https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/

DOI: https://doi.org/10.24843/ling.2021.v28.i01.p01

LINGUISTIKA, MARET 2021

p-ISSN: 0854-9613 e-ISSN: 2656-6419

Vol. 28 No.1

Perlocution Meaning of Teacher’s Speech Acts During English Learning Processes in Vi Grade at Institute Course Hallo English Course in Denpasar

Putu Wahyu Wismarini Denpasar-Indonesia Telepon 0361-224121

Email: [email protected]

Abstract—In this research was examined about perlocution meaning of teacher’s speech acts during English learning processes in VI grade at institute courses Hallo English Course. There are three methods which use in this research that is, method of collecting data which doing by non-participants observation, the method of analyzing data which use frontier method i.e. pragmatics method which is use speech participant as determinant device from the identity of object research and the method of presentations of the analyzing data in this research. The speech acts which is build in English learning processes is a speech acts of speech. In terms of meaning of speech act there are three meaning that is locution speech acts, the meaning of illocution speech acts, and perlocution speech acts. Some speech which contained by perlocution found in this research, one of government effect which found in teacher’s speech data to the one of student like in the example “Abel count your friends please!” ‘Abel tolong hitung teman-temanmu!’ is a meaning of perlocution speech acts which has government effects.

Key word: the meaning of speech acts, perlocution speech acts

Abstrak—Dalam penelitian ini dikaji makna perlokusi tindak tutur guru pada saat proses pembelajaran bahasa Inggris di kelas VI pada sebuah lembaga kursus Hallo English Course. Di dalam penelitian ini digunakan tiga metode. Pertama, pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi nonpartisipasi. Kedua, analisis data menggunakan metode padan, yaitu metode pragmatis. Artinya, peserta tutur sebagai alat penentu identitas objek penelitian. Ketiga, penyajian hasil analisis data penelitian ini menggunakan metode formal dan metode informal. Tindak tutur yang dibangun pada proses pembelajaran bahasa Inggris merupakan sebuah tuturan atau ujaran. Ditinjau dari segi makna, tindak tutur dibedakan atas tiga makna, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi dan tindak tutur perlokusi. Di dalam penelitian ini ditemukan beberapa tuturan yang mengandung makna perlokusi. Salah satu diantaranya adalah efek perintah yang ditemukan pada data tuturan guru kepada salah seorang siswa, yaitu ”Abel counts your friends please!” ‘Abel tolong hitung teman-temanmu!’. Tuturan itu mengandung makna tindak tutur perlokusi yang memiliki efek perintah.

Kata kunci : makna tindak tutur, tindak tutur perlokusi

  • 1.    Pendahuluan

Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu pesan dari seseorang kepada orang lain. Bahasa juga berperan penting di dunia pendidikan terutama dalam proses pembelajaran. Bahasa digunakan oleh guru dan siswa dengan cara berkomunikasi dan berinteraksi. Pembelajran bahasa khususnya pembelajaran bahasa Inggris

sangat penting. Pembelajaran bahasa Inggris sudah dimulai dari tingkat pendidikan dasar yakni pada tingkat sekolah dasar. Bahasa yang digunakan oleh guru dan siswa di dalam proses pembelajaran adalah suatu tuturan. Bahasa digunakan dalam sebuah tuturan oleh petutur dan penutur. Pada setiap tuturan akan terdapat makna yang berbeda sesuai dengan konteks situasi terjadinya tuturan

Vol. 28 No.1

tersebut. Hal itu berarti bahwa di dalam proses pembelajaran sangat penting diketahui makna setiap tuturan agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap maksud setiap tuturan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan teori yang relevan untuk memahami situasi tuturan yang ada di dalam pembelajran bahasa Inggris di kelas VI.

Tindak tutur menampilkan tuturan sebagai bagian dari penggunaan bahasa yang memiliki tujuan berupa makna gagasan secara sosial (Saeed, 2000:203). Tuturan dalam bahasa digunakan tidak hanya digunakan untuk memahami konteksnya secara personal oleh penutur, sehingga dapat dimengerti oleh petutur. Di dalam pragmatik tindak tutur bersifat pokok. Artinya, tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik lain, seperti praanggapan, perikutan, implikatur, percakapan, prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan.

Menurut Austin (1962:109), tindak tutur adalah sebuah tuturan atau ujaran dalam suatu peristiwa tutur yang memiliki kekuatan makna. Makna tindak tutur dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang memiliki makna dasar atau tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung daya tuturan atau tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit. Tindak ilokusi ini biasanya berhubungan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan.. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang memiliki efek atau daya pengaruh atau tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik dari orang lain itu.

Penelitian ini penelitian pragmatik karena data yang dikaji diambil dari tindak tutur guru pada saat proses pembelajaran bahasa Inggris di kelas VI sedang berlangsung. Akan tetapi, tidak seluruh

tindak tutur yang ditemukan dianalisis. Tindak tutur yang diamati yang bermakna perlokusi. Selain itu, penelitian ini merupakan penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran dan pengajaran bahasa. Topik penelitian adalah makna tindak tutur perlokusi dalam proses pembelajaran bahasa Inggris di kelas VI dalam sebuah lembaga kursus bahasa Inggris Hallo English Course Denpasar. Tindak tutur perlokusi (perlokutionary act) adalah tindak tutur yang memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force) (Levinson 1983:236). Efek atau daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja, dapat pula secara tidak sengaja. Artinya, tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur. Pada saat mengajar, guru menyampaikan instruksi atau perintah yang di dalamnya terkandung makna perlokusi. Dengan demikian, perintah atau instruksi guru tidak hanya berupa penyampaian kata-kata, tetapi juga berupa penyampaian makna. Artinya, instruksi guru seharusnya dipahami sebagai sebuah tuturan yang harus diikuti. Permasalahan yang dikaji pada penelitian ini adalah bagaiamanakah makna tindak tutur perlokusi yang terdapat pada tuturan guru? Di samping itu, bagaimanakah maksud tuturan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung?. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tindak tutur perlokusi yang terdapat di dalam proses pembelajaran dan menganalisis maksud tuturan guru tersebut. Hasil penelilian ini diharapkan akan bermanfaat dalam komunikasi dengan lawan tutur dalam proses belajar mengajar.

Penelitian serupa telah dilakukan oleh Ratminingsih (2013) dengan judul “Analisis Tindak Tutur Direktif Guru dalam Proses Belajar Mengajar di TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja”, Luh Putu Eka Rusmawati (2010) dengan judul “Tindak Tutur Guru Bahasa Indonesia dalam Interaksi Belajar-Mengajar di Kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja” dan Bowo Setyanto (2015) dengan judul “Tindak Tutur Ilokusi Dialog Film 5 CM Karya Rizal Mantovani (Sebuah Tinjauan Pragmatik)”. Hasil penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa penelitian ini

Vol. 28 No.1

perlu dilakukan karena ketiga penelitian di atas membahas hal yang sama, yaitu tindak tutur guru, tetapi objek kajian berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningsih (2003) mengkaji tindak tutur direktif; Rusmawati (2010) mengkaji tindak tutur guru bahasa Indonesia; sedangkan Setyanto (2015) mengkaji tindak tutur ilokusi. Makna perlokusi pada tindak tutur guru dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas VI perlu dilakukan diteliti dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam penelitian selanjutnya dan menambah wawasan para pembaca.

  • 2.    Metode Penelitian

Untuk mencapai hasil yang maksimal, pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode observasi nonpartisipasi. Metode tersebut dibantu dengan teknik perekaman dan pencatatan. Sumber data adalah tuturan guru yang memiliki makna perlokusi pada saat proses pembejaran berlangsung. Analisis data menggunakan metode padan, yaitu metode pragmatis. Dalam hal ini peserta tutur dijadikan sebagai alat penentu identitas objek penelitian. Di pihak lain metode penyajian hasil analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode formal dan metode informal. Metode formal berupa tanda atau lambang-lambang tertentu, misalnya tanda kurung (()) melambangkan kata atau istilah dalam bahasa asing (bahasa Inggris) yang bersifat opsional, tanda seru (!) melambangkan kalimat perintah, tanda petik satu (‘) melambangkan makna kalimat, dan tanda petik dua (“) yang melambangkan dialog dalam bahasa asing. Metode informal digunakan untuk menyajikan hasil analisis data dengan kata-kata biasa.

Subjek di dalam penelitian ini adalah tuturan guru bahasa Inggris di kelas VI pada sebuah lembaga kursus bahasa Inggris. Di pihak lain objek kajia adalah makna perlokusi pada tindak tutur guru dalam pembelajaran bahasa Inggris di kelas VI.

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

Efek atau daya pengaruh dalam tindak tutur perlokusi, meliputi membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, mempermalukan, dan menarik perhatian, (Leech, 1983:5--6). Dalam penelitian ini diperoleh enam temuan. Temuan-temuan tersebut memiliki makna perlokusi atau efek daya pengaruh yang mendorong petutur untuk melakukan sesuatu. Efek yang ditimbulkan oleh makna perlokusi juga harus disesuaikan dengan konteks situasi tutur (Netra, 2005:46). Berikut temuan-temuan yang diperoleh didalam penelitian ini dalam konteks situasi tutur.

Konteks siruasi tutur terjadi ketika guru sedang menjelaskan materi di dalam kelas. Setelah guru selesai menjelaskan meteri tersebut guru memerintahkan seluruh siswa untuk mengerjakan latihan yang ada di papan tulis.

  • (1)    Guru (Miss Ayu)     :”Ok class, now you

have to answer the exercise on the board!” ‘Baik semuanya sekarang kalian menjawab latihan yang ada di papan tulis’.

Tuturan (1) di atas adalah tuturan guru kepada siswa. Tuturan guru, yaitu ”Ok class, now you have to answer the exercise on the board!” ‘baik semuanya sekarang kalian menjawab latihan yang ada di papan tulis’. Tuturan itu mengandung makna perlokusi yang memiliki daya pengaruh perintah untuk melakukan sesuatu. Tuturan tersebut memiliki modus kalimat perintah yang ditandai dengan tanda seru (!) pada akhir kalimat. Dalam hal ini guru memerintahkan seluruh siswa untuk menjawab latihan yang ada di papan tulis. Daya pengaruh ini berfungsi dengan baik karena siswa mulai mengerjakan latihan yang diberikan di papan tulis.

Konteks situasi tutur terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu guru ingin membagikan lembar tugas. Guru memerintahkan salah seorang siswa untuk menghitung jumlah siswa yang hadir pada saat itu. Hal tersebut bertujuan untuk menghitung jumlah lembar kertas latihan yang akan dicetak.

Vol. 28 No.1

  • (2)    Guru (Miss Ayu)     :”Abel counts your

friends please!”

‘Abel tolong hitung teman- temanmu!’ Siswa (Abel)        :”Yes miss”

‘Ya Bu’

Tuturan (2) di atas adalah tuturan guru kepada siswa yang bermana Abel. Tuturan guru ”Abel counts your friends please!” ‘Abel tolong hitung teman-temanmu!’. Tuturan itu mengandung makna perlokusi perintah. Tuturan tersebut memiliki modus kalimat perintah yang ditandai dengan tanda seru (!) pada akhir kalimat. Tuturan tersebut memiliki daya pengaruh guru memerintahkan siswa untuk menghitung jumlah temannya yang datang pada pertemuan saat itu.

Konteks situasi tutur adalah pada saat pembelajaran berbicara akan berlangsung. Pada saat itu guru memberikan topik yang akan menjadi bahan yang harus dibicarakan oleh siswa. Siswa harus mengambil topik-topik tersebut di dalam gelas sebagai undian.

  • (3)    Guru (Miss Ayu)     :”Ok class, now we

will do speaking please take the topic in the glass”

‘Baik semuanya , sekarang kita akan berbicara tolong ambil topiknya di dalam gelas’

Tuturan (3) di atas adalah tuturan guru kepada siswa. Tuturan guru, yaitu ”Ok class, now we will do speaking please take the topic in the glass” ‘Baik semuanya, sekarang kita akan berbicara, tolong ambil topiknya di dalam gelas’. Tuturan itu mengandung makna perlokusi dengan memberikan daya efek pengaruh perintah untuk melakukan sesuatu. Tuturan tersebut memiliki modus kalimat perintah yang ditandai oleh tanda seru (!) pada akhir kalimat. Makna tuturan perlokusi untuk memberikan daya atau efek melakukan sesuatu dapat dilihat pada kalimat we will dalam tuturan itu guru memerintahkan siswanya untuk mengambil materi yang ada di dalam gelas. Daya pengaruh perintah ini berfungsi dengan baik karena siswa menanggapi hal tersebut dengan segera mengambil materi yang diperintahkan.

Konteks situasi tutur adalah pada saat guru menjelaskan suatu materi, tetapi siswa ribut dan tidak memperhatikan penjelasan guru.

( 4 ) G u ru ( M is s A y u )     : ” Q u i te p le a s e!”

‘Tolong diam!’

Tuturan (4) adalah tuturan guru kepada siswa. Tuturan guru, yaitu “Quite please” ‘Tolong diam’. Tuturan itu mengandung daya pengaruh perintah. Modus kalimat pada tuturan tersebut adalah kalimat perintah dengan tanda seru (!) pada akhir kalimat. Makna perlokusi pada tuturan tersebut adalah untuk memerintahkan semua siswa diam karena dianggap mengganggu pada saat guru menjelaskan.

Konteks situasi tutur adalah pada saat guru akan memulai pelajaran. Pada waktu itu guru memerintahkan semua siswa untuk mengambil buku dan membuka materi pada pertemuan sebelumnya.

  • (5)    Guru (Miss Ayu)    :” Now open your

book and find the last topic !”

‘Sekarang buka buku kalian dan cari topik terakhir !’

Tuturan (5) adalah tuturan guru kepada siswanya. Tuturan guru, yaitu “Now open your book and find the last topic” ‘Sekarang buka buku kalian dan cari topik terakhir’. Tuturan itu mengandung daya pengaruh perintah. Makna perlokusi pada tuturan tersebut adalah guru memerintahkan seluruh siswa untuk membuka buku dan mencari materi atau topik yang terakhir dibicarakan. Modus kalimat pada tuturan tersebut adalah kalimat perintah dengan tanda seru (!) di akhir kalimat.

Konteks situasi tutur adalah pada saat proses pembelajaran berlangsung. Guru melihat ada sampah kertas di bawah meja salah seorang siswa. Guru segera memerintahkan siswa tersebut agar membuang sampah kertas tersebut di tempat sampah.

  • (6)    Guru (Miss Ayu) : “Dinda, take the rubbish under your table and throw it in the rubbish bin!”

‘Dinda ambil sampah yang ada di bawah mejamu dan buang ke tempat sampah’

Vol. 28 No.1

Siswa (Dinda) : “Yes Miss” ‘Ya Bu’

Tuturan nomor (6) adalah tuturan guru kepada siswa. Tuturan guru, yaitu “Dinda, take the rubbish under your table and throw it in the rubbish bin!” ‘Dinda ambil sampah yang ada di bawah mejamu dan buang ke tempat sampah’. Tuturan itu mengandung daya pengaruh perintah. Makna perlokusi pada tuturan tersebut adalah guru memerintahkan salah seorang siswa yang bernama Dinda untuk membuang sampah yang ada di bawah mejanya ke tempat sampah. Modus kalimat pada tuturan tersebut adalah kalimat perintah dengan tanda seru (!) di akhir kalimat.

  • 4.    Simpulan dan Saran

Di dalam penelitian “Makna Perlokusi pada Tindak Tutur Guru dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di kelas VI Hallo English Course Denpasar” ini terdapat enam tuturan yang mempunyai makna perlokusi berupa daya efek perintah. Keenam tuturan tersebut memiliki modus kalimat perintah yang ditandai oleh tanda seru (!) pada akhir kalimat. Daya pengaruh perintah diberikan oleh guru kepada seluruh siswanya untuk melakukan sesuatu. Daya pengaruh perintah tersebut berfungsi dengan baik karena ditanggapi positif oleh siswa.

Pembahasan mengenai makna perlokusi pada tindak tutur guru dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas VI Hallo English Course merupakan salah satu penelitian tentang tindak tutur. Di samping penelitian ini masih ada banyak penelitian lagi yang dapat dikembangkan dan ada kaitannya dengan tindak tutur, terutama pada makna perlokusi. Aspek-aspek lain yang masih dapat dikaji secara luas pada penelitian berikutnya adalah yang belum dikaji pada penelitian ini

Vol. 28 No.1

References

Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. Oxford University Press.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. Cambridge. Cambridge University Press

Netra, I Made. 2005. “Eksplikasi Makna Ilokusional Tuturan Upacara Memadik di Denpasar. Sebuah Kajian Metabahasa Semantik Alami”. Denpasar Universitas Udayana.

Ratminingsih. 2013. “Analisis Tindak Tutur Direktif Guru dalam Proses Belajar Mengajar di TK Wangun Sesana Penarukan Singaraja”.Singaraja.Universitas Pendidikan Ganesa

Rusmawati, Luh Putu Eka. 2010. “Tindak Tutur Guru Bahasa Indonesia

dalam Interaksi Belajar-Mengajar di Kelas VIII SMP Negeri 3 Singaraja”.

Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha.

Saeed.Jhon I. 2000.Semantics. Massachusetts: Blackwell Publishers Inc

Setyanto, Bowo. 2015. “Tindak Tutur Ilokusi Dialog Film 5 CM Karya Rizal     Mantovani

(Sebuah Tinjauan Pragmatik). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta. Universitas Muhammadiah Surakarta.

24