POLA KALIMAT TUNGGAL BAHASA WOLIO

La Yani

Jurusan Pendidikan dan Bahasa Seni FKIP Unhalu Jalan

Ponsel 085255884040

ABSTRACT

The background of the research that a language is the most important thing for human life. Wolio language is one language in Buton district who still survive until today. In fact, Wolio language has aspects, namely phonology, morphology, syntax, and semantics. Wolio language has been widely studied by researchers but no research in syntax more deeply. In particular, there is no detailed information about a single sentence, especially the study of the pattern. This fact motivates the writer to conduct research on syntactic patterns, especially in single sentence in Wolio language.

Methods used in data collection is the method of hearing. The techniques applied is tapping technique, recording techniques, and noting technique. Tapping technique is done by tapping the users of oral language speakers / informants both in good plan and simultaneously. Recording technique is performed on Wolio Language speakers in talking. Once the data is collected, the data is selected using introspection techniques and elicitation techniques. Noting technique is done to help recording technique.

From research output, it can be concluded that the pattern of a single sentence consisting of : SP, SPO, SPPel, SPK, SPOK, SPOPel, SPOPelK patterns.

Keywords: Syntax, Sentence, Sentence Patterns

ABSTRAK

Bahasa merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia. Bahasa Wolio merupakan salah satu bahasa di kabupaten buton yang masih hidup hingga sekarang ini. Dalam kenyataanya, Bahasa wolio memiliki aspek, yaitu aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Bahasa Wolio telah banyak diteliti oleh para peneliti namun dari hasil penelitian itu belum mengupas sintaksis Bahasa Wolio secara mendalam. Secara khusus, belum ada informasi secara lengkap tentang kalimat tunggal, terutama telaah polanya. Kenyataan ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang sintaksis terutama pada pola kalimat tunggal Bahasa Wolio.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak. Teknik yang diterapkan ialah teknik sadap, teknik rekam, dan teknik catat. Teknik sadap dilakukan dengan menyadap pengguna bahasa lisan penutur/informan baik berencana maupun serta merta. Teknik rekam dilakukan terhadap pembicaraan penutur Bahasa Wolio. Setelah data dikumpul, data diseleksi ddengan menggunakan teknik intropeksi dan teknik elisitasi. Teknik catat dilakukan untuk membantu teknik rekam. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pola kalimat tunggal terdiri dari; pola SP, SPO, SPPel, SPK, SPOK, SPOPel, SPOPelK.

Kata kunci: sintaksis, pola kalimat, kalimat.

PENDAHULUAN

Bahasa Wolio (BW) merupakan salah satu bahasa daerah yang memiliki wilayah pemakaian cukup luas. Masyarakat yang menggunakan bahasa Wolio sebagai bahasa

perhubungan yang penuturnya meliputi : Kota Bau-Bau (sebagian besar), Gu (sebagian kecil), Batauga (sebagian kecil), Mawasangka (sebagian kecil), wangi-wangi (sebagian), Kaledupa (sebagian), Tomia (sebagian), dan Binongko (sebagian) (Kasseng,ddk,1987:8). Selain di gunakan sebagai alat komunikasi utama dalam kehidupan sehari-hari bahasa Wolio juga digunakan dalam berbagai aktivitas, misalnya dalam upacara perkawinan, upacara adat, dan proses jual beli di pasar tradisional. Dengan demikian di daerah-daerah itu bahasa Wolio memiliki fungsi yang cukup penting. Mengingat fungsinya yang cukup penting itu, wajar bila bahasa Wolio perlu terus dibina dan dikembangkan dengan usaha pembinaan dimaksudkan agar masyarakat penuturnya BW dengan baik dan benar. Dengan melalui kegiatan pengembangan diharapkan BW mampu berfungsi sebagaimana mestinya dengan irama perkembangan masyarakat pemakainya.

Bahasa Wolio masih tetap memegang peranan dan mempunyai kedudukan yang penting dalam masyarakat penuturnya. Oleh karena itu, bahasa Wolio perlu mendapat perhatian, pemeliharaan, dan pembinaan terutama dalam usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia pada umumnya dan pengembangan teori linguistik pada khususnya. Pada penjelasan UUD 1945 pasal 36 dinyatakan bahwa bahasa-bahasa daerah yang masih dipakai sebagai alat penghubung yang hidup dan dibina oleh negara karena bahasa-bahasa itu bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup.

Sebagai unsur kebudayaan yang hidup dan mempunyai peranan khusus dalam kelompok etnis yang bersangkutan, bahasa daerah menjadi sumber utama penekanan kosakata bahasa Indonesia sebagai pengantar dan awal pembinaan, pemeliharaan dan perkembangan bahasa Wolio pada tingkat sekolah dasar sebagai mata pelajaran muatan local.

Dari uraian di atas, maka penelitian yang esensial dan sungguh-sungguh terhadap bahasa daerah di nusantara ini sangat besar manfaatnya. Para ahli yang berkecimpung dalam dunia kebahasaan yang berusaha meneliti bahasa daerah di nusantara ini akan membawa

manfaat termasuk di dalamnya bahasa-bahasa yang ada di Sulawesi Tenggara pada umumnya dan bentuk negasi bahasa Wolio pada khususnya yang menjadi kajian dalam penelitian ini.

Marsoedi (dalam Soedjito, 1980 : 2) mengemukakan bahwa “bahasa itu terus menerus berubah, maka gejala-gejala kebahasaan yang bersifat lisan yang sekarang ada apabila tidak didokumentasikan kita akan kehilangan jejak salah satu kebudayaan itu”.

Tulisan ini akan menjelaskan sekelumit tentang pola kalimat tunggal bahasa Wolio. Tulisan ini pula bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan mendetail tentang struktur kalimat tunggal bahasa Wolio.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan sifat, keadaan, dan gejala (fenomena) kebahasaan BW pada suatu waktu saat penelitian ini dilakukan (sinkronis). Analisis yang dilakukan diusahakan dapat menjelaskan dan memeriksa suatu gejala yang diteliti secara detail dan dapat mendeskripsikan apa yang terjadi dan menjelaskan mengapa hal itu terjadi

Metode yang digunakan dalam mengumpul data lapangan ialah metode simak. Teknik yang diterapkan ialah teknik sadap,teknik rekam,dan teknik catat. Teknik sadap dilakukan dengan cara menyadap penggunaan bahasa lisan penutur/informan, baik berencana maupun serta merta (Sudaryanto, 1992:33).

Data penelitian dianalisis berdasarkan pendekatan linguistik struktural dan pendekatan semantik. Pendekatan linguistik digunakan untuk mengkaji struktur kalimat tunggal bahasa Wolio, dan menentukan pola atau struktur kalimat tunggal bahasa Wolio. Oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode analisis fungsi unsur kalimat. Teknik yang digunakan adalah teknik analisis kriteria fungsi (Verhaar,1996:167).

PEMBAHASAN

Teori

Penulisan ini secara umum menggunakan teori yang dikemukakan oleh Moeliono, dkk (1993:268-284). Menurut Moelino ada beberapa jenis kalimat tunggal yaitu (1) kalimat tunggal berpredikat nomina, (2) kalimat tunggal berpredikat adjektiva, (3) kalimat tungggal berpredikat verbal yang dibagi lagi beberapa jenis yaitu, (a) kalimat tak transitif, (b) kalimat ekatransitif, (c) kalimat dwitransitif, (d) kalimat semitransitif, (4) kalimat tunggal yang berpredikat frase preposisional, (5) kalimat yang predikatnya frase lain.

Selain menggunakan teori yang dikemukakan oleh Moelino di atas penulisan ini juga teori yang dikemukakan oleh Verhar. Menurut Verhar (1997: 97-103) pola kalimat tunggal bahasa Indonesia dapat di bedakan atas delapan tipe.

Tipe-tipe pola kalimat tunggal yang dimaksud yaitu, SPOK, SPOPel, SPO, SPPel, SPK, SP (P:Verba), SP (P:Nomina), SP (P:Adjektiva).

Ciri-ciri Fungsi-fungsi Gramatikal

Fungsi-fungsi gramatikal sebuah kalimat adalah Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap, dan Keterangan. Menurut Verhar (1997: 36-70) subjek merupakan unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Subjek sebagai unsur pokok kalimat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: jawaban atas pertanyaan apa atau siapa; disertai kata itu; didahului kata bahwa; mempunyai keterangan pewatas yang; tidak didahului preposisi; berupa nomina atau frase nominal. Lebih lanjut Verhaar (1997) mengungkapkan bahwa Predikat adalah Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana, kata adalah atau ialah, dapat diingkarkan, dapat disertai kata-kata aspek dan modalitas. Berdasarkan unsur pengisinya, predikat dibedakan atas (a) predikat verba, (b) predikat frasa verbal, (c) predikat nomina, (d) predikat frasa nomina, (e) predikat adjektiva, (f) predikat frasa adjektiva, (g) predikat numeral, (h) predikat frasa numeral, (i) predikat frasa tidak berpreposisi, 6. predikat suatu kalimat mengungkapkan (1) pernyataan (berita), (2) perintah, (3) pertanyaan, (4) seruan.

Ciri Objek menurut Verhaar (1997) adalah fungsi gramatikal yang langsung di belakang predikat dan dapat menjadi subjek kalimat pasif, sedangkan pelengkap bersifat wajib hadir dalam konstruksi suatu kalimat. Ciri–ciri pelengkap adalah sebagai berikut.

  • (1)    Kategori katanya dapat nomina, verba, adjektiva.

  • (2)    Berada di belakang verba semitransitif atau dwitransitif dan dapat didahului oleh preposisi.

  • (3)    Kalimat aktif tidak dapat dijadikan bentuk pasif, pelengkap tidak dapat menjadi subjek.

  • (4)    Tidak dapat diganti dengan-nya kecuali jika didahului oleh preposisi selain di, ke, dari, akan.

Keterangan merupakan salah satu fungsi gramatikal yang membentuk kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang sesuatu. Ciri – ciri keterangan ialah (1) bukan unsur inti dan (2) tidak terikat posisi. Moeliono, dkk (1993: 263) membedakan keterangan menjadi sembilan jenis :

  • (1)    keterangan tempat, (2) keterangan alat, (3) keterangan waktu, (4) keterangan tujuan, (5) keterangan penyerta, (6) keterangan cara, (7) keterangan similatif, (8) keterangan penyebab, (9) keterangan kesalingan.

Pola Kalimat Tunggal Bahasa Wolio

Pola Subjek-Predikat

Struktur subjek predikat kalimat tunggal adalah susunan unsur pembentuk kalimat tunggal yang secara structural terdiri dari S dan P. dapat dilihat pada data (1) berikut.

  • (a)    Ingko sii // wutinai.

SP

Anda ini // keluarga.

  • (b)    Oeo sii // amainawa mpu.

SP

Hari ini // terang sekali.

  • (c)    Akaku humako // apekabhanti.

SP

Kakak saya // bersyair.

  • (d)    Bhembena // ruamba.

S            P

Kambingnya // dua ekor.

  • (e)    Ili ihamu // I bhanua.

S           P

Ilham // dirumah.

Unsur struktur kiri tersebut subjek dan sebelah kanan disebut predikat. Ada beberapa alasan kedua unsur itu sehingga disebut berstruktur S dan P. Alasan itu dapat dianalisis secara fungsional, yang diuji dengan ciri-ciri fungsi kedua unsur tersebut. Kalimat-kalimat tunggal di atas berstruktur SP dengan alasan berikut.

  • (a)    Merupakan satu kesatuan bentuk dan makna. Satu kesatuan bentuk dilihat dari struktur unsur linguistik SP yang tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Satu kesatuan makna dilihat dari kelogisan unsur SP secara gramatikal, yaitu subjeklah yang menjadi pokok kalimat dan predikatlah yang menerangkan subjek. (Depdikbud 1995:966).

  • (b)    Unsur S,P beciri fungsi subjek dan predikat. Ciri subjek dan predikat pada setiap kalimat di atas sebagai berikut.

Unsure S disebut subjek karena ciri-cirinya berikut.

  • (a)    Jawaban atas pertanyaan incema atau opea.

Kata tanya incema bermaksud menanyakan sekaligus menguji subjek kalimat sebagai orang. Dapat dilihat pada data (2) berikut.

  • (1)    Incema wutinai ? Ingko sii.

Siapa keluarga ? anda ini.

  • (2)    Incema I bhanua ? Ilihamu.

Siapa diruma ? Ilham.

  • (3)    Incema pokabhantina ? Akaku humaku.

Siapa yang bersyair ? kaka saya itu.

Kata tanya opea bermaksud menanyakan sekaligus menguji subjek kaliimat selain manusia. Dapat dilihat pada data (3) berikut.

  • (4)    Opea mainawa mpuu? Oeo sii.

Apa yang terang sekali ? Matahari ini.

  • (5)    Opea lima puluh mba ? Bhembena.

Apa yang lima puluh ekor ? Kamnbingnya.

Jawaban pertanyaan di atas merupakan subjek setiap kalimat.

  • (b)    Disertai kata sii/ahaumako

Kata sii berarti ini berfingsi sebagai kata penunjuk. Hal yang dirujuk ialah sesuatu yang dekat dengan orang yang menunjuk. Kata humako berarti itu dan merupakan kata penunjuk yang agak atau jauh dari orang yang menunjuk. Pada contoh data (1) di atas, ada kalimat yang diikuti kata sii dan humako. Kata sii terdapat pada kalimat (a) dan (b) di atas. Kata humako terdapat pada kalimat (c). kata-kata yang disertai kata sii dan humako disebut subjek kalimat.

  • (c)    Tidak didahului preposisi mina, nunca, i munca, i

Subjek kalimat bahasa Wolio tidak didahului presposisi mina dari’, nunca’ dalam, i nunca` di dalam`, dan i` pada`. Pada data (1) kalimat (a),(b),(c),(d), dan (e) tidak didahului salah satupun preposisi tersebut.

  • (d)    Berupa nomina atau frasa nominal/frasa fromina

Data (1) Kalimat (a),(b),(c),(d), dan (e) menggunakan subjek yang berjenis nomina dan nominal. Subjek kalimay (a) ingko sii berjenis frasa kata ganti. Subjek kalimat (b) oeo sii berjenis frasa nominal. Subjek kalimat (c) akaku humako berjenis frasa nominal. Subjek kalimat (d)bhembena dan kalimat (e)Ilihamu berjenis nomina.

Pada contoh lain dapat pula dikemukakan ciri-ciri subjek kalimat tunggal bahasa Wolio. Contoh ciri-ciri subjek lainya dapat dikemukakan sebagai berikut.

  • (e)    Subjek dapat berupa verba atau adjektiva

Contoh kalimat (data 4)

  • (1)    Pongano itu // amangadha.

V:SP

Berenang itu // asyik.

  • (2)    Kaka // indapo atanta abanara.

Adj:SP

Kuat // belum tentu benar.

  • (3)    Kangadha itu // indapo atantu atopeelu.

Adj:SP

  • (F) Subjek dapat didahului dhaanamo

Kata dhanaamo `bahwa’ berfungsi senegak kalimat dan berada di depan kalimat

Contohnya sebagai berikut. (data 5)

  • (1)    Dhanaamo ingkita sii // tapowutinai.

SP

Bahwa kita ini // bersaudara.

  • (2)    Dhanaamo kasana itu // atopeelu.

SP

Bahwa kesenangan itu dibutuhkan.

  • (3)    Dhanaano dunia // kiamat.

SP

Bahwa dunia akan // kiamat.

Unsur-unsur bagian struktur kalimat pada bagian kiri disebut predikat. Predikat merupakan unsure pokok yang menerangkan kedudukan subjek kalimat. Unsur-unsur itu berfungsi predikat sebab dapat menerangkan kedudukan subjek. Kedudukan subjek sesuai dengan jenis kalimat predikat. Keadaan subjek sesuai dengan profesi atau sebagai sebutan bagi dirinya apabila predikat kalimat berupa nomina termasuk pronomina. Keadaan subjek melakukan pekerjaan apabila predikat kalimat ber upa verba. Keadaan subjek memiliki sifat terentu apabila predikat kalimat berupa adjektiva. Keadaan subjek sedang berada pada suatu tempat apabila predikat kalimat berupa preposisi. Keadaan subjek memiliki suatu hal atau lebih apabila predikat kalimat berupa memerlukan.

Selain uraian di atas, unsur-unsur struktur bagian kiri disebut predikat sebab unsur-unsur itu mempunyai ciri prdikat. Ciri pedikat dapat diuraikan sebagai berikut.

  • (a)    Jawaban atas pertanyaan incema tuapa,apokia,saopea pia,i apai.

Dapat dilihat pada data (6) berikut.

  • (1)    Incema ingko sii? Wutinai.

Siapa anda ini? Keluarga.

  • (2)    Tuapa kadhangia oeo sii? Amainawa mpu.

Bagaimana kedaan hari ini? Terang sekali.

  • (3)    Apokia akaku humako? Apekabhanti.

Sedang mengapa kakak saya itu? Bersyair.

  • (4)    Pia amba bhembena? Ruamba.

Berapa kambingnya? Dua ekor.

  • (5)    I apai Ilihamu? I bhanua.

Dimana Ilham? Di rumah.

Jawaban setiap pertanyaan diatas disebut predikat kalimat tunggal

  • (b)    Dapat diingkarkan dengan kata inda dan mincuana. Dapat dilihat pada data (7) berikut.

  • (1)    Ingko sii // mincuana wutinai.

S          P

Anda ini // bukan keluarga.

  • (2)    Oeo sii // inda amainawa mpu.

SP

Hari ini // tidak terang sekali.

  • (3)    Akaku humako // inda apekabhanti.

SP

Kakak saya // tidak besyair.

  • (4)    Bhembena // mincuana ruamba.

SP

Kambingnya // bukan dua ekor.

  • (5)    Ilihamu // inda I bhanua.

SP

Ilham // tidak di rumah.

  • (c)    Dapat disertai kata-kata aspek dan modalitas

Predikat kalimat berjenis verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti padhamo,indapo,padhaaka,dan dangia tangasaana. Dapat dilihat pada kata (8) berikut.

  • (1)    Idha // padhamo akande.

S P

Ayah // sudah makan.

  • (2)    Ingkita // indapo tasambahea.

S P Kita // belum salat.

  • (3)    Camana Gu // padhaaka aumbamo.

S            P

Camat Gu // akan tiba.

  • (4)    Penembula // tangasaaana akobhake.

S            P

Tanaman // sedang berbuah.

  • (5)    Kayani //dhangia pebhaho.

S P

Kayani // sedang mandi.

Apabila kalimat tunggal yang bersubyek jenis nomina bernyawa, maka predikatnya disertai modalitas (kata-kata yang menyatakan sikap pembicara/subyek) seperti peelu, padhaako.Dapat dilihat pada data (9) berikut.

  • (1)    Puaku // apeelu tiwadha.

S P

Neneku //ingin nangka.

  • (2)    Sabhangkaku // opeelu akande paratukala.

S             P

Temanku // ingin makan labu.

  • (3)    Oeo sii // padhaaka amainawa mpu.

S P

Hari ini // terang sekali.

  • (4)    Akaku humako // padhaako apekabhantimo.

S           P

Kakak saya itu // segera bersyair.

  • (5)    Bhembena // apeelu akande.

Kambingnya // ingin makan.

Pola Subjek Predikat Objek

Kalimat tunggal bahasa wolio mengenal struktur SPO. Dapat dilihat pada data (10) berikut:

  • (a)    Kariimu // apeelo // kapetambo.

S P O

Karim // mencari // umpan.

  • (b)    Usumani // aseli // kobura.

S P O

Usman // menggali // kuburan.

  • (c)    Mbuta // arako // bhokoti.

S P O

Kucing // menagkap // tikus.

  • (d)    Ingkita // tapadhangia // kande-kandea.

Kita // mengadakan // acara halalbihalal.

  • (e)    Incia // ahela // rabuta.

S P O

Dia // menghela // tali.

Kalimat-kalimat tunggal di atas berstruktur SPO. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

  • (a)    Merupakan satu kesatuan bentuk dan makna. Satu kesatuan bentuk dilihat dari struktur unsur-unsur linguistik SPO yang tidak bisa berdiri sendiri –sendiri. Satu kesatuan makna dilihat dari kelogisan unsur SPO secara gramatikal, yaitu sebjeklah yang melakukan pekerjaan seperti yan dinyatakan predikat untuk mencapai objek/sasaran pekerjaan subjek.

  • (b)    Unsur S, P, dan O berciri fungsi subjek, predikat, dan objek. Ciri subjek dan predikat pada kalimat SPO tidak dijelaskan sebab sama dengan ciri fungsi subjek dan predikat pada kalimat struktur SPO.

  • (c)    Unsur kapetambo, koburu, bhokoti, kande-kandea, dan rabuta merupakan O karena mempunyai ciri fungsi objek berikut.

  • (1)    Menerangkan sasaran pekerjaan S yang dinyatakan dalam predikat setiap kalimat.

  • (2)    Unsur objek dapat diperlawankan dengan subjek. Oleh karena itu, O dalam kalimat aktif transitif dapat dijadikan S dalam kalimat pasif.

  • (3)    Langsung berada dibelakang predikat setipa kalimat ; apeelo, aseli, arako, tapadhangia,

dan ahela.

  • (4)    Tidak didahului preposisi mina, nunca, i nunca, dan i.

  • 4.1.3 Pola Subjek Predikat Pelengkap

Kalimat tunggal bahasa Wolio mengenal struktur SPPel. Dapat dilihat pada data (11) berikut.

  • (a)    Huse // ahamba // amana.

S P Pel

Husen // membantu // ayahnya.

  • (b)    Aabhidi // aembali // polisi.

S P Pel

Abidin // menjadi // polisi.

  • (c)    Muumini // amagasiaka // gambusu.

S P          Pel

Mukmin // bermain // gambus.

  • (d)    Kadiri // pongano // i tawo.

S          P Pel

Kadir // berenang // di laut.

  • (e)    La Ali // andawutia // kapaea.

S          P Pel

La Ali // kejatuhan // pepeya.

Kalimat-kalimat diatas berstruktur SPPel. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

  • (a)    Merupakan satu kesatuan bentuk dan makna. Satu kesatuan bentuk dilihat dari struktur unsur-unsur linguistik SPPel yang tidak bisa berdiri sendiri sendiri-sendiri. Satu kesatuan makna dilihat dari kelogisan unsur SPPel secara gramatikal, yaitu subjeklah yang melakukan pekerjaan pada kalimat aktif (a), (b), (c), dan (d) atau yang menderita pada kalimat pasif (e) seperti yang dinyatakan predikat. Pelengkaplah yang melengkapi pekerjaan S atau yang menjadi sebab penderitaan S kalimat (e).

  • (b)    Unsur S, P, Pel berciri fungsi, predikat, dan pelengkap. Ciri subjek dan predikat pada kalimat SPPel tidak dijelaskan sebab sama dengan ciri fungsi subjek dan predikat pada kalimat struktur SP dan SPO.

  • (c)    Unsur amana, polisi, gambusu, ini, kapaea, merupakan Pel karena mempunyai ciri fungsi pelengkap berikut.

  • (1)    Menerangkan pelengkap pekerjaan S yang dinyatakan dalam predikat setiap kalimat.

  • (2)    Unsur pelengkap tidak dapat diperlawankan dengan subjek. Oleh karena itu,Pel dalam kalimat aktif transitif dan kalimat. Dengan kata lain, kalimat SPPel tidak dapat dipastikan atau diaktifkan bentuknya kalimat aktf atau pasif.

  • (3)    Langsung berada di belakang predikat setiap kalimat ; mboo, aembali, amagasiaka, apebhahoaka, dan andawutia.

  • (4)    Tidak didahului preposisi mina, nunca, i nunca dan i.

Pola Subjek Predikat Keterangan

Kalimat tunggal bahasa Wolio mengenal struktur SPK. Dapat dilihat pada data (12) berikut.

  • (a)    Wa Rama // alingka // i jamba.

S P KT

Wa Rama pergi ke jamban.

  • (b)    La Syukur // alate // di Baadia.

S P KT

La Syukur // tinggal // di Baadia.

  • (c)    Hasani // arope // i tawo.

S P KT

Hasan // menuju // laut.

  • (d)    Haasimu // akole // mboo sampalu.

S P       KC

Hasim // tidur // seperti bentuk asam.

  • (e)    Raasyidi // aumba // i awi.

S P KW

Rasyid // tiba // kemarin.

Kalimat-kalimat diatas berstruktur SPK. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

  • (a)    Merupakan pula satu kesatuan bentuk dan makna. Satu kesatuan dilihat dari bentuk struktur unsur-unsur linguistik SPK yang tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Satu kesatuan makna dilihat dari kelogisan unsur SPK secara gramaatikal, yaitu subjeklah yang melakukan pekerjaan pada setiap kalimat aktif. Keteranganlah yang memberikan informasi yang dinyatakan dalam kalimat seperti, tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan.

  • (b)    Unsur S dan P berciri fungsi subjek dan predikat. Ciri subjek dan predikat pada kalimat SPPel tidak di jelaskan sebab sama dengan ciri fungsi subjek dan predikat pada kalimat struktur SP, SPO, dan SPPel.

  • (c)    Unsur i jamba, i baadia, i tawo, mboo sampalu, dan iawi merupakan keterangan karena mempunyai ciri fungsi keterangan berikut.

  • (1)    Menerangkan informasi predikat setiap kalimat.

  • (2)    Unsur K bermacam-macam : KT, KW, KC, KS.

  • (3)    Bebas berada pada posisi di awal, di tengah, atau diakhir setiap kalimat.

Pola Subjek Predikat Pelengkap Keterangan

Kalimat tunggal bahasa Wolio mengenal struktur SPPelK. Dapat dilihat pada data (13) berikut.

  • (a)    La Arsyadi // andawutia // kaluku // i nawuna. S          P Pel K

La Arsyad // kejatuhan // kelapa // di kebunnya.

  • (b)    Oidhaku // a to manakoo // supedana // i bhanua.

S           P Pel K

Ayahku // kecurian // sepeda // di rumah.

  • (c)    Iyaku // topadha // dhoi // i Kandari.

S P Pel K

Saya // kehabisan // uang // di Kendari.

  • (d)    Incia // amambuu //dhompena // i dhaoa.

S P Pel K

Dia // kehilangan // dompetnya // di pasar.

  • (e)    Andiku // amambuu // polopo // i sikola. S P Pel K Adikku // kehilangan // pensil // di sekolah.

Kalimat-kalimat diatas berstruktur SPPelK. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

  • (a)    Merupakan satu kesatuan bentuk dan makna. Satu kesatuan bentuk dilihat dari struktur unsur-unsur linguistik SPPelK yang tiadak bisa berdiri sendiri-sendiri. Satu kesatuan makna dilihat dari kelogisan unsur SPPelK secara gramatikal, yaitu subjeklah yang melakukan pekerjaan pada setiap kalimat aktif. Pelengkaplah yang melengkapi dan

menerangkan predikat keteranganlah yang memberikan informasi yang dinyatakan dalam kalimat seperti tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan.

  • (b)    Unsur S, P, Pel, K berciri fungsi subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Ciri subjek, predikat, pelengkap pada bagian ini tidak dijelaskan sebab sama dengan ciri fungsi subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan pada kalimat struktur SP, SPO, SPPel, dan SPK.

Pola Subjek Predikat Objek Keterangan

Kalimat tunggal bahasa Wolio mengenal struktur SPOK. Dapat dilihat pada data (14) berikut:

  • (a)    Naasiru // aaso // bara // i dhaoa.

S P O K

Nasirun // menjual // barang // di pasar.

  • (b)    Masinia // atobe // jambu // i namu.

S P O K

Masnia // memetik // buah jambu // di kebun.

  • (c)    Bariiu // adhari // muri-muri SLTP // i ahadhi.

S P        O         K

Bariun // mengajar // murid-murid SLTP // pada Minggu.

  • (f)    Iwa // aseli // bhalo // apake katidhaki.

S P O K

Iwa // menggali // lubang // dengan linggis.

  • (g)    La Musa // akaraja // meja // setiap hari.

S P O K

La Musa // membuat // meja // setiap hari.

Kalimat-kalimat tunggal di atas berstruktur SPOK. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

  • (a)    Merupakan satu kesatuan bentuk dan makna. Satu kesatuan bentuk dilihat dari struktur unsur-unsur linguistik SPOK yang tidak bisa berdiri sendiri. Satu kesatuan makna dilihat dari kelogisan unsur SPOK secara gramatikal, yaitu subjeklah yang melakukan pekerjaan seperti yang dinyatakan predikat untuk mencapai objek/sasaran pekerjaan subjek. Keteranganlah yang memberikan informasi yang dinyatakan dalam kalimat seperti tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan.

  • (b)    Unsur S, P, O, K berciri fungsi subjek, predikat, objek, dan keterangan. Ciri subjek dan predikat pada kalimat SPOK tidek dijelaskan sebab sama dengan ciri fungsi subjek dan predikat pada kalimat struktur SP, SPO, SPPel, dan SPPelK.

  • 4.1.7 Pola Subjek Objek Pelengkap

Kalimat tunggal bahasa Wolio mengenal struktur SPOPel. Dapat dilihat pada data (15) berikut:

  • a.    Yaku // kuadhari // sabhangkaku // omanca.

S P         O          Pel

Saya // mengajar // temanku // silat.

  • b.    Ingkoo // pomeakea // sabhangkaku // utang.

S P          O Pel.

Kau // membayar // saya // utang.

  • c.    Idha // akarajaaka // incia // bhanua.

S P O Pel.

Ayah // membuatkan // saya // rumah.

  • (d ) Akaku // alamboaka // paapaku // dhoi.

S P         O Pel

Kakak // mengirimkan // ibuku // uang.

  • (e ) La Iraadha // adhawuaka // ingkami // saangu bhangka.

S          P O         Pel

La Iradat // memberikan // kami // sebuah perahu.

Kalimat-kalimat di atas berstuktur SPOPel. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

  • (a)    Merupakan satu kesatuan bentuk dan makna. Satu kesatuan bentuk dilihat dari struktur unsur-unsur linguistic SPOPel yang tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Satu kesatuan makna dilihat dari kelogisan unsur SPOPel secara gramatikal, yaitu subjeklah yang melakukan pekerjaan seperti yang dinyatakan predikat untuk mencapai objek/sasaran pekerjaan subjek. Pelengkaplah yang melengkapi dan menerangkan objek.

  • (b)    Unsur S, P, O, Pel berciri fungsi subjek, predikat, objek, dan keterangan. Cirri subjek dan predikat pada kalimat SPOPel tidak dijelaskan sebab sama dengan ciri fungsi subjek dan predikat pada kalimat struktur SP, SPO, SPPel, SPK, SPPelL, dan SPOK. Unsur objek pada struktur SPOPel setiap kalimat dapat menduduki subjek dalam kalimat pasif. Ciri

unsur O telah dijelaskan pada bagian terdahulu. Pelengkap tidak bisa menjadi subjek pada kalimat pasif, sebab ciri pelengkap tidak bisa menjadi S.

Pola Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan

Kalimat tunggal bahasa Wolio mengenal struktur SPOPelK. Dapat dilihat pada data (16) berikut.

  • a.    Tolidhaku // apadhaaku // iaku // dhoi // sambula-mbula.

S P O Pel K

Sepupuku // meminjamkan // saya // celana // setiap hari.

  • b.    Idhana // aliaka // ana-anana // bhanua // I Kandari.

S P O Pel K

Ayah // memberikan // rumah // di Kendari.

  • c.    Syafii // apeloaka // andina // sangu pinata // I lacina meja.

S P O Pel          K

  • d.    Laku // kumatauna // tabiana // anaku // sakangengea sii.

S P O Pel K

Saya // tahu // pribadi // anakku // selama ini.

  • e.    Mia bhari // adhawu // kita // kalapea // saeo-saeo.

S P O Pel K

Orang banyak // memberi // kita // kebaikan // setiap hari.

Kalimat-kalimat tunggal di atas berstruktur SPOPelK. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

  • a.    Merupakan satu kesatuan bentuk dan makna. Satu kesatuan bentuk dilihat dari struktur unsur-unsur linguistik SPOPelK yang tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Satu kesatuan makna dilihat dari kelogisan unsur SPOPelK secara gramatikal, yaitu subjeklah yang melakukan pekerjaan seperti yang dinyatakan predikat untuk mencapai objek/sasaran pekerjaan subjek. Pelengkaplah yang melengkapi dan menerangkan objek. Keteranganlah yang memberi informasi seperti yang dinyatakan dalam kalimat waktu, tempat, cara, sebab dan tujuan.

  • b.    Unsur S, P, O, Pel, K beciri fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Ciri subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan peda kalimat SPOPelK tidak dijelaskan sebab sama dengan ciri fungsi subjek dan predikat dan kalimat struktur SP, SPO, SPK, SPPelK, SPOK, dan SPOPel. Unsur objek pada struktur SPOPel setiap kalimat dapat

menduduki subjek dalam kalimat pasif. Ciri unsur O telah dijelaskan pada bagian terdahulu. Unsur pelengkap tidak bisa menjadi subjek pada kalimat pasif, sebab ciri unsur pelengkap tidak bisa menjadi S.

SIMPULAN

Pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Wolio mempunyai jeis-jenis pola kalimat tunggal sebagai berikut

(a) Pola dasar SP, (b) Pola dasar SPO, (c) Pola dasar SPPel, (d) Pola dasar SPK, (e) Pola dasar SPPelK, (f) Pola dasar SPOK, (g) Pola dasar SPOPel, (h) Pola dasar SPOPelK.

DAFTAR PUSTAKA

Abas, Ambo dkk, 1983. Struktur Bahasa Wolio. Jakarta:depdikbud.

Ancceux. 1983. Kamus Bahasa Wolio-Indonesia-Inggris. Holland: Publisher Holland.

Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

__________, 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Moeliono, Anton M. dkk., 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Harimurti Kridalaksana. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia,

Ramlan. 1981. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: UP. Karyono.

Samarin, J. William. 1968. Field Linguistic :Aguide to Lingistic Field Work. Terjemahan

J.S. Badudu. 1998. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana UP.

Verhaar, J.M.W., 1997. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

17