PENGARUH STORE ENVIRONMENT DAN IMPULSE BUYING TENDENCY TERHADAP URGE TO BUY IMPULSIVELY DAN IMPULSE BUYING BEHAVIOUR
on
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No.7, 2016: 4101 - 4131
ISSN : 2302-8912
PENGARUH STORE ENVIRONMENT DAN IMPULSE BUYING TENDENCY TERHADAP URGE TO BUY IMPULSIVELY DAN IMPULSE BUYING BEHAVIOUR
I Gst. Bgs. Ag. Andira Eka Pradana1
2 Gede Suparna2
1,2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan perilaku impulse buying yang dilakukan pada pelanggan Mall Bali Galeria dan Beachwalk. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 200 orang yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Secara komprehensif semua variabel signifikan dalam mempengaruhi impulse buying behaviour, tetapi secara parsial beberapa variabel memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Ditemukan perbadaan perilaku impulse buying di Mall Bali Galeria dan Beachwalk. Masih sedikit penelitian sebelumnya mengenai impulse buying behaviour yang menggunakan variabel yang sama, terlebih belum ada yang membandingkan impulse buying behaviour di 2 tempat berbeda sebagai objek penelitian.
Kata Kunci: store environment, impulse buying tendency, urge to buy impulsively, impulse buying behavior
ABSTRACT
This paper aims to compare about impulse buying behavior conducted on customers of Beachwalk and Mall Bali Galeria. The sample in this study were 200 people taken by using purposive sampling technique. Data analysis technique is done by using Structural Equation Modeling (SEM). All the variables significant in effecting impulse buying behaviour comprehensively, but partially some of the variables have not significant effect. Found different behaviour of buying impulsively in Mall Bali Galeria and Beachwalk. There’s still few prior research which use the same variables, besides no other research yet to compare the impulse buying behaviour in 2 places as the object of the research.
Keywords: store environment, impulse buying tendency, urge to buy impulsively, impulse buying behaviour
PENDAHULUAN
Kencangnya arus informasi yang diantaranya diakibatkan oleh perkembangan globalisasi membuat masyarakat kini memiliki tingkat konsumerisme yang termasuk
tinggi (Naentiana dan Setiawan, 2014) serta memiliki pola hidup konsumtif. Pola hidup konsumtif ini pula yang menyebabkan perubahan prioritas dalam rekreasi masyarakat. Jika sebelumnya keluarga akan memilih objek wisata untuk melakukan rekreasi ketika liburan, namun kini mereka akan lebih memilih pergi ke mall (Hetharie, 2011). Berbagai hal menjadi alasan, diantaranya akses yang mudah, kelengkapan fasilitas dalam mall, kenyamanan dalam berbelanja, dan lainnya (Alagoz dan Ekici, 2011). Belum lagi gaya hidup masyarakat juga telah berubah (Levy dan Weitz, 2012:177). Kini tidak sedikit yang menjadikan berbelanja sebagai sebuah hobi atau cara bagi mereka dalam mencari suasana hati yang baru (Mick dan DeMoss, 1990). Tentu saja mereka cenderung pergi ke mall dengan berbagai kenyamanan dan kemudahan yang akan diperoleh (Herawati dkk., 2013).
Dengan jumlah penduduk Kabupaten Badung yang mencapai 589 ribu jiwa dan penduduk yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43.500 jiwa dan penduduk yang berusia 20-24 tahun sebanyak 52.400 jiwa, membuat potensi kunjungan ke mall oleh penduduk di usia ini cukup tinggi (http://badungkab.bps.go.id/). Menurut Luo (2005) perilaku impulse buying berperan sebesar 62 persen dari penjualan keseluruhan supermarket dan sebesar 80 persen dalam penjualan di beberapa kategori produk. Sebuah penelitian mengenai kebiasaan berbelanja konsumen menyatakan bahwa masyarakat di usia muda akan memiliki kecenderungan lebih besar dalam melakukan pembelian impulsif jika dibandingkan dengan masyarakat yang sudah tua, karena mereka telah menumbuhkan loyalitas terhadap suatu produk. Hasil penelitian ini
sejalan dengan yang dipaparkan oleh Jones et al. (2003) dimana individu dengan usia
4102
dibawah 35 tahun akan memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku pembelian impulsif yang lebih besar.
Impulse buying sendiri merupakan fenomena yang terjadi selama beberapa tahun kebelakang dan seketika menjadi sesuatu yang layak untuk diperbincangkan. Banyak konsumen yang melakukan impulse buying dan tidak sedikit yang terpengaruh oleh suasana toko itu sendiri. Hal ini tentu akan menjadi keuntungan yang besar bagi pemasar, karena hampir setengah dari pengunjung toko menurut Maymand dan Ahmadinejad (2011) merupakan konsumen dengan perilaku impulse buying. Ini disebabkan impulse buying merupakan sebuah fenomena dan kecenderungan perilaku berbelanja yang terjadi di dalam pasar dan menjadi poin penting yang mendasari aktivitas pemasaran (Margana dan Setiawan, 2014).
Perubahan kebiasaan berbelanja sebagai bentuk mencari suatu kesenangan adalah merupakan suatu motif berbelanja baru. Motivasi merupakan konsepsi yang dinamis yang terus – menerus berubah sebagai reaksi terhadap berbagai pengalaman hidup (Subagio, 2012). Fenomena ini menjadi salah satu alasan dalam mengangkat topik perilaku pembelian impulsif ke toko maupun supermarket. Pendapat Engel et al. (1994:284), motif belanja dimulai dari munculnya kebutuhan tertentu, yang semakin lama kebutuhan ini akan mendesak untuk dipenuhi. Desakan atau dorongan kebutuhan tersebut berikutnya akan menjadi motivasi dalam melakukan suatu pembelian. Penulis juga telah melakukan penelitian pendahuluan terhadap 15 orang responden terkait dengan perilaku impulse buying terkait variabel yang bersangkutan dan mendapat simpulan bahwa penelitian ini memang layak dilakukan.
Di Kabupaten Badung sendiri terdapat beberapa mall yang berpotensi menjadi tempat terjadinya impulse buying dan dalam penelitian ini objek yang diteliti dispesifikasikan menjadi dua mall besar di Kabupaten Badung yaitu Mall Bali Galeria dan Beachwalk. Pertimbangan yang diambil adalah karena diharapkan dengan dua tempat berbeda dengan target pasar mereka yang juga berbeda maka hasil penelitian ini nantinya akan mampu diterapkan untuk hampir semua lapisan masyarakat. Selain itu, konsep yang diusung oleh dua mall ini berbeda namun menarik ditambah dengan adanya sarana dan suasana yang mendukung, sehingga akan membuat konsumen mudah terpancing untuk melakukan impulse buying.
Impulse buying erat kaitannya dengan store environment. Terbukti Store environment mampu mempengaruhi pembelian impulsif hingga 70 persen (Dunne & Lusch, 2005). Melalui elemen – elemen yang ada dalam store environment, dapat menciptakan stimuli-stimuli yang akan memicu atau menggerakkan pelanggan untuk membeli lebih banyak barang diluar yang mereka rencanakan. Penelitian ini mengadopsi store environment yang dikemukakan Baker et al. (2002) kemudian digunakan oleh Liaw (2007) dan Foroughi et al. (2013) dimana variabel dari store environment yaitu ambient, desain, sosial. Selain faktor lingkungan toko, kecenderungan untuk melakukan perilaku pembelian impulsif dari masing-masing individu juga mempunyai peranan penting dalam perilaku pembelian impulsif. Faktor ini didasarkan pada kepribadian konsumen. Jadi, fokus utama terletak pada individu bukan pada lingkungan eksternal (Maymand dan Ahmadinejad, 2011). Impulse
Buying Tendency didefinisikan sebagai sejauh mana kemungkinan seorang individu
4104
untuk melakukan perilaku pembelian yang sebelumnya tidak diinginkan, dengan segera, dan tidak terpikirkan sebelumnya (Maymand dan Ahmadinejad, 2011).
Pembelian impulsif merupakan kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian secara spontan, tanpa pertimbangan dan cepat. Kondisi seperti ini menarik untuk dikaji secara mendalam karena ketika pelanggan berada dalam situasi yang rasional, pelanggan sebenarnya menyadari bahwa proses pembelian yang tidak terencana bukan merupakan prioritas utama, namun pada kenyataannya konsumen kerap kali berada pada situasi ini dan melakukan proses impulse buying secara berulang. Dunne and Lusch (2005) mengatakan bahwa impulse buying adalah pengaruh yang timbul dari stimuli-stimuli yang disebabkan oleh store environment yang konsumen rasakan. Secara keseluruhan, menurut Peter dan Olson (2000) menyatakan bahwa kesenangan (pleasure) dan gairah (arousal) mempengaruhi konsumen saat melakukan proses pembelanjaan.
Secara khusus, tulisan ini membahas dampak dari lingkungan toko bersama impulse buying tendency pada perilaku pembelian impulsif. Dan sejalan dengan penelitian sebelumnya penelitian ini menggunakan dorongan untuk melakukan perilaku pembelian impulsif (Urge to Buy Impulsively) sebagai variabel mediasi (Mohan et al., 2013). Dorongan untuk melakukan pembelian impulsif merupakan sebuah gairah atau perasaan yang dialami terhadap suatu objek dalam lingkungan toko. Hal ini jelas mendahului perilaku impulsif yang sebenarnya (Beatty dan Ferrell, 1998).
Berdasarkan uraian pada latar belakang, yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1). Bagaimanakah pengaruh Store Environment terhadap Impulse Buying Behaviour?; 2). Bagaimanakah pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Impulse Buying Behaviour?; 3). Bagaimanakah pengaruh Store Environment terhadap Urge to Buy Impulsively?; 4). Bagaimanakah pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Urge to Buy Impulsively?; 5). Bagaimanakah pengaruh Urge to Buy Impulsively terhadap Impulse Buying Behaviour?; 6). Bagaimanakah perbedaan perilaku pembelian impulsif di Mall Bali Galeria dan Beachwalk?.
Berdasarkan permasalahan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1). Untuk menganalisis pengaruh Store Environment terhadap Impulse Buying Behaviour; 2). Untuk menganalisis pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Impulse Buying Behaviour; 3). Untuk menganalisis pengaruh Store Environment terhadap Urge to Buy Impulsively; 4). Untuk menganalisis pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Urge to Buy Impulsively; 5). Untuk menganalisis pengaruh Urge to Buy Impulsively terhadap Impulse Buying Behaviour; 6). Untuk mengetahui perbedaan perilaku pembelian impulsif di Mall Bali Galeria dan Beachwalk
Musik adalah komunikasi non-verbal yang penting, umumnya digunakan untuk meningkatkan atmosfer toko dan kadang-kadang dapat menyebabkan impulse buying (Mattila dan Wirtz, 2008). Musik membuat orang tinggal lebih lama, menghabiskan lebih banyak waktu dan uang dari biasanya (Milliman, 1982), maka 4106
ada kemungkinan bahwa beberapa pembelian yang dilakukan tidak direncanakan dan mungkin menghasilkan impulse buying. Bahkan musik dan pencahayaan menjadi pemicu penting dalam perilaku pembelian impulsif (Mohan et al., 2013). Teknik pencahayaan yang baik membantu menciptakan suasana yang tepat (seperti di sebuah restoran). Sebuah toko dengan pencahayaan yang tepat dapat menarik pembeli untuk memasuki toko dan menciptakan desakan untuk membeli (Mohan et al., 2013). Sistem pencahayaan yang dirancang dengan baik dapat membawa dimensi yang ditambahkan ke interior, membimbing mata pelanggan untuk penjualan poin kunci, menciptakan suasana kegembiraan, mendorong dampak positif, atau hanya membuat daerah kunci menjadi aman dan terlihat (Mohan et al., 2013). Faktor lingkungan termasuk musik dan pencahayaan memiliki efek positif pada gairah dan semua ini dapat memicu keinginan (dorongan) untuk pembelian impulsif. Tata letak yang optimal memberikan kemampuan untuk memfasilitasi akses terhadap informasi dan alat bantu pembelanja dalam pengambilan keputusan. Sebuah tata letak yang baik membuat bahkan pembelanja utilitarian membeli tambahan dengan menciptakan dorongan di dalamnya (Mohan et al., 2013). Penelitian Mattila and Wirtz (2008) menunjukkan bahwa lingkungan toko sangat merangsang dan menyenangkan sehingga akan menyebabkan peningkatan dorongan dalam pembelian. Penjual dapat membimbing konsumen untuk mengeksplorasi toko dan berbagai produk, sehingga merangsang keinginan untuk membeli secara impulsif. Begitu pula yang diungkapkan oleh Sutisna (2001:64) bahwa faktor – faktor sensori dalam toko akan menjadi dorongan bagi konsumen untuk melakukan impulse buying.
H1 : Store environment berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap urge to buy impulsively
Masing – masing individu memiliki kecenderungan untuk melakukan impulse buying yang berbeda, dan hal tersebut menjadi dorongan bagi mereka untuk melakukan impulse buying (Sumarwan, 2002:295). Sejalan dengan Beatty dan Ferrell (1998), impulse buying tendency (IBT) yang merupakan kecenderungan untuk melakukan pembelian yang tidak direncanakan dan untuk membeli spontan, dengan sedikit atau tanpa musyawarah atau pertimbangan akan konsekuensi yang mungkin diterima dikemukakan pula oleh Mohan et al. (2013). Konsumen dengan skor IBT tinggi lebih mungkin untuk mengalami dorongan impulsif dan membeli secara impulsif di toko ritel (Beatty dan Ferrell, 1998). Dalam penelitian Hanzaee dan Taherikia (2010) juga menyatakan adanya hubungan yang positif dan signifikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Mohan et al. (2013).
H2 : Impulse buying tendency berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
urge to buy impulsively
Konsumen terus mengalami dorongan impulsif selama perjalanan belanja mereka karena mereka melihat sekitar toko (Rook, 1987; Beatty dan Ferrell, 1998), dan mereka tidak dapat menahan dorongan impulsif meskipun mereka telah melakukan upaya terbaik untuk mengendalikan atau mengatur keinginan tersebut (Baumeister, 2002). Sejalan dengan hasil penelitian dari Mohan et al. (2013) yaitu adanya hubungan yang positif dan signifikan antara urge to buy impulsively dan
impulse buying behaviour. Suprapti (2010:50) juga menyatakan bahwa dorongan pada umumnya akan mendahului perilaku yang sebenarnya.
H3 : Urge to buy impulsively berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
impulse buying behavior
Pramuniaga, penataan barang, tatanan toko merupakan indikator yang berada di luar individu (faktor eksternal), dan faktor eksternal ini sangat berpengaruh terhadap proses pembelian (Mangkunegara, 2002:4). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Sukawati (2015) menyatakan bahwa stimulus store environment berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying. Kesimpulan itu juga didukung oleh hasil penelitian Yistiani dkk. (2012) yang menunjukkan bahwa atmosfer gerai, pelayanan ritel dan nilai hedonic juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif. Hasil penelitian ini searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliartini dan Sulistyawati (2014). Hasil penelitian Hetharie (2011), Chen (2008), Mattila dan Wirtz (2008) serta Turley dan Milliman (2000) juga mengimplikasikan semakin meningkatnya Store Environment, maka kecenderungan Impulse Buying pun akan semakin besar.
H4 : Store environment berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap impulse
buying behavior.
Menurut Maymand and Ahmadinejad (2011) berdasarkan penelitian yang mereka lakukan, antara impulse buying tendency dan impulse buying behavior memiliki hubungan positif dan signifikan. Chen (2008) dan Suprapti (2010:54) juga
mengatakan bahwa semakin tinggi impulse buying tendency seseorang maka semakin
4109
tinggi pula kecenderungan mereka untuk melakukan impulse buying. Hal ini juga memperkuat hasil penelitian sebelumnya dari Beatty dan Ferrell (1998) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi impulse buying behavior adalah impulse buying tendency. Mowen dan Minor (2002:10) menyatakan bahwa kepribadian konsumen yang berbeda dalam tingkat impulse buying tendency akan mempengaruhi mereka untuk melakukan impulse buying.
H5 : Impulse buying tendency berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap impulse buying behavior.
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Dari kajian teoritis dan empiris yang telah dilakukan, penulis merumuskan kerangka berpikir seperti pada gambar 1.
METODE PENELITIAN
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan kuisioner dan debt interview kepada responden yang telah dijaring dengan teknik purposive sampling. Total responden yang digunakan sebanyak 200 orang, 100 orang di Mall Bali Galeria dan 100 orang di Beachwalk. Tambahan data yang digunakan berasal dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung terkait jumlah penduduk, berita online serta studi empiris yang berkaitan dengan variabel yang digunakan.
Butir – butir pernyataan yang digunakan dalam kuisioner diukur dengan menggunakan skala likert yang dimana 1 berarti sangat tidak setuju dan 5 berarti sangat setuju. Untuk variabel store environment dan impulse buying tendency masing – masing digunakan 5 indikator. Untuk variabel urge to buy impulsively digunakan 3 indikator, sedangkan untuk variabel impulse buying behaviour digunakan 8 indikator sebagaimana yang terlihat pada tabel 1. Selanjutnya data akan diolah menggunakan teknik analisis Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan program AMOS 16.00. Teknik ini digunakan untuk menampilkan model yang komprehensif serta dapat menjelaskan hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain menurut Gunadhi (2012).
Tabel 1.
Definisi Operasional Variabel
Variabel |
Sub Variabel |
Indikator |
Sumber |
Independen |
Store Enviroment |
|
Subagio (2012) dan Baker et al. (2002) |
Impulse buying tendency |
melakukan pembelian tidak terencana.
|
Mohan et al. (2013) serta Park dan Lennon (2006) | |
Urge to buy impulsively |
|
Mohan et al. (2013) dan Novy Gunadhi (2012) |
Dependen |
Impulse buying |
1. |
Sewaktu saya pergi berbelanja, saya sering |
Bong (2011), |
behaviour |
membeli barang-barang yang tidak |
Maymand | ||
direncanakan sebelumnya. |
dan | |||
2. |
Saya adalah orang yang sering berbelanja |
Ahmadinejad | ||
tanpa rencana sebelumnya. |
(2011) | |||
3. |
Saya merasa asik saat berbelanja secara spontan. | |||
4. |
Saya pergi berbelanja bertujuan untuk mencari suasana mood baru. | |||
5. |
Saya sulit mengendalikan diri terhadap desakan untuk membeli sesuatu sewaktu melihat penawaran menarik. | |||
6. |
Saya sering membeli lebih daripada yang seharusnya saya beli, sewaktu melihat penawaran yang menarik. | |||
7. |
Saya sering membeli barang tanpa pikir panjang. | |||
8. |
Saya sering berprinsip bahwa beli sekarang, dan berfikir belakangan. |
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari total 200 responden, penelitian ini didominasi oleh responden yang berusia 18 – 21 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa target utama dari kedua mall tersebut merupakan anak muda karena pada rentang usia tersebut konsumen akan memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan impulse buying ketika datang ke mall. Seperti yang diutarakan oleh Mangkunegara (2002:59) remaja mudah terpengaruh oleh penjual, mudah terbujuk promosi, tidak berpikiran hemat, dan kurang realistis dan cenderung berperilaku impulsif. Sejalan pula dengan rentang usia, mayoritas pekerjaan dari pengunjung kedua mall ini adalah mahasiswa.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari total 200 responden konsumen Mall Bali Galeria dan Beachwalk terlihat kecenderungan bahwa perempuan lebih banyak atau lebih sering berkunjung ke kedua mall tersebut sehingga kemungkinan
untuk melakukan impulse buying akan lebih tinggi pada perempuan. Hal ini bisa disebabkan karena perempuan mudah terpengaruh oleh suasana toko, sangat tertarik dengan penawaran khusus dan menemukan kesenangan dalam berbelanja sebagaimana yang diungkapkan oleh Mangkunegara (2002:59). Bisa dilihat pula dengan banyaknya keberadaan toko yang menjual barang khusus untuk perempuan, sedangkan jika sebuah toko menjual barang untuk laki – laki biasanya akan tetap terdapat barang untuk perempuan.
Tabel 2.
Uji Validitas
No. |
Variabel |
Indikator |
Korelasi Item Total |
Keterangan |
X1.1 |
0,916 |
Valid | ||
Store Environment |
X1 2 |
0,903 |
Valid | |
1. | ||||
(X1) |
0,951 |
Valid | ||
X1.4 |
0,883 |
Valid | ||
X1.5 |
0,921 |
Valid | ||
Impulse Buying |
X2.1 |
0,875 |
Valid | |
X2.2 X2.3 X2.4 |
0,855 |
Valid | ||
2. |
Tendency (X2) |
0,892 0,897 |
Valid Valid | |
X2.5 |
0,936 |
Valid | ||
Urge to |
Y1.1 |
0,865 |
Valid | |
3. |
BuyImpulsively |
Y1.2 |
0,844 |
Valid |
(Y1) |
Y1.3 |
0,877 |
Valid | |
Y2.1 |
0,879 |
Valid | ||
Y2.2 |
0,852 |
Valid | ||
4. |
Impulse Buying Behaviour |
Y2.3 Y2.4 Y2.5 |
0,876 0,895 0,879 |
Valid Valid Valid |
(Y2) |
Y2.6 |
0,908 |
Valid | |
Y2.7 |
0,917 |
Valid | ||
Y2.8 |
0,885 |
Valid |
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator lebih besar dari 0,3 (r ≥ 0,3). Hal ini
berarti seluruh indikator yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian adalah valid.
Tabel 3.
Uji Reliabilitas
No. |
Variabel |
Cronbach’s Alpha |
Keterangan |
1. |
Store Environment (X1) |
0,951 |
Reliabel |
2. |
Impulse Buying Tendency (X2) |
0,933 |
Reliabel |
3. |
Urge to Buy Impulsively (Y1) |
0,824 |
Reliabel |
4. |
Impulse Buying Behaviour (Y2) |
0,960 |
Reliabel |
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai reliabilitas dari masing-masing variabel yang diuji memperoleh nilai hasil diatas 0,6 (ɑ ≥ 0,6). Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat konsistensi dan kehandalan dari seluruh indikator yang digunakan dalam variabel penelitian.
Tabel 4 menjelaskan bahwa tidak seluruh nilai critical ratio berada dalam rentang ± 2,58, sehingga secara keseluruhan (multivariat) data belum berdistribusi normal. Singgih Santoso (2007: 81) mengemukakan apabila data berdistribusi normal, baik secara individu maupun secara multivariat maka pengujian outlier tidak perlu dilakukan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data secara multivariat tidak berdistribusi normal sehingga langkah selanjutnya dilakukan pengujian outlier untuk melihat apakah sebaran data mengalami outlier atau tidak. Data yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai determinant of sample covariance matrix sebesar
0,00004559, berarti > 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multicollinearity dan singularity dalam data penelitian ini.
Tabel 4.
Uji Normalitas Data
Variable |
Min |
max |
skew |
c.r. |
kurtosis |
c.r. |
y2.8 |
2.000 |
5.000 |
-.328 |
-1.892 |
-1.266 |
-3.656 |
y2.7 |
2.000 |
5.000 |
-.413 |
-2.387 |
-1.311 |
-3.784 |
y2.6 |
2.000 |
5.000 |
-.395 |
-2.279 |
-1.377 |
-3.976 |
y2.5 |
2.000 |
5.000 |
-.410 |
-2.367 |
-1.342 |
-3.875 |
x2.5 |
2.000 |
5.000 |
-.382 |
-2.206 |
-1.243 |
-3.589 |
y1.3 |
2.000 |
5.000 |
-.369 |
-2.128 |
-1.214 |
-3.506 |
x1.5 |
2.000 |
5.000 |
-.428 |
-2.472 |
-1.474 |
-4.254 |
y2.4 |
2.000 |
5.000 |
-.380 |
-2.196 |
-1.364 |
-3.938 |
y1.1 |
2.000 |
5.000 |
-.448 |
-2.584 |
-1.300 |
-3.754 |
y1.2 |
2.000 |
5.000 |
-.428 |
-2.472 |
-1.204 |
-3.476 |
y2.3 |
2.000 |
5.000 |
-.367 |
-2.116 |
-1.349 |
-3.896 |
y2.2 |
2.000 |
5.000 |
-.312 |
-1.799 |
-1.249 |
-3.605 |
y2.1 |
2.000 |
5.000 |
-.397 |
-2.290 |
-1.311 |
-3.784 |
x2.1 |
2.000 |
5.000 |
-.366 |
-2.114 |
-1.321 |
-3.813 |
x2.2 |
2.000 |
5.000 |
-.356 |
-2.058 |
-1.171 |
-3.381 |
x2.3 |
2.000 |
5.000 |
-.442 |
-2.549 |
-1.189 |
-3.432 |
x2.4 |
2.000 |
5.000 |
-.396 |
-2.286 |
-1.100 |
-3.177 |
x1.1 |
2.000 |
5.000 |
-.381 |
-2.197 |
-1.604 |
-4.630 |
x1.2 |
2.000 |
5.000 |
-.373 |
-2.154 |
-1.294 |
-3.736 |
x1.3 |
2.000 |
5.000 |
-.433 |
-2.500 |
-1.405 |
-4.056 |
x1.4 |
2.000 |
5.000 |
-.445 |
-2.567 |
-1.460 |
-4.215 |
Multivariate |
70.807 |
16.109 |
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 5.
Uji Kecocokan (Goodness of Fit)
Konstruk |
Goodness of Fit |
Nilai Kritis |
Nilai Model |
Keterangan |
Total |
Probability |
≥ 0,05 |
0,151 |
Baik |
Chi-square |
Diharapkan Kecil (≤ 230,423)* |
202,717 |
Baik | |
CMIN/DF |
≤ 2,00 |
1,108 |
Baik | |
GFI |
≥ 0,90 |
0,916 |
Baik | |
TLI |
≥ 0,95 |
0,993 |
Baik | |
CFI |
≥ 0,94 |
0,994 |
Baik | |
RMSEA |
≤ 0,08 |
0,023 |
Baik | |
AGFI |
≥ 0,90 |
0,894 |
Marginal Fit |
Sumber: Data diolah, 2015
Tabel 5 menunjukkan keseluruhan nilai dari indeks goodness of fit yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model atau teori dari konstruk dengan data empiris yang disajikan. Nilai keseluruhan indeks goodness of fit menunjukkan hasil yang baik karena mayoritas telah memenuhi batas nilai kritis dari kriteria goodness of fit. Hal ini berarti data yang diobservasi sesuai (konsisten) dengan teori atau model yang akan diuji. masih dapat diterima meskipun tidak menunjukkan hasil yang good fit sekalipun.
Tabel 6.
Uji Validitas Konvergen
Estimate |
S.E. |
C.R. |
P |
Label | |||
y1 |
<--- |
x1 |
0,231 |
0,070 |
3,284 |
0,001 |
par_2 |
y1 |
<--- |
x2 |
0,755 |
0,126 |
6,005 |
*** |
par_3 |
y2 |
<--- |
y1 |
0,488 |
0,097 |
5,056 |
*** |
par_4 |
y2 |
<--- |
x1 |
0,199 |
0,053 |
3,748 |
*** |
par_5 |
y2 |
<--- |
x2 |
0,267 |
0,112 |
2,388 |
0,017 |
par_6 |
x1.1 |
<--- |
x1 |
0,973 |
0,061 |
15,952 |
*** |
par_1 |
x1.4 |
<--- |
x1 |
1,005 |
0,053 |
19,071 |
*** |
par_8 |
x1.3 |
<--- |
x1 |
0,980 |
0,053 |
18,516 |
*** |
par_9 |
x1.2 |
<--- |
x1 |
0,858 |
0,053 |
16,139 |
*** |
par_10 |
x2.4 |
<--- |
x2 |
0,989 |
0,114 |
8,668 |
*** |
par_11 |
x2.3 |
<--- |
x2 |
1,223 |
0,126 |
9,710 |
*** |
par_12 |
x2.2 |
<--- |
x2 |
1,067 |
0,117 |
9,116 |
*** |
par_13 |
x2.1 |
<--- |
x2 |
1,044 |
0,125 |
8,348 |
*** |
par_14 |
y1.2 |
<--- |
y1 |
0,946 |
0,075 |
12,678 |
*** |
par_15 |
y1.1 |
<--- |
y1 |
0,992 |
0,079 |
12,560 |
*** |
par_16 |
y2.4 |
<--- |
y2 |
1,078 |
0,080 |
13,555 |
*** |
par_17 |
y2.3 |
<--- |
y2 |
1,126 |
0,077 |
14,617 |
*** |
par_18 |
y2.2 |
<--- |
y2 |
1,047 |
0,074 |
14,154 |
*** |
par_19 |
y2.1 |
<--- |
y2 |
1,066 |
0,078 |
13,702 |
*** |
par_20 |
x1.5 |
<--- |
x1 |
1,000 |
y1.3 |
<--- |
y1 |
1,000 | ||||
x2.5 |
<--- |
x2 |
1,000 | ||||
y2.5 |
<--- |
y2 |
1,148 |
0,077 |
14,818 |
*** |
par_21 |
y2.6 |
<--- |
y2 |
1,157 |
0,078 |
14,850 |
*** |
par_22 |
y2.7 |
<--- |
y2 |
1,124 |
0,076 |
14,700 |
*** |
par_23 |
y2.8 |
<--- |
y2 |
1,000 | ||||
Sumber: Data diolah, 2015 |
Tabel 6 menunjukkan bahwa semua indikator menghasilkan nilai estimasi dengan critical ratio lebih besar dari dua kali standard error nya dan seluruh indikatornya menunjukkan nilai p yang kurang dari 0,05, ini berarti seluruh indikator yang digunakan dari variabel store environment, impulse buying tendency, urge to buy impulsively, dan impulse buying behaviour adalah valid.
Tabel 7.
Nilai Construct Reliability dan Variance Extract
Konstruk |
Construct Reliability |
Variance Extract |
Keterangan |
Store Environment |
0,94 |
0,76 |
Diterima |
Impulse Buying Behaviour |
0,84 |
0,52 |
Diterima |
Urge to Buy Impulsively |
0,85 |
0,66 |
Diterima |
Impulse Buying Behaviour |
0,96 |
0,70 |
Diterima |
Sumber: Data diolah, 2015 |
Berdasarkan tabel 7 seluruh nilai construct reliability dan variance extract masing-masing konstruk pada penelitian ini telah memenuhi batas-batas nilai yang disyaratkan, yaitu ≥ 0,70 untuk construct reliability dan ≥ 0,50 untuk variance extract. Hal ini berarti indikator – indikator yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai konsistensi dan dapat mewakili dengan baik konstruk laten yang
dikembangkan, yaitu store environment, impulse buying tendency, urge to buy impulsively, dan impulse buying behaviour.
Tabel 8.
Nilai Estimasi Parameter Mall Bali Galeria
Direct Effect |
Estimate Standardized |
p-value |
Ket |
Store Environment → Urge to Buy Impulsively |
0,163 |
0,095 |
Tidak Signifikan |
Impulse Buying Tendency → Urge to Buy Impulsively |
1,014 |
*** |
Signifikan |
Urge to Buy Impulsively → Impulse Buying Behaviour |
0,634 |
*** |
Signifikan |
Store Environment → Impulse Buying Behaviour |
0,079 |
0,202 |
Tidak Signifikan |
Impulse Buying Tendency → Impulse Buying Behaviour |
0,025 |
0,885 |
Tidak Signifikan |
Sumber: Data diolah, 2015
Untuk hipotesis pertama store environment berpengaruh terhadap urge to buy implsively sebesar 0,163 dengan p-value sebesar 0,095 yang dimana telah melewati syarat maksimal 0,05. Ini berarti hasil yang didapat tidak signifikan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh pengaruh impulse buying tendency terhadap urge to buy impulsively sebesar 1,014 dengan p-value sebesar 0,000. Maka hipotesis kedua didapat hasil yang signifikan. Sama halnya dengan hipotesis ketiga yang didapat hasil signifikan dengan pengaruh urge to buy impulsively terhadap impulse buying behaviour sebesar 0,634 dan p-value sebesar 0,000. Untuk hipotesis keempat store environment berpengaruh sebesar 0,079 terhadap impulse buying behaviour dengan p-value 0,202. Hipotesis kelima impulse buying tendency berpengaruh
terhadap impulse buying behaviour sebesar 0,025 dengan p-value 0,885. Hipotesis keempat dan kelima dari Mall Bali Galeria mendapat hasil yang tidak signifikan karena telah melewati syarat maksimal p-value yaitu 0,05.
Tabel 9.
Nilai Estimasi Parameter Beachwalk
Direct Effect |
Estimate Standardized |
p-value |
Ket |
Store Environment → Urge to Buy Impulsively |
0,332 |
*** |
Signifikan |
Impulse Buying Tendency → Urge to Buy Impulsively |
0,522 |
*** |
Signifikan |
Urge to Buy Impulsively → Impulse Buying Behaviour |
0,261 |
0,118 |
Tidak Signifikan |
Store Environment → Impulse Buying Behaviour |
0,396 |
*** |
Signifikan |
Impulse Buying Tendency → Impulse Buying Behaviour |
0,487 |
*** |
Signifikan |
Sumber: Data diolah, 2015
Untuk hipotesis pertama store environment berpengaruh terhadap urge to buy implsively sebesar 0,332 dengan p-value sebesar 0,000 yang berarti hasil dari hipotesis pertama adalah signifikan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh pengaruh impulse buying tendency terhadap urge to buy impulsively sebesar 0,522 dengan p-value sebesar 0,000. Maka hipotesis kedua didapat hasil yang signifikan. Hipotesis ketiga didapat hasil tidak signifikan karena pengaruh urge to buy impulsively terhadap impulse buying behaviour sebesar 0,261 dan p-value sebesar 0,118 yang dimana telah melewati syarat maksimal yaitu 0,05. Untuk hipotesis
keempat store environment berpengaruh sebesar 0,396 terhadap impulse buying behaviour dengan p-value 0,000. Hipotesis kelima impulse buying tendency berpengaruh terhadap impulse buying behaviour sebesar 0,487 dengan p-value 0,000. Hipotesis keempat dan kelima dari Beachwalk mendapat hasil yang signifikan.
Tabel 10.
Nilai Estimasi Parameter Total
Direct Effect |
Estimate Standardized |
p-value |
Ket |
Store Environment → Urge to Buy Impulsively |
0,231 |
0,001 |
Signifikan |
Impulse Buying Tendency → Urge to Buy Impulsively |
0,755 |
*** |
Signifikan |
Urge to Buy Impulsively → Impulse Buying Behaviour |
0,488 |
*** |
Signifikan |
Store Environment → Impulse Buying Behaviour |
0,199 |
*** |
Signifikan |
Impulse Buying Tendency → Impulse Buying Behaviour |
0,267 |
0,017 |
Signifikan |
Sumber: Data diolah, 2015
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis pertama, diperoleh hasil bahwa secara umum store environment berpengaruh terhadap urge to buy impulsively sebesar 0,231 dengan p-value sebesar 0,001. Pengaruh tersebut signifikan dan hipotesis pertama diterima karena p-value lebih rendah dari 0,05 (Ghozali, 2008:87). Hal ini menunjukkan semakin baik store environment maka akan semakin positif pula urge to buy impulsively yang timbul.
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis kedua, diperoleh hasil secara umum bahwa impulse buying tendency berpengaruh terhadap urge to buy impulsively sebesar 0,755 dengan p-value sebesar 0,000. Pengaruh tersebut signifikan dan hipotesis kedua diterima karena p-value lebih rendah dari 0,05 (Ghozali, 2008:87). Hal ini menunjukkan semakin tinggi impulse buying tendency seseorang maka akan semakin positif pula urge to buy impulsively yang timbul.
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis ketiga, diperoleh hasil bahwa secara umum urge to buy impulsively berpengaruh terhadap impulse buying behaviour sebesar 0,488 dengan p-value sebesar 0,000. Pengaruh tersebut signifikan dan hipotesis ketiga diterima karena p-value lebih rendah dari 0,05 (Ghozali, 2008:87). Hal ini menunjukkan semakin tinggi urge to buy impulsively seseorang maka akan semakin positif pula impulse buying behaviour yang terjadi.
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis keempat, diperoleh hasil secara umum bahwa store environment berpengaruh terhadap impulse buying behaviour sebesar 0,199 dengan p-value sebesar 0,000. Pengaruh tersebut signifikan dan hipotesis keempat diterima karena p-value lebih rendah dari 0,05 (Ghozali, 2008:87). Hal ini menunjukkan semakin baik store environment maka akan semakin positif pula impulse buying behaviour yang terjadi.
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis kelima, diperoleh hasil bahwa impulse buying tendency berpengaruh terhadap impulse buying behaviour sebesar 0,267 dengan p-value sebesar 0,017. Pengaruh tersebut signifikan dan hipotesis
kelima diterima karena p-value lebih rendah dari 0,05 (Ghozali, 2008:87). Hal ini
4122
menunjukkan semakin tinggi impulse buying tendency seseorang maka akan semakin positif pula impulse buying behaviour yang terjadi.
Pada hasil pengujian hipotesis pertama didapat perbedaan hasil antara Mall Bali Galeria dan Beachwalk yang dimana untuk Mall Bali Galeria mendapat hasil yang tidak signifikan sedangkan Beachwalk signifikan . Hal ini dapat disebabkan oleh dianggap kurang menariknya store environment yang terdapat di Mall Bali Galeria hingga tidak menimbulkan urge to buy impulsively. Didukung pula dari data kuisioner yang didapatkan oleh peneliti bahwa masih banyak responden yang menjawab tidak setuju untuk masing – masing indikator dari variabel store environment yang terdapat di Mall Bali Galeria. Para pemilik toko dapat menjadikan hal ini sebagai salah satu acuan untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan store environment yang terdapat disini, karena store environment dapat menjadi salah satu hal utama untuk dapat membuat responden terdorong dalam melakukan impulse buying.
Jika dilihat secara individu untuk masing – masing lokasi yaitu Mall Bali Galeria dan Beachwalk pada hipotesis kedua, keduanya mendapat hasil yang sama yaitu memenuhi syarat p-value lebih rendah atau sama dengan 0,05. Kedua tempat ini mendapat hasil p-value 0,000 sehingga hubungan antara impulse buying tendency terhadap urge to buy impulsively di Beachwalk dan Mall Bali Galeria adalah signifikan.
Hasil pengujian hipotesis ketiga pada Mall Bali Galeria didapat hasil yang signifikan. Namun berbeda halnya dengan yang terdapat di Beachwalk. Hubungan 4123
antara urge to buy impulsively terhadap impulse buying behaviour responden di Beachwalk didapat hasil yang tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh mayoritas responden yang tidak terpengaruh oleh suasana toko ataupun yang pada dasarnya tingkat kecenderungan untuk melakukan impulse buying mereka rendah dalam mengambil keputusan untuk melakukan impulse buying secara mendadak tanpa didahului oleh urge to buy impulsively. Mungkin saat memasuki toko mereka melihat suatu barang yang sebenarnya tidak terlalu diinginkan dan diperlukan namun mereka menyukainya karena latar belakang hobi misalnya sehingga seketika mereka membeli tanpa ada dorongan. Fanatisme juga bisa menjadi faktor lain dalam melakukan impulse buying tanpa dorongan sebelumnya.
Hasil pengujian hipotesis keempat store environment Beachwalk berpengaruh secara signifikan terhadap impulse buying behaviour responden ketika berada disini. Namun berbeda halnya dengan yang terdapat di Mall Bali Galeria. Antara store environment terhadap impulse buying behaviour responden di Mall Bali Galeria didapat hasil hubungan yang tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh mayoritas responden yang tidak terpengaruh oleh suasana toko yang terdapat disini dalam memutuskan untuk melakukan impulse buying. Bisa dikatakan biar bagaimanapun lingkungan tokonya tidak akan mempengaruhi niat beli responden. Atau juga lingkungan toko yang terdapat di Mall Bali Galeria dianggap kurang menarik sehingga sedikit responden yang akhirnya tergoda untuk melakukan impulse buying. Bila dibandingkan dengan lingkungan yang terdapat di Beachwalk bisa jadi
perbedaan konsep antara lingkungan yang terbuka dengan tidak dapat menentukan pula keputusan responden.
Hasil pengujian hipotesis kelima didapat impulse buying tendency di Beachwalk berpengaruh secara signifikan terhadap impulse buying behaviour responden ketika berada disini. Namun berbeda halnya dengan yang terdapat di Mall Bali Galeria antara impulse buying tendency terhadap impulse buying behaviour responden di Mall Bali Galeria didapat hasil hubungan yang tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh mayoritas responden yang tidak memiliki kencenderungan tinggi untuk melakukan impulse buying banyak berkunjung kesini, sehingga mereka pergi ke Mall Bali Galeria hanya bertujuan untuk jalan – jalan tanpa akan membeli sesuatu. Hal ini akan menyebabkan tingkat impulse buying yang terjadi juga rendah.
Masing – masing orang mempunyai kecenderungan yang berbeda – beda dalam melakukan perilaku pembelian impulsif. Pada titik ini yang menjadi fokus adalah dari internal, bukan eksternal ataupun lingkungan dari sekitar individu tersebut. Kecenderungan yang dialami oleh konsumen bisa saja terjadi akibat dari pengalaman yang pernah dirasakan ketika melakukan perilaku pembelian impulsif sebelumnya. Mungkin konsmen merasa senang dan puas dengan barang yang dibeli, oleh karena itu mereka ingin mengulanginya lagi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1). Store environment berpengaruh positif dan signifikan terhadap urge to buy impulsively. Hal tersebut berarti semakin baik store environment 4125
yang diterapkan oleh perusahaan maka semakin tinggi pula urge to buy impulsively yang timbul dari konsumen; 2). Impulse buying tendency berpengaruh positif dan signifikan terhadap urge to buy impulsively. Hal tersebut berarti semakin tinggi impulse buying tendency konsumen, maka semakin tinggi pula urge to buy impulsively yang timbul; 3). Urge to buy impulsively berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying behaviour. Hal ini berarti semakin tinggi urge to buy impulsively yang timbul maka semakin tinggi pula impulse buying behaviour yang akan terjadi; 4). Store environment berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying behaviour. Hal tersebut berarti semakin baik store environment yang diterapkan oleh perusahaan maka semakin tinggi pula impulse buying behaviour yang akan terjadi; 5). Impulse buying tendency berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying behaviour. Hal tersebut berarti semakin tinggi impulse buying tendency konsumen, maka semakin tinggi pula impulse buying behaviour yang akan terjadi; 6) Hasil pengujian pengaruh store environment terhadap urge to buy impulsively di Mall Bali Galeria didapat hasil yang tidak signifikan, sedangkan untuk di Beachwalk didapatkan hasil yang signifikan. Untuk hasil pengujian pengaruh impulse buying tendency terhadap urge to buy impulsively di kedua tempat didapat hasil yang signifikan. Hasil pengujian urge to buy impulsively terhadap impulse buying behavior di Mall Bali Galeria didapat hasil yang signifikan, sedangkan untuk di Beachwalk didapat hasil yang tidak signifikan. Untuk hasil pengujian pengaruh store environment terhadap impulse buying behavior dan pengaruh impulse buying
tendency terhadap impulse buying behavior di Mall Bali Galeria mendapat hasil yang tidak signifikan, sedangkan untuk di Beachwalk mendapat hasil yang signifikan.
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1). Bagi pihak Mall Bali Galeria dan Beachwalk, sebaiknya memberikan stimulus yang dapat merangsang munculnya dorongan untuk melakukan perilaku pembelian impulsif dari konsumen. Hal ini diharapkan dapat terus meningkatkan daya tarik dari Mall Bali Galeria dan Beachwalk. Untuk meningkatkan kenyamanan konsumen saat berada di dalam toko bisa dilakukan dengan membenahi seperti contohnya penataan letak, warna, suhu, musik yang diputar, juga yang tak kalah penting adalah ketersediaan beragam barang dalam toko, baik dari segi jenis, model, maupun harga. Pelayanan pramuniaga juga perlu diperhatikan, karena hal ini juga turut menentukan pengambilan keputusan seseorang saat akan membeli barang dalam toko; 2). Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperluas ruang lingkup penelitian dengan konsumen yang tersebar di berbagai wilayah, baik dalam skala regional maupun nasional dengan produk yang lebih dikenal masyarakat luas. Peneliti selanjutnya juga dapat mengubah objek penelitian, misalnya perusahaan yang bergerak di industri jasa yang lebih menitikberatkan pada pengalaman pelayanannya. Dalam penelitian di masa mendatang juga perlu dipertimbangkan untuk menggunakan variabel lain sehingga dapat memperkaya informasi yang diperoleh.
REFERENSI
Alagoz, Selda Basaran dan Ekici, Nezahat. 2011. Impulse Purchasing As Purchasing Behaviour And Research On Karaman. International Research Journal Of Finance And Economics. Vol. 66: 172-180.
Baker, Julie A., Parasuraman, Dhruv Grewal, and Glenn B. Voss. 2002. The Influence of Multiple Environment Cues on Perceived Merchandise Valueand Patronage Intentions. Journal of Marketing. Vol. 66: 120-141.
Baumeister, R. F. 2002. Yielding to temptation: self-control failure, impulsive purchasing, and consumer behavior. Journal of Consumer Research. Vol. 28: 670–676.
Beatty, S.E. and Ferrell, M.E. 1998. Impulse buying: modeling its precursors. Journal of Retailing. Vol. 74(2): 169-191.
Bong, Soeseno. 2011. Pengaruh In-Store Stimuli Terhadap Impulse Buying Behaviour Konsumen Hypermarket di Jakarta. Fakultas Ekonomi Manajemen, Universitas Multimedia Nusantara.
Chen, Tsai. 2008. Impulse Purchase Varied by Products and Marketing Channels. Journal of International Management Studies.
Dr. A. A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2002. Perilaku Konsumen. Bandung : PT. Refika Aditama.
Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc. 2002. Perilaku Konsumen. Bogor : PT. Ghalia Indonesia dengan MMA – IPB.
Dunne, P. M and Lusch, R. F. 2005.Retailing (5th Ed.). Ohio: South Western. A Division of Thomson Learning.
Engel, J.F., Blackwell. R.D. and Miniard, P.W. 1994. Consumer Behavior. 7th ed. Orlando The Dryden Press USA.
Foroughi, Amir., Nor Aishah Buang., Zizah Che Senik., dan Reihanehsadat Hajmisadeghi. 2013. Impulse Buying Behavior and Moderating Role of Gender among Iranian Shoppers. Journal of Basic and Applied Scientific Research. Vol. 3(4): 760-769.
Ghozali, Imam. 2008. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gunadhi, Novy. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impulse Buying Pada Carrefour di Surabaya. Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Hanzaee, K.H., Taherikia, F. 2010. Impulse Buying : An Iranian Model. China–USA Business Review. Vol.9(12): 31-43.
Herawati, Arvinia., Pradhanawati, Ari., Dewi, Reni Shinta. 2013. Pengaruh Bauran Pemasaran Ritel terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Kepuasan Pelanggan Pada Konsumen Alfamart di Kecamatan Tembalang Semarang. Diponogoro Journal Of Social And Politic. Vol. 2(2): 1-9.
Hetharie, Jondry A. 2011. Peran Emosi Positif sebagai Mediator Stimulus Lingkungan Toko dan Faktor Sosial terhadap Impulse Buying Tendency pada Matahari Departement Store Kota Ambon. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol. 10(4): 896.
Jones, M.A., Reynolds, K.E., Weun, S. and Beatty, S.E. 2003. The product-specific nature of impulse buying tendency. Journal of Business Research. Vol. 56(7): 505-511.
Levy M., Weitz A. Barton. 2012. Retailing Management Edisi 5. New York: McGraw Hill, Irwin.
Liaw, Gou-Fong. 2007. The Influence of Multiple Store Environment Cues On Shopping Mood and Patronage Satisfaction. Catholic University, Taiwan.
Luo, Xueming. 2005. How Does Shopping With Others Influence Impulsive Purchasing. Journal Of Consumer Psychology. Vol. 15(4): 288-294.
Mattila, A.S., Wirtz, J. 2008. The role of store environmental stimulation and social factors on impulse purchasing. Journal of Marketing. Vol. 22(7): 562–567.
Margana, Charloan Artha., Setiawan, Putu Yudi. 2014. Pengaruh Stimulus Lingkungan Toko Terhadap Perilaku Pembelian Tidak Terencana Yang dimediasi Oleh Emosi Positif (Studi Kasus Pada Konsumen
Hypermarket di Kota Denpasar). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana.
Maymand, Mohammad Mahmoudi and Mostafa Ahmadinejad. 2011. Impulse Buying: The Role of Store Environmental Stimulation and Situation Factors
(An Empirical Investigation). African Journal Business Management. Vol. 5(34): 13057 – 13065.
Mick, D.G dan M. DeMoss. 1990. Self Gifts: Phenomenological Insights From Four Context. Journal Of Consumer Research. Vol. 17(3): 322-332.
Milliman, R.E. 1982. Using background music to affect the behavior of supermarket shoppers. Journal of Marketing. Vol. 46(3): 86-91.
Mohan, Geetha., Bharadhwaj Sivakumaran, Piyush Sharma. 2013. Impact of store environment on impulse buying behavior. European Journal of Marketing. Vol. 47(10): 1711–1732.
Mowen, John C. dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa: Dwi Kartini Yahya. Jilid 1 dan Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Naentiana, Putu Vera., Setiawan, Putu Yudi. 2014. Peran Positive Emotion Dalam Memediasi Pengaruh Hedonic Shopping Value Terhadap Impulse Buying (Studi Kasus : Mall Bali Galeria). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana.
Park, J., Lennon, S.J. 2006. Psychological and environmental antecedents of impulse buying tendency in the multichannel shopping context. Journal of Consumer Marketing. Vol. 23(2): 56–66.
Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson. 2000. Consumer Behaviour: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Alih Bahasa: Damos Sihombing. Jilid 2.Edisi 4. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Putra, Arya Diana dan Sukawati, Tjok Gde Raka. 2015. Peran Emotional Response Konsumen Dalam Memediasi Pengaruh Store Environment Terhadap Impulse Buying (Survei Pembeli di Carrefour Kota Denpasar). Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana, Bali, Indonesia.
Rook, D.W. 1987. The buying impulse. Journal of Consumer Research. Vol. 14(2): 189-199.
Santoso, Singgih. (2007).”Structural Equation Modelling: Konsep dan Aplikasi dengan AMOS”. Jakarta: Elex Media Computindo
Subagio, Hartono. 2012. Pengaruh Atribut Supermarket Terhadap Motif Belanja Hedonik Motif Belanja Utilitarian dan Loyalitas Konsumen. Progdi Manajemen Bisnis, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra.
Suprapti, Ni Wayan Sri. 2010. Perilaku Konsumen Teori Pemahaman Dasar dan Aplikasinya dalam Strategi Pemasaran. Udayana University Press.
Sutisna, SE., ME. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja Rosdakarya.
Turley, L.W. and Milliman, R.E. 2000. Atmospheric effects on shopping behavior: a review of the experimental evidence. Journal of Business Research. Vol. 49(2): 193-211.
Yistiani, Manik Ni Nyoman., Ni Nyoman Kerti Yasa., dan I. G. A Ketut Gede Suasana. 2012. Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari Department Store Duta Plaza di Denpasar. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan. Vol. 6(2): 139-49.
Yuliartini, Ni Putu., Sulistyawati, Eka. 2014. Pengaruh Stimulus Lingkungan Toko dan Faktor Lingkungan Sosial Teradap Perilaku Pembelian Impulsif Pada Carrefour Sunset Road di Denpasar. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 1083 – 1099.
4131
Discussion and feedback