PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (PERSERO) AREA BALI SELATAN
on
E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 4, No. 4, 2015: 960-975
ISSN : 2302-8912
PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN
STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (PERSERO) AREA BALI
SELATAN
A.A Sagung Diah Putri Utami1 I Wayan Suana2
-
1Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia e-mail: [email protected]/telp:+62 81 23 82 37 454
-
2Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia
ABSTRAK
Organisasi harus memahami apa yang menjadi penyebab kepuasan dan ketidakpuasan karyawannya. Setiap organisasi memiliki pemimpin untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen.”Gaya kepemimpinan”dalam suatu organisasi”merupakan”salah satu”faktor yang menentukan”berhasil tidaknya suatu”organisasi”tersebut. Selain itu, faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja juga dapat disebabkan oleh stres kerja.”Penelitian ini bertujuan”untuk mengetahui”adanya”pengaruh kepemimpinan transaksional dan stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan secara parsial pada PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan. Berdasarkan kriteria-kriteria dalam teknik sampel jenuh maka diperoleh sampel sebanyak 139 karyawan. Hasil analisis data berdasarkan uji regresi linear berganda menemukan bahwa secara parsial kepemimpinan transaksional berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan dan stres kerja berpengaruh negatif terhadap”kepuasan kerja karyawan.”
Kata Kunci: Kepemimpinan Transaksional, Stres Kerja”Kepuasan Kerja Karyawan.”
ABSTRACT
Organizations must understand what the cause of satisfaction and dissatisfaction of employees. Every organization has a leader to carry out management functions. Style of leadership in an organization”is one of”the factors that determine the”success of an”organization.”In addition, factors affecting job satisfaction can also be caused by job stress. This study aims to investigate the influence of transactional leadership and work stress on employee job satisfaction partially on the PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan. Based on the criteria in the saturated sample technique then obtained a sample of 139 employees. The results of data analysis based on multiple linear regression test found that transactional leadership partially positive effect on employee job satisfaction and”job”stress”negatively affect employee job satisfaction.
Keywords: Transactional Leadership, Job Stress,”Job Satisfaction.”
PENDAHULUAN
Organisasi dalam menjalankan aktivitasnya membutuhkan”sumber”daya manusia untuk”mencapai”tujuan organisasi”tersebut. Sumber daya manusia merupakan harta atau aset yang paling berharga karena keberhasilan organisasi sangat di tentukan oleh manusia (Ardana dkk. 2009:3). Organisasi harus memahami apa yang menjadi penyebab kepuasan dan ketidakpuasan karyawannya. Teori kepuasan kerja yang dikemukakan oleh Herzberg dalam (Furnham et al.2009) yaitu Two Factor Theory menyatakan kepuasan dan ketidakpuasan”dalam pekerjaan bukanlah”dua hal yang saling berlawanan tetapi dua unsur yang terpisah disebabkan oleh aspek yang berbeda dari pekerjaan.
Kepuasan kerja karyawan”merupakan salah satu dari sekian banyak aspek”yang perlu diperhatikan dalam usaha”meningkatkan kemampuan”sumber daya manusia suatu organisasi. Karena dengan”kepuasan kerja yang dirasakan maka seorang karyawan”mampu bekerja secara optimal”(Dhania, 2010). Bagi suatu organisasi salah satu faktor kunci untuk bersaing adalah karyawan puas dengan pekerjaan dan para pemimpin memiliki hubungan yang baik dengan bawahan serta sebagai hasilnya karyawan perintis dan inovatif yang membantu untuk tumbuh dan berkembangnya bisnis (Bushra et al. 2011).”Pada tingkatan”kepuasan kerja yang tinggi seseorang”memiliki perasaan-perasaan”positif tentang pekerjaan tersebut, sementara seseorang yang tidak puas memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang pekerjaan tersebut Robbins dan Judge (2009:99).
Berhasil tidaknya suatu organisasi ditentukan oleh gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi tersebut. Menurut Voon et al. (2012) kepemimpinan sebagai suatu proses interaksi yang terjadi antara pemimpin dan pekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan manajemen. Salah satu jenis gaya kepemimpinan adalah kepemimpinan transaksional. Pemimpin transaksional menginspirasi pengikutnya dengan berkonsentrasi pada nilai-nilai pengikut dan membantu pengikut menyelaraskan dengan nilai-nilai organisasi yang mengakomodasi kepentingan pengikut dengan memberikan kontingen insentif, kehormatan dan janji bagi pengikut yang berhasil (Paracha et al. 2012). Northouse dalam (Amin et al. 2013) menyatakan teori pertukaran yaitu dimana pemimpin dan bawahan menentukan tujuan dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara pertukaran penghargaan dan penggunaan paksaan untuk memperoleh kepatuhan bawahan dan upaya untuk mencapai kinerja organisasi. Kepemimpinan transaksional berpusat pada leader follower pertukaran dimana pengikut melakukan sesuai dengan kehendak dan arahan para pemimpin dan pemimpin positif menghargai upaya serta sebagai dasar adalah reward yang dapat menjadi negatif seperti tindakan hukuman, jika pengikut gagal mematuhi atau dapat menjadi positif seperti pujian dan pengakuan, jika bawahan sesuai dengan maksud dan arah yang diinginkan oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan yang diberikan (Riaz dan Mubarak,2010). Kepemimpinan transaksional memberikan kepuasan yang tinggi, identifikasi organisasi, dan juga dikenal sebagai kepemimpinan manajerial yang berfokus pada peran pengawasan dan organisasi, dimana pemimpin mendorong kepatuhan pengikutnya melalui imbalan dan
hukuman (James dan Ifeanyi, 2013). Menurut Yulk (2010:306) terdapat dua jenis perilaku kepemimpinan transaksional yaitu berhubungan dengan penghargaan dan manajemen pasif dengan pengecualian yang dibutuhkan untuk mendapatkan penghargaan dan penggunaan insentif.
Stres kerja adalah sesuatu mengenai lingkungan kerja atau sifat pekerjaan itu sendiri yang menyebabkan stres yang dirasakan oleh individu (Bokti dan Mansor, 2009). Stres didefinisikan sebagai”suatu situasi dimana akan memaksa seseorang untuk melakukan penyimpangan dari fungsi normal”dikarenakan perubahan yang mengganggu atau meningkatkan kondisi fisiologis dan psikologis, sehingga seseorang tersebut dipaksa untuk menyimpang darifungsi normal (Rehman, et al., 2012). Tantangan-tantangan dalam pekerjaan tidak ada jika seseorang tidak memiliki tingkat stres, sedangkan meningkatnya stres pada”kepuasan kerja yang cenderung”naik, hal tersebut dikarenakan stres membantu karyawan untuk mengarahkan segala sumber daya dalam memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan dan mendorong para karyawan memberikan tanggapan”terhadap”tantangan-tantangan pekerjaan (Handoko, 2012:202). Teori ketidaksesuaian menurut Wibowo (2011:503) adalah mengukur tingkatan kepuasan kerja dimana hasil pekerjan diterima individu seperti diharapkan. Stres yang terlalu tinggi menyebabkan kepuasan kerja”mulai menurun”karena stres mengganggu”pelaksanaannpekerjaan”yang dapat membuat karyawanntidakkmampuumengambil keputusan dan perilaku menjadi tidak teratur (Umar, 2012:265).
Menurut Mansoor et al. (2011) secara umum stres kerja telah dilihat sebagai pendahulu dari kepuasan kerja, dan sebagai faktor organisasi seperti beban kerja dan kondisi kerja serta kurangnya kepuasan bisa menjadi sumber stres, sementara kepuasan yang tinggi dapat meringankan efek stres itu berarti bahwa kedua pekerjaan stres dan kepuasan kerja saling terkait. Faktor yang mempengaruhi munculnya stres kerja menurut (Shahriari et al. 2013), yaitu faktor lingkungan kerja yang berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan dan faktor personal berupa tipe kepribadian, peristiwa atau pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri. Kemampuan karyawan untuk mengontrol dan mengelola stres pekerjaan akan mengarah untuk memiliki kepuasan kerja yang lebih tinggi (Weerasinghe dan Batagoda, 2012). Menurut Kouloubandi et al. (2012) stres tidak hanya berada di lingkungan, atau dalam individu, melainkan juga dari interaksi antara individu dan lingkungan serta sebagai hasilnya persepsi individu dari sumber suatu peristiwa yang menyebabkan respon negatif tetapi peristiwa itu dievaluasi atau dinilai oleh individu.
Mamesah et al. (2009) menyatakan pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja karyawan yaitu dimana imbalan yang dikejar oleh dua belah pihak lebih bersifat ekonomi telah tercapai dengan baik dipenuhi oleh pemimpin dan sebagai balasannya pemimpin memperoleh imbalan berupa performa bawahan yang tinggi. Paracha et al. (2012) menyatakan terjadi titik temu antara balas jasa kerja karyawan dari organisasi
dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan karyawan maka pengaruh
gaya kepemimpinan transaksional positif signifikan dengan kepuasan kerja. Suyuthi dkk. (2011) menyatakan bahwa semakin baik kepemimpinan transaksional yang diterapkan oleh pimpinan, semakin tinggi besaran kepuasan kerja karyawan, maka dapat dikatakan pola hubungan kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan.
H1 : Gaya Kepemimpinan Transaksional berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan.
Menurut Faqihudin dan Gunistiyo (2010) ketegangan yang terkait dengan pekerjaan berpengaruh negatif signifikan karena akibat dampak stress yang tinggi secara umum cenderung dapat mengurangi kepuasan kerja. Bemana (2013) menyatakan bahwa tingkat stres yang rendah akan berpengaruh nyata pada tercapainya kepuasan kerja karyawan yang tinggi, maka dapat dikatakan stres kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Menurut Dar et al. (2011) stres kerja positif signifikan menunjukkan bagaimana pekerjaan dapat bermanfaat bagi kepuasan kerja dan mempromosikan tugas yang menarik dan menantang, tanggung jawab, kesempatan untuk berprestasi dengan individu, pengakuan atas prestasi tersebut, dan lingkup untuk kemajuan individu dan pertumbuhan.
H2 : Stres Kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja PT.
PLN (Persero) Area Bali Selatan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu sebagai berikut.
-
1) Apakah kepemimpinan transaksional berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan ?
-
2) Apakah stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan ?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini di lakukan di PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan. Objek dari penelitian ini adalah kepemimpinan transaksional, stres kerja dan kepuasan kerja karyawan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang berbentuk asosiatif. Teknik sampel jenuh sebagai teknik dalam penentuan sampel dengan 139 responden. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan kuesioner. Kuesioner disebarkan berupa pernyataan tertulis kepada responden mengenai kepemimpinan transaksional dan stres kerja”terhadap kepuasan kerja karyawan”pada PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan.”
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik dari 139 responden dalam penelitian ini dibedakan berdasarkian jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan dapat di lihat pada
Tabel 1.
Tabel 1.
Karakteristik Responden
Keterangan |
Jumlah (org) |
Persentasi (%) |
Jenis Kelamin | ||
Laki-laki |
100 |
71,94 |
Perempuan |
39 |
28,06 |
Jumlah |
139 |
100 |
Umur | ||
20-29 |
15 |
10,80 |
30-39 |
45 |
32,38 |
40-49 |
55 |
39,56 |
50-59 |
24 |
17,26 |
Jumlah |
139 |
100 |
Pendidikan | ||
SMA |
79 |
56,83 |
Diploma |
45 |
32,37 |
S1 |
15 |
10,79 |
Jumlah |
139 |
100 |
Sumber : Data di olah 2014
Kuesioner dikatakan valid jika setiap butir pernyataan mampu mengungkapkan susuatu yang akan di ukur.”Pengujian validitas tiap pernyataan digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir atau faktor dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.”Syarat suatu kuesioner yang memenuhi”validitas adalah jika korelasi antara butir dengan skor total tersebut positif dan nilainya”lebih besar dari 0,30. Hasil uji validitas”instrument akan di sajikan pada Tabel 2.
Tabel 2.
Hasil Uji Validitas
Variabel |
Item Pernyataan |
Korelasi Item Total |
Keterangan |
X1.1 |
0,816 |
Valid | |
KepemimpinanTransaksional(X1) |
X1.2 |
0,546 |
Valid |
X1.3 |
0,773 |
Valid | |
X1.4 |
0755 |
Valid | |
Stress Kerja(X2) |
X2.1 X2.2 |
0,885 |
Valid |
0,889 |
Valid |
X2.3 |
0,713 |
Valid | |
X2.4 |
0,808 |
Valid | |
X2.5 |
0,796 |
Valid | |
Y1.1 |
0,787 |
Valid | |
Y1.2 |
0,726 |
Valid | |
Y1.3 |
0,736 |
Valid | |
Kepuasan Kerja Karyawan(Y) |
Y1.4 |
0,720 |
Valid |
Y1.5 |
0,753 |
Valid | |
Y1.6 |
0,576 |
Valid |
Sumber : Data di olah 2014
Untuk pengujian reliabilitas pada setiap variabel dilakukan dengan membandingkan nilai Alpha Cronbach dengan r-tabel. Jika Alpha Cronbach lebih besar dari 0,60 maka variabel tersebut reliabel. Hasil reliabilitas instrument dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel
Cronbach’s Alpha
0,787
0,810
0,780
Keterangan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
KepemimpinanTransaksional(X1)
Stress Kerja(X2)
Kepuasan Kerja Karyawan (Y)
Sumber : Data di olah 2014
Hasil uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Sminarnov. Apabila koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka data tersebut dikatakan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat di lihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual | |
N |
139 |
Kolmogorov-Smirnov Z |
0,877 |
Asymp.Sig.(2-tailed) |
0,425 |
Sumber : Data di olah 2014
Adanya multikolinearitas dalam penelitian ini”dilihat dari nilai tolerance atau”variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 10% atau”VIF Kurang dari 10, maka tidak ada multikolinearitas”dalam penelitian ini. Uji multikolinearitas”akan di sajikan”pada Tabel”5.
Tabel 5.
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel |
Tolerance |
VIF |
KepemimpinanTransaksional (X1) |
0,959 |
1,042 |
Stress Kerja(X2) |
0,959 |
1,042 |
Sumber : Data di olah 2014
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dapat diketahui jika tidak ada satu pun”variabel bebas”yang berpengaruh signifikan terhadap nilai absolute residual”atau nilai”signifikansinya di atas”0,05 jadi variabel tersebut tidak mengandung gejala”heteroskedastisitas.”Uji heteroskedastisitas akan di sajikan pada Tabel 6.
Tabel 6.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model |
B |
Std. Error |
Beta |
T |
Sig. |
1 (Constant) |
5.012 |
1.244 |
4.030 |
.000 | |
Kepemimpinan transaksional |
-.201 |
.070 |
-.245 |
-2.889 |
.104 |
Stress Kerja |
.013 |
.034 |
.033 |
.394 |
.694 |
Sumber : Data di olah 2014
Untuk analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini diolah
menggunakan aplikasi SPSS versi 15.0 dan”hasil dapat dilihat”pada Tabel 7.
Tabel 7.
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 |
(Constant) |
17.820 |
1.992 |
8.944 |
.000 |
Kepemimpinan transaksional |
.495 |
.111 |
.353 4.446 |
.000 | |
Stress Kerja |
-.112 |
.054 |
-.165 -2.073 |
.040 |
R Square = 0,176
F Statistik = 14,485
Signifikansi = 0,000
Sumber : Data di olah 2014
Hasil statistik regresi linear berganda pada Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa t tabel untuk kepemimpinan transaksional sebesar 0,000< 0,05, dengan nilai beta 0,353, ini menunjukkan bahwa H1 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa kepemimpinan transaksional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Koefisien regresi β1 = 0,495, ini berarti semakin tinggi kepemimpinan transaksional maka semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawannya.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis pertama yaitu kepemimpinan transaksional berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT.PLN (Persero) Area Bali Selatan setelah sebelumnya diteliti oleh Paracha et al. (2012) menyatakan bahwa terjadi titik temu antara balas jasa kerja karyawan dari organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan karyawan, sehingga pengaruh gaya kepemimpinan transaksional positif signifikan dengan kepuasan kerja. Selain itu juga Suyuthi dkk. (2011) menyatakan”bahwa semakin baik kepemimpinan transaksional yang diterapkan oleh pimpinan, semakin tinggi besaran kepuasan kerja karyawan,”maka dapat dilihat pola hubungan kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan.
Pada Tabel 7 diketahui bahwa t tabel untuk variabel stres kerja sebesar 0,040 < 0,05, dengan nilai beta -0,165, ini menunjukkan bahwa H2 diterima maka dapat dikatakan bahwa stress kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan. Koefisien regresi β2 = -0,112, ini berarti bahwa semakin tinggi stres kerja maka semakin rendah kepuasan kerja karyawannya.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis kedua yaitu stres kerja berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT.PLN (Persero) Area Bali Selatan setelah sebelumnya diteliti oleh Faqihudin dan Gunistiyo (2010) yang menyatakan bahwa ketegangan yang terkait dengan pekerjaan berpengaruh negatif signifikan karena akibat dampak stress yang tinggi secara umum cenderung dapat mengurangi kepuasan kerja. Selain itu juga Bemana (2013) menyatakan”bahwa tingkat stres yang rendah akan berpengaruh nyata pada
tercapainya kepuasan kerja karyawan yanggtinggi, dan bagaimana karyawan tersebut dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dalam kondisi stres yang rendah sehingga organisasi dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka dapat dikatakan”stres kerja mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.”
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini kepemimpinan transaksional berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan. Nilai positif menjelaskan adanya pengaruh yang searah yaitu apabila kepemimpinan transaksional meningkat maka akan diikuti oleh meningkatnya kepuasan kerja karyawan. Sedangkan stres”kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja”karyawan pada PT. PLN”(Persero)”Area”Bali Selatan. Nilai negatif menjelaskan adanya pengaruh yang tidak searah yaitu apabila stres kerja meningkat maka kepuasan kerja karyawan menurun.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah: Pertama diharapkan untuk lebih meningkatkan kepuasan kerja karyawan sebaiknya dengan memberi bimbingan dan dukungan yang lebih besar oleh pemimpin. Kedua diharapkan untuk lebih meningkatkan kepemimpinan transaksional sebaiknya dilakukan dengan memberi kesempatan kepada karyawan untuk mengambil keputusan sendiri jika dalam
keadaan mendesak. Dan ketiga iharapkan untuk lebih mengurangi stres kerja
sebaiknya dilakukan dengan tidak memberi karyawan pekerjaan yang bersifat khusus.
REFERENSI
Amin, Muhammad., Saeeda Shah, dan Ijaz Ahmad Tatlah. 2013. Impact of Principals/Directors’ Leadership Styles on Job Satisfaction of the Faculty Members: Perceptions of the Faculty Members in a Public University of Punjab, Pakistan. Journal of Research and Reflections in Education.7 (2), pp : 97 -112.”
Ardana, Komang., Ni Wayan Mujiati., dan Anak Agung Ayu Sriathi. 2009. Perilaku Keorganisasian, Edisi 2. Denpasar : Graha Ilmu.”
Bemana, Simin. 2013. The Relationship among Job Stress on Job Satisfaction in Municipality Personnel in Iran. World Applied Sciences Journal.22 (2), pp : 233-238.”
Bokti, Nor Liyana Mohd and Mansor Abu Talib. 2009. A Preliminary Study on Occupational Stress and Job Satisfaction among Male Navy Personnel at a Naval Base in Lumut, Malaysia. Uluslararası Sosyal Ara_tırmalar Dergisi The Journal of International Social Research.2 (9), pp : 299-307.”
Bushra, Fatima., Ahmad Usman, and Asvir Naveed. 2011. Effect of Transformtional Leadership on Employees’ Job Satisfaction and Organizational Commitment in Banking Sector of Lahore (Pakistan). International Journal of Business and Social Science, 2(18), pp : 261-267.
Dar, Laiba., Anum Akmal., Muhammad Akram Naseem., and Kashif Ud Din Khan. 2011. Impact of Stress on Employees Job Performance in Business Sector of Pakistan.Global Journal of Management and Business Research. 11 (6), pp : 1-5.”
Dhania, Dini Rama. 2010. Pengaruh Stres Kerja dan Beban Kerja Terhadap Kepuasan Kerja (Studi Pada Medical Representatip Di Kota Kudus).Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus. 1 (1), pp : 16-23.”
Faqihudin, M., & M. S. Gunistiyo, 2012. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Intensi Meninggalkan Organisasi pada Bank-Bank Milik Negara Di Kota Tegal. Sosekhum, 5(7).”
Furnham, Adrian.,Eracleous Andreas., and Chamoro Thomas. 2009. Personality, Motivation, and Job Saticfaction: Herzberg meet the Big Five. Journal of Managerial Psychology, 24 (8), pp : 705-779.”
Handoko, T.Hani. 2012. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.”
James, A. Odumeru., and Ifeanyi George Ogbonna. 2013. Transformational vs. Transactional Leadership Theories: Evidence in Literature. International Review of Management and Business Research, 2, pp : 1-7.”
Kouloubandi, Abdollah.,Manouchehr Jofreh, andFatemeh Sadat Mahdavi. 2012. Analysis The Relationship Between Job Stress, Intrinsic Motivation and Employees Creativitu in Islamic Republic of Iran Railways Organization. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business.4 (8), pp : 40-53.”
Mamesah, M. M., & A. Kusmaningtyas. 2009. Pengaruh kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Terhadap Kepuasan Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik (JAMBSP), 5(3), pp: 349-368.”
Mansoor, Muhammad., Mohammad Ali, Sabtain Fida, Saima Nasir, Mohammad Ali Jinnah,and Zubair Ahmad. 2011. The Impact of Job Stress on Employee Job Satisfaction A Study on Telecomunication Sector of Pakistan. Journal of Business Studies Quartely.2 (3), pp : 50-56.”
Paracha, M. Umer., Adnan Qamar, Anam Mirza, Inam ul-Hassan, and Hamid Waqas. 2012. Impact of Leadership Style (Transformational & Transactional Leadership) On Employee Performance & Mediating Role of Job Satisfaction” Study of Private School (Educator) In Pakistan.Global Journal of Management and Business Research, 12, pp : 1-11.”
Rehman, Muttie ur., Rabbia Irum, Namra Tahir, Zara Ijaz,Uzma Noor, Ume Salma. 2012. The Impact of Job Stress on Employee Job Satisfaction: A Study on Private Colleges of Pakistan. Journal of Business Studies Quarterly.3 (3), pp : 50-56.”
Riaz, Adnan., and Mubarak Hussain Haider. 2010. Role of transformational and transactional leadership on job satisfaction and career satisfaction. BEH -Business and Economic Horizons, 1, pp : 29-38.”
Robbins, Stephen P., and Timothy A. Judge. 2009. Perilaku Organisasi Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.”
Shahriari, Jamshid Edalatian., Mehdi Meyvand, Pirhossein Koolivand, Jamshid
Maleki. 2013. Influential Factors On Job Stress And Its Effect On The
Employee’s Performance Among Bank Sepah Branches In Tehran. Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences ISSN.3 (3), pp : 446-451.
Suyuthi, Nurmadhani Fitri., H. Djabir Hamzah, Otto R. Payangan.2011.Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Terhadap Kinerja Melalui Kepuasan Kerja Karyawan PT. Telkom Divre VII Makassar.Jurnal Manajemen.”
Umar, Husein. 2012. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Voon, M.L., M.C Lo K.S Ngui, and N.B. Ayob. 2012 The influence of leadership styles on employees’ job satisfaction in public sector organizations in Malaysia. International Journal of Business, Management and Social Sciences, 2 (1), pp : 24-32.”
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta : Rajawali Pers.
975
Discussion and feedback