakukan apabila data memenuhi asumsi normalitas, outliers, serta multicolinearity dan singularity. Evaluasi normalitas data dapat diamati pada skewness value dan angka kurtosis. Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai z lebih besar dari nilai kritis. Nilai kritis dengan tingkat signifikansi 0.01 (1%) adalah ±2.58, sehingga data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai skewness dan angka kurtosis berkisar antara +2.58 dan -2.58 (Ferdinand, 2002:95). Data dari masing-masing indikator menunjukkan nilai skewness dan angka kurtosis yang berkisar antara +2.58 dan -2.58 sehingga data dinyatakan berdistribusi normal.

Hasil evaluasi outlier terlihat pada tabel Mahalanobis Distance yang diurutkan dari data dengan probabilitas (p1 dan p2) terkecil hingga terbesar. Evaluasi outlier dilakukan dengan menggunakan nilai chi-square (X2) pada tingkat signifikansi 0.01 dengan df = 20 (jumlah indikator penelitian), sehingga cut-off untuk mengevaluasi multivariate outlier adalah X2 (0.01.20) = 37.566. Mahalanobis d-squared pada tabel Mahalanobis Distance menunjukkan bahwa terdapat 2 data dari 100 data yang mengindikasikan outlier atau melebihi nilai cutoff Mahalanobis Distance. Data yang mengindikasikan outlier dapat tetap diikutsertakan dalam analisis selanjutnya apabila tidak terdapat alasan khusus untuk mengeluarkan data tersebut (Ferdinand, 2002:108).

Tabel 5

Goodness of Fit Univariat

Konstruk

Goodness of fit

Cut-off Value

Nilai Model

Keterangan

Strategi

Probability

≥ 0.05

0.385

Baik

Private

Chi-square

Diharapkan kecil/ ≤ 15.086*

5.258

Baik

Brand

CMIN/DF

≤ 2.00

1.052

Baik

GFI

≥ 0.90

0.981

Baik

TLI

≥ 0.95

0.998

Baik

CFI

≥ 0.95

0.999

Baik

RMSEA

≤ 0.08

0.023

Baik

AGFI

≥ 0.90

0.942

Baik

Brand

Personality

Probability

≥ 0.05

0.075

Baik

Chi-square

Diharapkan kecil/ ≤

15.086**

10.013

Baik

CMIN/DF

≤ 2.00

2.003

Marginal Fit

GFI

≥ 0.90

0.964

Baik

TLI

≥ 0.95

0.964

Baik

CFI

≥ 0.95

0.982

Baik

RMSEA

≤ 0.08

0.101

Kurang Baik

AGFI

≥ 0.90

0.893

Marginal Fit

Brand Equity

Probability

≥ 0.05

0.425

Baik

Chi-square

Diharapkan kecil/ ≤

15.086***

4.927

Baik

CMIN/DF

≤ 2.00

0.985

Baik

GFI

≥ 0.90

0.980

Baik

TLI

≥ 0.95

1.001

Baik

CFI

≥ 0.95

1.000

Baik

RMSEA

≤ 0.08

0.000

Baik

AGFI

≥ 0.90

0.940

Baik

Brand

Preference

Probability

≥ 0.05

0.090

Baik

Chi-square

Diharapkan kecil/ ≤

15.086****

9.517

Baik

CMIN/DF

≤ 2.00

1.903

Baik

GFI

≥ 0.90

0.964

Baik

TLI

≥ 0.95

0.968

Baik

CFI

≥ 0.95

0.984

Baik

RMSEA

≤ 0.08

0.096

Kurang Baik

AGFI

≥ 0.90

0.893

Marginal Fit

Sumber: Data primer diolah, 2016

Data dikatakan tidak mengindikasikan multicolinearity dan singularity apabila menunjukkan determinant of sample covariance matrix yang lebih besar dari 0. Determinant of sample covariance matrix dari data dalam penelitian ini

adalah 0.00000071, lebih besar dari 0, sehingga data dinyatakan tidak mengindikasikan multicolinearity dan singularity.

Uji kecocokan atau goodness of fit bertujuan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data empiris melalui beberapa jenis fit index. Evaluasi goodness of fit secara univariat dari masing-masing konstruk ditampilkan oleh Tabel 5.

Goodness of fit dari masing-masing konstruk secara keseluruhan menunjukkan nilai yang baik, meskipun terdapat beberapa marginal fit pada nilai CMIN/DF dan AGFI pada brand personality serta nilai AGFI pada brand preference, data masih dapat diterima. Nilai RMSEA yang kurang baik pada konstruk brand personality dan brand preference juga masih dapat diterima karena fit index lainnya menunjukkan nilai yang baik. Hasil evaluasi goodness of fit menunjukkan bahwa secara keseluruhan masing-masing konstruk memiliki kesesuaian antara data empiris dengan model yang dikembangkan.

Evaluasi goodness of fit dilanjutkan dengan konfirmasi mengenai hubungan kausalitas yang terdapat antara konstruk yang ingin diuji dengan indikator atau parameter yang digunakan untuk mengukurnya. Analisis faktor konfirmatori ditampilkan pada Tabel 6.

Nilai standardized estimate dari hubungan antara seluruh parameter dengan konstruk yang diteliti bernilai positif dengan seluruh nilai critical ratio lebih dari 2.00 dan nilai p < 0.05. Setiap parameter atau indikator yang digunakan memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan konstruk yang diteliti sehingga dapat digunakan untuk mengukur konstruk-konstruk tersebut.

Tabel 6

Analisis Faktor Konfirmatori

Estimate

Standardized estimate

S.E.

C.R.

P

X1.1

X1

0.901

0.795

0.106

8.512

***

X1.2

X1

0.919

0.720

0.125

7.370

***

X1.3

X1

1.033

0.821

0.118

8.736

***

X1.4

X1

0.834

0.631

0.129

6.480

***

X1.5

X1

1.000

0.814

X2.1

X2

0.864

0.754

0.105

8.254

***

X2.2

X2

0.876

0.779

0.098

8.898

***

X2.3

X2

0.898

0.769

0.103

8.722

***

X2.4

X2

1.013

0.831

0.102

9.903

***

X2.5

X2

1.000

0.846

Y1.1

Y1

0.706

0.720

0.094

7.503

***

Y1.2

Y1

0.793

0.682

0.111

7.149

***

Y1.3

Y1

0.809

0.756

0.095

8.477

***

Y1.4

Y1

0.786

0.723

0.102

7.724

***

Y1.5

Y1

1.000

0.858

Y2.1

Y2

0.950

0.762

0.116

8.168

***

Y2.2

Y2

0.925

0.798

0.106

8.748

***

Y2.3

Y2

0.907

0.763

0.113

8.015

***

Y2.4

Y2

1.071

0.861

0.114

9.375

***

Y2.5

Y2

1.000

0.802

Sumber: Data primer diolah, 2016

.β2

Gambar 2. Validasi Diagram Alur Akhir

Sumber: Data primer diolah, 2016

Hasil analisis persamaan struktural memberikan nilai kausalitas antar konstruk

untuk menguji hipotesis yang diajukan. Diagram alur dari analisis persamaan

struktural yang menunjukkan pengaruh antar konstruk yang terdiri atas pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total, ditampilkan pada Gambar 2.

Uji goodness of fit multivariat dilakukan untuk melihat derajat kecocokan antara data empiris dengan teori atau model secara multivariat. Tabel 7 menampilkan hasil uji goodness of fit dari model struktural.

Tabel 7

Goodness of Fit Multivariat

Goodness of fit

Cut-off Value

Nilai Model

Keterangan

Probability

≥ 0.05

0.535

Baik

Chi-square

Diharapkan kecil/ ≤210.176*

162.731

Baik

CMIN/DF

≤ 2.00

0.986

Baik

GFI

≥ 0.90

0.867

Marginal fit

TLI

≥ 0.95

1.002

Baik

CFI

≥ 0.95

1.000

Baik

RMSEA

≤ 0.08

0.000

Baik

AGFI

≥ 0.90

0.831

Marginal fit

Sumber: Data primer diolah, 2016

Pengujian hipotesis mengenai hubungan antar konstruk dapat dilihat pada

Tabel 8 yang menunjukkan signifikansi hubungan langsung antar konstruk dan

Tabel 9 yang menunjukkan pengaruh langsung, tidak langsung, dan pengaruh total antar konstruk.

Tabel 8 Pengujian Hipotesis

Hubungan Konstruk

Estimate

Standardized estimate

S.E.

C.R.

P

Brand equity

Strategi Private brand

0.309

0.290

0.102

3.045

0.002

Brand equity

Brand personality

0.583

0.630

0.096

6.055

***

Brand preference

Brand equity

0.357

0.334

0.153

2.337

0.019

Brand preference

Strategi Private brand

0.297

0.261

0.117

2.549

0.011

Brand preference

Brand personality

0.327

0.331

0.130

2.516

0.012

Sumber: Data primer diolah, 2016

Tabel 9

Direct Effect, Indirect Effect, dan Total Effect

Hubungan

onstruk

Direct Effect

Indirect Effect

Total Effect

Brand equity

Strategi Private brand

0.290

-

-

Brand equity

Brand personality

0.630

-

-

Brand preference

Brand equity

0.334

-

-

Brand preference

Strategi Private brand

0.261

0.097

0.358

Brand preference

Brand personality

0.331

0.211

0.542

Sumber: Data primer diolah, 2016

Strategi private brand memiliki pengaruh langsung terhadap brand preference sebesar 26.1%. Nilai standardized estimate dari hubungan kedua konstruk ini bernilai positif dengan t-hitung sebesar 2.549 yang melebihi nilai 2.00 dan nilai p sebesar 0.011 yang lebih kecil dari nilai p < 0.05. Nilai estimasi parameter dan pengaruh langsung antara strategi private brand dan brand preference membuktikan bahwa hipotesis pertama (H1) dapat diterima, yaitu strategi private brand berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand preference. Semakin baik strategi private brand yang dilakukan oleh Nevada, preferensi konsumen terhadap private brand tersebut dibandingkan dengan brand lainnya juga akan meningkat. Penelitian ini memberikan hasil yang sejalan dengan hasil penelitian Chen (2009) dan Andreani (2013) yang membuktikan bahwa strategi private brand berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand preference.

Strategi private brand memiliki pengaruh langsung terhadap brand equity sebesar 29%. Nilai standardized estimate dari hubungan kedua konstruk ini bernilai positif dengan t-hitung sebesar 3.045 yang melebihi syarat minimum 2.00 dan nilai p sebesar 0.002 yang memenuhi syarat p < 0.05. Nilai estimasi parameter dan pengaruh langsung antara strategi private brand dan brand equity

membuktikan bahwa hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu strategi private brand berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand equity. Brand equity dari suatu private brand akan meningkat apabila strategi private brand yang diterapkan terhadap suatu produk-produk private brand semakin baik, Penelitian ini memberikan hasil yang sejalan dengan hasil penelitian Chen (2009) dan Andreani (2013) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara strategi private brand dan brand equity.

Brand personality memiliki pengaruh langsung terhadap brand preference sebesar 33.1%. Nilai standardized estimate dari hubungan kedua konstruk ini bernilai positif dengan t-hitung sebesar 2.516 yang melebihi nilai minimum 2.00 dan nilai p sebesar 0.012 yang lebih kecil dari nilai p < 0.05. Nilai estimasi parameter dan pengaruh langsung antara brand personality dan brand preference membuktikan bahwa hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu brand personality berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand preference. Preferensi konsumen terhadap brand Nevada dibandingkan dengan brand lainnya akan meningkat apabila brand personality semakin baik dan semakin sesuai dengan kepribadian konsumen. Penelitian ini memberikan hasil yang sejalan dengan hasil penelitian Alamro dan Rowley (2011), Chiu et al. (2011), dan Bamini et al. (2009), tetapi bertentangan dengan hasil dari penelitian Mulyanegara dan Tsarenko (2009) yang menyatakan bahwa brand personality tidak berpengaruh signifikan terhadap brand preference.

Brand personality memiliki pengaruh langsung terhadap brand equity sebesar 63%. Nilai standardized estimate dari hubungan kedua konstruk ini bernilai positif dengan t-hitung sebesar 6.055 yang melebihi nilai minimum 2.00 dan nilai p sebesar 0.000 yang lebih kecil dari nilai p < 0.05. Nilai estimasi parameter dan pengaruh langsung antara brand personality dan brand equity membuktikan bahwa hipotesis keempat (H4) dapat diterima, yaitu brand personality berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand equity.

Brand personality memberikan pengaruh positif terhadap brand equity sehingga apabila brand personality semakin baik dan sesuai dengan karakter konsumen, brand equity juga akan semakin meningkat. Brand equity akan menurun apabila sebaliknya brand personality kurang sesuai dengan karakter konsumen. Penelitian ini memberikan hasil yang sejalan dengan hasil penelitian Su dan Tong (2015), Florence et al. (2011), dan Ocktaria dkk. (2015), yang membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara brand personality dan brand equity.

Brand equity berpengaruh langsung terhadap brand preference sebesar 33.4%. Nilai standardized estimate dari hubungan kedua konstruk ini bernilai positif dengan t-hitung sebesar 2.337 yang melebihi nilai minimum 2.00 dan nilai p sebesar 0.019 yang lebih kecil dari nilai p < 0.05. Nilai estimasi parameter dan pengaruh langsung antara brand equity dan brand preference membuktikan bahwa hipotesis kelima (H5) dapat diterima, yaitu brand equity memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap brand preference.

Brand equity memberikan pengaruh positif terhadap brand preference sehingga apabila brand equity meningkat, maka brand preference akan meningkat. Brand preference juga akan menurun apabila brand equity menurun. Penelitian ini memberikan hasil yang sejalan dengan hasil penelitian Chen dan Chang (2008), Moradi dan Zarei (2011), Soenyoto (2015), serta Vinh dan Huy (2016) yang membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara brand equity dan brand preference.

Brand equity memberikan pengaruh sebesar 9.7% terhadap hubungan tidak langsung antara strategi private brand dengan brand preference sehingga pengaruh totalnya sebesar 35.8%. Brand equity memberikan pengaruh tidak langsung yang bernilai positif terhadap hubungan antara strategi private brand dan brand preference sehingga menunjukkan bahwa keberadaan brand equity dapat memperkuat pengaruh dari strategi private brand terhadap brand preference. Pengaruh strategi private brand terhadap brand preference akan semakin kuat apabila brand equity semakin baik.

Mediasi brand equity terhadap hubungan strategi private brand dan brand preference adalah mediasi parsial, karena keberadaan brand equity sebagai variabel mediasi tidak menyebabkan hubungan langsung antara strategi private brand dengan brand preference menjadi nol. Brand equity mampu memediasi secara parsial hubungan antara strategi private brand dengan brand preference sehingga hipotesis keenam (H6) dapat diterima. Penelitian ini memberikan hasil yang sejalan dengan hasil penelitian Chen (2009) dan Andreani (2013) yang

membuktikan bahwa brand equity mampu memediasi hubungan antara strategi private brand dengan brand preference.

Brand equity memberikan pengaruh sebesar 21.1% terhadap hubungan tidak langsung antara brand personality dengan brand preference sehingga pengaruh totalnya sebesar 54.2%. Brand equity memberikan pengaruh tidak langsung yang bernilai positif terhadap hubungan antara brand personality dengan brand preference sehingga keberadaan brand equity dapat memperkuat pengaruh dari brand personality terhadap brand preference. Pengaruh brand personality terhadap brand preference akan semakin kuat apabila brand equity semakin baik.

Mediasi brand equity terhadap hubungan brand personality dengan brand preference adalah mediasi parsial karena keberadaan brand equity sebagai variabel mediasi tidak menyebabkan hubungan langsung antara brand personality dengan brand preference menjadi nol. Brand equity mampu memediasi secara parsial hubungan antara brand personality dengan brand preference sehingga hipotesis ketujuh (H7) dapat diterima. Penelitian ini memberikan hasil yang sejalan dengan hasil penelitian Alamro dan Rowley (2011) yang membuktikan bahwa brand personality mampu memengaruhi brand preference melalui brand equity.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa brand preference konsumen pada private brand Nevada mendapatkan pengaruh langsung dari strategi private brand sebesar 26.1%, brand personality sebesar 33.1%, dan brand equity sebesar 33.4%. Pembentukan brand equity pada Nevada sebagai produk fashion sangat penting untuk meningkatkan preferensi konsumen terhadap Nevada. Persepsi konsumen

mengenai brand equity Nevada sangat dipengaruhi oleh persepsi konsumen mengenai kualitas produk. Konsumen memiliki persepsi yang baik mengenai kualitas produk Nevada sehingga brand tersebut memiliki brand equity yang baik di benak konsumen.

Brand personality juga memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan strategi private brand terhadap brand preference Nevada. Pengaruh brand personality yang lebih besar menunjukkan bahwa konsumen memilih Nevada lebih karena kesesuaian antara kepribadian brand tersebut dengan kepribadian konsumen, dibandingkan karena strategi-strategi private brand yang diupayakan terhadap Nevada. Brand equity yang sangat penting untuk meningkatkan brand preference Nevada dipengaruhi oleh strategi private brand sebesar 29% dan brand personality sebesar 63% sehingga menunjukkan bahwa Nevada dapat menjadi brand kuat yang memiliki brand equity tinggi dengan membentuk brand personality yang sesuai dengan kepribadian konsumen.

Konsumen memiliki persepsi bahwa Nevada merefleksikan kepribadian yang memberikan pengalaman positif, memiliki reputasi yang baik, dan merupakan produk yang berkelas, sehingga konsumen memiliki persepsi yang baik mengenai brand personality Nevada di benak mereka. Persepsi konsumen mengenai brand personality Nevada lebih baik dibandingkan dengan persepsi konsumen mengenai stratgei private brand Nevada karena harga jual, promosi, dan kemasan Nevada belum sesuai dengan persepsi dan harapan rata-rata konsumen mengenai private brand Nevada. Konsumen tetap memiliki persepsi yang baik mengenai kualitas

produk dan penyajian produk Nevada di dalam toko, sehingga brand equity dan brand preference tetap terbentuk di benak konsumen.

Strategi private brand yang dilakukan Nevada seperti dengan menerapkan harga murah dengan kualitas yang bersaing, promosi penjualan dengan diskon atau voucher, serta penataan dan pengemasan yang menarik mampu meningkatkan brand equity yang meliputi penilaian dan persepsi konsumen mengenai kualitas dan citra produk, asosiasi merek, kesadaran merek, dan loyalitas merek, sehingga meningkatkan preferensi konsumen terhadap private brand Nevada dibandingkan dengan brand lainnya. Brand personality Nevada yang meliputi kepribadian yang positif, menyenangkan, reputasi yang baik, brand yang berkelas, dan brand yang maskulin/kasual, yang sesuai dengan kepribadian konsumen dapat menciptakan hubungan brand-konsumen yang kuat yang merupakan dasar untuk membentuk brand equity. Brand equity yang meningkat karena pengaruh brand personality juga meningkatkan ketertarikan, preferensi konsumen untuk memilih, membeli, menggunakan dan memilih kembali private brand Nevada dibandingkan dengan brand lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian secara keseluruhan memberikan kesimpulan bahwa strategi private brand, brand personality, dan brand equity secara positif dan signifikan memberikan pengaruh terhadap brand preference. Strategi private brand dan brand personality juga secara positif dan signifikan memberikan pengaruh terhadap brand equity. Brand equity terbukti secara parsial mampu memediasi

hubungan antara strategi private brand dengan brand preference dan hubungan antara brand personality dengan brand preference.

Nevada sebaiknya melakukan upaya peningkatan brand equity agar private brand tersebut memiliki nilai yang lebih baik di benak konsumen sehingga konsumen akan lebih memilihnya dibandingkan dengan brand lain. Nevada diharapkan dapat meningkatkan strategi private brand bagi produk-produknya, terutama rancangan harga jual (selling price) untuk produknya, rancangan kemasan, serta pemberian promosi-promosi yang lebih menarik agar konsumen memiliki persepsi yang lebih baik mengenai private brand Nevada dan memiliki preferensi yang lebih tinggi untuk membeli brand tersebut dibandingkan dengan brand lainnya. Nevada juga harus mempertahankan dan meningkatkan brand personality, terutama membentuk kepribadian Nevada yang menyenangkan dan maskulin/kasual, agar Nevada dapat menjadi brand yang kuat sehingga preferensi konsumen terhadap brand Nevada akan meningkat.

Generalisasi hasil penelitian terbatas karena hanya berfokus pada responden yang merupakan konsumen pengguna private brand Nevada, sehingga hasilnya akan berbeda apabila diterapkan pada private brand lain. Penelitian ini dilakukan hanya di ruang lingkup Kota Denpasar dan Badung pada suatu waktu tertentu, sehingga hasil yang berbeda mungkin akan didapatkan apabila penelitian diterapkan di kota lain dengan tipikal konsumen yang berbeda dan dilakukan pada suatu waktu yang berbeda karena perkembangan konsumen dan private brand sangat dinamis. Peneliti selanjutnya dapat melakukan peneltian dengan cakupan lokasi yang lebih luas dan subjek penelitian yang berbeda untuk mendapatkan

analisis yang lebih mendalam mengenai brand preference, brand equity, strategi private brand, dan brand personality pada produk private brand.

REFERENSI

Aaker, David A. 1991. Managing Brand Equity Capitalizing on the Value of Brand Name. New York: The Free Press.

Aaker, Jennifer L. 1997. Dimensions of Brand personality. Journal of Marketing Research Vol. 34 (3) pp. 347-356.

Alamro, Ahmed, Jennifer Rowley. 2011. Antecedents od Brand preference for Mobile Telecommunication Services. Journal of Product and Brand Management Vol. 20 (6) pp. 475-486.

Andreani, Janesia. 2013. Pengaruh Private brand Terhadap Shopping Preference Melalui Brand equity pada Produk Carrefour di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen Vol. 2 (4).

Ardhanari, Margaretha. 2008. Customer Satisfaction: Pengaruhnya Terhadap Brand Preference Dan Repurchase Intention Private Brand. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis Vol. 8 (2) pp. 58-69.

Bamini KPD, Balakrishnan. 2009. The Impact of Brand personality on Brand preference and Loyalty: Empirical Evidence from Malaysia. Business Education and Accreditation Vol. 1 (1) pp. 109-119.

Beldona, Sri, Scott Wysong. 2007. Putting the “Brand” Back to Store Brand: An Exploratory Examination of Store Brands and Brand personality. Journal of Product and Brand Management Vol. 16 (4) pp. 226-235.

Beneke, Justin, Natalia Zimmerman. 2014. Beyond Private Label Panache: The Effect of Store Image and Perceived Price on Brand Prestige. Journal of Consumer Marketing Vol. 31 (4) pp. 301-311.

Berman, Barry, Joel R. Evans. 2013. Retail Management A Strategic Approach. United Kingdom: Pearson.

Chen, Ching-Fu, Yu-Ying Chang. 2008. Airline Brand equity, Brand preference, and Purchase Intention – The Moderating Effects of Switching Costs. Journal of Air Transport Management Vol. 14 pp. 40-42.

Chen, Ching-Liang. 2009. Strategic Thinking Leading to Private brand Strategy that Caters for Customers’ Shopping Preference in Retail Marketing. African Journal of Business Management Vol. 3 (11) pp 741-752.

Chiu, Kevin Kuan Shun, Ru Jen Lin, Maxwell K. Hsu, Shih Chih Chen. 2011. Symbolic and Functional Brand Effect for Market Segmentation. Australian Journal of Business and Management Research Vol. 1 (6) pp. 75-86.

Christian, Amadi, Ezekiel Maurice Sunday. 2013. Factors Influencing Brand preference of Beer Consumption in Port-Harcourt Metropolis, River State, Nigeria. European Journal of Business and Management Vol. 5 (17).

Dewi, Chintia Anggar, Sanaji. 2014. Pengaruh Nama Merek terhadap Kesadaran Merek dan Preferensi Merek Minuman Sari Buah dalam Kemasan. Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 2 (4) pp. 1162-1173.

Dib, Hayan, Abdullah Alhaddad. 2014. The Hierarchical Relationship Between Brand equity Dimensions. European Scientific Journal Vol. 10 (28) pp. 183194.

Emor, Angelina M., Sifrid S. Pangemanan. 2015. Analisa Ekuitas Merek terhadap Intensi Pembelian Melalui Preferensi Merek pada Pengguna Smartphone Samsung di Manado. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan Akuntansi Vol. 3 (2) pp. 124-131.

Ferdinand, Augusty. 2002. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen. Semarang: BP UNDIP.

Florence, Pierre Valette, Haythem Guizani, Dwight Merunka. 2011. The impat of Brand personality and Sales Promotion on Brand equity. Journal of Business Research Vol. 64 pp. 24-28.

Hanzae, Kambiz Heidarzadeh, Amin Asadollahi. 2012. Investigating the Effect of Brand Equity and Brand Preference on Purchase Intention. Research Journal of Applied Sciences, Engineering, and Technology Vol. 4 (10) pp. 1414-1423.

Hemantha, Y., Arun B. K. 2015. Consumer’s Perception Towards Private Label Brands in Retail Stores. Advances in Management Vol. 8 (1).

Herstein, Ram, Shaked Gilboa, Eyal Gamliel. 2013. Private and National Brand Customers’ Images of Fashion Stores. Journal of Product and Brand Management Vol. 22 (5/6) pp. 331-341.

Keller, Kevin Lane. 2013. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand equity. New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, Philip, Gary Armstrong. 2012. Principles of Marketing 14th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, Philip. 2003. Marketing Management Eleventh Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Kurniawan, Alif, Sri Suryoko, Sari Listyorini. 2014. Pengaruh Strategi CoBranding, Brand Equity Terhadap Purchase Intention Melalui Brand Preference. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis Vol. 3 (4).

Kurtz, David L, Louis E. Boone. 2006. Principles of Marketing Twelfth Edition. Ohio: Thomson South-Western.

Maehle, Natalia, Cele Otnes, Magne Supphellen. 2011. Consumers’ Perception of the Dimensions of Brand personality. Journal of Consumer Behavior Vol. 10 pp 290-303.

Moradi, Hadi, Azim Zarei. 2011. The Impact of Brand equity on Purchase Intention and Brand preference – The Moderating Effects of Country of Origin Image. Australian Journal of Basic and Applied Sciences Vol. 5 (3) pp. 539-545.

Mulyanegara, Riza Casidy, Yelena Tsarenko. 2009. Predicting Brand preference: An Examination of the Predictive Power of Consumer Personality and Values in the Australian Fashion Market. Journal of Fashion Marketing and Management Vol. 13 (3) pp. 358-371.

Ocktaria, Rossa, Srikandi Kumadji, Kadarisman Hidayat. 2015. Pengaruh Brand personality dan Sales Promotion terhadap Brand equity dan Keputusan Pembelian (Survei pada Mahasiswi Pengguna Produk Wardah Kosmetik di Universitas Brawijaya Malang). Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 23 (1) pp. 18.

Purwanto, Edi, Djumilah Hadiwidjojo, Kusuma Ratnawati. 2013. Preferensi Merek sebagai Pemediasi Pengaruh Kesadaran Merek dan Asosiasi Merek terhadap Loyalitas Konsumen (Studi Produk Insektisida Merek ASMEC 36 EC di Malang Raya). Jurnal Aplikasi Manajemen Vol. 11 (2) pp. 186-196.

Schiffman, Leon G., Leslie Lazar Kanuk. 2007. Consumer Behavior. New Jersey: Prentice Hall.

Soenyoto, Felly Liliyana. 2015. The Impact of Brand equity on Brand preference and Purchase Intention in Indonesia’s Bicycle Industry: A Case Study of Polygon. International Business Management Petra Christian University Vol. 3 (2) pp. 99-108.

Su, Jin, Xiao Tong. 2015. Brand personality and Brand equity: Evidence from the Sportswear Industry. Journal of Product and Brand Management Vol. 24 (2) pp. 124-133.

Susanti, Retno. 2012. Product Private Labels Brands sebagai Alternatif Meraih Konsumen pada Perusahaan Ritel. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol. 12 (1) pp. 76-84.

Tjandrasa, Benny B. 2006. Potensi Keuntungan Private label serta Proses Pemilihan Produk dan Pemasoknya Pada Bisnis Ritel. Jurnal Manajemen Vol. 6 (1) pp 35-41.

Top Brand Award. 2016. Top Brand Index 2016 Fase 2. http://www.topbrand-award.com/top-brand-survey/survey-result/top_brand_index_2016_fase_2. Diakses 19 September 2016.

Utami, Christina Whidya. 2014. Manajemen Ritel Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern di Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Vinh, Tran Trung, Le Van Huy. 2016. The Relationships among Brand equity, Brand preference, and Purchase Intention: Empirical Evidence from the Motorbike Market in Vietnam. International Journal of Economics and Finance Vol. 8 (3) pp. 75-84.

Walker, Orville C., John W. Mullins. 2014. Marketing Strategy: A Decision-Focused Approach Eighth Edition. New York: McGraw Hill.

462