Ranah Graduation dalam Sistem Appraisal yang Digunakan pada Harian Bali Post dan Tribun Bali
on
LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2019
p-ISSN: 0854-9613
Vol. 26. No. 2
Ranah Graduation dalam Sistem Appraisal yang digunakan pada Harian Bali Post dan Tribun Bali
Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali, Denpasar-Indonesia
Email: idaayusuryantiniputri@gmail.com
Abstrak
Artikel ini berfokus pada penggunaan salah satu peranti yang ada dalam sistem appraisal, yakni graduation. Data dikumpulkan dari teks berita kriminal yang ada pada Harian Bali Post dan Tribun Bali menggunakan metode simak dengan teknik catat. Berita yang didapat kemudian dianalisis menggunakan sistem appraisal dari White dan dipersentasekan untuk mendapatkan jumlah kemunculan dan perbandingan. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa peranti graduation yang digunakan wartawan pada suatu pemberitaan berbeda-beda, tergantung dari peristiwa yang terjadi dan situasinya.
Kata Kunci: appraisal, pergeseran makna, berita kriminal
Abstract
This article focus on the use of one part of appraisal system that is graduation. Data were colected from Daily Newspaper Bali Post and Tribun Bali, criminal news in particular. The author used note technique and the method of observing. The collected data then were analized using appraisal system by White and finding the percentage to get the number of appearance and comparation. According to the result of analisys, it can be seen that the device graduation of each reporters are different, depending on the incidents that occur and the situation
Keywords : Appraisal, graduation, criminal news.
Pendahuluan
Sistem appraisal adalah sebuah sistem penilaian yang digunakan untuk mengkaji hubungan interpersonal antara penulis dan pembaca serta antara pembicara dengan pendengar. Munculnya teori appraisal (TA) disebabkan kurang tajamnya analisis makna interpersonal yang dilakukan dalam Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) yang hanya bersifat deskriptif dan terbatas pada pembagian mood dan residue. Mood terdiri atas subjek dan verba finite,sedangkan residue adalah elemen-elemen lain dalam klausa di luar mood (White 1988).Oleh karena itu, White yang telah merangkum penelitian pendahulunya, kemudian membuka appraisal website.Terobosan White mendapat sambutan dari para functionalist hingga
muncul beberapa literatur yang merupakan pembenaran (justification) dan elaborasi lebih mendalam (Martin, 2000; Cofin, 2000; Corner 2001; Martin dan Rose, 2003) yang lebih memopulerkan teori appraisal sebagai ‘evaluative use of language’ yang fokus mengambil salah satu ranah metafungsi bahasa, yaitu interpersonal. Tujuannya agar dapat menganalisis secara lebih mendalam hubungan pembicara dengan pendengar, penulis dengan pembaca.
Dalam Teori Appraisal menurut White dikenal memiliki tiga ranah, yaitu sikap (attitude), cara sikap diaplikasikan (graduation,) dan sumber sikap (engagement). Sementara itu, yang menjadi fokus pembahasan pada jurnal kali ini adalah ranah graduation.
Ranah graduation adalah salah satu dari tiga ranah pada sistem appraisal. Pada ranah ini, dapat dilihat cara penulis atau dalam hak ini wartawan, menyikapi peristiwa atau orang pada sebuah berita. Pada kode etik jurnalistik terlihat jelas bahwa berita yang disampaikan wartawan haruslah berimbang. Artinya, wartawan harus memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk bersuara.
Meskipun demikian, wartawan tetap tidak bisa netral dalam melakukan pemberitaan. Hal tersebut disebabkan oleh posisi wartawan idealnya membela pihak yang lemah, kaum minoritas, atau kepentingan masyarakat umum. Oleh karena itu, pada ranah graduation ini dapat dilihat cara wartawan mengaplikasikan sikapnya yang dituangkan dalam tulisan atau berita yang dibuatnya.
Graduation adalah skala pergeseran makna yang terdiri atas force (tekanan) dan focus (titik makna). Menurut White, force adalah pemakaian atribut intensitas yang gradables, yakni dapat diukur, baik secara implisit maupun eksplisit. Gradable yang dimaksudkan di sini adalah atribut tersebut dapat dibuat dengan perbandingan, misalnya ‘Dia lebih dihargai dibandingkan dengan...’ Sementara itu, focus yang bersifat non-graded itu bisa naik bisa turun, tetapi tidak untuk dibandingkan. Dua contoh di bawah ini menunjukkan force dan focus.
-
(1) Untungnya dia tidak dimasukkan ke penjara.
-
(2) Dia ditemukan dalam keadaan bersimbah darah.
Kata ‘untungnya’ pada klausa (1) dapat dibandingkan dengan “tidak beruntung” atau “rugi”. Sementara kata “bersimbah darah” pada (2) tidak dapat diukur atau dibandingkan atau digantikan secara langsung dengan kata lain, misalnya dengan “tidak bersimbah darah”. Jadi pada force (tekanan) bisa ditemukan antonim atau bentuk lain karena dapat diukur. Sementara focus (titik makna) tidak bisa diukur sehingga tidak mudah menemukan perbandingan atau bentuk lain yang dapat menggantikan. Kita tidak
dapat mengantikan kata “bersimbah darah” dengan kata “tidak bersimbah darah” atau “darahnya sedikit”. Hal tersebut sudah menjadi focus wartawan untuk membuat kalimat tersebut menjadi sharpening (penguatan makna) dengan menggunakan kata “bersimbah darah” atau softening (pelemahan makna) dengan menggunakan bentuk lain. Misalnya, “Dia ditemukan telah tergeletak dengan darah mengalir dari keluar dari hidung dan dahinya”.
Force dan focus di sini dibagi lagi menjadi bagian lain. Force dibagi menjadi peranti eksplisit dan implisit. Sementara focus dapat dibagi lagi menjadi sharpening (penguatan) dan softening (pelemahan makna). Eksplisit dapat berarti bentuk langsung yang sebenarnya, implisit dapat berarti bentuk tak langsung yang mengandung maksud lain. Sementara sharpening (penguatan) dan softening (pelemahan). Jadi, di sini dimungkinkan terjadi pemilihan kata atau diksi yang sangat sarkas bisa juga sangat halus.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa berita kriminal pada media massa yang ada di Bali, khususnya pada Harian Bali Post dan Tribun Bali. Data yang diambil berupa berita kriminal di koran atau media cetak yang diterbitkan oleh setiap media tersebut. Koran dipilih karena dalam pengerjaannya, menggarap koran lebih banyak menghabiskan waktu dan banyak orang yang terlibat dibandingkan dengan media online. Jadi, hasilnya pun lebih matang dan tertata dibandingkan dengan berita di online.
Pemilihan data dilakukan menggunaan metode purposive sampling, Kriteria teks yang dapat dimasukkan sebagai data adalah teks-teks yang masuk ke dalam rubrik kriminal yang peristiwanya ada pada kedua harian.
Teks-teks berita kriminal yang ada pada Harian Bali Post dan Tribun Bali kemudian dibandingkan untuk mencari persamaan dari segi peristiwa dan tanggal diterbitkannya. Setelah
mendapatkan berita peristiwa dan tanggal yang sama, dilakukan pemilihan frasa dan klausa yang menggunakan peranti appraisal graduation.
Hasil dan Pembahasan
Data berupa teks dari empat berita pada kedua harian kemudian dianalisis menggunakan ranah sikap. Berikut hasil analisis yang didapat.
Berita 1 membahas tentang kasus penipuan, berita 2 tentang kasus pembunuhan, berita 3 tentang penculikan dan berita empat tentang persidangan terdakwa.
Dari berita-berita tersebut, diambil data secara acak yang berhubungan dengan ranah graduation, yakni force dan focus. Force dibagi menjadi eksplisit dan implisit sedangkan focus dibagi menjadi sharpening dan softening.
-
1. Peranti Eksplisit
Pada teks berita dapat dianalisis menggunakan peranti eksplisit yang dapat dilihat pada data-data berikut.
(1-1) Atas peristiwa tersebut, korban melaporkan kasusnya ke Mapolda Bali (TB-1).
(1-2) …dan memasang foto profil Ni Made Ayu Wimalasari tanpa izin (BP-1).
(1-3) Korban dibawa ke sebuah rumah ditempatkan di ruangan tertutup dan gelap (TB-3).
Data (1-1) sampai (1-4) di atas yang dimunculkan adalah data sesungguhnya. Kalimat dan diksi yang digunakan pun berupa kalimat dan diksi yang terungkap secara jelas tanpa ada unsur atau maksud lain di baliknya. Hal tersebut ada pada frasa atau klausa, korban melaporkan kasusnya, tanpa izin, dan di ruangan tertutup dan gelap.
-
2. Peranti Implisit
Peranti kedua adalah implisit. Berikut data yang ditemukan.
(2-1) …pelaku meminta uang pulsa dan meminta uang untuk alasan biaya berobat ke rumah sakit,” jelasnya (TB-1).
(2-2) Saat ini polisi baru menerima laporan dari AS….(BP-1).
(2-3) “Kami masih memeriksa saksi-saksi,
termasuk pembantu korban….(BP-2).
(2-4) Keluarga merasa dalam perkara ini,
terdakwa belum mengungkap secara jelas kebenaran di persidangan (TB-4).
-
3. Peranti Sharpening (Penguatan Makna) (3-1) Polisi menggeledah rumah tersebut dan menyita barang bukti juga memeriksa secara digital (TB-1).
(3-2) … ada aksi perlawanan dari korban
sebelum dihabisi (TB-2).
(3-3) “Awalnya korban dipukuli dan dirampas Hp-nya (TB-3).
Data (3-1) di atas ditemukan kata menggeledah dan menyita. Secara rasa bahasa, kedua kata ini mengandung makna yang mengarah pada paksaan. Di sini, wartawan menggunakan kedua bentuk ini untuk pelaku. Jadi terlihat bahwa wartawan tidak memihak kepada pelaku dan pelaku berhak mendapat perlakuan kasar atau paksaan. Sementara pada (3-2) terdapat diksi dihabisi, bentuk ini ditujukan pada korban. Jadi di sini wartawan ingin menggambarkan betapa kejamnya pelaku karena menghabisi nyawa korbannya. Pada (3-3), peranti sharpening yang digunakan adalah dipukuli dan dirampas. Bentuk memukul sebenarnya adalah bentuk umum yang digunakan untuk menggambarkan korban disakiti dengan menggunakan tangan. Akan tetapi, bentuknya menjadi memukuli, yang artinya perbuatan tersebut dilakukan berkali-kali. Selain itu, ada pula bentuk dirampas, bentuk yang digunakan ini menyiratkan bahwa pelaku memaksa mengambil sesuatu dari korban. Kedua bentuk ini ditujukan untuk korban tetapi wartawan ingin mengabarkan kepada pembaca bahwa korban diperlakukan dengan kasar.
-
4. Peranti Softening (Pelemahan Makna)
Peranti terakhir yang ada pada ranah graduation adalah softening. Seperti penjelasan sebelumnya, peranti ini mengandung makna yang dihaluskan. Hal ini dapat dilihat pada data berikut.
(4-1) ...sengaja membuat akun palsu milik wanita tersebut karena saking ngefansnya.…(TB-1)
(4-2) Dia pun berharap peristiwa ini segera terungkap (TB-2).
(4-3) …korban bertemu dengan orang yang tidak dikenal berjumlah lebih dari satu orang (TB-3).
(4-4) Terdakwa Astawa secara tersendiri
menyampaikan penyesalannya telah menghilangkan nyawa pasutri asal Jepang itu (TB-4).
Data (4-1) wartawan mengambil kata saking ngefansnya yang dikutip dari pernyataan polisi. Namun, di sini dari kata yang digunakan tersebut terlihat bahwa ada sisi penghalusan yang dilakukan wartawan TB karena pada BP bentuk ini tidak ditemukan. Selain itu, kata ini tidak berhubungan dengan kasus yang didugakan pada tersangka, yakni kasus penipuan. Tersangka menggunakan akun korban untuk melakukan penipuan. Dari fakta tersebut, bentuk saking ngefansnya menyiratkan ada penghalusan kepada tersangka karena orang yang mengagumi atau ngefans sejatinya tidak memanfaatkan idolanya untuk kepentingannya. Selanjutnya pada (4-2) terdapat kata berharap diungkapkan oleh polisi. Dalam peristiwa kriminal, harapan yang disampaikan oleh polisi tersebut diharapkan oleh semua pihak, termasuk pembaca. Kata ini muncul setelah wartawan menanyai tentang jejak kaki dan bukti-bukti lain yang ditemukan di sekitar korban tetapi belum terungkap. Di sini wartawan terlihat memberikan kata penghalusan kepada polisi. Selanjutnya pada (4-3), terdapat klausa orang yang tidak dikenal berjumlah lebih dari satu orang. Di sini tidak disebutkan jumlah pasti orang yang bertemu dengan korban. Hal ini menyiratkan selain ada penghalusan untuk pihak tersangka terjadi juga indikasi bahwa wartawan
tidak mengetahui jumlah pastinya. Data (4-4) yakni persidangan, terdapat bentuk menghilangkan nyawa. Di sini terlihat bahwa wartawan sedang menunjukkan rasa kasihannya kepada terdakwa dengan menggunakan bentuk menghilangkan nyawa, bukan membunuh atau menghabisi.
Data pada kedua harian sudah diklasifikasikan dan dimasukkan ke tabel. Rincian data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Berita 1
No |
Frekuensi Bali Post 28 klausa |
Persentas Frekuensi |
Persenta se (%) | |||
e (%) |
Tribun Bali klausa |
36 | ||||
1 |
Force |
Explicit |
10 |
35,71 |
11 |
30,56 |
Implicit |
8 |
28,57 |
7 |
19,44 | ||
2 |
Focus |
Sharpening |
6 |
21,43 |
10 |
27,78 |
Softening |
4 |
14,29 |
8 |
22,22 | ||
Total |
28 |
100 |
36 |
100 |
Berita 2 | ||||||
No |
Frekuensi Bali Post 34 klausa |
Persent ase (%) |
Frekuensi Tribun Bali 42 klausa |
Persenta se (%) | ||
1 |
Force |
Explicit |
16 |
47,06 |
11 |
26,19 |
Implicit |
7 |
20,59 |
11 |
26,19 | ||
2 |
Focus |
Sharpening |
5 |
14,71 |
8 |
19,05 |
Softening |
6 |
17,65 |
12 |
28,57 | ||
Total |
34 |
100 |
42 |
100 |
Berita 3 | ||||||
No |
Frekuensi Bali Post 67 klausa |
Persent Frekuensi ase (%) Tribun Bali 32 klausa |
Persent ase (%) | |||
1 |
Force |
Explicit |
28 |
41,79 |
14 |
43,75 |
Implicit |
13 |
19,40 |
6 |
18,75 | ||
2 |
Focus |
Sharpening |
15 |
22,39 |
8 |
25,00 |
Softening |
11 |
16,42 |
4 |
12,50 | ||
Total |
67 |
100 |
32 |
100 | ||
Berita 4 | ||||||
No |
Frekuensi Bali Post 17 klausa |
Persent Frekuensi ase (%) Tribun Bali 42 klausa |
Persenta se (%) | |||
1 |
Force |
Explicit |
5 |
29,41 |
16 |
38,10 |
Implicit |
8 |
47,06 |
13 |
30,95 | ||
2 |
Focus |
Sharpening |
3 |
17,65 |
3 |
7,14 |
Softening |
2 |
5,88 |
10 |
23,81 | ||
Total |
27 |
100 |
42 |
100 |
Simpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil simpulan bahwa ranah graduation yang ada pada kedua media jumlah, bentuk, dan faktor yang menyebabkan wartawan menggunakan bentuk itu sangat bervariasi. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa ranah graduation yang dimunculkan wartawan pada suatu pemberitaan berbeda-beda. Dari 4 teks berita yang dianalisis, persentase kemunculan peranti tertinggi pada Tribun Bali yakni peranti explicit yang ditemukan pada 3 berita, yakni berita 1, 3 dan 4 sedangkan berita 2 peranti tertinggi softening (penghalusan makna). Sementara jumlah kemunculan peranti terendah
jumlahnya bervariasi, ada dua berita yang menggunakan peranti sharpening (penajaman makna) terendah dan sisanya menggunakan peranti implicit dan softening. Sementara pada Bali Post, peranti tertinggi yang digunakan adalah peranti explicit pada berita 1,2, dan 3 sedangkan peranti tertinggi pada berita 3 adalah peranti implicit. Sementara peranti terendah yang digunakan BP adalah softening yang ada pada Berita 1, 3, dan 4 sedangkan pada Berita 2 peranti terendah yang digunakan adalah sharpening.
Daftar Pustaka
Eriyanto. 2001/2005. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.
Mbete, Aron Meko, Made Jiwa Atmaja, dkk. Dinamika Bahasa Media Televisi,
Internet, dan Surat Kabar. Udayana
University Press: Denpasar.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Thomas, Linda dan Shan Wareing. 2007. Bahasa Masyarakat dan Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
137
Discussion and feedback