Akomodasi Linguistik Antaretnis pada Pedagang di Pasar Kodok Tabanan
on
https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/
DOI: https://doi.org/10.24843/ling.2020.v27.i01.p10
LINGUISTIKA, MARET 2020
p-ISSN: 0854-9613 e-ISSN: 2656-6419
Vol. 27 No.1
Akomodasi Linguistik Antaretnis pada Pedagang di Pasar Kodok Tabanan
I Dewa Ketut Oka Kusuma Atmaja1
Denpasar, Indonesia
Email: okad1456@gmail.com
Ni Made Dhanawaty2
Email: md_dhanawaty@unud.ac.id Udayana University, Denpasar, Indonesia
Abstract
This research was related to interethnic linguistic accommodation for traders in the Pasar Kodok Tabanan. The heterogeneous demographics of traders in the Pasar Kodok Tabanan triggered accommodation. This study discussed two main problems that becoming the research study, namely: (1) interethnic accommodation models in the Tabanan Kodok Market, (2) factors causing interethnic accommodation in the Tabanan Kodok Market. The approach model used in this study was a mixed method. The theory used to analyze the problems in this study was sociolinguistic theory including language accommodation which was used as a grand theory and it was supported by other sociolinguistic theories.
The results of the analysis showed that, of the 60 respondents the traders in the Tabanan Kodok Market indicated that traders in the Pasar Kodok Tabanan were classified as heterogeneous and were a bilingual or even multilingual community. The accommodation model found in traders in the Pasar Kodok Tabanan based on their accommodation direction, namely EJ and EM, tends to have horizontal convergence, while EB tends to convergence upwards.
Keywords: convergence, divergence, linguistic accommodation.
Abstrak
Penelitian ini berkaitan dengan akomodasi linguistik antaretnis pada pedagang di pasar Kodok Tabanan. Demografi pedagang di pasar Kodok Tabanan yang heterogen memicu terjadinya akomodasi. Penelitian ini membahas dua permasalahan, yaitu (1) model akomodasi antaretnik di Pasar Kodok Tabanan dan (2) faktor-faktor penyebab terjadinya akomodasi antaretnis di Pasar Kodok Tabanan. Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran. Teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan pada penelitian ini adalah teori sosiolinguisik antara lain akomodasi bahasa yang dijadikan sebagai grand theory dan ditunjang oleh teori sosiolinguistik lainnya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa, dari enam puluh responden pedagang di pasar Kodok Tabanan mengindikasikan pedagang tergolong masyarakat bilingual, bahkan multilingual. Model akomodasi yang ditemukan pada pedagang di pasar Kodok Tabanan berdasarkan arah akomodasinya, yakni EJ dan EM
Vol. 27 No.1
cenderung berkonvergensi horizontal, sedangkan EB cenderung berkonvergensi ke atas. Dilihat berdasarkan kelengkapannya, EB cenderung menonjolkan perilaku divergensi karena lebih menunjukkan identitas kedaerahannya, sedangkan EJ dan EM melakukan penyesuaian bahasa yang komunikatif ke arah mitra tutur. Namun, cenderung parsial karena terdapat unsur bahasa lain yang mengakibatkan bentuk campur kode seperti kosakata.
Kata kunci: konvergensi, divergensi, akomodasi linguistik.
Vol. 27 No.1
Hubungan bahasa dengan etnis masih menjadi perbincangan yang cukup menarik perhatian para ahli linguistik. Masalah bahasa sebagai simbol etnisitas dan loyalitas bahasa yang pada akhirnya sampai pada masalah sikap manusia terhadap bahasanya (Adnyana, 2015). Menurut Sumarsono dan Partana (2002:67), etnis adalah kelompok masyarakat yang keanggotaannya berdasarkan asal usul keturunan yang sama dan biasanya ditandai dengan ciri-ciri fisik yang relatif sama, seperti warna dan jenis rambut, bentuk hidung dan warna kulit. Dipihak lain bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer, 2004:11). Bahasa juga memiliki fungsi lain, yakni sebuah alat pengembangan kebudayaan dan inventaris ciri-ciri kebudayaan. Dengan demikian, bahasa merupakan faktor penting dalam membentuk identitas kultural masyarakat(Rahardi,2010:31). Setiap etnis pedagang di Pasar Kodok Tabanan ditandai dengan bahasa ibu yang berbeda. Selain itu, setiap etnis juga memiliki bahasa dengan pelafalan khas atau dialek yang biasanya terlihat ketika bebicara dalam bahasa Indonesia. Pada lingkungan multietnis dan multibahasa perlu adanya penyesuaian-penyesuaian dalam berintaksi. Salah satu cara untuk melakukan penyesuaian tersebut adalah dengan cara akomodasi. Akomodasi merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan perilaku kebahasaan terhadap lawan tutur. Menurut Giles & Coupland (1991:62), konsep akomodasi linguistik merupakan perubahan perilaku linguistik yang dapat terjadi karena (a) seorang penutur berusaha menyesuaikan diri dengan kemampuan bahasa lawan tuturnya karena ingin berkomunikasi dengan mereka dan (b) seorang penutur sama sekali tidak berusaha untuk menyesuaikan tuturnya dengan lawan tuturnya. Berdasarkan latar belakang yang
telah dijabarkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model akomodasi dan penyebab terjadinya akomodasi linguistik antaretnis pada pedagang di Pasar Kodok Tabanan. Penelitian-penelitian sebelumnya yang berikaitan dengan akomodasi linguistik antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Dhanawaty (2004, 2013), Putra Yadnya, dkk. (2010), Persamaan penelitian ini dengan ketiga penelitian di atas, yakni penelitian ini mengkaji akomodasi linguistik antaernis pada demografi masyarakat yang heterogen. Perbedaan penelitian ini dengan ketiga penelitian di atas, yakni penelitian ini mengkaji khusus pada akomodasi linguistik pada pedagang sebagai strategi komunikasi pada ranah perdagangan sementara penelitian lain mengkaji akomodasi linguistik pada ranah yang lebih kompleks. Penelitian-penelitian tersebut berkaitan dengan akomodasi linguistik yang secara umum. Dengan demikian peneliti, tertarik untuk mengkaji akomodasi linguistik antaretnis pada pedagang di Pasar Kodok Tabanan.
Pada penelitian ini digunakan pendekatan perpaduan kualitatif dan kuantitatif. Menurut Dörnyei (2007: 42) menjelaskan bahwa penelitian mix method atau campuran merupakan kombinasi dari penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data lisan dan data tulis. Penelitian ini juga menggunakan dua sumber data, yaitu (1) data primier dan (2) data sekunder. Data primier penelitian ini, yakni berupa kata-kata, kalimatkalimat kemudian berupa wacana yang dituturkan oleh pedagang. Data sekunder dalam penelitian ini adalah (a) hasil survei sosiolinguistik dan (b) informasi mengenai situasi kebahasaan, kondisi sosial etnis pedagang di pasar Kodok Tabanan.
Vol. 27 No.1
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah metode simak dan cakap (Sudaryanto,1993:133). Metode simak dan cakap merupakan metode yang berbeda, tetapi keduanya saling melengkapi dalam menghasilkan jenis data. Kedua metode tersebut menghasilkan data kualitatif. Pada penelitian ini juga digunakan metode survei untuk menghasilkan data secara kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik yakni akomodasi bahasa sebagai payungnya yang dikemukakan oleh Giles & Coupland (1991) dan teori sosiolinguistik lainnya sebagai penunjang, yakni ranah penggunaan bahasa, pilihan bahasa, komponen tutur, alih kode, campur kode dan interferensi.
Teori mengenai akomodasi linguistik tersebut digunakan untuk menganalisis permasalahan model akomodasi antaretnis pada pedagang di Pasar Kodok Tabanan. Selanjutnya, hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan apa yang umum dikenal sebagai tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 2015:241). Adapun teknik yang digunakan dalam menyajikan hasil analisis data dalam penelitian ini, yaitu teknik induktif dan teknik deduktif.
Hasil analisis menunjukkan bahwa, dari enam puluh responden pedagang di Pasar Kodok Tabanan, mengindikasikan pedagang di Pasar Kodok Tabanan tergolong heterogen dan masyarakat bilingual bahkan multilingual. Hal tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Grafik Penggunaan Bahasa oleh Pedagang di Pasar Kodok Tabanan
Pada gambar tersebut menunjukkan, Salah satu bukti pedagang tergolong bilingual adalah penggunaan bahasa Bali oleh EJ kelompok usia muda sejumlah 3% dan penggunaan BB oleh EM kelompok usia tua sejumlah 8%. Kemudian, model akomodasi yang ditemukan pada pedagang di pasar Kodok Tabanan berdasarkan arah akomodasinya yakni EJ dan EM cenderung berkonvergensi horizontal, sedangkan EB cenderung berkonvergensi keatas. Dilihat berdasarkan kelengkapannya, EB cenderung menonjolkan perilaku divergensi karena lebih menunjukkan identitas kedaerahannya, sedangkan EJ dan EM melakukan penyesuaian bahasa yang komunikatif ke arah mitra tutur namun cenderung parsial karena terdapat unsur bahasa lain yang mengakibatkan bentuk campur kode seperti kosakata . Dilihat berdasarkan objektivitasnya, EB, EJ dan EM cenderung berkonvergensi secara subjektif. Perilaku kebahasaan pada pedagang EJ dan EM cenderung berkonvergensi ke arah bahasa mitra tutur dengan menggunaakan bahasa daerah. Sedangkan etnis Bali lebih cenderung berkonvergensi kearah bahasa mitra tutur dengan menggunakan bahasa Indonesia yang merupakan
Vol. 27 No.1
bahasa penghubung antaretnis. Hal tersebut dijelaskan secara singkat pada pembahasan.
-
3.2 Pembahasan
Model Akomodasi Linguistik Antaretnis pada Pedagang di Pasar Kodok Tabanan
Giles & Coupland (1991:62)
mengemukakan bahwa konsep akomodasi linguistik merupakan perubahan perilaku linguistik yang dapat terjadi karena (a) seorang penutur berusaha menyesuaikan diri dengan kemampuan bahasa lawan tuturnya karena ingin berkomunikasi dengan mereka dan (b) seorang penutur sama sekali tidak berusaha untuk menyesuaikan tuturnya sama sekali tidak serupa dengan lawan tuturnya. Giles & Coupland juga menggunakan istilah convergence (konvergensi) dan divergence (divergensi). Kovergensi mengacu kepada proses apabila terdapat dua penutur atau lebih yang mengganti atau mengubah tuturannya untuk menyesuaikan dengan lawan tuturnya. Divergensi mengacu kepada cara seseorang yang mempertahankan tuturannya, baik verbal maupun non verbal agar dapat membedakan dirinya dengan penutur lain.
Giles & Coupland (1991:67) kemudian mengklasifikasikan tipe akomodasi kedalam sebuah gambar sebagai berikut.
Upvsard versus downward
Full Versuspardal versus hyper -/cross-over
Large versus moderate
Uni-verεus multi modal
Symmetrical versus asymmetrical
Subjective versus objective
Gambar 3.2 Teori Akomodasi
Dari tabel tersebut terlihat bahwa ada enam klasifikasi akomodasi sebagai indikator untuk mengetahui konvergensi atau divergensi sebuah tuturan. Pada penelitian ini digunakan tiga klasifikasi untuk mengetahui model akomodasi pedagang, yaitu berdasarkan arahnya (upward versus downward), berdasarkan kelengkapannya (full versus partial versus hyper -/cross-over), dan berdasarkan objektivitasnya (subjective versus objective).
Model Akomodasi Linguitik Antaretnis pada Pedagang oleh Etnis Bali
Data 6
Latar : Pasar Kodok Tabanan
Topik : Penjualan Pakaian
Partisipan : Dua pedagang sebaya antara
EM (P1) dan EB (P2)
(P1) : (1) “Rame ane mabalanja hari ini
Pak?”
‘Ramai yang belanja hari ini Pak?’ (P2) : (2) “Ya, ada saja yang belanja Mas.”
-
(3) “Trus, Mas gimana?
(P1) : (4) “Nah ada gen, tapi tuni pagine
sepi sajane.”
‘Iya, ada saja yang belanja, namun pada pagi harinya sepi.’
(P2) : (5) “Tapi kelihatannya buinjepan
sore bakalan ramai Mas”
‘Kemuningkinan nanti sore akan ramai Mas”
Pada data 6 di atas, terdapat penutur EB dan EM yang umurnya sebaya. Pedagang EM selanjutnya disebut P1 dan pedagang EB selanjutnya disebut P2. P2 menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk berkomunikasi dengan etnis lain, yakni EM. P1 yang merupakan EM berupaya menciptakan kedekatan secara sosial psikologis sebagai salah satu bentuk penyesuaian bahasa secara konvergensi ke P2, sedangkan P2
Vol. 27 No.1
memilih menggunakan BI yang merupakan bahasa penghubung antaretnis. Model akomodasi berdasarkan arahnya, P2 dapat dikatakan berkonvergensi ke atas. Konvergensi ke atas dapat dibuktikan pada data 6 baris 2, 3 dan 5, yakni P2 menggunakan BI sebagai alat komunikasi terhadap P1. Berdasarkan kelengkapannya P2 dapat dikatakan konvergensi parsial, yang dapat dibuktikan pada baris 5 karena P2 selain menggunakan BI juga terdapat unsur BB yang masuk di dalam tuturannya, seperti pada baris 5 kemudian ada kosakata BB /buinjepan/ bermakna ‘nanti’.
Dari percakapan di atas dapat dilihat bahwa perilaku P1 merupakan perilaku konvergen yang menjadi strategi komunikasi kepada P2 untuk menciptakan toleransi sosial. Hal tersebut disinggung oleh Giles dan Spencer-Oetey (2000) bahwa orang-orang yang ingin bekerja sama dan orang-orang menginginkan persetujuan atau pengakuan sosial cenderung berkonvergensi. Berbeda dengan P2 yang merupakan EB lebih awalnya memang konvergen dengan penggunaan BI, tetapi terdapat unsur BB yang menunjukkan dirinya berbeda dengan P1 yang mengindikasikan bahwa penggunaan bahasa mereka tidak sama. Hal ini merupakan wujud divergensi yang disosiatif. Senada dengan hal tersebut, Mahsun (2006:6) menjelaskan bahwa jika suasana kesederajatan dan kesamaan tidak tercipta pada kontak atau interaksi secara linguistik, dapat tergolong sebagai hubungan yang bersifat divergensi (disosiatif) yang akan berlangsung. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa antaretnis oleh EB berwujud divergensi linguistik.
Model Akomodasi Linguistik Antaretnis pada Pedagang oleh Etnis Jawa
Data 11
Latar : Pasar Kodok Tabanan
Topik : Kehidupan sehari-hari
Partisipan : Made merupakan EB (P1)
Pardjono merupakan EM (P2) Suyanto merupakan EJ (P3)
P1 : (1) “Tadi pagi ada bongkar barang, Pak sudah ambil paketnya?”
P2 : (2) “Belum Pak Made, saya lagi sibuk ngurusin anak sekolah.”
P3 : (3) “Anaknya udah kelas berapa Mas?”
P2 : (4) “Anak saya baru kelas 1 SD, sedang rewel-rewelnya dia.”
P1 : (5) “Anaknya Mas udah besar ya, padahal rasanya baru kemarin digendong sama Mas sambil jualan di sini
P3 : (6) “Iya Pak Made, engal sajan waktune majalan?”
‘Iya Pak Made, cepat sekali waktu berlalu?’
P1 : (7) “nak mula sing marasa, saya juga rasain gitu.” Lalu, Mas suyanto anaknya sudah kelas berapa?
P2 : (8) “mara kelas 3 SD Pak” ne liu sajane nagihin pipis.”
‘Baru kelas 3 SD Pak. pengeluaran untuk anak saya lumayan’
P1 : (9) “sabar…sabar….”
P3 : (10) “yo sabar saja, ngrasakke perjalanane. Makane ngirit agar ada uang buat anak Mas Suyanto!” ‘Ya sabar saja, nikmati perjalanannya. Makanya irit agar ada uang buat anak Mas Suyanto!’
P2 : (11) “yo Mas…bener juga Mas,, yo wis nikmati wae.”
‘iya Mas… bener juga, ya nikmati saja’
Percakapan di atas berlangsung di Pasar Kodok, tepatnya lapak milik Made. Di lapak tersebut terjadi percakapan antaretnis pedagang. Pada saat tersebut Pak Made selanjutnya disebut
Vol. 27 No.1
P1, Pardjono merupakan EM selanjutnya disebut P2, kemudian Suyanto selanjutnya disebut P3 yang merupakan EJ bercakap-cakap dengan topik kehidupan sehari-hari. P1 penutur BB mengawali percakapan di atas pada baris (1) mengawali percakapannya dengan P2 menggunakan BI. P2 menggunakan bahasa yang dikuasai bersama dengan menggunakan BI yang merupakan alat komunikasi penghubung antaretnis. Kemudian pada baris 5, 6 dan 7 terjadi penggunaan pilihan kode BB serta BI . P3 mengawali percakapan dengan menggunakan BB dan P1 merespons dengan menggunakan BB dan direspons juga menggunakan BB oleh P2. Model akomodasi linguistik yang terdapat pada data 13 berdasarkan arah perilaku kebahasaan P3 dapat digolongkan sebagai konvergensi ke atas dan horizontal. P3 disebut konvergensi ke atas karena P3 menggunakan BI dalam percakapannya terhadap P2 pada baris 3. Kemudian disebut konvergensi horizontal karena P3 menggunakan BB dalam komunikasinya pada baris 6. Terdapat hal menarik pada baris 10, yaitu P3 berperilaku divergensi dengan penggunaan BJ dalam komunikasi terhadap P1 yang bukan penutur BJ. Berdasarkan kelengkapannya, P3 dapat dikatakan beperilaku bahasa secara konvergensi parsial karena penggunaan BB pada baris 6 tidak secara penuh yakni ada unsur BI seperti /Iya/ padahal jika dipadankan ke dalam BB dapat digunakan kosakata /ngih/ .
Berdasarkan objektivitasnya, P3 tergolong konvergensi objektif. Tergolong konvergensi objektif karena P3 menyesuaikan kebahasaan secara aktual ke arah tuturan mitra tutur, yakni ke dalam BI dan BB.
Model Akomodasi Linguitik Antaretnis pada pedagang oleh Etnis Madura
Latar Topik Partisipan
Data 20
Pasar Kodok Tabanan Transaksi tawar menawar Peneliti EB sebagai (P1) Ach. Yani Zain EM sebagai (P2)
P1 : (1) “Aji kuda sik ne Pak?”
‘Ini harganya berapa Pak?’
P2 : (2) “Seratus ribu mas”
P1 : (3) “sing dadi tawah ne?”
‘tidak boleh ditawar?’
P2 : (4) “waduh Mas, bedik dapat untung
saya.”
‘waduh Mas, sedikit saya dapat untung.’
Pada data 20, di atas merupakan percakapan antaretnis, yakni peneliti yang berkedudukan sebagai EB penutur BB kemudian selanjutnya disebut P1. Kemudian Ach. Yani Zein merupakan EM penutur bukan BB, melainkan penutur BM selanjutnya disebut dengan P2. Pada percakapan di atas P1 menggunakan BB ketika berkomunikasi dengan bukan penutur BB merupakan perilaku divergen. Perilaku divergen mengacu kepada cara seseorang yang mempertahankan tuturannya, baik verbal maupun non verbal agar dapat membedakan dirinya dengan penutur lain (Giles dan Coulpland, 1991:61). Perilaku divergen menurut Dhanawaty dkk, (2013:44) pada umumnya juga cenderung membangun hubungan disasosiatif, memperlebar jarak sosial, dan menonjolkan identitas. Akan tetapi perilaku divergen yang dilakukan oleh peneliti merupakan teknik pancing sebagai upaya untuk mendapatkan data dari informan (Sudaryanto, 1993). Informasi yang didapat dari P2 bahwa, P2 dapat menggunakan BB dalam berkomunikasi yang ditunjukkan pada data 13 baris 4. Pemilihan kode BB oleh P2 merupakan kebanggaan bagi etnik BB karena mampu berkonvergensi ke arah penutur BB.
Vol. 27 No.1
Model akomodasi yang terdapat pada data 20 oleh P2 dapat diklasifikasikan berdasarkan arah, kelengkapan, dan objektivitasnya. Dilihat berdasarkan arahnya, P2 berkonvergensi ke atas dan horizontal. Tergolong ke atas karena P2 menggunakan BI ketika merespon pertanyaan dari P1 dengan menggunakan BI. Hal tersebut dibuktikan pada baris 2. Tergolong horizontal karena P2 berkonvergensi ke arah mitra tutur dengan menggunakan BB yang dibuktikan pada baris 4. Dilihat berdasarkan kelengkapannya P2 tergolong konvergensi penuh dan parsial. Tergolong penuh karena penggunaan BI pada bari 2 tidak terdapat unsur bahasa lain. Tergolong parsial dapat dibuktikan pada baris 4 dengan unsur BI yang membuat bentuk CK pada tuturanya seperti kosakata bedik dapat untung saya jika dipadankan ke dalam BB menjadi bedik maan bati tiang yang bermakna ‘sedikit dapat untung saya’. Dilihat berdasarkan objektivitasnya, P2 tergolong konvergensi objektif karena P2 mampu berkonvergensi ke arah mitra tutur dengan menggunakan BB dibuktikan pada baris 4.
Faktor Penyebab Terjadinya Akomodasi Linguistik Antaretnis pada Pedagang di Pasar Kodok Tabanan
Penelitian akomodasi antaretnis pada pedagang di Pasar Kodok Tabanan menunjukkan beberapa faktor penyebab terjadinya bentuk akomodasi yang bersifat konvergensi dan divergensi. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Penyebab Konvergensi Linguistik
Faktor Penyebab konvergensi linguistik di Pasar Kodok dapat diringkas sebagai berikut.

Gambar 3.3 Faktor Penyebab Konvergensi Linguistik
Penyebab Divergensi Linguistik
Bentuk divergensi linguistik pada pedagang di Pasar Kodok disebabkan oleh beberapa fakto yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab yang membuat akomodasi linguistik tejadi di Pasar Kodok Tabanan adalah (a) membedakan diri dan (b) mencari kelompok identitas yang sama. Faktor penyebab divergensi linguistik di Pasar Kodok Tabanan dapat diringkas sebagai berikut.

Gambar 3.4 Faktor Penyebab Divergensi
Linguistik
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa EB, EJ, dan EM berprilaku konvergensi terhadap mitra tuturnya walaupun tidak sepenuhnya ke arah bahasa mitra tutur. Perilaku konvergensi oleh pedagang tersebut merupakan salah satu cara atau strategi dalam berkomunikasi
Vol. 27 No.1
antaretnis. Strategi akomodasi pada situasi kebahasaan yang heterogen dilakukan dengan cara berusaha menguasai bahasa-bahasa yang ada pada lingkungan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, akomodasi yang terjadi pada lingkungan heterogen dalam hal ini akomodasi linguistik antaretnis pada pedagang di Pasar Kodok Tabanan merupakan salah satu strategi komunikasi antaretnis. Secara garis besar, akomodasi yang terdapat pada lingkungan heterogen membangun tatanan kehidupan pluralistik pada pedagang etnis Bali, Jawa, dan Madura.
Adnyana, Sulis. 2015. “Akomodasi Bahasa Pada Masyarakat Kota Pekalongan Etnis Jawa– Tionghoa–Arab Dalam Ranah Perdagangan” . Tesis. Universitas Negeri Semarang.
Arikunto, Suharsini.1993.Manajemen Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin. 2004. Metodelogi Penelitian.
Bandung: PT. Remaja Rosakarya.
Basrowi, dan Suwandi, 2008. Memahami
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarkat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Chaer, Abdul dan Agustina Leonie. 2004.
Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta
Coupland, N dan Giles, H. 1988. “Introduction: the communicative contexts of accommodation”. Language and Communication Journal, Great Britain Vol.8, no ¾, Hal. 175-182.
Dhanawaty, dkk .2013.“Model Akomodasi dalam Upaya Pengembangan Toleransi Antaretnis pada Masyarakat Transmigran Bali di Provinsi Lampung.” Laporan Kegiatan Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional DIKTI Ernawati, Ni Luh. Campur Kode Bahasa Jepang Oleh Penutur Bahasa Indonesia Di Jejaring
Sosial Facebook. Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana, [S.l.], v. 25, n. 2, p. 102--111, sep. 2019. ISSN 2656-6419. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/art icle/view/50643>. Date accessed: 20 nov. 2019. doi:
https://doi.org/10.24843/ling.2018.v25.i02.p02. Haerun A, Haerun. Alih Kode Bahasa Muna
Terhadap Tuturan Bahasa Indonesia Di Kota Kendari. Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana, [S.l.], v. 18, sep. 2011. ISSN 2656-6419. Available at:
<https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/art icle/view/9674>. Date accessed: 20 nov. 2019.
Haryono, Akhmad. Perubahan Dan Perkembangan Bahasa: Tinjauan Historis dan Sosiolinguistik. Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana, [S.l.], v. 18, sep. 2011. ISSN 2656-6419. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/art icle/view/9679>. Date accessed: 20 nov. 2019.
Irawan, Giovanni. Interferensi Struktur Wh-Questions Pada Karangan Dialog Mahasiswa Semester V Di Universitas Islam Negeri Malang.Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana, [S.l.], v. 20, mar. 2012. ISSN 2656-6419.
Availableat:<https://ojs.unud.ac.id/index.php/li nguistika/article/view/9702>. Date accessed: 20 nov. 2019.
Padmadewi, Ni Nyoman. Variasi Bahasa Suami Dan Istri Dalam Wacana Percakapan.
Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana, [S.l.], v. 14, mar. 2007. ISSN 2656-6419. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/art icle/view/73>. Date accessed: 20 nov. 2019.
Suputra, Gusti Ketut Alit. 2016. “Penggunaan Bahasa Guyub Tutur Masyarakat Bali Di Parigi, Sulawesi Tengah”. Desertasi. Universitas Udayana.
Yuniarti, Ni Luh; BUDIARSA, Made; SERI MALINI, Ni Luh Nyoman. Pemertahanan Bahasa Bali Aga pada Ranah Keluarga Di
Vol. 27 No.1
Desa Belantih, Kintamani, Bali. Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana, [S.l.], v. 24, n. 1, p. 3948, mar. 2017. ISSN 2656-6419. Available at:
<https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/a rticle/view/34656>. Date accessed: 20 nov. 2019.
101
Discussion and feedback