PENGARUH NORMA SUBJEKTIF, EFIKASI DIRI, DAN SIKAP TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA SMKN DI DENPASAR
on
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 3, 2016: 1713-1741
ISSN : 2302-8912
PENGARUH NORMA SUBJEKTIF, EFIKASI DIRI, DAN SIKAP TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA SMKN DI DENPASAR
I Putu Bayu Adi Jaya1 Ni Ketut Seminari2
1,2 Fakultas Ekonomi Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Proses pembelajaran kewirausahaan di sekolah belum diikuti dengan penerapan pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan yang riil. Tidak optimalnya proses pembelajaran kewirausahaan, akhirnya membuat lulusan SMK tidak mempunyai semangat berwirausaha dan justru lebih menyukai menjadi pegawai.Studi bertujuan (1) bagaimana pengaruh norma subjektif terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar, (2) bagaimana pengaruh efikasi diri terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar, dan (3) sikap terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar. melalui bantuan teknik analisis data regresi linier berganda. Hasil model regresi linier berganda menjawab norma subjektif berpengaruh signifikan positif terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar. Efikasi diri berpengaruh signifikan positif terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar. Sikap berpengaruh signifikan positif terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar. Direkomendasikan, bagi pihak sekolah agar meyakinkan pola pikir dari siswa SMKN sehingga memiliki minat berwirausaha. Menanamkan bakat serta menggali potensi siswa untuk menjadi seorang wirausaha.
Kata kunci: Norma subjektif, efikas diri, sikap, intensi berwirausaha
ABSTRACT
Entrepreneurial learning process in schools has not been followed by the application of knowledge and skills of entrepreneurial real. Not optimal entrepreneurial learning process, ultimately making vocational graduates do not have the spirit of entrepreneurship and instead prefer to be employees. The study has the purpose of (1) how the influence of subjective norms towards entrepreneurship intention of students SMKN in Denpasar, (2) how the influence of self-efficacy towards entrepreneurship intention of students SMKN in Denpasar, and (3) attitudes towards entrepreneurship intention of students SMKN in Denpasar. studies conducted across SMK Denpasar via assistance data analysis technique multiple linear regression. The results of multiple linear regression model to answer subjective norm positive significant effect on students' entrepreneurial intentions SMKN in Denpasar. Self-efficacy positive significant effect on students' entrepreneurial intentions SMKN in Denpasar. Significant effect positive attitude towards entrepreneurship intention of students SMKN in Denpasar. Recommended, for the schools in order to convince the mindset of students SMKN so has interest in entrepreneurship. Instill the talents and explore the potential of students to become an entrepreneur.
Keywords: subjective norm, self-efficacy, attitudes, intentions
entrepreneurship.
PENDAHULUAN
Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah klasik yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, terlihat banyaknya jumlah angkatan tenaga kerja yang ingin memasuki dunia kerja tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia (Retno & Trisnadi, 2012). Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah terlampau banyaknya tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal, sehingga ketika pekerjaan di sektor formal tidak tumbuh dan berkembang orang tidak berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor swasta (Manda & Iskandarsyah, 2012). Hal inilah yang mengakibatkan tingginya jumlah pengangguran dan rendahnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Data statistik Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Denpasar, menunjukkan bahwa jumlah penduduk tahun 2014 sebanyak 206.830 jiwa dengan tingkat penggangguran didominasi oleh lulusan SMA dan SMK sebanyak 50%, lulusan DIII dan S1 sebanyak 19 % (BPS Kota Denpasar, 2015). Penggangguran terjadi disebabkan oleh sulitnya mendapatkan pekerjaan di tengah persaingan yang ketat. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010–2014 (Depdiknas, 2010:104) menetapkan bahwa lulusan SMK lebih diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan dunia kerja serta dunia usaha dan industri. Pada kenyataannya implementasi rencana strategis Depdiknas ini belum sepenuhnya dimengerti oleh pelaksana dilapangan. Proses pembelajaran kewirausahaan di sekolah belum diikuti dengan penerapan pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan yang riil (Nursito et al., 2013). Tidak optimalnya proses
pembelajaran kewirausahaan, akhirnya membuat lulusan SMK tidak mempunyai semangat berwirausaha dan justru lebih menyukai menjadi pegawai atau buruh (Tony, 2008). Sebagai upaya untuk mengatasi masalah rendahnya intensi berwirausaha, diperlukan penelitian untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar.
Dalam dua dekade terakhir telah tumbuh kesadaran akan pentingnya kewirausahaan dan penciptaan usaha baru, semenjak inovasi dan perusahaan dianggap sebagai penentu penting dari pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran (Harding & Bosma, 2006). McClelland (1961) dalam penelitian Silvia (2014) bahwa negara yang maju adalah negara yang memiliki lebih dari 2% wirausahawan dari total penduduknya. Senada dengan Deputi V pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkop UKM terdahulu, Prakoso Budi Susetyo mengemukakan bahwa jumlah wirausahawan di Indonesia baru menyentuh 1,65% di bulan Maret kemarin, merujuk dari seputarukm.com (29/11/2014). Caecilia (2012) menyebutkan beberapa hal yang mengakibatkan siswa SMK tidak tertarik berwirausaha setelah lulus, karena tidak berani mengambil risiko, takut gagal, tidak percaya diri, tidak memiliki modal, kurang motivasi, serta tidak berkeinginan untuk berusaha mandiri. Faktor-faktor ini mengakibatkan para lulusan SMK berfikir bahwa berwirausaha merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan dan lebih senang untuk bekerja pada orang lain (Abhishek & Neharika, 2006).
Dioneo (2012) menyatakan intensi kewirausahaan diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan
suatu usaha. Intensi merupakan suatu kebulatan tekad untuk melakukan aktifitas tertentu atau menghasilkan suatu keadaan tertentu di masa depan, menurut Bandura (1977) dalam Joao et al. (2012). Intensi adalah motivasi seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu dan menjelaskan seberapa keras orang tersebut untuk bersedia mencoba dan seberapa banyak waktu dan upaya yang dilakukan untuk memunculkan suatu perilaku (Emnet & Chalchissa, 2013). Intensi adalah harapan-harapan, keinginan-keinginan, ambisi-ambisi, cita-cita, rencana-rencana atau sesuatu yang harus diperjuangkan seseorang dimasa depan. Intensi berkaitan dengan indikasi akan seberapa susah seseorang mencoba untuk memahami, seberapa besar usaha seseorang dalam merencanakan sesuatu, untuk melakukan suatu perilaku tertentu (Krithika & Venkatachalam, 2014). Intensi berwirausaha yaitu tendensi keinginan individu untuk melakukan tindakan wirausaha dengan menciptakan produk baru melalui peluang bisnis dan pengambilan risiko. Intensi berwirausaha diukur dengan skala entrepreneurial intention (Rasli, 2013) dengan indikator mengambil keputusan untuk menjadi wirausaha, memiliki rencana untuk membangun usaha dan berusaha untuk mewujudkan intensi berwirausaha.
Jose (2010) menyatakan bahwa intensi telah menjadi prediktor terbaik bagi perilaku berwirausaha seseorang. Maka dari itu, untuk menumbuhkan dan mendorong minat berwirausaha dalam masyarakat, kita harus mengetahui faktor faktor yang mengarahkan individu untuk menjadi seorang pengusaha, dimana dalam dekade ini para sarjana memiliki pemikiran terbatas mengenai kewirausahaan (Rina & Frida, 2012). Menurut penelitian Markman et al. (2002) dalam Diaz et al. (2009) institusi pendidikan memiliki peranan penting dalam
meningkatkan minat untuk berwirausaha karena dapat menyebarkan semangat kewirausahaan dengan sikap positif kepada peserta ajar, melalui pengembangan kompetensi dalam bidang kewiraushaan dan mendukung kegiatan akademik yang berkaitan dengan kewirausahaan.
Akhtar et al. (2011) menyatakan niat berwirausaha adalah kecenderungan seseorang untuk memulai sebuah bisnis baru. Hasil penelitian Diaz et al. (2009) mengemukakan, bahwa intensi berwirausaha dapat kita teliti melalui 3 variabel, antara lain adalah pengaruh norma subjektif menurut Ajzen (1991) dalam theory of planned behaviournya, menyebutkan norma subjektif adalah persepsi individu tentang perilaku tertentu, yang dipengaruhi oleh penilaian orang lain yang signifikan. Norma subjektif terdiri dari closer circle atau lingkaran terdekat, environment atau lingkungan, dan attributes of the successful entrepreneurs atau atribut wirausahawan yang sukses. Menurut Caecilia (2012) norma subyektif adalah persepsi individu tentang apakah orang lain akan mendukung atau tidak terwujudnya tindakan tersebut. Norma subyektif yaitu keyakinan individu untuk mematuhi arahan atau anjuran orang di sekitarnya untuk turut dalam melakukan aktifitas berwirausaha. Norma subjektif diukur dengan skala subjective norm (Hogg & Vaughan, 2005) dengan indikator keluarga, teman, dan panutan lainya / role model, suasana dan lingkungan sekitar individu bersosialisasi dan atribut pendukung seperti modal, relasi, pendidikan dan lain lain.
Variabel kedua adalah efikasi diri, diambil dari Chen et al. (1998) yang diadopsi dari Bandura (1989). Secara kontekstual, Bandura (1989) menyatakan efikasi diri sebagai keyakinan dalam kemampuan seseorang untuk memobilisasi
motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasional yang diberikan. Manda & Iskandarsyah (2012) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dengan kata lain kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya dari pada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan intensi seseorang. Efikasi diri yaitu kepercayaan (persepsi) individu mengenai kemampuan untuk membentuk suatu perilaku berwirausaha. Efikasi diri diukur dengan skala (Moiz, 2011), dengan indikator potensi diri, kesempatan yang dimiliki dan kemampuan mengatur dan melaksanakan tindakan.
Variabel sikap dapat mempengaruhi intensi berwirausaha dikalangan siswa SMKN di Denpasar. Sikap menuju kewirausahaan yang diambil dari penelitian Liao & Welsch (2004) dan didukung dengan penelitian Kolvereid & Isaksen (2006). Sikap dalam intensi berwirausaha juga dapat diartikan seberapa jauh seseorang berkomitmen dan mau berkorban menjadi wiraswasta dibandingkan dengan menjadi pegawai (Harifuddin, 2015). Teori ini memprediksi bahwa semakin besar sikap dan norma subjektif terhadap perilaku, dikombinasikan dengan pengendalian diri yang kuat, semakin besar niat akan ke melakukan perilaku tertentu. Dimana disini adalah perilaku atau sikap menuju wiraswasta. Menurut Tony (2008) sikap didefinisikan kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respon kepada obyek atau kelas obyek secara konsisten baik dalam rasa suka maupun tidak suka. Sedangkan menurut Samuel (2013) sikap merupakan afeksi atau perasaan terhadap sebuah rangsangan. Sikap berwirausaha
yaitu kecenderungan untuk bereaksi secara afektif dalam menanggapi risiko yang akan dihadapi dalam suatu bisnis. Sikap berwirausaha diukur dengan skala sikap berwirausaha (Liao & Welsch ,2004) dengan indikator kesiapan diri dengan persaingan, keteguhan hati menghadapi permasalahan dan cara mengatasi dan mengambil tindakan.
Penelitian yang akan dilakukan bertempat di lima SMKN di Denpasar, antara lain SMKN 1, SMKN 2, SMKN 3, SMKN 4 dan SMKN 5 Denpasar dengan jumlah siswa kelas 3 yang berbeda-beda. SMKN di Kota Denpasar memiliki visi menjadi sekolah berstandar mutu nasional dan internasional. Serta mengemban misi menyiapkan tenaga kerja berprilaku mandiri, terampil, cerdas, tangkas dan berbudi luhur dalam bidang teknologi dan industri.
SMKN di Denpasar sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja teknisi dan wirausahawan tingkat menengah, dituntut untuk menyiapkan lulusan siap kerja dan mampu berusaha mandiri dengan tingkat intensi berwirausaha yang tinggi. Berikut disajikan jumlah siswa kelas 3 SMKN di Denpasar
Tabel 1.
Jumlah Siswa Kelas 3 SMKN di Kota Denpasar Tahun 2015
SMKN di Kota Denpasar |
Alamat |
Jumlah Siswa (Orang) |
SMKN 1 |
Jl.Hos Cokroaminoto No. 84 Ubung, Denpasar Utara |
663 |
SMKN 2 |
Jl. Pendidikan 28 Sidakarya, Denpasar Selatan |
349 |
SMKN 3 |
Jl. Tirtanadi No. 19 Sanur, Sanur Kauh, Denpasar Selatan |
356 |
SMKN 4 |
Jl. Drupadi No. 5 Sumerta Denpasar, Denpasar Timur |
281 |
SMKN 5 |
Jl. Ratna No. 17, Sumerta Kauh, Denpasar Timur |
495 |
Total |
2.144 |
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda & Olahraga, Kota Denpasar 2015
Tabel 1. menjelaskan jumlah siswa kelas 3 SMKN di Kota Denpasar di dominasi oleh SMKN 1 dengan jumlah 663 siswa, sedangkan paling sedikit siswa SMKN 4 dengan jumlah 281 siswa. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu organisasi yang memerlukan pengelolaan terpadu, baik oleh guru sebagai pelaksana kegiatan maupun oleh kepala sekolah sebagai pengendali kegiatan dengan mempertimbangkan kesesuain konteks, input, proses dan produk dengan kebutuhan pasar dalam berwirausaha. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi intensi dan perilaku berwirausaha. Manda & Iskandarsyah (2012) menemukan bahwa sikap, norma subyektif dan efikasi diri secara simultan berpengaruh terhadap intensi dan perilaku berwirausaha. Tony (2008) menemukan bahwa niat mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk menjadi wirausaha secara simultan dipengaruhi sikap, norma subyektif dan kontrol keperilaku yang dirasakan. Caecilia (2012) dalam skala subjective norm membuktikan bahwa
intensi dan perilaku berwirausaha tidak hanya dipengaruhi oleh sikap, norma subyektif akan tetapi efikasi diri juga turut mempengaruhi perilaku berwirausaha.
Melalui rumusan masalah yang telah dijabarkan, didukung dengan karya ilmiah dan teori tujuan dari karya ilmiah ini yang hendak dicapai adalah: 1) Bagaimana pengaruh norma subjektif terhadap intensi berwirausaha Siswa SMKN di Denpasar? 2) Bagaimana pengaruh efikasi diri terhadap intensi berwirausaha Siswa SMKN di Denpasar? 3) Bagaimana pengaruh sikap terhadap intensi berwirausaha Siswa SMKN di Denpasar?
Melalui pemaparan rumusan masalah, tujuan karya ilmiah ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh norma subjektif terhadap intensi berwirausaha Siswa SMKN di Denpasar. 2) Untuk mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap intensi berwirausaha Siswa SMKN di Denpasar. 3) Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap intensi berwirausaha Siswa SMKN di Denpasar.
Kegunaan penelitian ini dapat memebrikan manfaat seperti : 1) Kegunaan teoritis penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang dapat berguna bagi dunia pendidikan dan untuk memperkuat teori-teori yang berhubungan tentang intensi kewirausahaan. 2) Kegunaan Praktis studi empirik ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya, serta memberikan masukan dalam perancangan kurikulum kewirausahaan dan membantu memberikan pandangan terhadap langkah-langkah praktis yang diperlukan oleh siswa SMKN dalam berwirausaha.
Ajzen (1991) dalam theory of planned behaviour, menyebutkan bahwa norma subjektif adalah persepsi individu tentang perilaku tertentu, yang
dipengaruhi oleh penilaian orang lain yang signifikan. Norma subjektif juga bisa didefinisikan sebagai persepsi individual atau opini dari orang sekitar tentang apa yang seharusnya individu itu lakukan (Finlay et al., 1999). Penelitian Diaz et al. (2009) menyebutkan bahwa norma subjektif sendiri terbentuk dari closer circle atau lingkaran terdekat seperti orang tua, sahabat, panutan,dan lain lain. Lalu environment atau lingkungan, dimana individu itu bersosial , dan attributes of the successful entrepreneurs adalah atribut wirausahawan yang sukses.
Efikasi diri menurut Bandura (1989), adalah keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil menjalankan perilaku yang diinginkan dengan mengerahkan kemampuan motivasional, kognitif dan tindakan yang diperlukan untuk mendapatkan suatu hasil (Alvarez & Rodrigues, 2011). Moiz (2011) juga menyatakan efikasi diri atau kepercayaan diri dalam domain tertentu didasarkan pada persepsi diri individu terhadap keterampilan dan kemampuan mereka. Nursito (2013) mendefinisikan efikasi diri sebagai penilaian diri terhadap kemampuan diri dalam mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan. Efikasi diri menurut Wardoyo (2012) merupakan kepercayaan seseorang tentang kesempatannya untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan sesuai target. Selain itu, penelitian Armitage & Conner (2011) menyatakan bahwa efikasi diri berkorelasi sangat kuat terhadap niat dan sikap seseorang.
Sikap menuju wirausahawan yang diambil dari penelitian Liao & Welsch (2004), mirip dengan yang digunakan oleh Kolvereid & Isaksen (2006). Teori
tersebut mengemukakan seberapa jauh seseorang berkomitmen dan mau
1722
berkorban menjadi wiraswasta dibandingkan dengan menjadi pegawai. Teori ini memprediksi bahwa semakin besar sikap dan norma subjektif terhadap perilaku, dikombinasikan dengan pengendalian diri yang kuat, semakin besar niat akan melakukan perilaku tertentu. Dimana disini adalah perilaku atau sikap berwirausaha. Bird (1988) juga mengemukakan bahwa norma subjektif dan efikasi diri serta sikap berkontribusi terhadap intensi berwirausaha.
Intensi telah dijelaskan oleh banyak peneliti. Menurut Ajzen (1991), intensi merupakan sebuah motivasi diri seseorang, kemauan untuk mengerahkan usaha, dan kemauan untuk berusaha keras yang akan tercermin dari perilaku. Rasli (2013) berkesimpulan bahwa niat berwirausaha adalah keadaan dimana dalam pikiran seseorang ada keinginan untuk menumbuhkan bisnis atau menciptakan usaha baru. Sama halnya dengan Nursito (2013) mendefinisikan intensi berwirausaha sebagai kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu, yaitu berwirausaha. Niat individu untuk memulai bisnis baru adalah fungsi dari sejauh mana mereka merasa bahwa hal itu adalah baik, layak dan diinginkan bagi mereka untuk melakukannya (Kundu & Rani, 2007). Kemungkinan akan lebih mudah untuk mengembangkan perusahaan dan meraih kesuksesan di masa depan lebih besar ketika mahasiswa memiliki orientasi untuk terjun dalam dunia kewirausahaan sejak muda (Fatoki, 2014).
Menurut Baron & Byrne (2003), norma subyektif adalah persepsi individu tentang apakah orang lain akan mendukung atau tidak terwujudnya tindakan
tersebut. Hogg & Vaughan (2005) memberikan penjelasan bahwa norma subyektif
1723
adalah produk dari persepsi individu tentang kepercayaan yang dimiliki orang lain. Feldman (1995) menjelaskan bahwa norma subyektif adalah persepsi tentang tekanan sosial dalam melaksanakan perilaku tertentu. Norma subjektif diukur dengan skala subjective norm (Ramayah & Harun, 2005) dengan indikator keyakinan peran keluarga dalam memulai usaha, keyakinan dukungan teman dalam usaha, keyakinan dukungan dari dosen, keyakinan dukungan dari pengusaha-pengusaha yang sukses, dan keyakinan dukungan dalam usaha dari orang yang dianggap penting. Sama halnya dengan hasil penelitian Diaz (2009) dimana norma subjektif terbentuk dari closer circle, environment , dan attributes . semua penelitian tersebut mengemukakan bahwa norma subjektif berpengaruh positif terhadap intensi berwirausaha. Norma subjektif secara simultan berpengaruh terhadap intensi berwirausaha (Andika & Madjid, 2012). Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
H1 : Norma subjektif secara signifikan mempengaruhi intensi berwirausaha Siswa SMKN di Denpasar.
Tingkat efikasi diri seorang lulusan sekolah bisnis memiliki kemungkinan lebih besar untuk memulai bisnis dan memiliki persepsi efikasi diri yang lebih tinggi (Fatoki, 2014). Dalam beberapa penelitian, efikasi diri memiliki pengaruh yang positif terhadap intensi kewirausahaan. Penelitian yang sejalan dengan hipotesis ini adalah Remeikiene (2013), Andriani (2013), dan Nursito ( 2013). Efikasi diri dapat diukur dengan skala (Gadaam, 2008) dengan indikator
kepercayaan diri akan kemampuan mengelola usaha, kepemimpinan sumber daya manusia, kematangan mental dalam usaha, dan merasa mampu memulai usaha. Muhar (2013) menemukan bahwa efikasi diri menjadi faktor yang secara positif dan signifikan memengaruhi intensi mahasiswa USU dan UNIMED. Maka hipotesis yang dapat ditarik adalah semakin tinggi kepercayaan diri seorang mahasiswa atas kemampuan dirinya untuk dapat berusaha, maka semakin besar keinginannya untuk berwirausaha. Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
H2 : Efikasi diri secara signifikan mempengaruhi intensi berwirausaha Siswa SMKN di Denpasar
Menurut Assael (2001) sikap didefinisikan kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan respon kepada objek atau kelas objek secara konsisten baik dalam rasa suka maupun tidak suka. Sedangkan menurut Mowen & Minor (2002) sikap merupakan afeksi atau perasaan terhadap sebuah rangsangan. Sikap berwirausaha yaitu kecenderungan untuk bereaksi secara afektif dalam menanggapi resiko yang akan dihadapi dalam suatu bisnis. Sikap berwirausaha diukur dengan skala sikap berwirausaha (Gadaam, 2008) dengan indikator tertarik dengan peluang usaha, berfikir kreatif dan inovatif, pandangan positif mengenai kegagalan usaha, memiliki jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab, dan suka menghadapi risiko juga tantangan. Diambil dari penelitian Liao & Welsch (2004), Teori tersebut mengemukakan seberapa jauh seseorang berkomitmen dan mau berkorban menjadi wiraswasta dibandingkan dengan menjadi pegawai. Teori ini memprediksi bahwa semakin besar sikap dan norma subjektif terhadap perilaku,
dikombinasikan dengan pengendalian diri yang kuat, semakin besar niat akan melakukan perilaku tertentu. Teori tersebut juga sama dengan yang digunakan oleh Kolvereid & Isaksen (2006). Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.
H3 : Sikap secara signifikan mempengaruhi intensi berwirausaha Siswa SMKN di Denpasar.
Gambar G.1 Desain Penelitian
METODE PENELITIAN
Karya ilmiah ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara satu sampai dua variabel atau lebih. Penelitian asosiatif merupakan penelitian dengan tingkatan tertinggi dibanding penelitian deskriptif dan komparatif. Melalui studi asosiatif dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala/fenomena hubungan antara variabel-variabel.
Karya ilmiah memfokuskan lokasi studi di 5 SMKN di Denpasar. Lokasi ini dipilih karena keterkaitan erat antara variabel yang diteliti dengan responden 1726
yang ada di SMKN di Denpasar. Pengembangan para wirausaha muda Bali, khususnya para siswa SMK dalam dunia kewirausahaan diharapkan mampu menjadi tolak ukur dari variabel-variabel yang ada untuk mengukur intensitas kewirausahaan di kalangan siswa SMKN di Denpasar.
Variabel Studi Penelitian ada 2, yaitu 1) Variabel bebas, yang digunakan yaitu: a) Variabel norma subjektif (X1), b) Variabel efikasi diri(X2), c) Variabel sikap(X3). 2) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah intensi kewirausahaan (Y).
Jenis data Data Kualitatif yang dipergunakan seperti teori-teori yang mendukung penelitian. Data Kuantitatif yang dipergunakan seperti adalah data tanggapan responden terhadap kuisioner yang diberikan, jumlah populasi dan sampel responden. Sumber data untuk mendukung makalah studi ini seperti sumber data primer dan sekunder. Data primer melalui data yang dikumpulkan dari tangan pertama, catatan dan dipergunakan langsung dari pendapat siswa SMKN di Denpasar, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya oleh peneliti, data ini didapatkan dengan observasi dan pemberian kuesioner. Data sekunder diperoleh dari tempat objek penelitan dalam bentuk jadi untuk pendukung karya ilmiah ini melalui sejarah, struktur organisasi, siswa SMKN di Denpasar.
Populasi merupakan kumpulan dari semua elemen yang memiliki sejumlah karakteristik umum, terdiri atas himpunan untuk tujuan penelitian pemasaran (Malhotra, 2008). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas 3 SMKN di Denpasar. Melalui teknik proporsional sampling, yaitu teknik penentuan atau pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan
unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian, dengan pertimbangan syarat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas 3 SMKN di Denpasar. Hal ini berlandaskan dengan asumsi bahwa siswa-siswi kelas 3 SMKN adalah siswa-siswi yang akan menyelesaikan studinya dan siap menjadi wirausahawan kelak setelah tamat.
Memperoleh hasil yang baik ukuran sampel responden yang diambil untuk mengisi kuesioner dapat ditentukan sedikit 5 – 10 kali jumlah indikator yang diteliti. Jumlah indikator yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 12 indikator sehingga banyak responden yang diambil sebagai sampel adalah sebanyak 10x12 = 120 responden. Jadi responden yang diambil sebanyak 120 orang dari jumlah siswa kelas 3 di seluruh SMKN di Kota Denpasar yang sudah dapat dikatakan cukup untuk membuktikan hasil penelitian ini. Dengan jumlah siswa kelas 3 dari SMK N 1 sebanyak 663 orang, SMK N 2 sebanyak 349 orang, SMK N 3 sebanyak 356 orang, SMK N 4 sebanyak 281 orang dan SMK N 5 sebanyak 495 orang, peneliti akan membagi jumlah siswa kelas 3 tiap SMKN dengan total siswa kelas 3 SMKN kota Denpasar dan dikalikan 120.
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur. Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert, dengan lima angka yang mewakili pendapat atau jawaban tersebut, yaitu (Sugiyono, 2014): 1) Jawaban SS (sangat setuju) = 5, 2) Jawaban S (setuju) = 4, 3) Jawaban N (Netral ) = 3, 4) Jawaban TS (tidak setuju) = 2, 5) Jawaban STS (sangat tidak setuju) = 1.
Data yang diuji guna mengetahui pengaruh variabel norma subjektif, efikasi diri, dan sikap terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar. Analisis ini juga dapat menduga arah dari hubungan tersebut dengan program computer Statitical Pacage of Social Science (SPSS) versi 15.0 for Windows.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan model regresi memenuhi asumsi normalitas atau tidak. Uji ini sebagai pedoman untuk mengetahui satu model yang bebas multikol adalah mempunyai nilai VIF (Varian Inflatation Factor) tidak lebih dari 10 dan mempunyai angka tolerance tidak kurang dari 0,1. Uji heteroskedastisitas dalam perhitungan SPSS untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan cara melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik heteroskedastisitas dimana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah distandardized. Uji regresi parsial (t-test) bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel norma subjektif (X1), efikasi diri (X2), sikap (X3)secara simultan terhadap variabel terikat intensi berwirausaha (Y) siswa SMKN di Denpasar. Uji regresi parsial (t-test) bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel bebas norma subjektif (X1), efikasi diri (X2), sikap (X3) secara parsial terhadap variabel terikat intensi kewirausahaan (Y) siswa SMKN di Denpasar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penilaian karakteristik responden dengan judul pengaruh norma subjektif, efikasi diri, dan sikap terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu: jenis kelamin, umur pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Berikut disajikan karakteristik responden penelitian dengan berbagai kriteria tersebut.
Tabel 2.
Karakteristik Responden
Karakteristik Responden |
Keterangan |
Jumlah |
Persentase % |
Jenis Kelamin |
Laki-laki |
62 |
51,7 |
Perempuan |
58 |
48,3 | |
Jumlah |
120 |
100 | |
Asal Sekolah |
SMKN 1 |
37 |
30,8 |
SMKN 2 |
19 |
15,8 | |
SMKN 3 |
20 |
16,7 | |
SMKN 4 |
16 |
13,3 | |
SMKN 5 |
28 |
23,3 | |
Jumlah |
120 |
100 |
Sumber: Data Primer, diolah (2015)
Tabel 2 dapat dilihat bahwa berdasarkan dari jenis kelamin jumlah siswa kelas 3 laki-laki sebanyak 62 orang atau 51,7 persen dan perempuan sebanyak 58 orang atau 48,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah responden lebih didominasi oleh pihak laki-laki, mengingat sekolah SMK lebih diminati oleh kaum laki-laki yang identik dengan kegiatan praktek. Melalui asal sekolah, jumlah responden terbanyak terdapat pada SMKN 1 Denpasar sebanyak 37 orang atau 30,8 persen sedangkan jumlah siswa yang paling sedikit pada SMKN 4 Denpasar yaitu sebanyak 16 orang atau 13,3 persen. Hal ini disebabkan SMKN 1 Denpasar sebagai sekolah unggulan melalui prestasinya sehingga
banyak siswa berminat bersekolah pada SMKN 1 Denpasar daripada SMKN lainnya yang berada di wilayah Denpasar.
Sebuah instrumen dikatakan valid jika memenuhi syarat r = 0,3”. Jadi kalau korelasi antara butir skor dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3.
Rangkuman Hasil Uji Validitas
Variabel |
Item Pernyataan |
Koefisien Korelasi |
Keterangan |
Norma subjektif (X1) |
X1.1 X1.2 |
0,784 0,686 |
Valid Valid |
X1.3 |
0,788 |
Valid | |
X2.1 |
0,783 |
Valid | |
Efikasi diri (X2) |
X2.2 |
0,760 |
Valid |
X2.3 |
0,717 |
Valid | |
Sikap (X3) |
X3.1 |
0,838 |
Valid |
X3.2 |
0,790 |
Valid | |
X3.3 |
0,822 |
Valid | |
Intensi berwirausaha (Y) |
Y1 Y2 |
0,835 0,772 |
Valid Valid |
Y3 |
0,852 |
Valid |
Sumber: Data Primer, diolah (2015)
Tabel 3 membukitan hasil masih-masing indikator variabel memiliki nilai person correlation lebih besar dari 0,30, maka ini berarti indikator/pertanyaan yang digunakan layak digunakan secara tepat.
Uji reabilitas mampu menunjukan sejauh mana instrument dapat dipercaya dengan ilai suatu instrumen dikatakan reliabel bila nilai Alpha Cronbach ≥ 0,6. Hasil uji reliabilitas disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4.
Hasil Uji Reliabilias
Variabel |
r alpha hitung |
Keterangan |
Norma subjektif (X1) |
0,610 |
Reliabel |
Efikasi diri (X2) |
0,698 |
Reliabel |
Sikap (X3) |
0,750 |
Reliabel |
Intense berwirausaha (Y) |
0,754 |
Reliabel |
Sumber: Data Primer, diolah (2015)
Tabel 4 membuktikan nilai Cronbach’s Alpha untuk masing-masing variabel > 0,6, ini berarti alat ukur tersebut akan memberikan hasil yang konsisten apabila alat ukur tesebut digunakan kembali untuk meneliti obyek yang sama. Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. dengan program Statitical Pacage of Social Science (SPSS) versi 16.0 for Windows ditulis persamaan regresi linear berganda sebagai berikut.
Y = 0,000 + 0,335 X1 + 0,360 X2 + 0,232 X3, Dengan implementasi penjelasan seperti ini : 1) Nilai konstanta sebesar 0,000 menunjukan bahwa bila norma subjektif (X1), efikasi diri (X2), dan sikap (X3) sama dengan nol, maka nilai intensi berwirausaha (Y) konstant sebesar 0,000 satuan. 2) Nilai koefisien β1 = 0,335 berarti menunjukkan bila norma subjektif (X1) bertambah 1 satuan, maka nilai dari intensi berwirausaha (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,335 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. 3) Nilai koefisien β2 = 0,360 berarti menunjukkan bila efikasi diri (X2) bertambah 1 satuan, maka nilai dari intensi berwirausaha (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,360 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. 4 ) Nilai koefisien β3 = 0,232 berarti
menunjukkan bila sikap (X3) bertambah 1 satuan, maka nilai dari intensi
berwirausaha (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,232 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.
F (F test) dengan hasil menunjukkan nilai F hitung sebesar 109,093 dengan signifikan F atau P value 0,000 yang lebih kecil dari α = 0,05, angka ini artinya model yang digunakan penelitian ini layak. Hasil ini memberikan makna bahwa ke tiga variabel independen mampu memprediksi atau menjelaskan fenomena intensi berwirausaha (Y) siswa kelas 3 SMKN di Denpasar. Nilai model summary besarnya Adjusted R2 adalah 0,738. Ini mengartikan variasi intensi berwirausaha dapat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel norma subjektif, efikasi diri, dan sikap sebesar 73,8 persen pada siswa kelas 3 SMKN di Denpasar sedangkan sisanya 26,2 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,621 artinya model regresi terdistribusi secara normal.
Tabel 5.
Uji Kolmogorov Sminirnov
Unstandardized Residual | |
N Normal Parameters(a,b) |
120 Mean .0010089 Std, Deviation .43155822 |
Most Extreme Differences |
Absolute .069 Positive .053 Negative -.069 |
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) |
.754 .621 |
Sumber: Data Primer, diolah (2015)
Pengujian untuk mendeteksi gejala multikolinieritas, satu model yang
bebas multikol adalah mempunyai nilai VIF (Varian Inflatation Factor) tidak
lebih dari 10 dan mempunyai angka tolerance tidak kurang dari 0,1. Nilai tolerance masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinearitas dan dapat digunakan dalam penelitian. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pengamatan ke pengamatan yang lain. Hasil membuktikan nilai signifikansi masing-masing variabel lebih besar dari 0,05 yang berarti variabel tersebut bebas heteroskedastisitas.
Uji Signifikansi Koefisien Regresi Secara Parsial pada hipotesis ini menyatakan bahwa norma subjektif berpengaruh terhadap intensi berwirausaha dengan nilai thitung= 3,663 lebih besar dari ttabel=1,658 maka H0 ditolak, ini berarti norma subjektif berpengaruh signifikan positif secara parsial terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di denpasar. Positif, erat, dan signifikan dalam arti kedua variabel antara norma subjektif dengan intensi berwirausaha saling berpengaruh besar/erat satu sama lain dengan didasarkan pada perhitungan olah data statistik yang signifikan.
Pengaruh efikas diri terhadap intensi berwirausaha pada hipotesis ini menyatakan bahwa efikasi diri berpengaruh terhadap intensi berwirausaha dengan nilai thitung= 3,915 lebih besar dari ttabel=1,658 maka H0 ditolak, ini berarti efikas diri berpengaruh signifikan positif secara parsial terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di denpasar. Positif, erat, dan signifikan dalam arti kedua variabel antara efikas diri dengan intensi berwirausaha saling berpengaruh besar/erat satu sama lain dengan didasarkan pada perhitungan olah data statistik yang signifikan.
Pengaruh sikap terhadap intensi berwirausaha pada hipotesis ini menyatakan bahwa sikap berpengaruh terhadap intensi berwirausaha dengan nilai thitung= 3,076 lebih besar dari ttabel=1,658 maka H0 ditolak, ini berarti sikap berpengaruh signifikan positif secara parsial terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di denpasar. Positif, erat, dan signifikan dalam arti kedua variabel antara sikap dengan intensi berwirausaha saling berpengaruh besar/erat satu sama lain dengan didasarkan pada perhitungan olah data statistik yang signifikan.
Diketahui melalui hasil analisis norma subjektif terhadap intensi berwirausaha berpengaruh signifikan positif. Hal ini mengandung arti bahwa norma subjektif memiliki keterkaitan dengan intensi berwirausaha siswa SMKN di denpasar. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Andika dan Madjid (2012) menyatakan bahwa norma subjektif memiliki pengaruh positif terhadap intensi berwirausaha dan memiliki kesamaan terhadap pernyataan Alvarez and Rodrigues (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa intensi berwirausaha dapat dipengaruhi oleh m norma subjektif. Pendapat ini juga dinyatakan oleh Andriani (2013) dalam penelitiannya menyatakan program intensi berwirausaha memiliki pengaruh positif terhadap norma subjektif.
Pengaruh efikasi diri terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar diketahui melalui hasil analisis efikasi diri terhadap intensi berwirausaha berpengaruh signifikan positif. Hal ini mengandung arti bahwa efikasi diri memiliki keterkaitan dengan intensi berwirausaha siswa SMKN di denpasar. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Jose (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa intensi berwirausaha dapat dipengaruhi oleh
efikasi diri, begitupun dengan Andika dan Madjid (2012) menyatakan bahwa efikasi diri memiliki pengaruh positif terhadap intensi berwirausaha. Harifuddin (2015) dalam penelitiannya menyatakan efikasi diri memiliki pengaruh positif terhadap intensi berwirausaha.
Diketahui melalui hasil analisis sikap terhadap intensi berwirausaha berpengaruh signifikan positif. Hal ini mengandung arti bahwa sikap memiliki keterkaitan dengan intensi berwirausaha siswa SMKN di denpasar. Hasil penelitian ini mendukung pernyataan Joao et al. (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa intensi berwirausaha dapat dipengaruhi oleh sikap seseorang yang ingin berwirausaha, begitupun dengan Andika dan Madjid (2012) membuktikan bahwa sikap memiliki pengaruh positif terhadap intensi berwirausaha. Harifuddin (2015) dalam penelitiannya menyatakan sikap attitude seseorang memiliki pengaruh positif terhadap intensi berwirausaha.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Norma subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar, 2) Efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar, 3) Sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha siswa SMKN di Denpasar.
Berdasarkan hasil analisis penelitian, hasil pembahasan, dan kesimpulan maka saran yang dapat diberikan, yaitu: 1) Bagi pihak orang tua, sebagai panutan
para siswa dirumah, alangkah baiknya pola pikir berwirausaha diterapkan dibenak orang tua masing-masing siswa sehingga membantu anaknya yang merupakan siswa SMK, terstimulasi dengan pola pikir orangtuanya yang berminat berwirausaha, supaya para siswapun memiliki kepercayaan diri untuk berwirausaha. 2) Bagi pihak sekolah harus memberikan motivasi kepada siswa SMKN dan menanamkan bakat serta menggali potensi mereka untuk menjadi seorang wirausaha sehingga menumbuhkan efikasi diri pada siswa yang nantinya memiliki kemampuan mengelola usaha dan kepemimpinan dalam memulai usaha. 3) Pihak sekolah diharapkan memberikan wawasan berwirausaha merupakan suatu pilihan masa yang akan datang dengan memberikan bimbingan wirausaha. Melatih kepercayaan diri dan menanamkam sikap keteguhan hati dalam menghadapi masalah yang diharapkan akan mengubah pendapat bahwa menjadi wirausaha akan dapat menjanjikan kehidupan yang lebih baik mendorong minat siswa SMKN di Denpasar berwirausaha.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior, Organizational Behavior And Human Decision Processes, 50, pp:179-211.
Akhtar Ali, Keith J. Topping & Riaz H. Tariq. 2011. Entrepreneurial Attitudes among Potential Entrepreneurs. International journal Pak. J. Commer. Soc. Sci. 5(1): h: 12-46
Alvarez, Nuria G & Rodrigues, Vanesa S. 2011. “Discovery of entrepreneurial opportunities: a gender perspective” Industrial Management & Data systems Vol. 111 No. 5, 2011 pp. 755-775
Andika M & Madjid I. 2012. Analisis Pengaruh Sikap, Norma Subyektif Dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha Pada Mahasiswafakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala.
Andriani, Ria. 2013. Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha, Skripsi Sarjana Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas pendidikan ekonomi dan bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Jurnal Pendidikan Vokasi. 3 (2): h: 127-136
Armitage, C. J., & Conner, M. 2001. Efficacy of the theory of planned behavior: A meta-analytic review. The British Journal of Social Psychology, 40(4), 471–499. doi:10.1348/014466601164939.
Assael, H. 2001. Consumer Behavior and Marketing Action. New York University: South Western College Publishing.
Bandura, Albert. 1977. Self Efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change, Psychological Review, 84(2), pp: 191-215.
Baron, R.A & Byrne, D., 2015. Social Psychology, Understanding Human Interactions. 12th Edition.
Bird, B. 1988. Implementing entrepreneurial ideas: the case for intention. Academy of Management Review, 13(3), 442–453. doi:10.2307/258091.
Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar. 2015. Bps.denpasarkota.go.id . Diakses pada 30/11/2014, 16.47 WITA
Caecilia Vemmy,S. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. 2 (1): h: 117-126 1738
Chen, J, Lee, L., Chua, B. L.,1998. Antecedents for entrepreneurial propensity and intention: Findings from Singapore, Taiwan, and Hong Kong (Working Paper). Singapore: National University of Singapore Entrepreneurship Centre.
Depdiknas Provinsi Bali, 2010, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Nomor 2 tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010-1014.
Díaz, M & Juan, J. 2009. Entrepreneurial intention: the role of gender, Journal of Int Entrep Manag J. 261-28
Dioneo-Adetayo. 2012. Factors Influencing Attitude of Youth Towards Entrepreneurship, International Journal of Adolescence and Youth, 13(2): h:127-145
Emnet Negasha & Chalchissa Amentie. 2013. An investigation of higher education student’s entrepreneurial intention in Ethiopian Universities: Technology and business fields in focus. Journal of Business Management and Accounts. 2(2): h: 30-35
Feldman, Robert S. 1995. Thinking Critically: A Psychoogy Student’s Guide. USA: McGraw-Hill, Inc.
Finlay, K.A, Trafimoy, David. Moroi,Eri. 1999. The Importance of Subjective Norms on Intentions to Perform Health Behaviors. Journal of Applied Social Psychology, 29(11), 2381-2393.
Harifuddin Thahir. 2015. Effect of Attitude and Subjective Norm on Business Interest of Agricultural Products in VUC Central Sulawesi. International Journal of Business and Management Invention. 4(2): h:1-8
Harding, R. & Bosma, N. 2006. Global Entrepreneurship Monitor 2006: Global Summary Results.
Hogg, M. A. & Vaughan, G. M.. 2003. Social Psychology. British: Prentice Hall Joao J. Ferreira, Mario L. Raposo, Ricardo Gouveia Rodrigues, Anabela Dinis and Arminda do Paco. 2012. A model of entrepreneurial intention An application of the psychological and behavioral approaches. Journal of Small Business and Enterprise Development. 19(3): h: 424-440
Jose Luis Martínez Campo. 2010. Analysis of the influence of self-efficacy on entrepreneurial intentions Análisis de la influencia de la auto-confianza en las intenciones emprendedoras. International Journal Julio - Diciembre de. 9(2): h:14-21
Krithika & B.Venkatachalam, 2014. A Study on Impact Of Subjective Norms On Entrepreneurial Intention Among The Business Students In Bangalore. Journal of Business and Management. 16(5): h: 48-50
Kolvereid, L. & Isaksen, E. 2006. New business start-up and subsequent entry into self-employment. Journal of Business Venturing, 21(6), 866–885. doi:10.1016/j.jbusvent.2005.06.008.
Kundu, S.C. & Rani, S. 2007. “Human resources’ self-esteem across gender and categories: a study”. Industrial Management & Data Systems, Vol. 107 No. 9, pp. 1366-90.
Liao, J., & Welsch, H. 2004. Entrepreneurial intensity. In W. B. Gartner, K. G. Shaver, N. M. Carter, & P. D. Reynolds (Eds.). Handbook of entrepreneurial dynamics. Thousand Oaks, CA: Sage
Malhotra Naresh K. 2008 Marketing Research an Apllied Orientation. Second Edition. New Jersey: Prentice Hall Internasional, Inc
Moiz, Mohammed & M.P. Aparna. 2011. Entrepreneurial Intentions of MBA Students – A Study in Hyderabad, Vol.1, No.4, pp. 20-37.
Mowen, John C. & Michael Minor, 2010. Perilaku Konsumen, jilid 1, Terjemahan, Jakarta: Erlangga.
Nursito, Sarwono & Arif J.S.N. 2013. Analisis Pengaruh Interaksi Pengetahuan Kewirausahaan Dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Kewirausahaan, Kiat bisnis .5(2), h: 148-158.
Ramayah, T., & Harun, Z. 2005. Entrepreneurial Intention Among the Studen of Universiti Sains Malaysia (USM). International Journalof Management and Entrepreneurship, Vol. 1 pp. 8-20.
Rasli, Amran M. Khan, Rhehman. Malekifar. 2013. Factors Affecting Entrepreneurial Intention Among Graduate Students of Universiti Teknologi Malaysia, International Journal of Business and Social Science, 4(2), pp: 182-188.
Retno Budi Lestari & Trisnadi Wijaya, 2012. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI. Jurnal Ilmiah Bisnis dan Kewirausahaan. 1 (2): h: 112-119
Rina Wahyuni Daulay & Frida Ramadini, 2012. Pengaruh Efikasi Diri, Kesiapan instrumentasi, dan Kebutuhan akan Prestasi terhadap Minat Mahasiswa Berwirausaha (Studi Kasus Mahasiswa FISIP USU). Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan. 4 (1): h: 1-8
Samuel Toyin Akanbi, 2013. Familial factors, personality traits and self efficacy AS determinants of entrepreneurial intention among vocational based college of education students in Oyo State, Nigeria. International Journal of The African Symposium. 13(2): h: 66-76
Silvia Falcifera Oktadiani. 2014. persepsi siswa mengenai pelajaran ekonomi sebagai mata pelajaran lintas minat di kelas X MIPA 5 dan 6 SMA Negeri 1 Pontianak. Artikel penelitian program studi Ekonomi Universitas Tanjungpura Pontianak.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
1741
Discussion and feedback