PROSES DERIVASI DALAM BAHASA BIAK
on
PROSES DERIVASI DALAM BAHASA BIAK
Christ Fautgil
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilnu Pendidikan Universitas Cendrawasih Jalan Raya Sentani Abepura Jayapura Papua 99351 Ponsel 08124800194 chfaut@yahoo.co.id
ABSTRAK
Bahasa Biak adalah salah satu bahasa Austronesia yang luas sebarannya di bagian utara Papua dengan jumlah penutur kurang lebih 50.000 – 70.000 orang. Bahasa ini memiliki proses derivasi yang unik karena (1) hanya terdapat pada verba dan adjektiva yang berubah menjadi nomina, (2) pada umumnya verba dan adjektiva yang memiliki dua sampai tiga suku kata, (3) proses derivasi berkaitan dengan suku kata, (4) derivasi kata terjadi dengan penggabungan morfem <a> dalam suku kata dengan berbagai alomorf, (5) hasil proses derivasi berbentuk reduplikasi atau pengulangan yang rumit namun di balik itu ada keteraturan, terutama pada kata-kata yang bersuku satu dan dua.
Kata Kunci: derivasi, suku kata, pengulangan.
ABSTRACT
Biak language is one of the widely spoken Austronesia languages in the northern part of Papua of which the number of speakers is between 50 to 70 thousand. This language has a unique derivasional sysem because it only takes place in (1) verbs and adjectives from which noun may be derived, (2) generally verbs and adjective have only one or two syllables, (3) the derivational proccesses take place within the syllables, (4) the derived words take place through the joining of the affix <a> and its allomorphs with the verbs and adjectives, (5) results of the derivational processes are in the forms of complicated reduplications but with a regularity, in words with one and two syllables.
Key words: derivation, syllables, reduplication.
PENDAHULUAN
Bahasa Biak (BB) adalah salah satu bahasa Austronesia di Papua yang sebarannya cukup luas, mulai dari pulau Biak sebagai pusat sebaran, ke barat sampai di pulau-pulau Raja Ampat dan beberapa pulau kecil di Halmahera Tenggara (SIL, 2000: 3) dan ke timur sampai Jayapura dan menyusur ke negara tetangga Papua New Guinea. Karena luasnya sebaran tersebut, BB tidak saja dipakai oleh kelompok etnis Biak tetapi juga etnis-etnis lain yang berdiam di Teluk Dore Manokwari, daerah Pantai Utara ‘Kepala Burung’ antara lain Karon Dori dan etnis-etnis yang berdiam di Kepulauan Raja Ampat. Kelompok etnis lain tersebut selain menguasai bahasa daerahnya sebagai bahasa ibu, mereka menggunakan pula BB dengan etnis Biak dan etnis lain yang menguasai BB.
Penutur BB diperkirakan sebanyak 50.000 – 70.000 penutur (Fautngil dan Frans Rumbrawer, 2002: 11). Perkiraan jumlah penutur ini didasarkan atas beberapa hal antara lain (1) luasnya daerah pakai, (2) penutur BB bukan saja kelompok etnis Biak tetapi juga etnis lain bukan Biak, dan (3) ada pula sejumlah anggota kelompok etnis Biak yang tidak dapat menggunakan BB dalam berkomunikasi. Mereka ini tidak dapat dikelompokkan sebagai penutur BB.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif karena hasil analisis ini memberikan deskripsi keadaan bahasa pada waktu tertentu. Nide (1962: 2) menyebutkan beberapa sifat analisis deskriptif, yakni:
-
a. Descriptive analysis must be based upon what people say.
-
b. The forms are primary and the usage secondary.
-
c. No part of a languge can be adequately described without reference to all other parts.
-
d. Languages are constanly in the process of change.
Tulisan ini merupakan hasil penelitian lapangan sehingga datanya terdiri atas data primer. Teknik pengambilan data melalui cara observasi dan wawancara dengan daftar kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Peneliti mewawancarai informan dengan mencatat dan merekam data bahasa.
Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah struktural, sehingga teknik analisis data dengan cara analisis struktur, yang terdiri atas analisis bentuk kata dalam tingkatan morfologi, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.Perlu ditegaskan bahwa alat yang dipakai terdiri atas daftar kosa kata, daftar frasa, klausa, kalimat, dan wacana yang sudah diujicobakan untuk penelitian bahasa-bahasa di Papua.
Sumber data selalu berhubungan dengan lokasi, bahasa, dan informan. Lokasi yang dipakai adalah wilayah Biak Utara, yakni Distrik Korem. Sehubungan dengan daerah penelitian, ragam BB yang diambil adalah dialek Var Risen. Dialek Var Risen diakui sebagai ragam yang lebih luas sebarannya, penduduknya relatif homogen, dan pengaruh luar lebih rendah bila dibandingkan dengan wilayah lain, di samping itu, BB masih dipakai sebagai bahasa ibu.
Nara sumber yang diwawancarai adalah tokoh masyarakat, guru, tokoh agama, terutama Tim Penulis Alkitab dalam Bahasa Biak dan Lembaga Wos Vyak. Nara sumber utama sebanyak tiga orang dengan pendamping serta pembanding sebanyak tiga orang. Jumlah keseluruhan sebanyak enam orang. Waktu penelitian selama tiga tahun.
PEMBAHASAN
Derivasi Sebagai Salah Satu Proses Morfologi
Salah satu proses morfologis dalam pembentukan kata adalah derivasi. Derivasi selalu dipertentangkan dengan infleksi karena keduanya sangat mirip dalam prosesnya namun berbeda dalam hasilnya. Hal ini berarti, dalam proses keduanya sama, yakni keduanya memiliki bentuk dasar ditambah dengan afiks, hanya saja afiks untuk proses infleksi berbeda dengan afiks proses derivasi. Perbedaan afiks tersebut menyebabkan hasil keduanya berbeda.
Bahasan derivasi sebagaimana disebutkan di atas dikemukakan oleh Trask and Peter Stockwell (2007: 68) bahwa derivasi adalah contructing new words by adding affixes to existing words. Ditambahkannya bahwa In most languages, derivation is one of the principal ways of obtaining new words from existing words, and its study is one of the major branches of morphology.
Melengkapi penjelasannya, mereka membandingkan pengertian derivasi dan infleksi dengan memberi contoh perubahan afiks infleksi dan derivasi dalam bahasa Inggris. Misalnya, write menjadi writes, writing dan written sebagai infleksi dan afiks re-, anti-, syn- sebagai prefiks derivasi. Afiks infleksi dan derivasi memperlihatkan perbedaan, yakni bila ditelaah dalam kamus misalnya, bentuk infleksi tetap berada dalam satu lema (entri) dan bentuk derivasi berada dalam lema yang berbeda.
Lebih jauh dikemukakan pula bahwa dalam tata bahasa transformasi, hubungan antara struktur dalam (deep structure) dan struktur permukaan (surface structure) disebut pula sebagai proses derivasi.
Penjelasan Trask and Peter Stokwell hampir sama dengan pengertian derivasi yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1993:40) bahwa derivasi adalah proses pengimbuhan afiks non-infleksi pada dasar untuk membentuk kata. Pengertian ini masih dikaitkan pula dengan proses infleksi.
Pengertian derivasi yang lain dikemukakan oleh Booij (2007: 51) bahwa The basic function of derivational processes is to enable the language user to make new lexemes. Lexemes belong to lexical categories as N, V, and A and the derived lexemes may belong to a different category than their bases. Pengertian ini sejalan dengan bahasan proses derivasi dalam tulisan ini, yakni pembentukan kata yang mengacu ke perubahan kategori, yakni V (verba) dan A (adjektiva) BB menjadi N (nomina BB). Perlu ditambahkan bahwa dalam BB, selain proses derivasi, cukup banyak pula macam ragam proses infleksi.
Proses Derivasi dalam Bahasa Biak
Proses derivasi dalam BB hanya terdapat pada kelas kata V dan A menjadi N dan tidak terdapat pada kelas kata yang lain. Kelas kata V, A, dan N dalam BB sebetulnya memiliki dua keunikan. Keunikan pertama, beberapa bentuk kata dapat berstatus V dan N yang ditentukan bukan karena proses morfologis melainkan bentuk sintaksis. Misalnya, kata rik dapat berarti ‘darah’ dan ‘berdarah’. Kata pampen dapat berarti ‘bunga’ dan ‘berbunga’. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
-
(1) Rik nasar ro parya ‘Darah keluar dari luka itu’ darah keluar dari luka dia itu
-
(2) Par iya irik ‘Luka itu berdarah’ luka dia itu dia berdarah
Kata rik dalam kalimat (1) berfungsi sebagai S dengan kategori N bermakna ‘bunga’ dan i-rik dalam kalimat (2) sebagai P dengan kategori V bermakna ‘berbunga’. Di sini tidak ada penanda N seperti afiks derivasi untuk fungsi S. Untuk kategori V sebagai P terdapat penanda afiks infleksi i- ‘dia’.
Keunikan kedua, proses derivasi V dan A menjadi N dalam BB walaupun berupa proses penambahan afiks /a/ dengan alomorf /a … a/, /…a…a…/, dan /…a…/ namun hasil pembentukannya berujud reduplikasi. Hal ini menyebabkan bentuk-bentuk seperti itu dianggap sebagai proses reduplikasi dalam BB.
Sehubungan dengan keunikan kedua ini, --tidak dipersoalkan keunikan pertama--, akan dianalisis proses derivasi V dan A menjadi N. Perlu dijelaskan pula bahwa proses derivasi ini terjadi berdasarkan pola suku kata BB, mulai dari kata yang bersuku satu dan bersuku dua.
Kata Dasar Berpola Satu Suku
Kata dasar BB pada umumnyaa berpola satu suku dan dua suku kata. Kata-kata yang berpola tiga suku kata atau lebih sangat terbatas dan belum dijumpai kata-kata itu berderivasi. Pola satu suku terdiri atas delapan jenis, yaitu KV, VK, KKV, KVK, KKVK, KKKV, KKKVK, KVKK. Proses derivasi yang terjadi sebagai berikut.
-
1) Verba dan adjektiva dasar satu suku kata berpola KV
Pembentukannya mengikuti Rumus K2V2K1V1
K1 dan V1 -♦ konsonan dan vokal dasar
K2 — konsonan tambahan, yang sama dengan konsonan dasar K1
V2 - afiks /a/ yang berfungsi sebagai pembentuk nomina (pembenda). Contoh: su ‘ulur, dorong’ -* sasu ‘uluran, dorongan’
ku ‘kendur’ - kaku ‘kenduran’
ki ‘arus’ - kaki ‘hanyutan’
ko ‘erat,kuat’ - kako ‘keeratan, kekuatan’
ke ‘luas’ - kake ‘keluasan’
-
2) Verba dan adjektiva dasar satu suku berpola VK Pembentukannya mengikuti Rumus V2K2V1K1
V1 dan K1 - vokal dan konsonan kata dasar
V2 - vokal pembenda /a/
K2 - konsonan yang sama dengan K1
Contoh:
ar |
‘teriak’ |
- arar |
‘teriakan’ |
is |
‘gosok’ - asis |
‘gosokan’ | |
uf |
‘pegang’ - afuf |
‘pegangan’ | |
ek |
‘naik’ |
- akek |
‘kenaikan’ |
of |
‘sembunyi’ |
— afof |
‘persembunyian’ |
-
3) Verba dan adjektiva dasar satu suku berpola KKV
Pembentukannya menguti dua rumus (1) K1V2K3V2K2V2 (produktif)
(2) K1V2K3V2K4K2V1 (improduktif)
-
(1) K1K2V1 - konsonan, konsonan dan vokal dasar kata
V2 - pembeda /a/
K3 — konsonan yang sama dengan K2
Contoh : | ||
vru ‘gugur’ |
- vararu ‘keguguran’ | |
vri ‘marah’ |
- varari |
‘kemarahan’ |
vye ‘hidup’ |
- vayaye ‘kehidupan’ | |
mne ‘sayat’ |
- manane ‘sayatan’ | |
sma ‘dapat’ |
- samama ‘pendapatan’ |
-
(2) K1K2V1 - konsonan, konsonan, dan vokal dasar kata
V2 - pembenda /a/
K3 - konsonan yang sama dengan K2
K4 - Konsonan yang sama dengan K1
Contoh :
kfo ‘memanah’ → kafakfo ‘panahan’
kfe ‘bersih’ ~kafakfe ‘kebersihan /keluasan karena diinjak/ dibersihkan’
-
4) Verba dan adjektifa dasar satu suku kata berpola KVK.
Pembentukannya mengikuti dua rumus:
-
(1) K2V2K4K1V1K3 (yang dominan/ pola umum/ berat beban tanggungan)
-
(2) a) K2V2K5K1V1K3 dan
-
b) K2V2K1K6V1K3 (yang khusus/ ringan beban tanggungan)
Penjelasan rumus-rumus di atas sebagai berikut:
-
(1) Pola umum yang dominan:
K1V1K3
- konsonan, vokal, konsonan dasar kata
K2
V2
K4
Contoh: fur
‘buat’
-
- konsonan tambahan yang harus sama dengan K1
-
- morfem /a/ pembentuk benda
-
- konsonan tambahan yang harus sama dengan K3
- farfur ‘perbuatan, penciptaan, perlakuan’
fes
‘ikat’
- fasfes ‘ikatan’
kam
‘tempa’
- kamkan ‘tempaan’
kok
‘ambil’
- fakfok ‘hasil ambilan dengan ujung kuku’
ros
‘tentang’
- rasros ‘tendangan’
kek
‘tebar’
- kakke ‘tebaran, jemuran’
-
-
(2) Pola khusus:
-
(a) Jenis pertama:
K1V1K3 ~ konsonan, vokal, konsonan dasar
K2 ~ konsonan tambahan yang sama dengan K1
-
V2 ~ afiks /a/ pembentuk benda
K5 ~ konsonan tambahan yang bervariasi karena pengaruh K1 dan K2, mengingat K5 sebagai pengakhir suku kata pertama
Contoh:
van ‘cuci’ ~ vamban ‘cucian’
-
(b) Jenis kedua:
K1V1K3 ~ konsonan, vokal, konsonan dasar
K2 ~ konsonan tambahan yang sama dengan K1
-
V2 ~ afiks /a/ pembentuk benda
K6 — semi konsonan /y/ yang muncul karena pengaruh K1 dan K2, mengingat /y/ tidak lazim dipakai sebagai pengakhir suku kata pertama (bagi kata bersuku dua dalam BB).
Contoh:
vak ‘bayar’ → vavyak ‘pembayaran’ vas ‘buka’ — vavyas ‘pembukaan’
-
5) Verba dan adjektiva dasar satu suku berpola KKVK
Terpilah atau tiga jenis, yaitu:
-
(1) Pola umum yang berat beban tanggungan dengan rumus:
K1C2K4V2K5K2V1K3
K1K2V1K3 — adalah fonem kata dasar
V2 K4 |
— — |
adalah pembenda /a/ adalah konsonan yang sama dengan K2 |
K5 |
— |
adalah konsonan yang sama dengan K3 |
Contoh: | ||
kwan ‘panjang’ |
— kawanwan |
‘kepanjangan’ |
fyow ‘sorak’ |
- fayawyow |
‘sorakan, teriakan’ |
pduk ‘cantik’ |
- padakduk |
‘kecantikan, kegantengan’ |
pyer ‘teduh’ |
—payaryer |
‘keteduhan’ |
syuf ‘dingin’ |
— sayafyufkedinginan’ |
-
(2) Pola umum yang ringan beban tanggungan dengan rumus:
K1V2K4V2K2V1K3
K1K2V1K3 — |
adalah fonem dasar kata |
V2 |
— adalah pembenda /a/ |
K4 |
— adalah konsonan yang sama dengan K2 |
Contoh:
frur ‘buat’ — farafur ‘perbuatan’ mnay ‘napas’ — mananai‘napas’
snay ‘terang’ — sananay ‘penerangan’ kray ‘sesat’ —kararay ‘kesesatan’
mbroy ‘tenggelam’ |
→ mararoy ‘tenggelam’ |
-
(3) pola khusus yang ringan beban tanggungan terbagi pula atas dua kelompok, masing-masing:
-
a) K1V2K2V2K4K5V1K3
K1K2V1K3 |
— adalah fomen-fonem dasar kata |
V2 |
— adalah pembenda /a/ |
K4 |
— adalah konsonan yang sama dengan K3 |
K5 |
— adalah konsonan lengkung kaki gigi yang bersuara /d/ yang hadir untuk menyembunyikan suku kata akhir |
Contoh:
vrin fran fron frar |
‘teduh’ — varandin ‘keteduhan’ ‘pangku’ — varandan ‘pangkuan’ ‘menyapu’ — farandon ‘sapu’ ‘lari’ — farandar ‘pelarian’ |
-
b) K4V2K1K2V1K3
K1K2V1K3 → adalah fonem-fonem kata dasar
V2 - adalah pembenda /a/
K4 - adalah konsonan yang sama dengan K1.
Contoh:
skop |
‘tendang’ |
-♦saskop |
‘tendangan’ |
syok |
‘senduk’ |
-♦sasyok |
‘senduk (nama alat)’ |
dwer |
‘ganti’ |
-♦ dadwer |
‘pergantian’ |
-
6) Verba dan adjektiva dasar satu suku kata berpola KKKV dan KKKVK termasuk pola satu suku kata yang ringan beban tanggungannya (improduktif) dan kebetulan dalam proses pembendaan ini kedua pola itu sama. Bentuknya mengikuti dua rumus
(1) K1V2K4V2K5K2V2K3
K1K2V1K3
-♦ adalah fonem kata dasar, dengan hilangnya fonem
bilabial bersuara /b/
V2
-♦ adalah pembenda /a/
K4
-♦ adalah konsonan yang sama dengan K2
K5
-♦ adalah konsonan yang sama dengan K3
Contoh:
mbrif ‘tertawa’ mbram ‘busuk’ mbrus ‘lelah’ mbruk ‘teduh’
- marafrif ‘tertawaan’
- maramram ‘kebusukan’
- marasrus ‘kelelahan’
- marakruk ‘keteduhan’
(2) K1V2K2V2K4K5V1K3
K1K2V1K3 |
-♦ adalah fonem-fonem kata dasar |
V2 |
-♦ adalah pembenda /a/ |
K4 |
-♦ adalah konsonan yang sama dengan K3 |
K5 |
-♦ adalah konsonan /d/ yang bersuara |
Contoh:
mbron |
‘belukar’ - marandon ‘belukar’ |
mbrin |
‘tak kenal lagi’- marandin ‘kelupaan’ |
mbrin |
‘berjalan’ - marandan ‘perjalanan’ |
-
7) Verba dan adjektiva dasar satu suku kata berpola KVKK termasuk suku kata yang improduktif (sangat ringan beban tanggungan ) dalam BB sehingga polanya sulit ditentukan, sebab bentuk yang ada sangat bervariasi.
Contoh-contohnya antara lain, sebagai berikut: fors ‘sumpah’ — fafors ‘penyumpaan’ sorp ‘mendesir — sayaryorp ‘desiran’ dwark ‘halang’ - dadawwark ‘penghalang’
Kata Dasar Berpola Dua Suku Kata
-
1) Verba dan adjektiva dasar dua suku kata berpola V-KV tidak banyak sehingga dari data yang ada dikemukan bentuk pembedaan sebagai berikut.
adu ‘simpan → adadu ‘simpanan’
iba ‘besar’ → ibaba ‘kebesaran’
-
2) Verba dasar dan adjektiva dua suku kata berpola V-KVK terbagi atas dua jenis,
-
(1) pola yang berat beban tanggungan mengikuti rumus:
V3K3V1K1V2K2
V1K1V2K2 -♦ fonem dasar kata
-
V3 → pembenda /a/
K3 → konsonan yang sama dengan K1
Contoh:
aven |
‘gendong’ --► |
avaven |
‘gendongan’ | |
inem |
‘minum’ — |
aninem |
‘minuman’ | |
uvek |
‘timba’ |
→ |
avuvek |
‘penimbaan’ |
oves |
‘lepas’ |
→ |
avoves |
‘pelepasan’ |
enef |
‘tidur’ |
→ |
anenef |
‘ketiduran’ |
(2) pola khusus yang ringan beban tanggungan memiliki dua jenis:
(a) V1K3V3K4K1V2K2 | ||
V1K1V2K2 |
→ |
fonem dasar kata |
V3 |
→ |
pembeda /a/ |
K3 |
→ |
konsonan yang sama dengan K1 |
K4 |
→ |
konsonan yang sam dengan K2 |
Contoh: | ||
ayun ‘layar’ |
→ ayanyun ‘pelayaran’ | |
akuv ‘kentut’ |
→ |
okavkuv ‘kentut’ |
(b) V3K3V3K4V1K1V2K2 | ||
V1K1V2K2 → |
fonem dasar kata | |
V3 |
→ |
pembeda /a/ |
K3 |
→ |
konsonan yang sam dengan K1 |
K4 |
→ |
konsonan yang sama dengan K1 |
Contoh: | ||
oren ‘telan’ |
araroren |
‘penelanan’ |
ores ‘berdiri → |
ararores |
‘berdirinya’ |
-
3) Verba dan adjektiva dasar dua suku kata berpola VK-KV termasuk pola persukuan yang ringan beban tanggungan dalam BB, karena itu, polanya sebagai berikut.
ande ‘legah, senang’ —+ andande ‘kelegahan, kesenangan
-
4) Verba dasar dan adjektiva dua suku kata berpola VK-KVK
Prosesnya mengikuti: Rumus V1K1K4VV3K5K2V2K3
V1K1K2V2K3 — fonem dasar kata
V3 → pembeda /a/
K4 |
~ konsonan yang sama dengan K2 |
K5 |
— konsonan yang sam dengan K3 |
Contoh:
amfur |
‘mengatapi’ — amfarfur ‘atap’ 11 |
ankar |
‘tipu’ — ankarkar ‘penipuan’ |
arbor |
‘kenyang — arbarbor ‘kekenyangan’ |
aryar |
‘mengitari’-» arraryar ‘pengitaran’ |
-
5) Verba dasar dan adjektiva dua suku kata berpola KV-KV mengikuti dua pola:
-
(1) pola yang berat beban tanggungan (produktif) mengikuti rumus K1V1K3V3K2V2
K1V1K2V2
fonem dasar kata
V3
pembenda /a/
K3
konsonan yang sama dengan K2
Contoh:
mame
rada
sabu
sano
mafu
‘keruh’ |
— mamame ‘ |
‘bergetar’ |
— radada ‘getaran’ |
‘turun’ |
— sababu ‘keturunan’ |
‘berdalih |
— sanano ‘dalih’ |
‘bermimpi |
— mafafu ‘mimpi’ |
‘kekeruhan’
-
(2) pola yang ringan beban tanggungan terpilah atas dua jenis, yaitu:
a) K1V1K3V3K2V2
K1V1K2V2
fonem dasar kata
V3
pembenda /a/
K3
konsonan yang sama dengan K1
Contoh:
rafa ‘berangkat’
— rarafa ‘keberangkatan’
b) K4V3K1V1K3V3K2V2
K1V1K2V2
- fonem dasar kata
V3
pembenda /a/
K3
konsonan yang sama dengan K2
K4
konsonan tambahan
Contoh:
madu
‘angin sepoi’
— kamadadu
‘tiupan angin’
6) Verba dan adjektiva dasar dua suku kata berpola KV-KVK mengikuti dua pola utama dan satu pola
khusus:
(1) K4V3K1V1K2V2K3
K1V1K2V2K3 — fonem dasar kata
V3
— pembenda /a/
K4
— konsonan yang sam dengan K1
Contoh:
vovek
‘mengikat pinggang’ — vavovek'ikatana pinggang’
vores |
‘mendayung’ |
- vavores ‘dayung’ |
fafer mames nanem |
‘ganyang’ ‘menghargai ‘terbakar’ |
— fafafer ‘ganyangan’ — mamames ‘penghargaan’ — nananem ‘kebakaran’ |
(2) K4V3K5K1V1K2V2K3 | ||
K1V1K2V2K3 |
— fonem dasar kata | |
V3 |
- |
pembeda /a/ |
K4 |
- |
konsonan yang sama dengan K1 |
K5 |
- |
konsonan yang sama dengan K2 |
Contoh: vaser disen dofen fasen mufer |
‘menampar’ ‘menyanyi’ ‘melampaui ‘menyelinap ‘gugur’ |
|
-
(3) Pola khusus sangat bervariasi dengan kata yang hanya sedikit dan tidak beraturan, antara lain sebagai berikut.
fasos
‘siap’
— fasasos ‘persiapan’
pisak
‘buka mata’
— pisaksak‘malu’
fanor
‘memalukan’
— fananor ‘malu’
maker
‘gatal’
— makmaker ‘kegatalan’
-
7) Verba dasar dan adjektiva dua suku kata berpola KVK-KVK meliputi dua pola utama:
(1) K1V1K2K5V3K6K3V2K4
K1V1K2K3V2K4 — |
‘fonem dasar kata | |
V3 |
— |
‘pembeda /a/ |
K5 |
— |
‘konsonan yang sama dengan K3 |
K6 |
— |
‘konsonan yang sama dengan K4 |
Contoh: farkor |
— belajar — |
farkarkor ‘pelajaran’ |
farkin |
— tuntun — |
farkankin ‘tuntunan’ |
kanden |
— singkir — |
kandanden ‘singkiran’ |
pambar |
— balik — |
pambambar ‘kebalikan’ |
sarmar |
—+pahit |
— sarmarmar ‘kepahitan’ |
(2) K1V1K2V3K5K3V2K4
K1V1K2K3V2K4 |
— fonem dasar kata | |
V3 |
— pembenda /a/ | |
K5 |
— konsonan yang sam dengan k2 | |
Contoh: | ||
fakwak |
‘pelihara’ |
— fakakwak ‘pemeliharaan’ |
fakmak |
‘teliti’ |
— fakakmak ‘ketelitian’ |
faryan |
‘pindah’ |
— fararyan ‘perpindahan’ |
varyar |
‘kenang |
— vararyar ‘kenangan’ |
kafrok |
‘hantam |
— kafafrok‘hantaman’ |
-
8) Verba dasar dan adjektiva dua suku kata berpola KKV-KVK, KKVK-KVK, KVK-KKKVK, dan lain-lain tidak produktif dalam BB sehingga agak sulit ditentukan pola derivasinya atau yang lazim disebut sebagai pembendaan dengan afiks /a/. Demikian halnya dengan kata-kata yang bersuku tiga, empat, dan seterusnya untuk verba BB.
Walaupun demikian, berikut ini diberikan beberapa bentuk pembendaan tersebut.
Contoh:
vraren ‘berputar (mendidih)’ ~, kruren ‘kerus’ myaren ‘rajin’ promes ‘lenyap’ ~* snarem ‘bau busuk ~* nyaki ‘mengutang’ marsyor ‘berat (manusia)’ ~* |
varandaren ‘perputaran air’ kararuren ‘kekerutan’ mayaryaren ‘kerajinan’ papromes ‘kelenyapan’ sanarnarem ‘bauh yang busuk’ nyakaki ‘utang’ marsarsyor ‘berat’ |
Perlu dicatat bahwa sejauh ini verba BB yang terdiri atas tiga suku kata sangat jarang dijumpai sebagaimana disebutkan di atas kecuali kata majemuk yang terbentuk dari V atau A. Dengan demikian, belum kelihatan bentuk derivasinya yang terdiri atas tiga suku kata atau lebih. Kata-kata BB yang bersuku tiga atau lebih banyak dijumpai dalam kategori N. Kelas kata yang lain dalam BB pada umumnya hanya bersuku satu atau dua.
SIMPULAN
Derivasi merupakan salah satu proses morfologis yang selalu dibahas dalam proses pembentukan kata yang dijumpai dalam bahasa-bahasa di dunia. Proses derivasi selalu dikaitkan dengan proses inflkesi, yang keduanya memiliki kemiripan namun berbeda. Bila tidak dicermati dengan baik kedua proses itu dapat bertumpang tindih.
BB sebagai salah satu bahasa Austronesia di Papua memiliki proses derivasi yang unik. Proses derivasi BB yang dikategorikan sebagai bentuk unik dalam bahasan ini adalah pembentukan jenis kata baru yakni N (nomina) yang berasal dari V (verba) dan A (adjetiva) berproses melalui penambahan /a/ yang berbentuk reduplikasi. Bentuk-bentuk derivasi dalam bahasa-bahasa di dunia hanya berbentuk kata baru yang terdiri atas kata dasar ditambah afiks derivasional.
DAFTAR PUSTAKA
Booij, Geert. 2007. The Grammar of Words: an Introduction to Morphology. Second Edition. New
York: Oxford University Press
Fautngil, Christ. dkk. 1998. Sintaksis Bahasa Biak. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Fautngil, Christ dan Frans Rumbrawer. 2002. Tata Bahasa Biak. Jakarta: Yayasan Servas Mario
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
SIL Internatonal. 2000. Languages of Indonaesia. Jakarta: Indonesia Branch
Trask, R.L. & Peter Stockwell. 2007. Language and Linguistics: The Key Concepts Second Edition. New York: Antony Rowe Ltd.
Discussion and feedback