Transitivitas pangiwa teks aji blegodawa

I WAYAN RASNA* )

Abstrak

Artikel penelitian ini mengkaji transitivitas pengiwa (ilmu hitam) teks Aji Blegodawa. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan teori Linguistik Sistemik Fungsional. Data dikumpulkan dengan metode pencatatan dokumen. Perolehan data dianalisis dengan prosedur : (1) pengklasifikasian teks Aji Blegodawa berdasarkan kesamaan isinya, (2) modifikasi teks, (3) analisis dengan menggunakan LSF model Halliday (1985 : 2004, 2005) ; (Halliday dan Matthiessen, 2004). Hasil analisis menunjukkan bahwa proses material mencapai 553 (48,47%) sebagai peringkat pertama. Peringkat kedua diduduki oleh proses relasional sebanyak 175 (20,42%). Peringkat ketiga diduduki oleh proses mental sebanyak 147 (15,70%). Berdasarkan hal ini, maka teks Aji Blegodawa sebagai teks prosedural mempersyaratkan adanya tindakan sebagai prosedur dalam merealisasikan transitivitas teks prosedural.

Kata Kunci : Transitivitas, Aji Blegodawa

Abstract

This article investigates the transitivity of Pangiwa (black magic) of Aji Blegodawa text. The study was conducted by using Functional Systemic Linguistics. The data were analyzed by document recording method following the procedures : (1) classification of Aji Blegodawa text based on similarity of content, (2) modification of the text, (3) analysis by using the functional systemic linguistics model (Halliday, 1985, 2004, 2005 ; Halliday and Matthiessen, 2004). The results showed that material process totaled 553 (48.47%) or ranked first. The second ranking went to relational process, with the total of 175 (20.42%). The third ranking was occupied by mental process with the total of 147 (15.70%). In the light the findings, as a procedural text, Aji Blegodawa text necessitates the presence of action as the procedure in realizing the transitivity of procedural text.

Key words. Transitivity, Aji Blegodawa.

*) Penulis adalah Staf Pengajar Jurusan Bahasa Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

  • 1.    Pendahuluan

Transitivitas adalah sistem gramatikal yang membahas struktur klausa yang mempresentasikan makna ideasional : eksperiensial. Struktur ini merealisasikan makna pengalaman, yang di dalam realitas terdapat tiga konstituen, yaitu : proses, partisipan dan sirkumstan. Realitas proses merupakan inti kejadian dalam suatu pengalaman, baik berupa pengalaman fisik, mental, verbal, perilaku, relasional, ataupun eksistensial. Setiap jenis proses itu menentukan jenis partisipannya, yang meliputi pelaku, proses, sesuatu yang dikenai proses, fenomena, atau sesuatu yang dikatakan, bergantung jenis prosesnya. Sirkumstan adalah lingkungan fisik dan nonfisik dalam kejadian tersebut.

Proses direalisasikan ke dalam kelompok verba, partisipan direpresentasikan dengan kelompok nomina, sedangkan sirkumstan diekspresikan melalui kelompok adverbia. Sesuai dengan transitivitas linguistik sistemik fungsional, terdapat enam macam proses, yaitu material, mental, verbal, behavioral, relasional dan eksistensial (Eggins, 1996 : 220266 dan Martin, 1997 : 100-130). Realisasi Pengalaman Linguistik pemakai bahasa di sebut transitivitas (Silalahi, 2006 : 2).

  • 2.    Metode

Penelitian, teks Aji Blegodawa sebagai teks magis bersifat deskriptif etnografis. Sebab, penelitian ini menerapkan deskripsi budaya dari suatu etnik (Sutjaja, 2005 : 50). Jenis korpus penelitian ini ialah korpus primer, yaitu teks Aji Blegodawa, dan korpus sekunder dari praktisi yang sekaligus merupakan sumber data. Berdasar hal ini, maka data transitivitas dikumpulkan dengan metode pencatatan dokumen dan observasi. Analisis data dilakukan dengan pengelompokan data berdasar kesamaan isinya, modifikasi klausa, dan analisis transitivitas. Penyajian dilakukan secara deskriptif.

  • 3.    Tinjauan Pustaka

Suarnajaya (2001) menyebutkan transitivitas merujuk pada struktur klausa dari segi cara klausa memetakan realitas. Ia berhubungan dengan perbedaan antara verba-verba yang menunjukkan perbuatan, peristiwa, reaksi, berpikir, mengamati, mengidentifikasi, mengatakan, mendeskripsikan sesuatu. Dengan kata lain, pusat perhatian transitivitas adalah pemakaian tipe proses yang merupakan realisasi pengalaman linguistik pemakai bahasa (Silalahi, 2006 : 2). Sebagai realisasi pengalaman linguistik, transitivitas merupakan sistem gramatikal yang mendasari klausa sebagai representasi fungsi eksperiensial (Widodo, 2006 : 1). Fungsi eksperiensial menunjukkan pengalaman bukan linguistik yang direalisasikan ke dalam pengalaman linguistik dalam klausa yang terdiri atas tiga unsur, yaitu proses, partisipan, dan siskumstan (Silalahi, 2006 : 5 ; Saragih, 2006 : 2 ; dan Saragih, 2006 : 7).

Proses adalah elemen sebuah klausa yang direalisasikan dengan kata kerja atau kelompok kata kerja. Partisipan adalah elemen klausa yang direalisasikan dengan kata benda, kelompok kata benda / nominal group. Sirkumstan adalah elemen klausa yang direalisasikan dengan kata keterangan atau frase preposisi (Widodo, 2006 : 1 ; Silalahi, 2006 : 3 Saragih, 2006 : 2 ; Silalahi, 2006 : 2- 3, Saragih, 2006 : 7).

Saragih (2006) dalam penelitiannya tentang fungsi tekstual dalam wacana Fisika dan Sejarah menemukan bahwa dalam wacana fisika proses relasional yang dominan, sedangkan dalam wacana sejarah proses material yang dominan. Hal ini terjadi karena klausa dalam wacana fisika dihubungkan. Oleh konjungsi, sementara klausa dalam wacana sejarah direalisasikan oleh verba.

  • 3.1    Jenis Proses

Proses material adalah proses fisik murni, tanpa unsur mental ataupun perilaku. Proses ini terdiri atas dua macam, yaitu doing (melakukan sesuatu) dan happening (kejadian) (Eggins, 1994 : 230; Santosa, 2003 : 79; Tantra, 2003 : 18 dan Arfinal, 2004 : 51). Proses materi doing bersifat kreatif dan biasanya mempunyai konstituen aktor-proses-goal. Proses happening mempunyai konstituen aktor-proses. Perhatikan contoh (1) dan (2) berikut ini :

(1) Proses material : kejadian

Contoh No.

Proses Material

(1)

Yang Aktor

sempat

Sir : waktu

mengalami

Pro : Material

cedera Range

(Suarnajaya, 2001 : 38)

(2) Proses material : melakukan sesuatu

Contoh No.

Proses Material

(2)

Keoptimisan ini Goal

ditunjukkan

Pro : material

Ferguson Aktor

dengan komentarnya Sir : cara

(Suarnajaya, 2001 : 38)

  • 3.1.1    Proses Mental

Proses mental adalah proses berpikir (kognitif), mengindera (perseptif), dan merasa (afektif). Proses mental kognitif berkaitan dengan penggunaan otak, seperti berpikir, memahami. Proses mental perseptif bertalian dengan penggunaan indera untuk berproses, seperti melihat, mendengar, merasa dengan (lidah, dan kulit), sedangkan proses mental afektif berhubungan dengan perasaan atau hati, seperti mencintai, membenci, menyukai, tidak suka.

Partisipan proses mental ada dua, yaitu yang berpikir atau yang mengindera, atau yang merasa disebut senser, sedangkan yang dipikir atau yang dirasa atau yang diindera disebut fenomenon. Fenomenon ada dua, yaitu fenomenon mikro apabila berupa sesuatu baik abstrak maupun kongkret, umumnya berupa kata benda. Fenomenon makro sesuatu tersebut sedang melakukan aktivitas atau dikenai aktivitas umumnya berupa frase benda dengan embedded post modifier, dan meta apabila berupa ide, umumnya berupa klausa (Eggins, 1994 : 240; Santosa, 2003 : 80; Tantra, 2003 : 18-19; dan Arfinal, 2004 : 53). Proses ini dapat dilihat pada contoh (3) dan (3)

Contoh No.

Proses Mental

(3)

Lah kami

simak

Pengindra

Pro : mental

Kami sudah memahami

(Arifinal, 2004 : 53)

(4)

Aku

menyukai

embacang

Pengindra

Pro : mental

Fenomenon

(Saragih, 2006 : 8)

  • 3.1.2    Proses Verbal

Proses verbal di sini ialah proses aksi verbal. Jadi, proses berkata murni, tidak ada perilakunya. Proses ini sering direalisasikan dengan berkata, bertanya, menceritakan. Partisipan proses ini ialah sesuatu yang menyatakan yang disebut sayer, sesuatu yang dikatakan disebut verbiage dan yang menerima verbiage disebut receiver (Eggins, 1994 : 251; Santoso, 2002 : 82; Tantra, 2003 : 19). Proses verbal dapat dilihat pada contoh berikut ini :

Contoh No.

Proses Verbal

(5)

Ayat

Jo hadist

mengatakan

Partisipan

Partisipan

Pro : Verbal

Ayat dan hadist mengatakan

(Arifinal, 2004 :54)

  • 3.1.3    Proses Perilaku

Proses perilaku ada dua jenis, yaitu (1) proses perilaku verbal, dan (2) proses perilaku mental. Proses perilaku verbal adalah proses perilaku yang menggunakan verbal dalam melakukan tindakan, misalnya menyarankan, mengklaim, mendiskusikan, menjelaskan, mengolok-olok, mendamprat dan sebagainya. Proses

ini mempunyai partisipan, yaitu behaver dan verbiage. Bahever adalah partisipan yang melakukan proses perilaku verbal (Eggins, 1994 : 249-250; Santoso, 2003 : 82). Contoh proses perilaku verbal dapat dilihat pada contoh berikut ini :

Contoh No.

Proses Perilaku

(6)

MU

mempercayakan

barisan pertahanannya

kepada defenden Belanda

Behaver

Pro: Perilaku

Verbiage

Beneficiary

(Suarnajaya, 2001 : 40)

(7)

Tapi saya

ingin

pemulihan

secara alami

Behaver

Pro: perilaku

Fenomenon

Sir : cara

(Suarnajaya, 2001 : 42)

Proses perilaku mental merupakan gabungan antara proses mental dan proses material. Secara fisik, proses ini dapat diketahui, tetapi tidak hanya sekedar fisik, termasuk adanya unsur mental di balik proses fisiknya, seperti menyelidiki, mempelajari, mengecek, meneliti, mengabdi. Partisipan proses ini ialah behaver, si pelaku dan sekaligus pemikir/pengindera yang merasakan proses ini dan fenomenon adalah sesuatu yang dikenai proses ini. (Eggins, 1994 : 250; Santoso, 2003 : 82, dan

Tantra, 2003 : 19). Contoh berikut ini menunjukkan proses perilaku mental.

Contoh No.

Proses Perilaku Mental

(8)

Mereka

sudah meneliti

daerahnya

Behaver

Pro: Perilaku mental

fenomenon

(Santosa, 2001 : 82)

(9)

The police

are investigating

the case

Behaver

Pro : Perilaku mental

Fenomenon

(Santosa, 2001 : 82)

  • 3.1.4    Proses Relasional

Proses relasional adalah proses yang menghubungkan partisipan yang satu dengan yang lain. Hubungan ini bisa bersifat memberikan atribut atau memberikan nilai terhadap partisipan pertama. Oleh sebab itu, proses ini ada dua jenis, yaitu (1) proses relasional atributif, dan (2) proses relasional identifikasi (Eggins, 1994 : 255; Santoso, 2003 : 83; dan Tantra, 2003 : 19).

  • 1)    Proses Relasional Atributif

Proses relasional atributif adalah proses yang menghubungkan partisipan satu

dengan partisipan lain dengan cara memberikan atribut. Partisipan proses ini ialah

carrier (pembawa), yaitu partisipan yang diberi atribut, dan atribut dapat berupa partisipan (yang direalisasikan dalam kata atau frasa benda), keadaan atau sifat atau keberadaan (yang direalisasikan dalam kata sifat atau kata keterangan atau

adverbial). Kalimat (10), (11), dan (12) adalah contoh proses relasional :

Contoh No.

Proses Relasional Atributif

(10)

Pertandingan di Old Trafford

akan menjadi

sejarah

Carrier

Pro: relasional atributif

Atribut

(Suarnajaya, 2001:40)

(11)

Mereka

memang

punya

kekuatan

Carrier

Sir : cara

Pro : relasional atributif

Atribut

(Suarnajaya, 2001:41)

Contoh No.

Proses Relasional Atributif

(12)

Menjadi

ujung tombak tunggal

Pro: relasional atributif

Atribut

(Suarnajaya, 2001 : 55)

  • 2)    Proses Relasional Identifikasi

Proses relasional identifikasi adalah proses menghubungkan partisipan yang satu dengan partisipan yang lain dengan cara memberikan nilai pada partisipan tersebut. Partisipan yang lain meliputi token, adalah sesuatu yang diberi nilai, dan value adalah nilai sesuatu tersebut. Proses ini dapat direalisasikan melalui be (bahasa Inggris), adalah/merupakan (bahasa Indonesia). Akan tetapi, proses ini juga banyak direalisasikan ke dalam kata kerja seperti :

Bahasa Inggris : Show, indicate, symbolize, express, realize, reflect, define, represent, call, imply, personify, signify, define, equal to, dan sebagainya (Eggins, 1994 : 258-259; Santoso, 2003 : 84-86; dan Tantra, 2003 : 19).

Bahasa Indonesia : menunjukkan, menyimbolkan, mendifinisikan, menyebut, sama dengan, dan sebagainya. Contoh (13) dan (14) adalah proses relasional identifikasi.

Contoh No.

Proses Relasional Identifikasi

(13)

Yang

berfungsi

sebagai pemain jangkar MU

Token

Pro: relasional Identifikasi

Value

(14)

Inilah

Ajang paling prestisius

Token

Pro: relasional Identifikasi

Value

(Suarnajaya, 2001 : 40)

  • 3.1.5    Proses Eksistensial

Proses eksistensial adalah proses yang menunjukkan adanya sesuatu. Dalam bahasa Inggris proses ini tampil melalui struktur klausa dengan subjek gramatikal “there are/is…”, atau dengan kata kerja ‘exist’. Dalam bahasa Indonesia proses ini tampil dengan struktur klausa yang dimulai dengan “Ada….” Atau terdapat, kata kerja muncul. Partisipan proses ini hanya mempunyai satu partisipan, yaitu eksisten, sesuatu yang dimunculkan (Eggins, 1994 : 254-255; Santoso, 2003 : 86-87; dan Tantra, 2003 : 19). Proses eksistensial terdapat pada contoh (15) dan (16):

Contoh No.

Proses Eksistensial

(15)

Ada

masalah penting

di instansi kita

Pro:

Eksistensi

Sir : tempat

(16)

Terdapat

ratusan mobil

di lapangan itu

Pro:

Eksistensi

Sir : tempat

( Santosa, 2003 : 87)

  • 3.2    Sirkumstan

Sirkumstan adalah lingkungan fisik atau non-fisik yang melingkupi proses. Di dalam bahasa sirkumstan dinyatakan dengan kata atau frasa adverbial. Ada delapan macam sirkumstan, yaitu angle, extent, location, manner, cause, accompaniment, matter, dan role.

  • 4.    Pembahasan

    4.1    Analisis transitivitas ajaran Panestian TAB

Komponen fungsional dalam transitivitas meliputi proses, partisipan, dan sirkumstan. Proses adalah elemen sebuah klausa yang direalisasikan dengan kata kerja atau kelompok kata kerja. Partisipan adalah elemen klausa yang direalisasikan dengan kata benda (kelompok kata benda (nominal group). Tabel 1 berikut ini adalah tipe proses yang terdapat pada ajaran Panestian TAB.

Tabel 1. Transitivitas Teks Aji Blegodawa Bagian Ajaran Panestian

No

Proses

Jumlah

%

Peringkat

1

Material

127

51.2097

I

2

Mental

28

11.2903

III

3

Relasional

58

23.3871

II

4

Perilaku

24

9.67742

IV

5

Verbal

10

4.03226

V

6

Eksistensial

1

0.40323

VI

Jumlah Proses

248

100

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa transitivitas Ajaran Panestian didominasi oleh proses material, yaitu 127 (51,20%). Hal ini menunjukkan bahwa teks berfokus pada tindakan atau kejadian. Ini peringkat pertama. Peringkat kedua didominasi oleh proses relasional sebanyak 58 (23,39%). Proses ini menunjukkan bahwa fungsi partisipan sebagai pelengkap, yaitu melengkapi partisipan pembawa (sifat partisipan). Hal ini berarti bahwa teks ini banyak diwarnai oleh kejadian dalam teks. Peringkat ketiga diisi oleh proses mental sebanyak 28 (11,30%). Hal ini mudah dipahami karena wacana ini adalah wacana magis yang memang memerlukan proses mental. Contoh masing-masing proses dapat ditemukan pada : (A.3.2-17) dan (A.3.2-18) untuk proses material; (A.1.1-19) dan (A.9.1-20) untuk proses relasional; (A.7.10-21) dan (A.20.11-22) untuk proses mental; (A.7.16-23) dan (A.7.17-24) untuk proses perilaku; (A.2.13-25) dan (A.7.11-26) untuk proses verbal; dan (A.12.7-27) untuk proses eksistensial.

Contoh Proses Material :

No Teks

Contoh no

KLAUSA

A.3.2

17

sa, blego

pacek

holih

hiyip

sarananya; buah labu

tusuk

dengan

lidi ijuk

Sir: alat

Pro

Material

Prep

Sir: alat

Sarananya; buah labu (yang) ditusuk dengan lidi ijuk

No Teks

Contoh no

KLAUSA

A.3.2

18

pendem

ring

pawon

mwang

ring

sor genah toya

tanam

di

dapur

dan

di

bawah tempat air

Pro

Material

Prep

Sir.

Tempat

konj

prep

Sir. Tempat

tanam di dapur dan di bawah tempat air

Contoh Proses Relasional

No Teks

Contoh no

KLAUSA

A.1.1

19

Iti

Blegodawa

nga

ini

adalah

Ajaran

Blegodawa

namanya

Token

Value

Ini Blegodawa namanya

No Teks

Contoh no

KLAUSA

A.9.1

20

Nyan

pangiwa

panestian

kaputusan Hi Cambrabrag

ini

pangiwa

panestian

Ajaran I Cambrabrag

Token

Value

Ini ajaran Panestian I Cambrabrag

Contoh Proses Mental

No teks

Contoh no

KLAUSA

A.20.11

21

syanu

ahanonton

Hi Bhuta Sungsang

Si anu

melihat

I Bhuta Sungsang

senser

Pro mental

fenomenon

si anu melihat I Bhuta Sungsang

Contoh Proses Perilaku

No teks

Contoh no

KLAUSA

A.7.16

22

Sami

hanembah

ring

Haku

semua

menyembah

pada

aku

Behaver

Pro : Perilaku mental

Prep.

fenomenon

Semua

menyembah

padaku

No teks

Contoh no

KLAUSA

A.7.17

23

Hapan

haku

ngarad

Detya kabeh

karena

aku

mencipta

raksasa banyak

Sir : Sebab

Sayer

Pro : Perilaku verbal

Receiver

Karena

aku

mencipta            banyak raksasa

No Teks

Contoh no

KLAUSA

A.7.10

24

ring

budale

haja

nolih

tan

sidhi

palanya

dalam

perjalanan pulang

jangan

menoleh

tidak

berhasil

akibatnya

prep

Neg

Neg

Sir. Lokasi waktu

Pro Mental

Sir akibat

dalam perjalanan pulang jangan menoleh (kiri-kanan) (akan) mengakibatkan tidak berhasil

Contoh Proses Verbal

No Teks

Contoh no

KLAUSA

Yan hiba     Maluwasang, wastu jit bane hempet

A 0 1 Q

A.2.13

25

jika kamu menanyakan, supaya pantatmu tertutup

Konj sayer Pro : verbal, Sir. Accon pahiment

Jika kamu menanyakan, supaya pantatmu tertutup

No teks

Contoh no

KLAUSA

Haturang

salahnya

ring

sanggah kemulan

A.7.11

26

sampaikan

kesalahannya

di

tempat pemujaan leluhur

Pro : Verbal

Verbiage

Prep

tempat

Sampaikan

kesalahannya

di

tempat pemujaan leluhur

Contoh Proses Eksistensial

No teks

Contoh No

KLAUSA

Malih panestian

Hi Bhuta Karang Suwung nga.

lagi ajaran ilmu hitam

I Bhuta Karang Suwung namanya

A.12.7

27

Konj.

Pro : eksistensial

Ada lagi ajaran ilmu hitam Hi Bhuta Karang Suwung namanya.

Perlu dijelaskan bahwa contoh (A.3.2 - 17) dan (A.3.2-18) termasuk ke dalam proses material karena verba pacek ’tusuk’ pada contoh (A.3.2-17) menyatakan tindakan melakukan penusukan. Jadi, tindakan ini merupakan proses fisik murni tanpa ada unsur mental. Hal serupa juga terjadi pada kata pendem ’tanam’ seperti pada contoh (A.3.2 – 18). Oleh karena itu, kedua contoh tersebut termasuk ke dalam proses material.

Klausa iti Blegodawa ’ ini Blegodawa' merupakan partisipan yang diberi nilai (token), sedangkan nga ’yang merupakan singkatan ngarania yang berarti namanya adalah nilai sesuatu tersebut (value). Oleh karena itu, klausa tersebut (A.1.1-19) adalah proses relasional identifikasi. Hal yang tak berbeda juga terdapat pada contoh (A.9.1–20), yaitu nyan pangiwa panestian ’ini ajaran ilmu hitam’ adalah token karena merupakan partisipan yang diberi nilai, sedangkan kaputusan Hi Cambraberag ‘anjing kurus’ adalah value, karena merupakan nilai sesuatu itu.

Kata nolih ’menoleh’ pada (A.7.10-24) dan kata ahanonton ’melihat’ pada (A.20.11-21), masing-masing merupakan proses perilaku dan proses mental. Sebab, kata nolih ’menoleh’ tersebut berkaitan erat dengan penggunaan indera dan tindakan untuk berproses. Kata ahanonton, ’melihat’ berkaitan dengan indera saja.

Kata hanembah ’menyembah’ pada (A.7.16-22) adalah proses perilaku mental. Sebab, kata hanembah ’menyembah’ merupakan gabungan antara proses mental dan proses material. Hal ini terjadi karena pada proses penyembahan, di samping menggunakan perasaan (proses mental), juga menggunakan tindakan, seperti membungkukkan badan, atau menyatukan tangan (proses material).

Kata ngarad ’mencipta’ pada (A.7.17-23) adalah proses perilaku verbal. Sebab pada kata ngarad yang bermakna ’mencipta’ terjadi perilaku di samping terdapat proses verbal, yaitu mengucapkan mantra dalam melakukan tindakan.

Kata maluwasang ’menanyakan’ pada (A.2.13-25) adalah proses verbal karena proses ini merupakan proses berkata murni, tanpa unsur perilaku. Demikian juga kata haturang ’sampaikan’ pada (A.7.11-26). Sementara itu kata malih ’lagi’ pada (A.12.7-27) adalah proses eksistensial sebab kata malih pada klausa tersebut menyatakan adanya sesuatu, yaitu ajaran ilmu hitam Hi Bhuta Karang Suwung.

Analisis transitivitas kelompok Pengasih Asih TAB. Tabel 2 adalah jenis proses yang ada dalam kelompok Pengasih-asih TAB berikut ini.

Tabel 2. Jenis Proses Kelompok Pengasih-asih dalam TAB

No

Proses

Jumlah

%

Peringkat

1

Material

48

37.80

1

2

Perilaku

29

22.83

2

3

Mental

28

22.05

3

4

Relasional

16

12.60

4

5

Verbal

4

3.15

5

6

Eksistensial

2

1.57

6

Tabel 2 menunjukkan bahwa transitivitas kelompok Pengasih-asih TAB didominasi oleh proses material sebanyak 48 (37,80%) sebagai peringkat pertama. Disusul oleh proses perilaku sebanyak 29 (22,83%) pada peringkat kedua. Peringkat ketiga diisi oleh proses mental sebanyak 28 (22,05%). Tingginya proses material membuktikan bahwa teks ini berfokus pada tindakan atau kejadian seperti terlihat pada (B.1.3-28) dan (B.6.14-29). Tingginya proses mental yang menduduki peringkat ketiga merupakan indikasi kuat bahwa teks magis sangat bergantung pada hal-hal yang berkaitan dengan perasaan, pikiran, dan penglihatan, seperti terlihat pada (B.1.4-30) ; (B.1.5-31), ataupun (B.6.5-32). Sementara itu tingginya proses perilaku sehingga menduduki peringkat kedua karena teks magis itu di samping memerlukan tindakan yang merupakan realisasi proses material, pikiran, dan perasaan yang merupakan realisasi proses mental, juga tidak dapat dipungkiri sangat

diperlukannya gabungan antara tindakan dan pikiran sehingga melahirkan proses perilaku seperti pada klausa (B5.7-33) ; (B.6.22-34) ; dan (B.7.5-35).

Contoh Proses Material

No teks

Contoh no

KLAUSA

B.1.3

28

haku

hanganggon

Pangasihe

Hi Dukuh alit

Aku

memakai

Pengasih

I Dukuh Alit

Aktor

Pro. Material

Goal

Aku memakai Pengasih I Dukuh Alit

No Teks

Contoh no

KLAUSA

B.6.14

29

miber

haku

hasasangka

ring

lungguh

Sanghyang Candra

terbang

aku

stana

ke

tempat/ kedudukan

Sanghyang Candra

Pro.

Material

Aktor

tempat

Prep

Tempat

Sir. Tempat

Terbang aku ke stana kedudukan Sanghyang Candra

Contoh Proses Mental

No Teks

Contoh no

KLAUSA

B.1.4

30

widyadari

kasih

maring

haku

para bidadari

kasih

kepada

aku

senser

Pro: mental

Prep

Fenomenon

para bidadari kasih kepada aku

No teks

Contoh no

KLAUSA

B.1.5

31

sarwaburon

kasih

maring

haku

semua binatang

kasih

kepada

aku

senser

Pro: Mental

Prep

fenomenon

semua binatang kasih kepada aku

Contoh Proses Perilaku

No teks

Contoh no

KLAUSA

B.6.5

32

mereh

ring

harep sanggah kamulan

hanungsung

berubah wujud

di

muka sanggah kamulan

(yang) disungsung

No teks

Contoh no

KLAUSA

Pro: Perilaku

Prep

Tempat

Pro: material

mengubah wujud di muka sanggah kemulan (yang)disungsung

No teks

Contoh no

KLAUSA

B.5.7

33

teka

pranakannira

kabeh ñembah

Hi Calon Arang

datang

muridnya

semua menyembah

I Calon Arang

Pro:

Material

Aktor

Pro. Perilaku mental

Fenomenon

datang semua muridnya menyembah I Calon Arang

No teks

Contoh no

KLAUSA

B.6.22

34

kadalih

yan wera

dituduh

jika mengatakan

Pro: Perilaku verbal

verbiage

dituduh jika mengatakan

No teks

Contoh no

KLAUSA

B.7.5

35

mangregep

Hi Sekar Mas

Japamantra wisesa

berkonsentrasi mengucapkan

I Sekar Mas

Japamantra sakti

Pro: Perilaku mental dan verbal

Behaver

Verbiage

I Sekar Mas berkonsentrasi mengucapkan Japamantra sakti

Contoh Proses Verbal.

No teks

Contoh no

KLAUSA

B.6.12

36

(Haku)

mamantra

sambilang

ngigel

(Aku)

mengucapkan mantra

sambil

menari

Sayer

Pro : verbal verbiage

Sir : cara

(Aku) mengucapkan mantra sambil menari

No teks

Contoh no

KLAUSA

B.6.36

37

(Haku)

kadalih

yan

wera

(Aku)

dituduh

jika

mengatakan

Sayer

Pro : perilaku verbal

Konj

Pro : Verbal

( Aku ) dituduh jika mengatakan

Contoh Proses Relasional

No teks

Contoh no

KLAUSA

B.3.3

38

Bhatari Girinata Sakti

matemahan

Bhatari Sapuh Jagad

Bhatari Girinata Sakti

menjadi

Bhatari Sapuh Jagad

Carrier

Pro: relational atributif

Atributif

Bhatari Girinata Sakti menjadi Bhatari Sapuh Jagad

No teks

Contoh no

KLAUSA

B.6.2

39

Guna-guna Mas Kumambang

masrana

pripih emas

hapinda

padma

Guna-guna Mas

Kumambang

berbahan

lempengan emas tipis

berbentuk

teratai

Carrier

Pro : rela sional atri-butif

Atributif

Guna-guna Mas Kumambang berbahan lempengan emas tipis berbentuk teratai

Kata hanganggon ‘memakai’ pada contoh (B.1.3-28) dan kata miber ’terbang’ pada contoh (B.6.14-29) termasuk ke dalam proses material. Sebab, kedua verba tersebut menyatakan tindakan dalam bentuk proses fisik murni, tanpa unsur mental ataupun perilaku. Kedua verbal tersebut menyatakan tindakan melakukan sesuatu.

Berbeda dengan hal di atas, kata kasih pada (B.1.4-30) dan (B.1.5-31) yang bermakna ’kasih’ termasuk ke dalam proses mental. Hal ini terjadi karena kedua kata kasih pada contoh tersebut termasuk ke dalam proses mental, khususnya proses mental afektif, yaitu proses mental yang berkaitan dengan penggunaan perasaan atau hati.

Kata mereh ’berubah wujud’ dan kata nembah’menyembah’ masing-masing pada contoh (B.6.5-32) dan (B.5.7-33) adalah contoh proses perilaku mental. Kata mereh ’berubah wujud’ lebih merupakan gabungan antara proses mental dan proses materi. Karena pada saat orang mereh ’merubah wujud’ orang itu bukan hanya melaksanakan tindakan berupa gerakan tertentu, ia juga melakukan hal-hal yang

bersifat perasaan (proses mental afektif) dan juga pikiran seperti konsentrasi (proses mental kognitif). Pada kata nembah yang terjadi adalah orang, di samping melakukan tindakan menggabungkan kedua telapak tangan lalu meletakkannya di atas ubun-ubun,atau di dada (proses materi), melakukan konsentrasi (proses mental kognitif), ia juga sambil mengucapkan permohonan (proses verbal) meskipun hanya dalam hati. Oleh karena itu, contoh ini termasuk ke dalam proses perilaku. Demikian juga kata kadalih ’dituduh’pada contoh (B.6.22-34) adalah proses perilaku, yaitu perilaku verbal.

Kata mamantra ’mengucapkan mantra’ pada (B.6.12-36) dan wera’mengatakan’ pada (B.6.36-37) termasuk ke dalam proses verbal karena proses yang ada pada kata ini adalah proses berkata murni.

Kata matemahan ’menjadi’ pada contoh (B.3.3-38) dan kata masrana ’berbahan’ pada contoh (B.62-39) adalah contoh kata yang termasuk ke dalam proses relasional. Kata matemahan ’menjadi’ pada contoh (B.3.3-38) berperan untuk menghubungkan partisipan Bhatara Girinata Sakti dengan Bhatari Sapuh Jagad. Sementara itu, kata masrana berfungsi untuk menghubungkan guna-guna Mas Kumambang dengan pripih emas ’lempengan emas’.

Demikian juga kata mangregep ‘berkonsentrasi mengucapkan’ pada (B.7.5-35) juga bukanlah sekadar perilaku mental murni, tetapi juga ada unsur verbalnya. Sebab, konsentrasi sebagai pemusatan pikiran yang merupakan aspek mental dan mengucapkan sesuatu permohonan, meskipun hanya dalam hati itu, sudah termasuk verbal. Jadi, berbeda dengan proses perilaku dalam bahasa Inggris, yang hanya mengenal proses perilaku verbal atau perilaku mental. Sementara, bahasa dalam TAB ditemukan adanya proses perilaku mental-verbal. Berbeda dengan kata kadalih ‘dituduh’ pada (B.6.36-37) yang hanya masuk ke dalam proses perilaku verbal.

  • 4.3    Analisis Transitivitas Cerita Pangleakan dalam TAB

Tabel 3 berikut ini menunjukkan bahwa tarnsitivitas cerita pangleakan seperti berikut ini

Tabel 3. Transitivitas Cerita Pangleakan dalam TAB

No.

Proses

Jumlah

%

Peringkat

1

Material

378

56.42

I

2

Relasional

117

17.46

II

3

Mental

91

13.58

III

4

Perilaku

50

7.463

IV

5

Verbal

17

2.537

V

No.

Proses

Jumlah

%

Peringkat

6

Eksistensial

17

2.537

V

JUMLAH

670

100

Sejalan dengan transitivitas Ajaran Panestian dan transitivitas kelompok Pengasih-asih yang didominasi oleh proses material, maka transitivitas cerita Pangleakan dalam TAB ini pun didominasi pula oleh proses material sebanyak 378 (56,42%). Tingginya proses material ini merupakan indikator bahwa teks kelompok cerita Pangleakan juga berfokus pada tindakan yang merupakan cermin tingginya tindakan sang aktor dalam melaksanakan aktivitas seperti terlihat pada (C.2.10-40); (C.2.12-41); (C.4.8-42); (C.4.8-43); dan (C.16.1-44) berikut ini.

No. teks

Contoh no.

KLAUSA

C.2.10

40

Hipuh Pradah

tka

huli

kawuh

Empu Pradah

datang

dati

barat

Aktor

Pro: Material

prep

tempat

Aktor

Pro: Material

Sir. Tempat

Empu Pradah datang dari barat

No. teks

Contoh no.

KLAUSA

C.2.12

41

Hi Waksirsa

tka

huli

kaja

I Waksirsa

datang

dari

utara

Aktor

Pro: Material

prep

Tempat

Aktor

Pro: Material

Sir. Tempat

I Waksirsa datang dari utara

No. teks

Contoh no.

KLAUSA

C.4.8

42

Rangda

ring

Jirah

tka

huli

kangin

Janda

di

Jirah

datang

dari

timur

Aktor

prep

tempat

Pro: Material

prep

tempat

Aktor

Sir. Lokasi tempat

Pro. Material

Sir. Lokasi tempat

Janda Jirah datang dari timur

No teks

Contoh no

KLAUSA

C.4.9

43

Manggali

tka

huli

kelod

Manggali

datang

dari

selatan

aktor

Pro: Material

prep

Tempat

Sir. Lokasi tempat

Manggali datang dari selatan

No teks

Contoh no

KLAUSA

C.16.1

44

I Calonarang

turun

ka

mrecapada

I Calonarang

turun

ke

dunia

Aktor

Pro:

Material

Prep

Tempat

Sir. Lokasi tempat

I Calonarang turun ke dunia

Peringkat kedua diduduki oleh proses relasional sebanyak 117 (17,46%). Hal ini terjadi karena partisipan berfungsi sebagai pelengkap, yaitu melengkapi partisipan pembawa. Hal ini menggambarkan bahwa teks ini banyak diwarnai oleh kejadian, seperti terlihat pada (C.1.2-45); (C1.3-46); (C4.3-47) berikut ini.

No teks

Contoh no

KLAUSA

C.1.2

45

metu

geni kadi hyanglalah

keluar

api seperti pelangi

Pro: Relasional

Atribut

Keluarlah api seperti pelangi

No teks

Contoh no

KLAUSA

C.1.3

46

Tejanira

hangebekin langit

Cahayaku

memenuhi langit

Pro: Relasional

Atribut

Cahayaku memenuhi langit

No teks

Contoh no

KLAUSA

C.4.3

47

layah kune

lamun

kapas e habalun

lidahku

seperti

kapas segumpal

token

Pro: Relasional identifikasi

value

lidahku seperti kapas segumpal

Peringkat ketiga transitivitas cerita Pangleakan diduduki oleh proses mental sebanyak 91 (13,58%). Tingginya proses mental disebabkan oleh Pangleakan itu sendiri, memang tidak dapat dilepaskan dari hal-hal yang berkaitan dengan aspek mental atau aspek psikologis (C.7.3-48).(C.7.4-49), C.15.18-50), (C.1.21-51, dan (C.1.14-52).

No teks

Contoh no

KLAUSA

C.7.3

48

Geger

widyadari

hanonton

kesaktian Hi Cambrabrag

heboh

para bidadari

melihat

kesaktian Hi Cambrabrag

Pro:

Mental

Senser

Pro:

Mental

Fenomenon

Heboh para bidadari melihat kesaktian I Cambrabrag

No teks

Contoh no

KLAUSA

C.7.4

49

Ong Dewa

wedi

Hyang-Hyang

kapilayu

ong dewa

takut

para hyang

lari

Senser

Pro:

Mental

Aktor

Pro: Material

Semoga Dewa takut dan para Hyang lari

No teks

Contoh no

KLAUSA

C.15.18

50

henot

pamali

hosah mulisah

melihat

penyakit

gelisah

Pro: Mental

fenomenon

Pr: Mental

melihat penyakit (yang) menggelisahkan

Contoh Proses Perilaku

No teks

Contoh no

KLAUSA

Sakwehing

kumangkang kumingking

pada nembah

maring

haku

C.1.21

51

banyak

binatang kecil

menyembah

kepada

aku

Sir : kuantitas

behaver

Pro : Perilaku mental

Prep.

fenomenon

Banyak binatang kecil menyembah kepadaku

Contoh Proses Eksistensial :

No teks

Contoh no

KLAUSA

C.1.14

52

Haku

alungguh

ring

Puseh, Dalem, Penataran, Raditya

Aku

ada

di

Puseh, Dalem, Penataran, Matahari

Eksisten

Pro :

Eksistensial

Prep.

Sir : tempat

Aku ada di Puseh, Dalem, Penataran, Matahari

Kata tka ’datang' pada (C.2.10-40,C.2.12-41, C.4.8-42, C.4.9-43) dan kata tuun ’turun’ pada (C.16.1-44) termasuk ke dalam proses material karena, baik kata tka ’datang’ maupun kata tuun ’turun’, keduanya merupakan kata yang menyatakan tindakan berupa proses fisik murni tanpa unsur mental maupun perilaku.

Kata metu ’keluar’ pada (C.1.2-45 dan teja ’cahaya’ pada C.1.3-46) termasuk ke dalam proses relasional atributif. Hal ini terjadi karena kata metu ’keluar’ di sini menghubungkan partisipan yang mendahului dan tidak disebutkan secara eksplisit dengan partisipan geni kadi hyanglalah ’api seperti pelangi’ yang disebut dengan atribut, kata teja ’cahaya’ berfungsi untuk menghubungkan nira ’Aku’ yang berstatus sebagai carrier (pembawa) dengan hangebekin langit ’memenuhi langit’ yang berstatus sebagai atribut. Hal yang tak jauh berbeda juga terjadi pada kata lamun ’seperti’ yang berstatus sebagai proses relasional identifikasi, yang menghubungkan partisipan layah kune ’lidahku dengan status token dan kapase habalun 'kapas segumpal’ dengan status value pada contoh (C.4.3-47).

Kata geger ’heboh’ dan hanonton ’melihat’ pada (C.7.3-48) termasuk ke dalam proses mental. Kata geger ’heboh’ termasuk ke dalam proses mental afektif karena berkaitan dengan penggunaan perasaan, sedangkan hanonton ’melihat’ merupakan proses mental perseptif karena berkaitan erat dengan penggunaan indera untuk berproses. Kata wedi ’takut’ henot ’melihat’ tan henak ’tidak enak’ dan tan henak ’tidak henak’ masing-masing pada (C.7.4-49), (C.15-18-50), secara berturut-turut masuk proses mental afektif, proses mental perseptif. Kata nembah, pada (C.1.21-51) termasuk ke dalam proses perilaku. Sebab, ketika orang melakukan tindakan nembah ’menyembah’ yang terjadi adalah di samping orang melakukan tindakan menggabungkan kedua telapak tangan lalu meletakkannya di ubun-ubun atau di dada (proses materi), juga yang bersangkutan melakukan konsentrasi sebagai proses mental kognitif, dan sambil mengucapkan permohonan (proses verbal) meskipun itu dilakukannya dalam hati. Itulah sebabnya kata ini termasuk ke dalam proses perilaku.

Kata alungguh 'duduk' pada (C.1.14-52) termasuk ke dalam proses eksistensial. Hal ini terjadi karena kata alungguh menunjukkan adanya sesuatu.

  • 5.    Simpulan dan Saran

    5.1    Simpulan

Wacana sebagai unit bahasa ia fungsional dalam konteks sosial. Pemakaian bahasa mempengaruhi tata bahasa wacana tersebut. Teks Aji Blegodawa sebagai wacana magis memiliki fungsi, yang berbeda dengan wacana fisika dan sejarah sebagai wacana ilmiah dalam, merepresentasikan pengalaman. Teks Aji Blegodawa sebagai wacana prosedural magis, menyajikan pengalaman sosial budaya dengan proses material sebagai proses yang

paling dominan, yaitu sebesar 553 (48,47%). Peringkat kedua proses relasinal sebanyak 175 (20,42%). Peringkat ketiga proses mental sebesar 147 (15,70%).

2.1 Saran

Dominan proses material pada wacana prosedural magis teks Aji Blegodawa menunjukkan bahwa aktivitas tokoh (pelibat) maupun peristiwa terkait dengan karakter wacana prosedural magis. Dominasi relsional menunjukkan bahwa teks ini mengenalkan pelibat dengan atribut. Dominasi proses mental menunjukkan bahwa wacana prosedural magis sangat bergantung unsur mental, pelibat ketiga proses ini mengorganisasikan teks dengan unsur group nominal tema sederhana. Sehubungan dengan temuan proses ini sebagai bagian transitivitas, disarankan agar 1) pengorganisasian wacana magis, sejenis memakai unsur group nominal tema sederhana dalam penyajian, 2) tidak secara gegabah membaca, apalagi melaksanakan prosedur yang dipersyaratkan. Sebab hal ini dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Daftar Pustaka

Eggins, 1994. Introduction to Systemic Linguistics. London Palmer.

Halliday, M.A.K. 1973. Explorations in the Functions of Language. London : Eduward Arnold.

Halliday, M.A.K. 2004. An Introduction to Functional Gramimar Edisi 3.. London : Eduward Arnold.

Martin, J.R. 1992. English Text. System and Structure. Amsterdam : John Benjamins

Saragih, Amrin. 2006. Wacana Fisika dan Sejarah. Jakarta. Asosiasi LSF Indonesia.

Silalahi, Roswita. 2006. Pergeseran Realitas dan Aksi Teks Bahasa Inggris Kedokteran dalam Terjemahan Bahasa Indonesia. Jakarta : Asosiasi LSF Indonesia.

Silalahi, Roswita. 2006. Laras Bahasa dan Pergeseran dalam Terjemahan. Jakarta : Asosiasi LSF Indonesia.

Suarnajaya, Wayan. 2001. A Discourse Analysis of Particular Types of Newspaper Text Taken A Number of Indonesia Local Newspaper a System Ic Functional Linguiistic Theary as a Basic of the Analysis. Unpublished Dissertation. La Trobe University : Bun doora.

Widodo, Edi Raklimat. 2006. Analisis Proses pada Teks Komedi Situasi. Jakarta : Asosiasi LSF Indonesia.

Wiratno, Tri. 2006. Analisis LSF Terhadap Wacana Iklan. Jakarta Asosiasi LSF Indonesia.

SURAT REKOMENDASI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Prof. Drs. Made Suastra, Ph.D.

Jabatan : Promotor Disertasi yang Berjudul Teks Aji Blegodawa : Sebuah Kajian Linguistik Sistemik Fungsional

NIP      :   19531224 198303 1 001

memberikan rekomendasi kepada :

Nama    :  I Wayan Rasna

Jabtan    :  Promovendus

menulis artikel “Transiti vitas Pengiwa Teks Aji Blegodawa untuk dimuat dalam linguistik wahana pengembang cakrawala linguistik.

Demikian rekomendasi dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 1 Juni 2010

Pemberi Rekomendasi

Prof. Drs. Made Suastra, Ph.D.

NIP. 19531224 198303 1 001