E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 10, 2016: 6457-6486

ISSN: 2302-8912

PENGARUH STRATEGI GREEN MARKETING, CORPORATE SOCIAL MARKETING DAN ENVIRONMENTAL BEHAVIOR TERHADAP GREEN PURCHASING BEHAVIOR

IGM Danendra Dharma Parawitha 1 Ni Made Rastini 2

1,2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia e-mail: danendradharmad@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kepedulian dan kesadaran akan lingkungan dan kesehatan, telah merubah cara pandang dan pola hidup manusia dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Hal ini ditunjukkan pada perubahan pola pendekatan bisnis yang mulai mengarahkan usaha dengan pendekatan aktivitas bisnis berbasis kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi green marketing, corporate social marketing dan environmental behavior terhadap green puchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta. Jumlah sampel penelitian dalam penelitian ini sebanyak 135 responden dengan menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan faktor konfirmatori dan regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis dapat dinyatakan bahwa strategi green marketing, corporate social marketing, dan environmental behavior berpengaruh positif dan signifikan terhadap green puchasing behavior.

Kata kunci: strategi green marketing, corporate social marketing, environmental behavior, green puchasing behavior

ABSTRACT

Concern and awareness of the environment and health, has changed the perspective and lifestyle of people in consuming food and beverages. This is shown in changing patterns of business approach began directing business to business activity-based approach to environmental sustainability. This study aimed to determine the effect of green marketing strategy corporate social marketing and environmental behavior towards green puchasing behavior in Bali Green Spa Kuta. Total sample in this study were 135 respondents using purposive sampling method. Data analysis technique used is to confirmatory factor and multiple linear regression. Based on the results of the analysis can be stated that the strategy of green marketing, corporate social marketing, and environmental behavior positive and significant impact on the green puchasing behavior.

Keywords: strategi green marketing, corporate social marketing, environmental behavior, green puchasing behavior

PENDAHULUAN

Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semestinya mendorong setiap individu untuk mengkonsumsi produk yang ramah lingkungan. Kesadaran tersebut didasarkan pada sikap yang memandang pentingnya pelestarian lingkungan. Di Indonesia, kesadaran pelestarian lingkungan tersebut masih belum disadari oleh masyarakat luas. Maymand (2011) menyatakan green purchasing behavior memiliki arti penggunaan produk yang berguna atau bermanfaat untuk lingkungan, dapat didaur-ulang atau dijaga, peka atau responsif terhadap ekologi. Green purchasing behavior merupakan suatu perilaku yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan dan sosial dengan tujuan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan terhadap kedua faktor tersebut, dalam pembelian maupun penggunaan produk yang bermanfaat bagi lingkungan, dapat didaur ulang dan peka terhadap lingkungan. Narges et al. (2013) menyatakan green purchasing behavior dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah green marketing. Secara strategis penerapan strategi green marketing tersebut mampu menarik simpati masyarakat secara luas, dan bahkan persyaratan untuk izin operasional-produksi perusahaan (Desliana et al., 2013).

Menurut American Marketing Association (AMA, 2009), green marketing adalah pemasaran produk-produk yang telah diasumsikan aman terhadap lingkungan. Oleh karena itu, green marketing mengintegrasikan aktivitas-aktivitas yang luas, termasuk didalamnya adalah modifikasi produk, perubahan pada proses produksi, perubahan kemasan, hingga perubahan pada periklanannya. Kotler dan Keller (2007:

218) menyebutkan bahwa green marketing merupakan salah satu kasus khusus dalam implementasi corporate social marketing, yang terinspirasi dari sikap dan perilaku baik konsumennya maupun produsennya. Corporate social marketing merupakan penerapan dari corporate social responsibility (CSR) dimana perusahaan mendukung sebuah perkembangan dan/atau penerapan dari perubahan tingkah laku dengan maksud untuk meningkatkan kesehatan umum, keamanan, dan kesejahteraan lingkungan, contohnya Philip Moris mendorong para orang tua untuk berbicara kepada anaknya untuk tidak merokok (Hatane dan Elianto, 2008). Green marketing merujuk pada kepuasan kebutuhan, keinginan dan hasrat pelanggan dalam hubungan pemeliharaan dan pelestarian dari lingkungan hidup. Kegiatan pemasaran pada awal mulanya hanya bertujuan untuk mendapatkan profit, yang difokuskan pada kegiatan menjual. Akan tetapi sejak green marketing mulai muncul pada awal 1980 hingga saat ini, perusahaan berlomba untuk menghadirkan produk dan beroperasi dengan cara yang lebih ramah lingkungan (Ottman, 2006: 112). Pada pertengahan 1990 green marketing menjadi penting karena pada saat itu konsumen menjadi lebih sadar dan peduli akan lingkungannya. Di Indonesia, telah ada peraturan mengenai lingkungan hidup yaitu Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2009.

Pada green marketing tidak hanya sekedar menawarkan produk yang ramah lingkungan kepada konsumen, akan tetapi mengenai proses produksi dan distribusi produk tersebut. Pemasaran yang berbasis pada kelestarian lingkungan, merupakan perkembangan baru dalam bidang pemasaran, dan merupakan suatu peluang yang

potensial dan strategis yang memiliki keuntungan ganda (multiplier effect) baik pelaku bisnis maupun masyarakat sebagai pengguna (Putripeni, 2014). Produk hijau sebagai produk yang tidak akan mencemari bumi atau sumber daya alam yang dapat diperbaharui, produk hijau memiliki keunggulan dalam mengurangi dampak lingkungan, akan tetapi produk hijau juga memiliki kelemahan karena bahan yang digunakan serta proses teknologi yang digunakan membutuhkan biaya yang mahal. Perusahaan juga mengaplikasikan isu lingkungan dalam aktivitas pemasaran yang mereka lakukan, sehingga menimbulkan fenomena baru dalam dunia pemasaran berupa konsep pemasaran hijau (green marketing). Green marketing memanipulasi empat elemen dari bauran pemasaran (marketing mix) dalam 4P yaitu: product, price, place, dan promotion untuk menjual produk dan jasa yang ditawarkan dengan menggunakan keunggulan pemeliharaan lingkungan hidup yang dibentuk dari pengelolaan limbah, efisiensi energi, dan penekanan pelepasan emisi beracun (Shruti, 2014). Perbedaan bauran pemasaran hijau (green marketing mix) dengan bauran pemasaran (marketing mix) konvensional terletak pada pendekatan lingkungan. Bauran pemasaran hijau mempertimbangkan aspek lingkungan, sedangkan bauran pemasaran (marketing mix) konvensional tidak memperhatikan aspek lingkungan (Asrianto, 2013).

Program kampanye green marketing atau go green, kini sedang menjadi suatu gerakan baru pihak produsen atau perusahaan yang berkomitmen untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berdampak positif terhadap lingkungan (green marketing). Di era modern seperti sekarang ini banyak kegiatan dilakukan

berdampak tidak baik bagi lingkungan yang menyebabkan global warming. Untuk saat ini, kesadaran masyarakat di Indonesia masih belum cukup didukung dengan fakta-fakta, resiko sebuah perusahaan untuk menerapkan green marketing masih terlalu besar mengingat kesadaran masyarakat Indonesia yang rendah (Syeda, 2011). Green marketing memiliki sistem yang bagus dalam penerapannya, namun kesadaran konsumen untuk membeli produk green marketing sangat rendah.

Konsumen negara maju yang menuntut perusahaan untuk menjadi perusahaan hijau, menjalankan bisnis secara hijau sehingga memunculkan konsep corporate social marketing. Corporate social marketing (CSM) didefinisikan oleh Institut Pemasaran Sosial sebagai penggunaan konsep dan sarana pemasaran sosial dalam program yang dirancang untuk mempengaruhi perilaku perorangan guna memperbaiki kesejahteraanya dan kesejahteraan masyarakat (Kotler, 2007: 272). Tujuan dari CSM yang utama adalah untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku, sikap serta pemberian proses edukasi secara bertahap kepada target audiensi yang lebih banyak terfokus untuk menanggulangi beberapa isu umum seperti kesehatan, perlindungan terhadap kecelakaan atau kerugian, lingkungan serta keterlibatan masyarakat. Corporate social marketing merupakan salah satu bentuk dari perwujudan tanggung jawab sebuah perusahaan kepada publik (Solihin, 2009). CSM bersifat lebih langsung, perusahaan menyatakan akan menyumbangkan sejumlah dana tertentu untuk membantu memecahkan masalah sosial atau lingkungan dengan mengaitkannya dengan hasil penjualan produk tertentu atau keuntungan yang

mereka peroleh. Biasanya berupa pernyataan rupiah per produk terjual atau proporsi tertentu dari penjualan atau keuntungan.

Bali Green Spa Kuta adalah Spa yang beralamat di pertokoan Sunset Permai Blok D - Jalan Sunset Road - Kuta - Bali hanya menggunakan bahan alami dimana perusahaan membeli bahan langsung dari sumbernya artinya semua produk yang dipakai perusahaan mengandung vitamin dan mineral yang masih aktif dan optimal. Kegiatan yang menyangkut CSM saat ini dilakukan oleh Bali Green Spa Kuta misalnya : adanya bantuan dana, bantuan tenaga ahli dari perusahaan untuk sekolah keperawatan yang ada di Bali, membuka kelas perawatan spa yang tidak dipungut biaya. Program CSM yang di lakukan oleh Bali Green Spa Kuta tidak hanya berlangsung sekali atau sementara waktu melainkan program yang berkelanjutan dan bertujuan untuk menciptakan kemandirian publik. Dengan demikian, Bali Green Spa Kuta ikut serta dalam mengampanyekan CSM untuk menarik minat konsumen yang ingin menyumbang bagi pemecahan masalah sosial dan atau lingkungan, yang kemudian tergerak membeli produk tersebut. Perusahaan yang bisa mengkampanyekan CSM dengan baik akan mendapati produknya lebih banyak dibeli orang, selain juga mendapatkan citra sebagai perusahaan yang peduli pada isu tertentu (Coombs & Holladay, 2012). Hatane dan Elianto (2008) menyatakan kepedulian kepada masyarakat melalui CSM bukan hanya sekedar kegiatan amal, namun mengharuskan perusahaan dalam pengambilan keputusannya harus sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder), termasuk lingkungan hidup.

Lee (2008) menyebutkan environmental behavior sebagai suatu tingkatan dari keterlibatan secara emosional dalam isu-isu lingkungan. Andrew dan Franky (2013) mendefinisikan environmental behavior sebagai tingkatan dari emosi, pengetahuan dan kesediaan dalam mengubah perilaku. Sebuah studi yang dilakukan oleh Desliana et al. (2013) menyebutkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan merupakan suatu faktor penting bagi pemasar karena mereka dapat dengan mudah memilih konsumen yang peduli terhadap lingkungan. Kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan diperkirakan karena terkait masalah kesehatan. Studi yang dilakukan oleh Shruti (2014) menyatakan kepedulian terhadap lingkungan menjadi faktor kedua utama yang mendorong green purchase behavior seseorang.

Narges et. al., (2013) mengemukakan bahwa environmental behavior berhubungan dengan persepsi atau pandangan seseorang ketika seseorang melibatkan dirinya dalam perilaku yang mendukung lingkungan, maka seseorang itu akan berkontribusi yang banyak kepada lingkungan. Pandangan seseorang terhadap keterlibatan dalam perbaikan lingkungan turut serta mempengaruhi green purchase behavior. Andrew dan Franky (2013) menemukan bahwa seorang individu lebih suka terlibat dalam aktivitas yang menggambarkan identitas aktual mereka.

Melalui pemaparan masalah yang telah dijabarkan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu (1) bagaimana pengaruh strategi green marketing terhadap green purchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta; (2) bagaimana pengaruh corporate social marketing terhadap green purchasing behavior pada Bali Green Spa

Kuta; (3) bagaimana pengaruh environmental behavior terhadap green purchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta.

Mengacu pada rumusan masalah, yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk menjelaskan pengaruh startegi green marketing terhadap green purchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta; (2) untuk menjelaskan pengaruh corporate sosial marketing terhadap green purchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta; (3) untuk menjelaskan pengaruh environmental behavior terhadap green purchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta.

Green purchasing behavior yang dilakukan konsumen sangat dipengaruhi secara positif oleh strategi green marketing dengan mempertimbangkan atribut-atribut yang ditawarkan oleh perusahaan (Asrianto, 2013). Desliana et al., (2013) menyatakan bahwa strategi green marketing mempengaruhi green purchasing behavior. Ottman (2010) strategi green marketing memiliki dampak positif dan signifikan terhadap green purchasing behavior. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diajukan hipotesis sebagai berikut.

H1 : Strategi Green Marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap green purchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta.

Rizky (2013) menemukan corporate social marketing yang diterapkan mampu menciptakan green purchasing behavior pada pelanggan. Ini pun diungkapkan oleh Md. Arifur (2012) penerapan corporate social marketing mampu menciptakan dampak positif dan signifikan terhadap green purchasing behavior. Solihin (2009) membuktikan corporate social marketing yang diterapkan mampu menciptakan

dampak positif dan signifikan terhadap green purchasing behavior pada pelanggan. Berdasarkan pemahaman tersebut dapat dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut. H2    : Corporate social marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap

green purchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta.

Andrew dan Franky (2013) menyatakan environmental behavior yang dipahami oleh konsumen mampu menciptakan green purchasing behavior. Ini pun diungkapkan oleh Lee (2008) pemahaman environmental behavior mampu menciptakan dampak positif dan signifikan terhadap green purchasing behavior. Maymand et al., (2011) menemukan environmental behavior memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap green purchasing behavior. Berdasarkan pemahaman tersebut dapat dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:

H3    : Environmental behavior berpengaruh positif dan signifikan terhadap

green purchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk asosiatif. Bentuk asosiatif menunjukkan hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian (Sugiyono 2010). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan dari strategi green marketing, corporate social marketing, dan environmental behavior terhadap green purchasing behavior.

Penelitian dilakukan di Bali Green Spa Kuta Jalan Sunset Road - Kuta – Bali. Alasan dalam memilih lokasi penelitian di Bali Green Spa Kuta karena melihat

perkembangan kampaye isu ramah lingkungan saat ini harus didukung oleh Bali Green Spa Kuta dalam menawarkan produk perawatan untuk menjaga kesehatan tubuh dengan tanggung jawab kepada konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan, dan belum ada yang melakukan penelitian tentang variabel tersebut di Bali Green Spa Kuta. Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah strategi green marketing, corporate social marketing dan environmental behavior dalam mempengaruhi green purchasing behavior.

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang tergantung dengan variabel yang lainnya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah green purchasing behavoir (Y). Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang tidak memiliki ketergantungan terhadap variabel yang lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah green marketing (X1), corporate social marketing (X2) dan environmental behavior (X3).

Definisi variabel penelitian secara operasional berkaitan dengan obyek penelitian, dibatasi oleh tempat dan faktor-faktor penentu (indikator) variabel, yaitu strategi green marketing (X1), corporate social marketing (X2), environmental behavior (X3) dan green purchasing behavoir (Y). Definisi variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.

Identifikasi dan Indikator-Indikator Variabel

No

Indikator   Variabel

Indikator

Notasi

Sumber

a.

Daya tahan produk

X1.11

b.

Aroma produk

X1.12

Produk

c.

Variasi desain

X1.13

Desliana (2013)

d.

Kenyamanan penggunaan.

X1.14

e.

Peralatan dan fasilitas

X1.15

a.

Promosi penjualan

X1.21

Promosi

b.

Publisitas

X1.22

c.

Periklanan

X1.23

Narges (2014)

1

Green

d.

Personal selling

X1.24

Marketing

e.

Direct marketing

X1.25

a.

Keterjangkauan harga

X1.31

Harga

b.

Kesesuaian harga dengan kualitas produk

X1.32

Asrianto (2013)

c.

Kesesuaian harga dengan manfaat

X1.33

a.

Lokasi strategis

X1.41

Shruti (2014)

Tempat

b.

Lokasi bersih

X1.42

c,

Kemudahan akses

X1.43

a.

Health issues

X2.1

Armstrong (2012),

2

Corporate Social Marketing

b.

c.

Injury prevention issues Environmental issues

X2.2

X2.3

d.

Community involvement issues

X2.4

Syeda (2011)

a.

Environmental attitude

X3.1

b.

Environmental concern

X3.2

c.

Perceived seriousness of

X3.3

3

Environmental

environmental problems

Lee (2008)

Behavior

d.

Perceived environmental responsibility in

X3.4

e.

environmental protection Peer influence

X3.5

4

Green purchasing behavior

a.

b.

Bahan baku Produk

Y1

Y2

Andrew dan

Franky (2013)

c.

Kualitas

Y3

Sumber: Model reasoned action modifikasi dari Fishbein dan Ajzen (Suprapti, 2010:147).

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang datang dan menerima pelayanan di Bali Green Spa Kuta. Sampel adalah subset dari populasi atau beberapa anggota dari populasi yang diamati. Menurut Sugiyono

6467

(2010: 647) untuk memperoleh hasil yang baik dan memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur, ukuran sampel responden yang diambil untuk mengisi kuesioner dapat ditentukan sedikit 5 – 10 kali jumlah indikator yang diteliti. Jumlah indikator yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 27 indikator sehingga banyak responden yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 5x27 = 135 responden. Jadi responden yang diambil sebanyak 135 orang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana pengambilan sampel disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan dengan menggunakan berbagai cara tertentu (Mas'ud, 2004). Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah konsumen yang sudah pernah menggunakan jasa Bali Green Spa minimal 2 kali dalam kurun waktu 6 bulan terakhir pada saat penelitian di lakukan, serta berumur minimal 17 tahun, karena umur tersebut mampu memahami dan mengisi kusioner dengan baik.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berupa daftar pertanyaan terstruktur yang telah dipersiapkan sebelumnya dan diberikan kepada responden yang telah dipilih dan dipergunakan untuk memperoleh data konsumen atau responden. Melalui kuisioner maka akan diperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey dan dapat memperoleh informasi seakurat mungkin. Menurut Sugiyono (2010: 86), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila

digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Kuisioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, dengan empat angka yang mewakili pendapat atau jawaban tersebut, yaitu: 1) Sangat Setuju (SS), diberi skor 5; 2) Setuju (S), diberi skor 4; 3) Netral (N), diberi skor 3; 4) Tidak Setuju (TS), diberi skor 2; dan 5) Sangat Tidak Setuju (STS), diberi skor 1.

Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian penting dilakukan didalam suatu penelitian. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, sehingga diharapkan nanti hasil penelitian akan menjadi valid. Menurut Santoso (2010: 135), ketentuan suatu instrumen dikatakan valid atau sahih apabila memiliki koefisien korelasi Pearson Product Moment ( r ) > 0,3 dengan alpha sebesar 0,05. Menurut Umar (2007: 194), instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Suatu instrumen dikatakan reliable, apabila memiliki koefisien alpha (α) lebih besar dari 0,60. Setelah diketahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, maka selanjutnya baru dilakukan analisis data.

Penelitian ini menggunakan analisis data berupa analisis faktor konfirmatori dan analisis regresi linier berganda. Analsis faktor konfirmatori adalah salah satu metode analisis multivariat yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi apakah model pengukuran yang dibangun sesuai dengan yang dihipotesiskan (Ghozali, 2011: 91). Analisis faktor konfirmatori digunakan untuk menguji apakah indikator betul-betul merupakan indikator suatu variabel. Analisis ini akan mengelompokkan

masing-masing indikator ke dalam beberapa faktor. Jika tiap-tiap indikator merupakan indikator suatu variabel, maka dengan sendirinya akan mengelompok menjadi satu dengan faktor loading yang tinggi. Suatu indikator dikatakan valid merefleksikan sebuah faktor jika kriteria pada Tabel 2 berikut terpenuhi.

Tabel 2.

Kriteria Ketepatan Analisis Faktor

Uraian

Kriteria

Bartlett Test KMO MSA PCA Loading Faktor

Sig < 0,05

Value ≥ 0,5

Value ≥ 0,5

Value ≥ 0,5

Value ≥ 0,5

Sumber: Ferdinand (2006), Ghozali (2011)

Selanjutnya dilakukan analisis regresi berganda. Analisis ini dipergunakan

untuk mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Analisis ini juga dapat menduga arah dari hubungan tersebut serta mengukur derajat keeratan hubungan antara satu variabel terikat dengan satu variabel bebas. Model regresi berganda yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

Ŷ = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ei………………….(1)

Keterangan:

Ŷ   =  Green purchasing behavior

α    =  Nilai konstanta

X1   =  Strategi green marketing

X2  =  Corporate social marketing

X3   =  Environmental behavior

β 1   =  Koefisien regresi dari strategi green marketing (X1)

β 2   =  Koefisien regresi dari corporate social marketing (X2)

β 3   =  Koefisien regresi dari environmental behavior (X3)

ei    =  Faktor residual

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden pada penelitian ini dilihat dari beberapa kriteria, yaitu: jenis kelamin, umur, menggunakan jasa Bali Green Spa Kuta dalam kurun waktu (Januari - Juni 2016) dan pendidikan terakhir.

Tabel 3.

Karakteristik Responden di Bali Green Spa Kuta

No

Karakteristik

Keterangan

Jumlah

Orang

% (Persen)

1

Jenis kelamin

Laki-laki

42

31,1

Perempuan

93

68,9

Jumlah

135

100

17-26 tahun

67

49,6

2

Umur

27-36 tahun

34

25,2

37-46 tahun

27

20,0

47-56 tahun

7

5,2

Jumlah

135

100

Menggunakan Jasa Bali

2 Kali

12

8,9

3

Green Spa Kuta dalam

3-5 Kali

61

45,2

kurun waktu (Januari -

6-8 Kali

32

23,7

Juni 2016)

>8 Kali

30

22,2

Jumlah

135

100

SLTP

9

6,7

SLTA

21

15,5

4

Pendidikan Terakhir

Diploma

15

11,1

S.1

56

41,5

S.2

34

25,2

Jumlah

135

100

Sumber: Data diolah (2016)

Tabel 3 menjelaskan karakteristik responden penelitian di Bali Green Spa Kuta. Dilihat dari persentase jenis kelamin, jenis kelamin perempuan mendominasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 93 orang atau sebesar 68,9 persen dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 42 orang atau sebesar 31,1 persen. Hal ini disebabkan karena perempuan lebih dominan melakukan perawatan dan peremajaan kulit agar terlihat cantik dibandingkan dengan laki-laki.

Dilihat dari umur, dapat diketahui bahwa responden di dominasi pada usia 1726 tahun yaitu sebanyak 67 orang dengan persentase sebesar 49,6 persen. Hal ini disebabkan karena usia 17-26 tahun termasuk rentang usia yang produktif dengan gaya hidup yang modern dan harus berpenampilan cantik dan menarik.

Dari penggunaan jasa selama enam bulan terakhir, terlihat konsumen cenderung berkunjung sebanyak 3-5 kali dengan jumlah responden sebanyak 61 orang atau 45,2 persen Hal ini dikarenakan dalam kategori tingkat kunjungan terlihat konsumen menikmati pelayanan yang diberikan oleh Bali Green Spa Kuta.

Dilihat dari pendidikan terakhir, pendidikan terakhir S1 mendominasi dalam penelitian ini dengan jumlah responden sebanyak 56 orang atau sebesar 41,5 persen. Hal ini dikarenakan dalam kategori pendidikan, ini dianggap sudah memiliki penghasilan sendiri yang cukup untuk bergaya up to date untuk melakukan perawatan dan peremajaan kulit agar terlihat lebih fresh dan cantik.

Pengujian validitas dan reliabilitas masing-masing instrumen penelitian yang diperoleh dari jawaban kuesioner sangat penting dilakukan untuk memperoleh hasil penelitian yang valid dan reliable. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Reliable berarti instrumen penelitian tersebut bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian di Bali Green Spa Kuta dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Validitas

Reliabilitas

No

Komponen    Indikator

Item

Koefisien Korelasi

Ket

Cronbach Alpha

Ket

X1.11

0,785

Valid

Produk

X1.12

X1.13

0,796

0,781

Valid

Valid

0,818

Reliable

X1.14

0,856

Valid

X1.21

0,831

Valid

Promosi

Green

Marketing

X1.22

X1.23

0,832

0,867

Valid

Valid

0,897

Reliable

1.

X1.24

X1.25

0,854

0,837

Valid

Valid

Harga

X1.31

0,873

Valid

X1.32

0,725

Valid

0,689

Reliable

X1.33

0,772

Valid

X1.41

0,719

Valid

Tempat

X1.42

0,810

Valid

0,634

Reliable

X1.43

0,774

Valid

X2.1

0,841

Valid

2.

Corporate Social Marketing

X2.2

X2.3

0,792

0,797

Valid

Valid

0,772

Reliable

X2.4

0,825

Valid

X3.1

0,774

Valid

X3.2

0,855

Valid

3.

Environmental Behavior

X3.3

0,867

Valid

0,831

Reliable

X3.4

0,799

Valid

X3.5

0,842

Valid

4.

Green purchasing behavior

Y1

Y2

Y3

0,728

0,832

0,790

Valid

Valid

Valid

0,820

Reliable

Sumber: Data diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 4 maka dapat ditunjukkan bahwa instrumen penelitian variabel sikap (keyakinan dan evaluasi) dan variabel norma subyektif (keyakinan normatif dan motivasi) seluruhnya adalah valid dan reliable. Dikatakan valid karena memiliki koefisien korelasi > 0,30 dan reliable karena koefisien Cronbach alpha > 0,60. Hal ini berarti instrumen penelitian adalah sah yaitu pernyataan-pernyataan pada kuesioner mampu mengungkapkan apa yang diukur oleh kuesioner tersebut dan

handal karena jawaban tiap responden dianggap konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Teknik pengumpulan data melalui kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas pertanyaan yang dibuat berdasarkan masing-masing variabel, yaitu variabel strategi green marketing, corporate social marketing dan environmental behavior terhadap green puchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta. Untuk mendeskripsikan penilaian responden mengenai variabel-variabel peneliian, maka jawaban responden digolongkan ke dalam skala pengukuran denga kriteria yang ada pada Tabel 5.

Tabel 5.

Kriteria dan Kategori Penilaian Jawaban Kuisioner

Batas-batas Klasifikasi (Kriteria)

Kategori Penilaian

1,00 - 1,79

Sangat tidak baik

1,80 - 2,59

Tidak baik

2,60 - 3,39

Cukup baik

3,40 - 4,19

Baik

4,20 – 5,00

Sangat baik

Sumber: Ferdinand, 2006

Analisis deskriptif disajikan untuk memberikan informasi mengenai distribusi

variabel-variabel penelitian. Hasil penilaian responden terhadap variabel-variabel

penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.

lHasil Penilaian Responden atas Variabel Penelitiam

Variabel

Indikator

Jumlah Skor

Rata-rata Skor

Kategori

Green Product

13.99

3,59

Baik

Green

Green Promotion

18.21

3,64

Baik

Marketing

Green Price

10.77

3,59

Baik

Green Place

11.15

3,72

Baik

Corporate Social Marketing

14,53

3,63

Baik

Environmental Behavior

18,29

3,66

Baik

Green purchasing behavior

10,75

3,58

Baik

Sumber: Data diolah (2016)

Dari Tabel 6 dapat dilihat penilaian responden terhadap variabel green product (X1.1) pada Bali Green Spa Kuta. Rata-rata penilaian responden terhadap variabel Green Product Bali Green Spa Kuta sebesar 3,50 yang berarti bahwa responden secara umum setuju terhadap indikator-indikator Green Product Bali Green Spa Kuta tersebut. Hal ini menunjukkan atribut Green Product Bali Green Spa Kuta dinilai baik oleh responden.

Penilaian responden terhadap variabel green promotion (X1.2) pada Bali Green Spa Kuta dapat dilihat pada Tabel 6. Rata-rata penilaian responden terhadap variabel Green Promotion Bali Green Spa Kuta sebesar 3,64 yang berarti bahwa responden secara umum setuju terhadap indikator-indikator Green Promotion Bali Green Spa Kuta tersebut. Hal ini menunjukkan atribut Green Product Bali Green Spa Kuta dinilai baik oleh responden.

Penilaian responden terhadap variabel green price (X1.3) pada Bali Green Spa dapat dilihat pada Tabel 6. Rata-rata penilaian responden terhadap variabel Green Price Bali Green Spa Kuta sebesar 3,59 yang berarti bahwa responden secara umum setuju terhadap indikator-indikator Green Price Bali Green Spa Kuta tersebut. Hal ini menunjukkan atribut Green Price pada Bali Green Spa Kuta dinilai baik oleh responden.

Penilaian responden terhadap variabel green place (X1.4) pada Bali Green Spa Kuta dapat dilihat pada Tabel 6. Rata-rata penilaian responden terhadap variabel Green place Bali Green Spa sebesar 3,72 yang berarti bahwa responden secara umum setuju terhadap indikator-indikator Green place Bali Green Spa Kuta tersebut. Hal ini menunjukkan atribut Green place pada Bali Green Spa Kuta dinilai baik oleh responden.

Penilaian responden terhadap variabel corporate social marketing (X2) pada Bali Green Spa Kuta dapat dilihat pada Tabel 6. Rata-rata penilaian responden terhadap variabel corporate social marketing Bali Green Spa Kuta sebesar 3,63 yang berarti bahwa responden secara umum setuju terhadap indikator-indikator corporate social marketing pada Bali Green Spa Kuta tersebut. Hal ini menunjukkan atribut corporate social marketing pada Bali Green Spa Kuta dinilai baik oleh responden.

Penilaian responden terhadap variabel Environmental Behavior (X3) pada Bali Green Spa Kuta dapat dilihat pada Tabel 6. Rata-rata penilaian responden terhadap variabel Environmental Behavior Bali Green Spa Kuta sebesar 3,66 yang berarti bahwa responden secara umum setuju terhadap indikator-indikator Environmental Behavior pada Bali Green Spa Kuta tersebut. Hal ini menunjukkan atribut Environmental Behavior pada Bali Green Spa Kuta dinilai baik oleh responden..

Penilaian responden terhadap variabel green purchasing behavior (Y) pada Bali Green Spa Kuta dapat dilihat pada Tabel 6. Rata-rata penilaian responden terhadap variabel green purchasing behavior Bali Green Spa Kuta sebesar 3,58 yang berarti bahwa responden secara umum setuju terhadap indikator-indikator green purchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta tersebut. Hal ini menunjukkan atribut green purchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta dinilai baik oleh responden.

Selanjutnya dilakukan analisis faktor konfirmatori untuk menguji apakah indikator betul-betul merupakan indikator suatu variabel. Hasil analisis faftor (Bartlett Test, KMO, MSA, PCA dan Loaing Faktor) dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7.

Hasil Analisis Faktor Konfirmatori

No

Variabel

Indikator

Item

Bartlett Test

KMO

MSA

PCA

Loading Faktor

X1.11

0,785

0,802

Produk

X1.12

0,796

0,752

X1.13

0,781

0,732

X1.14

0,856

0,856

X1.21

0,831

0,803

X1.22

0,832

0,755

Grenn

Promosi

X1.23

0,867

0,797

1

Marketing

X1.24

373,89

0,827

0,854

0,827

0,772

(X1)

X1.25

0,837

0,773

X1.31

0,872

0,808

Harga

X1.32

0,725

0,717

X1.33

0,772

0,855

X1.41

0,719

0,822

Tempat

X1.42

0,810

0,738

X1.43

0,774

0,829

X2.1

0,841

0,859

2

Corporate Social marketing (X2)

X2.2

X2.3

205,93

0,782

0,792

0,797

2,656

0,720

0,810

X2.4

0,825

0,862

X3.1

0,774

0,795

3

Environmental Behavior

X3.2

X3.3

353,81

0,811

0,855

0,867

3,368

0,787

0,817

(X3)

X3.4

0,799

0,828

X3.5

0,842

0,874

Y1

0,728

0,813

4

Green puchasing Behavior (Y)

Y2

95,77

0,671

0,832

2,000

0,777

Y3

0,790

0,858

Sumber: Data diolah (2016)

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk masing-masing variabel mendekati nilai 0, dapat diketahui bahwa variabel green marketing (X1) mempunyai hubungan yang paling kuat terhadap green puchasing behavior (Y) dengan nilai determinan 373,896. diikuti oleh variabel corporate social marketing (X2) dengan nilai determinan 205,932, environmental behavior (X3) dengan nilai determinan

6477

353,811, maka ini berarti masing-masing item pada instrument memiliki nilai korelasi yang kuat.

Dilihat dari nilai Kaiser Mayer Olkin (KMO) untuk masing-masing variabel lebih besar dari 0,5 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5 persen (0,05), maka ini berarti masing-masing variabel memiliki kecukupan sampel untuk melakukan analisis faktor.

Nilai MSA pada Tabel 7 untuk masing-masing indikator variabel menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,5, maka ini berarti model yang digunakan layak dipergunakan dalam model analisis faktor.

Nilai eigen value dan masing-masing variabel lebih besar dari 1, dan nilai percentage of variance lebih besar dari 5 persen, maka ini berarti masing-masing variabel yaitu green marketing, corporate social marketing dan environmental behavior sebagai variabel yang mempengaruhi green puchasing behavior, sehingga layak dipergunakan dalam model.

Nilai rotasi instrumen untuk masing-masing variabel lebih besar dari 0,4, maka ini berarti seluruh instrument dari masing-masing variabel telah memenuhi syarat dan menunjukkan korelasi yang kuat.

Setelah analisis faktor dilakukan dan memperoleh hasil, selanajutnya dilakukan analisis berupa analisis regresi linear berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Analisis tersebut diolah dengan paket program komputer, yaitu Statistical Package for Social Science (SPSS).

Tabel 8.

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Model                  Unstandardized

Coefficients B       Std. Error

Standardized          t           Sig.

Coefficients

Beta

(Constant)                       0,000       0,051

Green Marketing               0,265       0,099

Corporate Social marketing     0,335       0,096

Environmental Behavior        0,269      0,091

0,000

0,265            2.682       0,008

0,335             3.505        0,004

0,269             2.936        0,001

R Square (R2) FHitung

Signifikansi F

0,652 81,837

0,000

Sumber : Data diolah (2016)

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari rekapitulasi hasil analisis regresi linier

berganda berdasarkan pada hasil koefisien regresi pada Tabel 8 adalah sebagai berikut:

Y = 4,535 + 0,000 + 0,265 Xi + 0,335 X2 + 0,269 X3+ e......

Uji Simultan (Uji F), berdasarkan hasil perhitungan uji F menunjukkan nilai dari uji F dalam penelitian sebesar 81,837 dengan signifikansi uji F sebesar 0,000<0,05 yang artinya model regresi ini layak untuk digunakan.

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa jauh kemampuan variabel bebas (independen) menerangkan variabel terikatnya (dependen). Berdasarkan Tabel 6 nilai R2 sebesar 0,652, ini berarti bahwa sebesar 65,2 persen variasi green puchasing behavior dapat dijelaskan oleh strategi green marketing, corporate social marketing dan environmental behavior sedangkan sisanya 34,8 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas akan ditampilkan pada Tabel 9 yang didapatkan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 9.

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized Residual

N135

Kolmogorov-Smirnof Z0,770

Asymp. Sig (2-tailed)0,594

Sumber : Data diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,594 lebih besar dari 0,05. Hal ini menjelaskan bahwa model regresi sudah memenuhi asumsi normalitas atau data berdistribusi normal.

Uji multikolinearitas menyatakan bahwa dalam regresi berganda gejala korelasi antar variabel bebas seharusnya tidak ada. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu variance inflation factor (VIF). Nilai Tolerance dan VIF dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10.

Hasil Uji Multikolinearitas

No.

Variabel Bebas

Collinearity S Tolerance

tatistic

VIF

1

Green marketing

0,272

3,677

2

Corporate social marketing

0,291

3,438

3

Environmental behavior

0,317

3,152

Sumber :Data diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai VIF dibawah 10 dan nilai Tolerance dibawah 1 menjelaskan tidak terjadi multikolinearitas atau tidak terjadi korelasi diantara variabel sikap dan norma subyektif.

Uji heteroskedastisitas artinya uji yang dimana variance dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11.

Hasil Uji Heteroskedastisitas (Metode Glejser)

Variabel

T

Signifikansi

Green marketing

-0,017

0,986

Corporate social marketing

1,908

0,059

Environmental behavior

-1,906

0,059

Sumber :Data diolah (2016)

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki nilai sig > 0,05 ini berarti pada model regresi tidak terjadi gejala heteroskedasitisitas.

Pengujian Hipotesis 1, dari hasil perhitungan Tabel 8, variabel strategi green marketing memperoleh nilai thitung sebesar 2,682 lebih besar dari ttabel yakni 1,645, nilai koefisien regresi sebesar 0,265 dengan tingkat signifikansi uji t 0,008<0,05. Hasil ini menunjukkan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima. Ini berarti strategi green marketing berpengaruh positif terhadap green puchasing behavior. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik strategi green marketing yang diterapkan, maka ada kecenderungan green puchasing behavior semakin meningkat. Hasil penelitian ini didukung pernyataan Asrianto (2013) dan Desliana et al., (2013) bahwa green purchasing behavior yang dilakukan konsumen sangat dipengaruhi secara positif oleh strategi green marketing.

Pengujian Hipotesis 2, dari hasil perhitungan Tabel 8 variabel corporate social marketing memperoleh diperoleh nilai thitung sebesar 3,503 lebih besar dari ttabel yakni 1,645, nilai koefisien regresi sebesar 0,335 dengan tingkat signifikansi uji t 0,004<0,05. Hasil ini menunjukkan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima. Ini berarti corporate social marketing berpengaruh positif terhadap green puchasing behavior. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik penerapan corporate social marketing yang dilakukan oleh Bali Green Spa Kuta, secara langsung akan berdampak positif terhadap green puchasing behavior. Ini terlihat adanya penerapan corporate sosial marketing yang continue akan memberikan hasil positif pada green purchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta. Hasil penelitian ini searah dengan pernyataan Rizky (2013) yang menemukan corporate social marketing yang diterapkan mampu menciptakan green purchasing behavior pada pelanggan. Ini pun diungkapkan oleh Arifur (2012) penerapan corporate social marketing mampu menciptakan dampak positif terhadap green purchasing behavior.

Pengujian Hipotesis 3, dari hasil perhitungan Tabel 8, variabel environmental behavior memperoleh nilai thitung sebesar 2,936 lebih besar dari ttabel yakni 1,645, nilai koefisien regresi sebesar 0,269 dengan tingkat signifikansi uji t 0,001<0,05. Hasil ini menunjukkan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima. Ini berarti environmental behavior berpengaruh positif terhadap green puchasing behavior. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik environmental behavior konsumen, maka ada kecenderungan akan meningkatkan

green puchasing behavior. Hasil penelitian ini searah dengan pernyataan Andrew dan Franky (2013) dimana environmental behavior yang dipahami oleh konsumen mampu menciptakan green purchasing behavior. Ini pun diungkapkan oleh Lee (2008) pemahaman environmental behavior mampu menciptakan dampak positif terhadap green purchasing behavior.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa variabel strategi green marketing, corporate social marketing dan environmental behavior, baik secara simultan maupun parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap green puchasing behavior pada Bali Green Spa Kuta.

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan bagi pihak manajemen Bali Green Spa Kuta diharapkan agar lebih memperhatikan strategi green marketing yang diterapkan dengan selalu memperhatikan manfaat produk dengan keinginan konsumen sehingga mampu memberikan dan menyajikan produk organik yang bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu, diharapkan juga bagi manajemen Bali Green Spa Kuta untuk mempertahankan gerakan kampanye cinta lingkungan dan ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial, serta mengajak konsumen menggunakan produk ramah lingkungan. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperluas ruang lingkup penelitian dengan konsumen yang tersebar di berbagai wilayah. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat

untuk menggunakan variabel lain sehingga dapat memperkaya data yang diperoleh guna mendorong minat pembelian produk hijau dan lebih mempertimbangan produk-produk yang ramah lingkungan.

REFERENSI

American Marketing Asociate. (AMA). 2009. Pengertian green marketing. http://www.flickr.com/photos/cali2okie/2399377732/). Diakses 23 Januari 2014

Andrew dan Franky, 2013. Pengaruh environmental behavior terhadap green purchasing behavior pada anak muda Generasi C di Jakarta. Jurnal Proceeding Nasional, 2(1): h: 10-20

Asrianto, 2013. Green Marketing dan Corporate Social Responsibility Pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen melalui minat membeli produk organic di FreshMart Kota Manado. Jurnal EMBA, 1(4): h: 2117-2129

Coombs, W. Timothy., & Holladay, Sherry J. 2012. Managing Corporate Social Responsibility: A Communication Approach. Malaysia: Vivar Printing Sdn Bhd.

Desliana, Anasti, Vanessa Gafar dan Rini andari, 2013. Pengaruh program green marketing di Hotel Sangri-la Jakarta terhadap Green Consumer Behavior. Jurnal tourism and hospitality Essential Anthology, 1(4): h: 1-17

Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. 2012. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Skripsi Dan Mekanisme Pengujian. Denpasar.

Ferdinand, A. 2006. "Marketing Strategy Making: Proses dan Agenda Penelitian".

Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. I, No.1 Mei, pp:1-22.

Ferdinand, A. 2006. "Metode Penelitian Manajemen: Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen". Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariat, Badan Penerbit Undip, Semarang

Hatane dan Elianto, 2008. Corporate Social Responsibility, Purchase Intention dan Corporate Image pada Restoran di Surabaya dari Perspektif Pelanggan. Jurnal Manajemen Pemasaran. 3(1): h: 35-54

Kotler, P. dan Keller, K.L.,2007, "Manajemen Pemasaran", Cet 2, Edisi 12, Jilid 1, Alih bahasa: Benyamin Molan. Penerbit PT INDEKS.

Kotler, P. and G. Armstrong. 2012. Principles of Marketing. 14th ed. New Jersey: Prentice Hall.

Lee, K. 2008. “Opportunities for green marketing: Young Consumers.”, Marketing Intelligence & Planning, 26(6): h: 573-586.

Maymand, Mohammad, Ahmadinejad, dan Mostafa. 2011. Impulse Buying: The Role of Store Environmental Stimulation and Situational Factors (An Empirical Investigation). African Journal of Business Management, Volume 5 Nomor 34, p. 13057-13065.

Narges, Mohammad, Nouri, 2013. Effect of green marketing on consumer purchase behavior, a Qatar foundation Academic journal, 3(5): h: 1-9

Ottman, J.A., 2006. "Green Marketing Myopia : Ways to Improve Consumer Appeal for Environmentally Preferable Products". Environment Volume 48, Number 5 pp 22-36 Heldref Publications

Ottman, Jacquelyn A. 2010. The New Rules of Green Marketing Strategies, Tools, and Inspiration for Sustainable Branding. UK: Greenleaf Publishing.

Putripeni, Mayang, Suharyono, Andriani. 2014. Pengaruh Green Marketing Terhadap Citra Merek dan Keputusan Pembelian (Studi pada Konsumen The Body Shop Mall Olympic Garden Malang). Jurnal Administrasi Bisnis, 10(1): h:1-10

Rizky. 2013. "Penerapan Grenn Marketing pada bisnis produk kosmetik:. Jurnal JIBEKA, 7(3): h: 47-53

Santoso, Singgih. 2010. SPSS 10 : Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Jakarta : PT Elek Media Komputindo.

Shruti, Dr, 2014. Awareness of green marketing and its influence on buying behavior of consumers: special reference to Madhya Pradesh, India, AIMA Journal of Management & Research, 1(4): h: 974-497

Suprapti, Ni Made. 2010. Perilaku Konsumen. Denpasar: Udayana University Press.

Solihin, Ismail.  2009.   Corporate  Social  Responsi-bility from Charity to

Sustainability. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ke-15. Penerbit Alfabeta. Bandung.

Syeda, 2011. Green Marketing and its impact on consumer behavior. European Journal of Business and Management. 3(4): h: 375-385

Umar, 2007. Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama dan JBRC.

6486