E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No.8, 2016: 5070-5097

ISSN : 2302-8912

ANALISIS PENILAIAN PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PADA INDUSTRI BARANG KONSUMSI

Ni Luh Putu Ika Ardina Putri 1

2

Ni Nyoman Ayu Diantini 2

1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel price earning ratio, market to book value, dan market value added terhadap return saham. Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode observasi 2012 hingga 2013. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 33 sampel dari populasi yang berjumlah 34. Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini digunakan teknik analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel market to book value yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel lainnya (price earning ratio dan market value added) menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap return saham pada industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 hingga 2013.

Kata kunci: return saham, price earning ratio, market to book value, market value added

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of the variable price earnings ratio, market to book value and market value added to the stock return. This study uses population consumer goods industry companies listed on the Indonesia Stock Exchange observation period 2012 to 2013. The number of samples was 33 samples from the population of 34. In order to solve the problem in this study used multiple linear regression analysis techniques. The results showed that the only variable market to book value which has a positive and significant impact on stock returns, while the other variables (price earnings ratio and market value added) showed no significant effect on stock returns in the consumer goods industry are listed on the Stock Exchange Indonesia the period 2012 to 2013.

Keywords: stock return, price earning ratio, market to book value, market value added

PENDAHULUAN

Perkembangan pasar modal merupakan salah satu perkembangan bisnis yang unggul di Indonesia. Tujuan terbentuknya pasar modal agar sistem dan perekonomian suatu negara dapat menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal adalah

tempat yang menghimpun dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan dana di perusahaan go public. Investor melakukan investasi di pasar modal dalam bentuk investasi pada aset finansial misalnya saham, obligasi, bukti right dan waran.

Investasi adalah suatu perjanjian atas sejumlah uang dengan melakukan penanaman modal saat sekarang dan mengharapkan mendapat keuntungan di masa yang akan datang dengan (Tandelilin, 2010:2). Investasi dalam bentuk penyertaan modal atau biasa dikenal dengan investasi saham. Saham adalah instrumen yang diminati oleh para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang tinggi daripada instrumen lainnya (Fitriati, 2010). Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Wiagustini, 2010:210).

Investor dalam melakukan suatu investasi memperhatikan dua hal yang utama yaitu risiko dan return. Hartono (2013:257) menyatakan return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko ditanggung, semakin besar return yang dikompensasikan. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Realized return atau return histori ini berguna sebagai dasar penentuan expected return dan risiko di masa datang.

Investor akan mempertimbangkan return total yang akan diperoleh untuk mengetahui seberapa besar keuntungan yang didapatkan jika berinvestasi saham. Tandelilin (2010:102) menyatakan sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen yaitu yield dan capital gain (loss). Capital gain merupakan kenaikan harga suatu surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor. Capital gain bisa juga diartikan perubahan harga sekuritas. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield dalam saham adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya (Hartono, 2013:236).

Terdapat dua cara analisis yang bisa digunakan investor untuk menilai saham, yakni dengan analisis teknikal dan analisis fundamental (Husnan, 2010:307). Analisis teknikal merupakan analisis penilaian saham dengan memprediksi arah pergerakan harga saham berdasarkan data pasar historis seperti informasi harga dan volume (Tandelilin, 2010:392). Analisis fundamental merupakan analisis penilaian saham dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan vaiabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental dapat memberikan informasi yang cukup untuk menggambarkan kondisi perusahaan (Tandelilin, 2010:303). Semakin baik kinerja keuangan perusahaan, maka harga saham akan mengalami peningkatan sehingga investor memperoleh peningkatan return saham.

Investor dalam melakukan analisis penilaian saham bisa melakukan analisis fundamental secara top-down untuk menilai prospek perusahaan. Pertama perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor makro ekonomi yang mempengaruhi kinerja seluruh perusahaan, kemudian dilanjutkan dengan analisis industri dan terakhir dilakukan analisis perusahaan yang mengeluarkan sekuritas bersangkutan untuk menilai apakah sekuritas yang dikeluarkan menguntungkan atau merugikan bagi investor (Tandelilin, 2010:338). Analisis perusahaan dapat dilakukan dengan analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan melihat dari laporan keuangan perusahaan.

Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 1 tahun 2002 laporan keuangan lengkap terdiri dari lima komponen yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan (Tandelilin, 2010:378). Laporan keuangan memberikan banyak informasi yang berguna bagi investor, kreditor, manajer maupun pemegang saham (Brigham dan Houston, 2010:102). Informasi yang terdapat dalam rasio keuangan digunakan investor mengambil keputusan untuk berinvestasi atau tidak karena menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan seperti penilaian kinerja perusahaan. Menurut Malikova dan Brabec dalam Asiri (2015), penerapan rasio keuangan oleh para investor dalam memilih perusahaan yang tepat untuk menanam modal sangatlah dipengaruhi oleh anggapan yang telah memberikan informasi kedalam persiapan laporan keuangan tersebut. Wahlen dan Wieland, dan Lev et al. dalam Asiri (2015) menyatakan bahwa apabila investor akan melakukan suatu investasi perlu melihat kondisi keuangan dari perusahaan yang akan dipilih dan menggunakan informasi ini

untuk memperkirakan perkembangan perusahaan dimasa akan datang. Terdapat lima rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas/leverage, rasio profitabilitas/rentabilitas, rasio aktivitas usaha dan rasio penilaian pasar (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:70).

Penelitian ini hanya memfokuskan pada aspek penilaian pasar yang didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rani (2014) pada Indeks LQ45 dari lima rasio yang digunakan hanya dua rasio yang signifikan yaitu rasio penilaian pasar dan rasio aktivitas usaha terhadap harga saham. Proxy dari penilaian pasar mempunyai beta yang paling tinggi, artinya rasio penilaian pasar yang mempunyai pengaruh paling tinggi terhadap harga saham dibandingkan dengan rasio lainnya dalam penelitian tersebut. Perubahan harga saham menyebabkan return saham juga ikut berubah. Aspek penilaian pasar bisa dilihat dari perbandingan antara harga pasar saham dengan posisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tinggi pengakuan pasar terhadap posisi keuangan perusahaan dan semakin mahal saham perusahaan tersebut (Wiagustini, 2010:77).

Menurut Tandelilin (2010:320), penilaian pasar yang paling sering dipakai analis saham dan para praktisi adalah Price Earning Ratio (PER). Sartono (2010:253) menyatakan penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa selain variabel PER, terdapat beberapa variabel fundamental yang mempengaruhi harga saham seperti Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), Firm Size, Market to Book Value (MBV) dan Debt to Equity Ratio (DER).

Penelitian yang dilakukan oleh Malintan (2013) tentang pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER) dan Return on Asset (ROA) terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010 menunjukkan bahwa diantara empat variabel tersebut yang mempunyai beta yang paling tinggi adalah PER. Hal ini berarti variabel ini yang paling berpengaruh terhadap return saham.

Padan (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh informasi keuangan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2006-2010 menunjukkan bahwa diantara DER, MBV dan PER, hanya MBV yang berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Penelitian Pengaruh Economi Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham yang dilakukan oleh Widiati (2013) pada perusahaan otomotif tahun 2007-2010 menunjukkan variabel yang berpengaruh paling signifikan adalah Market value Added (MVA).

Pendekatan PER merupakan salah satu bagian dari rasio penilaian pasar. PER (Hartono, 2013:176) menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan earnings. Semakin tinggi PER menunjukkan harga saham yang semakin meningkat oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin meningkat membuat semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya (Malintan, 2013). Shen dalam Asiri (2015) PER yang tinggi diikuti oleh pertumbuhan yang lambat dalam harga saham sementara penelitian lain menyatakan sebaliknya.

Hal tersebut didasari oleh data masa lalu yang tidak lagi menjadi panduan karena perubahan faktor-faktor fundamental ekonomi membuat saham lebih menarik bagi investor dan membuat PER menjadi lebih tinggi sehingga seringkali PER yang tinggi mendahului kinerja saham yang buruk dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Penelitian tentang PER menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan terhadap return saham seperti penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2012), Ardiansyah (2013), Fitriati (2010), Aono dan Tokuo (2011), Malintan (2013), Ferreira dan Pedro (2011) dan Siqueira et al. (2012). Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad dan Scrimgeour (2014), Meythi dan Mariana (2012) dan Emamgholipour et al. (2013) menemukan adanya hubungan negatif dan signifikan terhadap return saham.

Market to Book Value (MBV) adalah rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya (Brigham dan Houston, 2010:151). Husnan dan Pudjiastuti (2012:96) semakin tinggi rasio market to book value semakin besar tambahan kekayaan yang dinikmati oleh pemilik perusahaan. Hal ini karena investor bersedia membayar harga pasar saham lebih tinggi dari nilai buku akuntansinya yang menyebabkan harga saham meningkat. Harga saham yang meningkat menyebabkan return saham yang meningkat (Wibowo, 2015).

Penelitian terkait MBV diantaranya dilakukan oleh Shourvarzi dan Morgan (2011), Siqueira et al. (2012), Padan (2012), Schabek (2013) dan Anita dan Pavitra (2014) menunjukkan market to book value mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Emamgholipour et al. (2013) bahwa market book value mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap return saham.

Alat ukur penilaian pasar lainnya terhadap kinerja perusahaan dilihat dari perhitungan terhadap nilai pasar adalah Market Value Added (MVA) yang dapat mengatasi kelemahan rasio keuangan. Menurut Brigham dan Houston (2010:111), MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku, nilai pasar dihitung dengan mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar. MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang.

Beberapa penelitian mengenai MVA telah dilakukan oleh Kristiana dan Untung (2012), Husniawati (2012), Widiati (2013) dan Roze et al. (2013) yang menunjukkan hubungan MVA dengan return saham positif dan signifikan. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadi (2013) yang menunjukkan hubungan MVA dengan return saham yang positif dan tidak signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Siti (2013) menunjukkan hubungan MVA dengan return saham yang negatif dan tidak signifikan.

Industri manufaktur merupakan perusahaan yang jumlahnya paling banyak daripada industri lainnya sehingga perkembangan industri manufaktur sangat berpengaruh di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pertumbuhan industri manufaktur tahun 2013 dibidik mencapai 7,14%. Untuk mencapai target itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan, ekspor produk industri non migas tahun 2013 mencapai US$ 125 miliar serta investasi di sektor manufaktur oleh modal asing mencapai US$

12 miliar dan Rp 42 triliun oleh modal dalam negeri (Bukhari, 2013). Pertumbuhan industri lainnya seperti penghasil bahan baku tahun 2013 hanya tumbuh 4,88% sedangkan industri jasa 5,46% (www.bps.go.id).

Penelitian ini memfokuskan pada industri barang konsumsi karena data dari Kementrian Perindustrian (Kemenperin) tahun 2013 daya tahan sektor manufaktur terutama ditopang sektor industri barang konsumsi yang tumbuh 28%. Kenaikan ini merupakan kenaikan tertinggi kedua dari sepuluh sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia. Kinerja sektor industri barang konsumsi paling tinggi dari dua sektor lainnya yakni sektor aneka industri dan industri dasar yang menjadi bagian industri manufaktur. Data Kantar Worldpanel Indonesia menunjukkan bahwa telah terjadi kenaikan penjualan dari produk-produk barang konsumsi sebesar 14% dari tahun 2012 ke 2013 di seluruh Indonesia, baik di kawasan perkotaan maupun pedesaan (Prakosa, 2014). Berikut ini merupakan data perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indosnesia (BEI) tahun 2012-2013:

Tabel 1.

Jumlah Saham Perusahaan Industri Barang Konsumsi Tahun 2012-2013

Keterangan

Tahun

2012

2013

Saham Lama

31

34

Saham Baru

3

1

Saham Keluar

-

-

Total Saham

34

35

Sumber : data sekunder diolah, (2015)

Berdasarkan tabel 1 tersebut diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat tiga perusahaan yang baru sehingga perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar

pada tahun 2012 menjadi 34 perusahaan. Tahun 2013 jumlah perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 35 karena terdapat satu perusahaan yang baru. Hal ini menunjukkan semakin banyak perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Totalnya hanya terdapat 34 perusahaan yang selalu masuk sebagai bagian dari perusahaan industri barang konsumsi dalam kurun waktu tahun 2012 sampai tahun 2013.

Adapun masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah apakah Price Earning Ratio (PER), Market to Book Value (MBV) dan Market Value Added (MVA) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia 2012-2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Price Earning Ratio (PER), Market to Book Value (MBV) dan Market Value Added (MVA) terhadap return saham pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013.

Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan, dimana investor akan menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. Semakin tinggi PER menunjukkan harga saham yang semakin meningkat oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin meningkat membuat semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya dan menyebabkan semakin tinggi return saham. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2012), Ardiansyah (2013), Fitriati (2010), Aono dan Tokuo (2011), Malintan (2013), Ferreira dan Pedro (2011), dan Siqueira (2012) Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap return

saham. Hal ini berarti jika price earning ratio meningkat maka harga saham juga akan semakin besar, begitu juga tingkat pengembalian investasi saham, dan sebaliknya.

H1: Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap return saham.

Market to Book Value (MBV) merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Semakin tinggi rasio market to book value semakin besar tambahan kekayaan yang dinikmati oleh pemilik. Hal ini karena investor bersedia membayar harga pasar saham lebih tinggi dari nilai buku akuntansinya yang menyebabkan harga saham meningkat. Harga saham yang meningkat menyebabkan return saham yang meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Shourvarzi dan Morgan (2011), Siqueira et al. (2012), Padan (2012), Schabek (2013), dan Anita dan Pavitra (2014) menunjukkan hasil bahwa Market to Book Value (MBV) memiliki pengaruh positif terhadap return saham. Hal ini berarti semakin tinggi MBV menandakan semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor.

H2: Market to book value berpengaruh positif terhadap return saham.

Market Value Added (MVA) adalah salah satu indikator eksternal yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan telah diciptakan untuk investornya. Semakin besar MVA semakin berhasil pekerjaan manajemen mengelola perusahaan sehingga perusahaan berhasil menciptakan kekayaan bagi investornya menyebabkan semakin besar peningkatan return saham. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristiana dan Untung (2012), Husniawati (2012), Widiati (2013) dan Roze et al.

(2013) yang menemukan bahwa Market Value Added (MVA) memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap return saham. MVA yang positif berarti perusahaan telah berhasil menciptakan kekayaan pemegang sahamnya, sedangkan MVA yang negatif mengindikasikan hilangnya kekayaan pemegang saham.

H3 : Market Value Added (MVA) berpengaruh positif terhadap return saham

METODE PENELITIAN

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu data yang digunakan merupakan data empiris dan variabel yang digunakan mempunyai satuan yang dapat diukur. Penelitian kuantitatif penelitian ini berbentuk asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih(Sugiyono, 2013:15). Secara skematis penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut:

Gambar 1. Desain Penelitian

Sumber: data sekunder diolah, (2016)

Variabel dependen atau yang sering disebut variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen

(bebas)(Sugiyono, 2013:59). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Return saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 20122013. Return saham dalam penelitian ini menggunakan closing price untuk menghitung capital gain tahunan yang diperdagangkan di BEI selama periode observasi yaitu 2012-2013 yang dinyatakan dalam satuan persen.

Variabel independen sering disebut variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)(Sugiyono, 2013:59). Variabel independen dalam penelitian ini ada tiga yaitu Price Earning Ratio (PER), Market to Book Value (MBV) serta Market Value Added (MVA). Price Earning Ratio (PER) yang digunakan pada penelitian ini membandingkan antara harga saham dengan pendapatan setiap lembar saham yang dimiliki masing-masing perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2013 yang dinyatakan dalam satuan kali. Market Book Value (MBV) yang digunakan pada penelitian ini dengan membandingkan harga pasar per saham dengan nilai buku per saham pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2013 yang dinyatakan dalam satuan kali. Market Value Added (MVA) yang digunakan pada penelitian ini dengan mengalikan jumlah saham yang beredar dengan harga saham dikurangi total nilai ekuitas pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2013 yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2009:145). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama periode observasi yaitu 2012-2013.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Sekaran, 2006:60). Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari publikasi laporan keuangan yang memberikan informasi return saham, PER, MBV dan MVA pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode observasi yaitu tahun 2012-2013, annual report yang diakses pada website resmi BEI.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dari penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang elemen populasi dipilih atas pertimbangan dapat mewakili populasi (Ferdinand, 2014:176). Metode penentuan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan (Sekaran, 2006:136).

Tabel 2.

Penentuan Sampel Penelitian

No

Keterangan

Jumlah

1.

Termasuk dalam sektor industri barang konsumsi selama 2 tahun yakni mulai tahun 2012 sampai dengan 2013.

34

2.

Tidak memiliki informasi yang memadai mengenai closing price-nya

1

Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel

33

Sumber: data sekunder diolah, (2015)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi nonparticipan, yaitu observasi yang dilakukan tanpa melibatkan diri dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2013:120). Data dikumpulkan dengan cara mengamati, mencatat serta mengambil data melalui internet yang terkait dengan penelitian ini melalui website www.idx.co.id.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linear berganda (multiple linear regression method). Analisis regresi ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel dependen dan independen secara menyeluruh baik secara simultan atau secara parsial(Suyana, 2009:95). Tujuan analisis ini adalah untuk menguji PER, MBV dan MVA terhadap return saham. Persamaan regresinya adalah:

Y = α + b1X1 + b 2X2 + b 3X3+ e

Keterangan :

Y =Return Saham α = konstanta b1, b2, b3= koefisien regresi X1=PER

X2= MBV

X3= MVA e = Standar error

HASIL DAN PEMBAHASAN

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas Price Earning Ratio (X1), Market to Book Value (X2), Market Value Added (X3) dan return saham (Y). Adapun hasil analisis deskriptif statistik yang diperoleh berdasarkan laporan keuangan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

N

Minimum

Maximum

Std. Deviation

PER

60

-29.69

109.91

21.57198

MBV

60

.40

47.27

10.16599

MVA

60

-4176.00

259344.17

55333.49339

RS

60

-53.64

128.70

42.16781

Sumber: data sekunder diolah, (2016)

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 sampel data, karena ada tiga perusahaan yang mengandung data outlier. Jumlah 60 sampel data ini diperoleh dari 30 sampel perusahaan dengan rentan waktu penelitian 2 tahun yaitu 2012-2013. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat ketahui bahwa price earning ratio terendah sebesar -29,69 kali yaitu pada perusahaan Mustika Ratu Tbk. (MRAT) tahun 2013. Price earning ratio yang rendah berarti perusahaan MRAT mengalami kerugian dan harga saham merupakan kelipatan -29,19 kali nilai laba perusahaan. Price earning ratio yang tertinggi adalah 109,91 kali yaitu pada perusahaan Langgeng Makmur Industri Tbk. (LMPI) tahun 2012. Price earning ratio yang tinggi berarti saham perusahaan LMPI dapat memberikan keuntungan yang besar bagi investor dan harga saham merupakan kelipatan 109,91 kali nilai laba

perusahaan. Variabel price earning ratio memiliki standar deviasi sebesar 21,57198 kali.

Data terendah market to book value pada penelitian ini adalah 0,4 kali yaitu pada perusahaan Kedaung Setia Industrial Tbk. (KDSI) tahun 2013. Saham KDSI diperdagangkan pada 0,4 kali nilai buku perusahaan. Market to book value tertinggi adalah 47,27 kali yaitu pada perusahaan Multi Bintang Indonesia (MLBI) tahun 2012. Saham MLBI diperdagangkan pada 47,27 kali nilai buku perusahaan. Variabel market to book value memiliki standar deviasi sebesar 10,16599 kali.

Data terendah market value added yang diperoleh pada penelitian ini adalah – Rp4.176.000.000,- yaitu pada perusahaan Prashida Aneka Niaga Tbk. (PSDN) tahun 2013. Market value added yang negatif menunjukkan cash yang diterima oleh pemegang saham jika perusahaan PSDN dijual kurang dari dana yang diinvestasikan oleh pemegang saham sejak perusahaan PSDN berdiri. Market value added tertinggi adalah Rp259.344.165.000.000,- yaitu pada perusahaan HM Sampoerna Tbk. (HMSP) tahun 2013. Market value added yang positif menunjukkan cash yang diterima oleh pemegang saham jika perusahaan HMSP dijual lebih dari dana yang diinvestasikan oleh pemegang saham sejak perusahaan HMSP berdiri sehingga perusahaan dikatakan berhasil menciptakan kekayaan untuk pemegang sahamnya. Variabel market value added memiliki standar deviasi sebesar Rp55.333.493.390,-.

Data terendah return saham pada penelitian ini adalah -53,64 persen yaitu pada perusahaan Indofarma Tbk. (INAF) tahun 2013 yang berarti harga saham tahun 2013 mengalami penurunan 53,64 persen dari tahun 2012. Return saham tertinggi

adalah 128,70 persen yaitu pada perusahaan Delta Djakarta Tbk. (DLTA) tahun 2012 yang berarti harga saham tahun 2012 mengalami peningkatan 128,70 persen dari tahun 2011. Variabel return saham memiliki standar deviasi sebesar 42,16781 persen.

Tabel 4.

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Model

Unstandardized      Standardized

Coefficients           Coefficients                 g.

B       Std. Error       Beta

1 (Constant)

Price Earning Ratio

Market to Book

Value

Market Value Added

10,812        7,435                       1,454    0,152

0,440        0,247          0,225        1,783    0,080

1,672         .652           0,403        2,565    0,013

-.00021463   0.00012149       -0,282       -1,767   0,083

R Square      = 0,14

Adj R Square = 0,094

F Hitung = 3,043

Sumber: data sekunder diolah, (2015)

Y = 0,225X1 + 0,403X2 - 0,282X3 + e

Dimana :

Y   :  Return Saham

X1   :  Price Earning Ratio

X2   : Market to Book Value

X3   :  Market Value Added

e     :  standar error

b1 = 0,225 artinya bahwa setiap peningkatan 1 kali price earning ratio, maka return saham akan mengalami peningkatan sebesar 0,225 persen dengan asumsi variabel lainnya konstan. b2 = 0,403 artinya bahwa setiap peningkatan 1 kali market to book value, maka return saham akan mengalami peningkatan sebesar 0,403 persen dengan asumsi variabel lainnya konstan. b3 = -0,282 artinya bahwa setiap peningkatan 1 rupiah market value added, maka return saham akan mengalami penurunan sebesar 0,282persen dengan asumsi variabel lainnya konstan.

Persamaan regresi linear berganda tersebut menunjukkan arah masing-masing variabel bebas (price earning ratio, market to book value dan market value added) terhadap variabel terikatnya (return saham), dimana koefisien regresi variabel bebas yang bertanda positif berarti mempunyai pengaruh yang searah terhadap return saham, sedangkan koefisien regresi variabel bebas yang bertanda negatif berarti mempunyai pengaruh yang berlawanan terhadap return saham. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa variabel market to book value dan price earning ratio berpengaruh positif, sedangkan market value added berpengaruh negatif terhadap return saham.

Tabel 5.

Hasil Uji F

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Regression

14706.095

3

4902.032

3.043

.036a

Residual

90203.209

56

1610.772

Total

104909.304

59

Sumber: data sekunder diolah, (2016)

Hasil perhitungan statistik uji F dari tabel Anova di atas diperoleh Fhitung = 3,043 dengan signifikansi 0,036 < 0,05. Model ini merupakan model yang fit karena H0 ditolak dan hasil pengujian statistik secara simultan menunjukkan bahwa price earning ratio, market to book value dan market value added berpengaruh secara simultan terhadap return saham.

Tabel 6.

Hasil Uji Koefisien Determinasi yang Disesuaikan (Adjusted R2) Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate

1       .374a        .140           .094           40.13442

Sumber: data sekunder diolah, (2015)

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui nilai koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R2) sebesar 0,094 yang mempunyai arti bahwa variasi variabel terikat 9,4 persen mampu dijelaskan oleh variabel bebas, dengan kata lain 9,4 persen variasi return saham mampu dijelaskan oleh variasi dari price earning ratio, market to book value dan market value added sedangkan sisanya 90,6 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Tabel 7.

Ringkasan Hasil Statistik

Variabel

Sig.

Keterangan

Price Earning Ratio

0,080

Tidak Signifikan

Market to Book Value

0,013

Signifikan

Market Value Added

0,083

Tidak signifikan

Sumber: data sekunder diolah, (2015)

Berdasarkan pemaparan mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas (price earning ratio, book to market ratio dan market value added) secara parsial terhadap variabel terikat (return saham) maka dapat diketahui bahwa hasil pengujian hipotesis pertama dan ketiga masing-masing menerima H0 yang menyatakan bahwa variabel price earning ratio dan market value added secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013. Dari ketiga variabel bebas yang diteliti, hanya market to book value yang berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013.

Berdasarkan Tabel 7 nilai signifikansinya sebesar 0,080 yang bernilai kurang dari 0,05, maka H0 diterima dan Hi ditolak. Hal ini berarti bahwa price earning ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini menemukan bahwa

price earning ratio berhubungan positif namun tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013. Hal ini berarti price earning ratio tidak mempengaruhi peningkatan atau penurunan return saham. Hasil analisis regresi menunjukkan koefisien beta positif berarti PER memiliki arah positif terhadap return saham. PER berpengaruh positif menunjukkan Semakin tinggi PER menunjukkan harga saham yang semakin meningkat oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin meningkat membuat semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya dan menyebabkan semakin tinggi return saham karena banyak investor yang membeli saham perusahaan tersebut. (Malintan, 2013). Hal berbeda dikemukakan oleh Shen dalam Asiri (2015) PER yang tinggi diikuti oleh pertumbuhan yang lambat dalam harga saham sementara penelitian lain menyatakan sebaliknya. Hal tersebut didasari oleh data masa lalu yang tidak lagi menjadi panduan karena perubahan faktor-faktor fundamental ekonomi membuat saham lebih menarik bagi investor dan membuat PER menjadi lebih tinggi sehingga seringkali PER yang tinggi mendahului kinerja saham yang buruk dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Tidak adanya pengaruh antara PER dengan return saham menunjukkan bahwa para investor kurang memperhatikan variabel PER dalam memperhitungkan return saham suatu perusahaan. Menurut Meythi dan Mariana (2012), hal ini disebabkan karena ketika harga saham mengalami kenaikan atau penurunan investor melakukan ambil untung, maka PER lebih banyak berhubungan dengan faktor lain,selain itu

karena kondisi ekonomi dan politik serta karena sentimen dari pasar bursa itu sendiri. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung kepada prospek perusahaan. Perusahaan mempunyai laba yang sangat rendah atau menderita kerugian menyebabkan PER tidak mempunyai makna. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Absari dkk. (2012), Benson et al. (2011), Fun dan Basana (2012), dan Meythi dan Mariana (2012) yang menemukan bahwa Price Earning Ratio (PER) tidak berpengaruh terhadap return saham. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2012), Ardiansyah (2013), Fitriati (2010), Aono dan Tokuo (2011), Malintan (2013), Ferreira dan Pedro (2011), dan Siqueira (2012) yang menemukan bahwa Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

Berdasarkan Tabel 7 nilai signifikansinya sebesar 0,013 yang bernilai kurang dari 0,05, maka H0 ditolak dan Hi diterima. Hal ini berarti bahwa market to book value berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian menemukan bahwa market to book value berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013. Hal ini berarti market to book value mempengaruhi peningkatan atau penurunan return saham. Hasil analisis regresi menunjukkan koefisien beta positif berarti Market to Book Value (MBV) memiliki arah positif terhadap return saham. Market to Book Value (MBV) pada penelitian ini bernilai positif yang menunjukkan semakin tinggi rasio market to book value semakin besar tambahan

kekayaan yang dinikmati oleh pemilik perusahaan (Husnan dan Pudjiastuti, 2012:96). Menurut Wibowo (2015) hal ini karena investor bersedia membayar harga pasar saham lebih tinggi dari nilai buku akuntansinya yang menyebabkan harga saham meningkat. Harga saham yang meningkat menyebabkan return saham yang meningkat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa market to book value berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia 2012-2013. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shourvarzi dan Morgan (2011), Siqueira et al. (2012), Padan (2012), Schabek (2013) dan Anita dan Pavitra (2014).

Berdasarkan Tabel 7 nilai signifikansinya sebesar 0,083 yang bernilai lebih dari 0,05, maka H0 diterima dan Hi ditolak. Hal ini berarti bahwa market value added tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini menemukan bahwa market value added berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2013. Hal ini berarti market value added tidak mempengaruhi peningkatan atau penurunan return saham. Hasil analisis regresi menunjukkan koefisien beta negatif berarti Market Value Added (MVA) memiliki arah negatif terhadap return saham. Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan telah diciptakan untuk investornya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa market value added tidak berpengaruh pada return saham. Menurut Rahmadi (2013), hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai tingkat inflasi telah meningkat yang menyebabkan

perusahaan menyesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Kemungkinan lain disebabkan karena perubahan harga di pasar tidak sebanding dengan perubahan struktur ekuitas dari perusahaan, sehingga investor akan lebih memperhatikan faktor lain dibandingkan dengan total ekuitas atau struktur modal perusahaan yang mampu menggambarkan perusahaan menghasilkan laba pada kondisi perekonomian yang tidak stabil. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmadi (2013) dan Rahayu dan Aisjah (2013) yang menunjukkan bahwa market value added tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristiana dan Untung (2012), Husniawati (2012), Widiati (2013) dan Roze et al. (2013) yang menemukan bahwa Market Value Added (MVA) memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap return saham.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Price earning ratio tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini berarti price earning ratio tidak mempengaruhi peningkatan atau penurunan return saham. Market to book value berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada perusahaan industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini berarti market to book value mempengaruhi peningkatan atau penurunan return saham. Market value added tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan perusahaan indutri

barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini berarti market value added tidak mempengaruhi peningkatan atau penurunan return saham.

Berdasarkan simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah bagi investor yang ingin melakukan investasi pada suatu perusahaan industri barang konsumsi dapat mempertimbangkan market to book value sebagai acuan dalam pengambilan keputusan investasi dan untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan, karena hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial bahwa harga saham berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Penelitian ini hanya menguji rasio penilaian pasar terhadap return saham pada tahun 2012-2013. Bagi peneliti selanjutnya dapat memperpanjang periode waktu penelitian sehingga diperoleh jumlah sampel yang lebih banyak dan bisa menghasilkan hasil pengujian yang lebih baik.

REFERENSI

Anita dan Padav, P. 2014. Influence of Selected Financial Indicators on Stock Price of Tata Motors Ltd. International Journal of Application or Innovation in Engineering & Management (IJAIEM) International Journal of Application or Innovation in Engineering & Management (IJAIEM), 3(7):249-252.

Aono, Kohei., dan Iwaisako, T. 2011.Forecasting Japanese Stock Returns with Financial Ratios and Other Variables. Asia-Pacific Financial Markets, 18(2):373–384.

Ardiansyah. 2013. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham. Jurnal Aplikasi Bisnis,12(1):23-39.

Asiri, Batool K. 2015. How Investors Perceive Financial Ratios at Different Growth Opportunities and Financial Leverages. Journal of Business Studies Quarterly, 6(3):1-12.

Benson, Earl D., Ben D. Bortner dan Sophie Kong. 2011. Stock Return Expectations and P/E10. Journal of Portofolio Management, 38(1):91-99.

Brigham F. Eugene and Houston, Joel. 2010. Dasar–Dasar Manajemen Keuangan : Assentials Of Financial Management. Jakarta: Salemba Empat.

Bukhari, Ansari. 2013.Pertumbuhan Industri Manufaktur Ditargetkan 7,14%. Media Industri Industrialisasi Menuju Kehidupan yang Lebih Baik, 1(1):7-8.

Emamgholipour, Milad., Abbasali Pouraghajan, Naser Ail Yadollahzadeh Tabari, Milad Haghparast, Ali Akbar Alizadeh Shirsavar. 2013. The Effects of Performance Evaluation Market Ratios on the Stock Return: Evidence from the Tehran Stock Exchange. International Research Journal of Applied and Basics Sciences, 4(3):696-703.

Ferdinand, Augusty. 2014. Metode Penelitian Manajemen, Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ferreira, Miguel A., dan Santa, P. 2011. Forecasting stock market returns: The sum of the parts is more thanthe whole. International Journal of Financial Economics, 100(3):514–537.

Fitriati, Ika Rosyada. 2010. Analisis Hubungan Distress Risk, Firm Size, dan Book To Market Ratio dengan Return Saham. Skripsi Fakultas Ekonomikadan Bisnis Universitas Diponegoro.

Fun, Liem Pei., dan Basana, Sautma. 2012. Price Earnings Ratio and Stock Return Analysis (Evidence from Liquidity 45 Stocks Listed in Indonesia Stock Exchange). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 14(1):7-12.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Multivariat dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hartono, Jogiyanto. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Cetakan Pertama Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Fakultas Eekonomika dan Bisnis UGM.

Husnan, Suad; Pudjiastuti, Enny. 2012. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keenam. Yogyakarta:UUP STIM YKPN.

Husniawati. 2012. Analisis Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added dan Risiko Sistematik terhadap Return Saham pada Perusahaan Food and Baverages. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 14(2):8-14.

Kristina, V. dan Sriwidodo, U. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Investor pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, 12(1):1-11.

Kuncoro, Murajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Malintan, Rio. 2013. Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER), dan Return On Asset (ROA) Terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2010. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 10(2):1-25.

Meythi dan Mathilda, M. 2012. Pengaruh Price Earnings Ratio dan Price to Book Value terhadap Return Saham Indeks LQ 45 (Perioda 2007-2009). Jurnal Akuntansi, 4(1):1-21.

Muhammad, N., dan Scrimgeour, F. 2014. Stock Returns and Fundamentals in the Australian Market. Asian Journal of Finance & Accounting, 6(1):271-290.

Padan, Wahyuni Peni. 2012. Pengaruh Informasi Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Prakosa, Giri. 2014. Merek FMCG Terbaik di Indonesia versi Kantar Worldpanel. Sindonews. Rabu, 11 Juni 2014:1.

Rahayu, Ury Tri. dan Siti Aisjah. 2013. Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Return Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 3(2):1-13.

Rahmadi, Yuda Ditio. 2013. Pengaruh Earning Per Share, Arus Kas Operasi, Economic Value Added, dan Market Value Added Terhadap Return Saham. Jurnal Akuntansi, 1(3):1-19.

Rani, Kadek Stia. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Roze, Zeynab. Mehdi Meshki dan Mohammad Reza Pourali. 2013. A Study of the Relationship between Economic Criteria and Performance Evaluation Accounting with Market’s Value added in the Firms Listed in the Tehran Stock Exchange. Research Journal of Recent Sciences, 2(7):31-36.

Sartono, R Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi 4. Yogyakarta:Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.

Savitri, Dyah Ayu. 2012. Analisis Pengaruh ROA, NPM, EPS dan PER terhadap Return Saham (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur Sektor Food and Beverages periode 2007-2010). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponogoro.

Schabek, Tomasz. 2013. Influence of behavioral and fundamental factors on stock returns. Case of Brazilian and Polish emerging markets. Journal of Accounting and Finance, 3(1):25-40.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business, Buku 2 Edisi 4. Jakarta:Salemba Empat.

Shourvarzi, M., dan Beinabaj, M. 2011. The effects of ownership structure or number of block holders on the ratio price-to-book value (P/BV) and price-to-earnings (P/E) of the companies in Tehran Stock Exchanges (TSE). African Journal of Business Management, 5(27):10993-10998.

Siqueira, Elisa., Otuki T., and Costa N. 2012. Stock Return and Fundamental Variables: A Discriminant Analysis Approach. Applied Mathematical Sciences, 6(115):5719–5733.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suyana Utama, Made. 2009. Aplikasi Analisis Kuantitatif, Edisi Ketiga. Diktat Kuliah pada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:Kanisius.

Wiagustini, Luh Putu. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Denpasar: Udayana University Press.

Wibowo, Bramanto Ari. 2015. Pengaruh Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), Current Ratio (CR) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 12(5):61-74.

Widiati, Putri Kurnia. 2013.Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Terhadap Return Saham Perusahaan Otomotif Di Indonesia Tahun 2007-2010. El-Dinar, 1(2):130-153.

5097