LINGUISTIKA, MARET 2017

ISSN: 0854-9613

Vol. 24. No. 46

Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Argumentatif Yang Koheren Padatulisan Mahasiswastiba Saraswati Denpasar

Santang santangsastra@gmail.com Program Magister Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana

Abstrak—Kemampuan menulis teks yang koheren merupakan salah satu materi yang penting dalam pembelajaran menulis pada jenjang universitas.Pada kenyataannya masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan teks pada mahasiswa.Untuk itulah penelitian ini diadakan untuk meningkatkan tulisan argumentatif yang koheren pada mahasiswa dengan pembelajaran koherensi.Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan bertujuan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan, yaitu pertama,bagaimanakah hasil skor yang diperoleh mahasiswa pada siklus 1?Kedua,bagaimanakah hasil skor yang diperoleh mahasiswa pada siklus akhir?Ketiga,bagaimanakah kekoherensian teks argumentatif mahasiswa setelah penerapan pembelajaran koherensi?Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk(1) menjelaskan hasil skor yang diperoleh mahasiswa pada siklus 1; (2) menjelaskan hasil skor yang diperoleh mahasiswa pada siklus akhir; dan (3) menjelaskan kekoherensian teks argumentatif mahasiswa setelah penerapan pembelajaran koherensi.

Untuk memperoleh data digunakan metode kualitatif dan kuantitatif.Pemerolehan data merupakan hasil karangan mahasiswa yang berupa data kualitatif.Hasilnya dianalisis dengan rubrik penilaian serta dinilai dalam bentuk kuantitatif.Hasil analisis data disajikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran koherensi terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis teks argumentatif mahasiswa STIBA Saraswati Denpasar. Rata-rata nilai yang diperoleh mahasiswa pada siklus I adalah 63,1 tidak berbeda jauh dengan hasil perolehan skor mahasiswa pada tahap praobservasi, yaitu 60,4. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil skor mahasiswa pada tahap praobservasi dibandingkan dengan siklus I, yang belum menerapkan pembelajaran koherensi. Pada siklus II skor perolehan mahasiswa telah mengalami peningkatan, yaitu 77,2 pada saat pembelajaran koherensi teks telah dilaksanakan. Pada siklus III dapat dilihat adanya peningkatan kembali skor perolehan mahasiswa yaitu 85,7. Berdasarkan hasil perolehan skor mahasiswa di atas dapat dinyatakan bahwa, pembelajaran koherensi teks mampu meningkatkan perolehan skor mahasiswa dalam kompetensi menulis.

Kata kunci:menulis teks argumentatif, koherensi, mahasiswa

Abstract—The ability of writing coherence text is one of the important material in writing competence of university level. In reality, there are some lack of skill in writing text of university students. Therefore, this research is implemented to improve university level students’ coherence in text through the learning of coherence. The implementation of this classroom action research aims to answer the problems that have been formulated that are: (1) How are the scores of the students obtained in cycle 1? (2) How are the scores of the students obtained in the last cycle? (3) How is the argumentative text coherence by the students after the implementation of coherence learning? Therefore, the aim of this research is to: (1) explain the score results that the students obtained in

cycle 1; (2) explain the score results that the students obtained in the last cycle; (3) explain the argumetntative text coherence by the students after the implementation of coherence learning.

For collecting the data, the researcher use qualitative and quatitative approach. The data obtained from the students writing in form of qualitative. The results were analyzed based on the scoring rubric and assessed in the form of quantitative. Presentation of the results of the data analysis is presented descriptively.

The results showed coherence learning is proven to increase the ability to write an argumentative text of students of STIBA Saraswati Denpasar. The mean score obtained by students in cycle 1 was 63,1does not vary much with the results of the acquisition of students’ scores on pre-observation stage is 60,4. This shows there is no difference between the scores of students at the stage of preobservation compared in cycle 1, which have not implemented the coherence learning. In cycle 2, the acquisition of students’ scores have improved is 77,2, which is when the learning text coherence implemented. In cycle 3, it can be seen an increasing on the acquisition of students’ scores is 85,7. Based on the acquisition of students’ scores above it can be stated that, instructional text coherence can improve students’ scores acquisition in writing competence.

Keywords:writing argumentative text, coherence, students

  • 1.    Pendahuluan

Bahasa dipelajari dalam bentuk empat keterampilan dasar, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan membacadiperlukan khususnya oleh mahasiswa untuk kepentingan mencari literatur yang terkait dengan penelitian yang akandilakukan. Begitu pula, kebutuhan akan kemampuan menulis juga sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan khususnya pada tingkat universitas.

Sesuai dengan kebutuhan mahasiswanya, pembelajaran bahasa Inggris merupakan mata kuliah wajib pada mahasiswa STIBA Saraswati Denpasar.Empat keterampilan dasar yang menjadi patokan kompetensi mahasiswa di STIBA, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Berdasarkan uraian di atas dapat diformulasikantiga masalahsebagai berikut.

  • 1)    Bagaimanakah hasil skor yang diperoleh mahasiswa pada siklus 1?

  • 2)    Bagaimanakah hasil skor yang diperoleh mahasiswa pada siklus akhir?

  • 3)    Bagaimanakah kekoherensian teks argumentatif mahasiswa setelah penerapan pembelajaran koherensi?

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

  • 1)    Menemukan kendala yang dihadapi mahasiswa semester empatSekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Saraswati Denpasar dalam menulis teks argumentatif khususnya dalam membuat teks yang koherenpada siklus 1.

  • 2)    Menjelaskan keberhasilan mahasiswasemester empat STIBA Saraswati Denpasar dalam menulis teks argumentatif dengan pembelajaran koherensipada siklus akhir.

  • 3)    Menjelaskan kekoherensian teks argumentatif mahasiswa.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1)    Penguatanpembelajaran koherensi pada penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan oleh ilmuwan lain untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

  • 2)    Pembelajaran koherensi untuk membantu mahasiswa dalam pembuatan teks khususnya teks argumentatif diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti lainnya untuk kebutuhan di dunia pendidikan.

  • 2. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian tindakan kelas dinyatakan oleh Suyatno (1997: 34) sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.

Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa semester genap Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Saraswati Denpasar.Lokasi STIBA Denpasar adalah di Jalan Kamboja No. 11A, Denpasar.Penelitian kali ini berfokus pada peningkatan pembelajaran koherensi dalam kemampuan menulis teks argumentatif pada mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris (Strata 1) semester empat.Jika digambarkan secara umum, pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.

Istilah menulis dikutip dari kutipan Ager (2014) pada artikelnya yang menyatakan bahwa menulis adalah metode dalam merepresentasikan bahasa dalam bentuk visual dan taktil.Taktil dalam hal ini berkenaan dengan alat peraba.

Berkenaan denganpernyataan Ager di atas, diketahuibahwa menulis merupakan cara seseorang dalam menyampaikan bahasa yang dapat dilihat dan diraba. Oleh karena itu, setelah dihubungkan dengan pernyataan Ager maka disimpulkan bahwa keterampilan menulis yang dipelajari oleh subjek pada penelitian ini ialah kemampuan yang bertujuan untuk merepresentasikan bahasa sehingga dapat dilihat dan diraba.

Konsep Argumentatif

Dalam menghadapi situasi di masyarakat untuk memecahkan permasalahan sosial argumen merupakan hal yang penting. Kata argumen berasal dari kata “argue” dalam bahasa Inggris yang maknanya sama dengan menunjukkan sesuatu disertai bukti-bukti untuk memengaruhi orang lain. Pesan yang ingin disampaikan seseorang disertai bukti bertujuan mendukung pendapat utama yang diajukan.Dasar empiris seseorang dalam menghasilkan sebuah karya ilmiah adalah berupabukti-bukti atau contoh-contoh. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dinyatakan bahwa argumentatif merupakan informasi dan argumen pendukung yang disertai bukti-bukti untuk menyugesti orang lain. Teks argumentatif terdiri atas tesis, ide pendukung/ide penentang disertai sanggahan, dan simpulan.

Teori Konstruktivisme

Penerapan teori konstruktivisme pada proses belajar mengajar diharapkan dapat mengarahkan penelitian ini terutama dalam kegiatan pembelajaran oleh mahasiswa dengan pembelajaran koherensi.Agar lebih jelas berikut diuraikan teori konstruktivisme dimulai dengan latar belakangnya secara umum.Istilah konstruktivisme telah dimulai oleh para filosof kognitif pada tahun 1710 (Rizana dkk., 2012). Teori ini berkembang seiring dengan perkembangan yang dilakukan oleh peneliti lainnya dibidang serupa. Vygotsky pada “Interaction Between Learning and Development“ dalamMind and Society (1978), misalnya, salah seorang konstruktivistik yang mengaitkan adanya hubungan antara interaksi sosial dan pengonstruksian pengetahuan dalam segi kognitif anak. Namun, dalam penelitian ini digunakan teori yang diyakini oleh Piaget sebagai adanya pengonstruksian pengetahuan dalam segi kognitif anak berdasarkan pengalaman yang diperoleh seiring dengan kematangan biologisnya.

Teori konstruktivisme berawal dari perbincangan antara Socrates dan pengikutnya dalam karya Plato yang kemudian disebut sebagai Socrates Learning Method yang diidentifikasikan sebagai asal dari inquiry-based learning.Menurut Lam(2011: 4), inquiry-based learning merupakan salah satu dari pendekatan pendidikan konstruktivis.

Kanz (1999: 7) menyatakan bahwa metode pembelajaran dari Socrates digunakan oleh Immanuel Kant (1724 -- 1804).Kant mengemukakan bahwa apabila menggunakan metode pembelajaran dari Socrates tersebut, pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dapat dicapai dengan paling baik.Ia menganjurkan bahwa metode Socrates sebaiknya digunakan untuk pendidikan anakpada masa depan. Kant juga menyatakan bahwa pemahaman seharusnya dimunculkan dari diri anak tersebut walaupun anak tidak bisa memperoleh pemahaman tanpa bantuan eksternal.

Pada awal abad ke-20 John Dewey (1859--1952) mengembangkan teori dari perkembangan dan edukasi anak.Ia menyatakan bahwa pendidikan harus didasarkan pada pengalaman nyata. Menurut Dewey, konten dari pengalaman anak lebih penting dibandingkan

dengan bahan subjek kurikulum (Ültanır, 2012: 201). Pandangan filosofi Dewey ini kemudian mengalami perkembangan yang diikuti oleh Jean Piaget, Lev Vygotsky, Carl Rogers, dan Abraham Maslow (Ültanır, 2012: 199).

Akomodasi adalah tekanan dari lingkungan, sedangkan adaptasi dapat dikatakan sebagai ekuilibrium antara asimilasi dan akomodasi (Piaget, 1965: 6).Dalam hal adaptasi refleks, akomodasi semestinya dipertimbangkan di samping itu, akomodasi tidak dapat dipisahkan dari progres asimilasi, yang melekat pada refleks anak (Piaget, 1965: 32).Dalam menginterpretasikan penggeneralisasian asimilasi tersebut terdapat skema pada diri anak yang merupakan pergerakan koordinatif anak yang disertai dengan kesiagaan anak.Berdasarkan fakta, dapat dikatakan bahwa skema berupa pengulangan dan penggunaan tidak semata-mata merupakan refleks anak atas stimulus, eksternal ataupun internal, tetapi berfungsi sebagaimana seharusnya untuk keperluan dirinya (Piaget, 1965: 35).

Adaptasi tersebut kemudian terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi yang merupakan elemen penting dari konstruktivisme modern (Lutz & Huitt, 2004: 2). Selain hal-hal yang dijabarkan di atas, Piaget (dalam Ültanır, 2012: 207) menyatakan bahwa pembelajaran terjadi melalui proses konstruksi makna bukan melalui penerimaan pasif.

Teori konstruktivisme Piaget mencakup proses seseorang membangun pengetahuan dan mencari makna dari apa yang telah dipelajari sesuai dengan pengalamannya. Terdapat tiga komponen dasar dari teori konstruktivisme Piaget, yaitu sebagai berikut.

  • 1)    Skema (schemas), yaitu pembangunan blok-blok pengetahuan

  • 2)    Ekuilibrasi, asimilasi, dan akomodasi

  • a.    Asimilasi

  • b.    Akomodasi

  • c.    Ekuilibrasi

  • 3)    Tahapan perkembangan (stages of development)

Teori Belajar Konstruktivisme

Walaupun pada mulanya Piaget tidak memfokuskan diri pada proses belajar mengajar terkait dengan teorinya, banyak peneliti yang menemukan bahwa teori ini dapat berlaku pula pada proses berlajarmengajar (McLeod, 2009).Dalam teori ini terdapat beberapa prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan tahapan-tahapan dalam segi kognitif anak yang didasarkan atas teori konstruktivisme.Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut (McLeod, 2009).

  • a.    Fokus pada proses pembelajaran dibandingkan dengan produk akhir (focus on the process of learning, rather than the end product of it).

  • b.    Penggunaan metode aktif yang memerlukan penemuan kembali atau rekonstruksi “fakta” (using active methods that require rediscovering or reconstructing "truths").

  • c.    Penggunaan pembelajaran kolaboratif, seperti halnya aktivitas individual sehingga anak-anak dapat saling belajar satu sama lain (using collaborative, as well as individual activities, so children can learn from each other).

  • d.    Perencanaan situasi yang mempresentasikan permasalahan yang bermanfaat dan menciptakan disekuilibrium untuk anak (devising situations that present useful problems, and create disequilibrium in the child).

  • e.    Evaluasi tahap perkembangan anak sehingga tugas yang tepat dapat diberikan (evaluate the level of the child's development, so suitable tasks can be set).

Teks Argumentatif

Menurut Ozagac (2004), esai argumentatif merupakan jenis tulisan yang tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga menampilkan argumen yang berisikan PROS (ide-ide pendukung) dan CONS (ide-ide penentang). Dalam jenis tulisan argumentatif, seorang penulis akan memberikan alternatif atau cara baru yang berbeda dari apa yang dipercayai oleh pembaca selama ini. Penulis memberikan sebuah topik yang berisikan isu. Setelah itu penulis menampilkan apa yang selama ini dipercayai oleh pembaca (PROS). Kemudian, untuk pembanding pernyataan tersebut, penulis menampilkan hal berbeda dari apa yang dipercayai pembaca untuk mengubah cara pandang pembaca (CONS). Untuk mendukung CONS yang berupa argumen, penulis menambahkan bukti-bukti pendukung argumennya.

Dalam menulis teks argumentatif kemampuan mahasiswa dilihat dalam menunjukkan fakta untuk menyimpulkan kebenaran yang diungkap yang selama ini belum diketahui pembaca teks.Pada teks argumentatif karangan mahasiswa nantinya dinilai kohesi dan koherensi dalam teks.Alwi (2001: 428) berpendapat “kohesi dan koherensi menjadikan tulisan yang dibaca

bermakna, dan untaian kalimat yang tidak kohesif dan koheren tidak akan membentuk wacana”.Berdasarkan pendapat Alwi tersebut, dapat dikatakan bahwa kohesi dan koherensi membuat suatu wacana menjadi berterima bagi pembaca.Suatu tulisan menjadi bermakna dan dapat dikatakan sebagai sebuah wacana apabila tulisan tersebut kohesif dan koheren.Menurut Laelasari dan Nurlaila (2006: 140), koherensi adalah keselarasan yang mendalam antara isi dalam

wacana.Suatu wacana dikatakan koheren apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dan yang lainnya.

Koherensi

Dalam menulis sebuah teks seorang penulis hendaknya mampu memudahkan pembaca untuk memahami teks yang disajikan dengan penggunaan kalimat-kalimat yang mengalir dengan baik. Kalimat-kalimat yang terangkai dengan baik satu sama lain menghasilkan sebuah teks yang koheren. Pengertian koherensi dikutip dari Creswell (2009) sebagai berikut.

Coherence in writing means that the ideas tie together and logically flow from one sentence to another and from one paragraph to another.

(Creswell, 2009:83)

Pernyataan di atas memperlihatkan bahwa koherensi dalam menulis berarti ide-ide saling berhubungan dan secara logis mengalir dari satu kalimat ke kalimat lainnya dan dari satu paragraf ke paragraf lainnya.

Terdapat empat parameter keherensi pada kemampuan menulis, yaitu penggunaan ekspresi transisi, pengulangan kata-kata dan frasa kunci, penggunaan referensi kata ganti, dan penggunaan bentuk paralel (dalam Burchfield, 1996: 1 – 4). Berikut bagian-bagian dari keempat parameter tersebut.

  • 1.    Penggunaan ekspresi transisi.

  • 2.    Pengulangan kata-kata dan frasa kunci

  • 3.    Penggunaan referensi kata ganti

  • 4.    Penggunaan bentuk paralel

Secara kuantitatif, berikut disajikan hasil perolehan rata-rata skor menulis teks argumentatif mahasiswa STIBA Saraswati Denpasar pada tahap praobservasi hingga siklus III.

Grafik: Skor menulis mahasiswa

Hasil perolehan skor mahasiswa pada praobservasi dan siklus I dapat dinyatakan kurang.Namun, tampak pada tahap siklus II mahasiswa memperoleh hasil yang meningkat pada kemampuan menulis teks argumentatif.Dapat dinyatakan bahwa pembelajaran koherensi telah mampu meningkatkan nilai mahasiswa STIBA Saraswati Denpasar.

Secara kualitatif, peningkatan kemampuan menulis mahasiswa pada siklus I, II, dan III dijabarkan berdasarkan analisis yang berpatokan pada parameter koherensi, yaitu penggunaan ekspresi transisi, pengulangan kata-kata dan frasa kunci, penggunaan referensi kata ganti, dan penggunaan bentuk paralel (Burchfield, 1996).

Penggunaan Ekspresi Transisi

Pada siklus I tampak ekspresi transisi sederhana, sepertiand, but, or, for, dan kadang-kadangso lebih banyak digunakan oleh mahasiswa. Sementara itu, penggunaan ekspresi transisi yang lebih kompleks jarang digunakan oleh mahasiswa dalam teks dibandingkandengan siklus IIdan III.Ekspresi transisi yang digunakan dalam teks pada siklus II dan III,antara lain seperti di bawah ini.

  • 1.    Adition

Penggunaan ekspresi transisi “adition” yang ditemukan, antara lainand, also, besides,in addition, too, furthermore, moreover, dan first of all.

  • 2.    Comparison

Penggunaan ekspresi transisi “comparison” yang ditemukan, antara lainalso danlike.

  • 3.    Contrast

Penggunaan ekspresi transisi “contrast” yang ditemukan, antara laineven, however, although, in contrary, dan in the other side.

  • 4.    Emphasis

Penggunaan ekspresi transisi “emphasis” yang ditemukan, antara lainof course.

  • 5.    Example or illustration

Penggunaan ekspresi transisi “example or illustration” yang ditemukan, antara lain for example.

  • 6.    Summary

Penggunaan ekspresi transisi “summary” yang ditemukan, antara lain in conclusion, in short, dan as a conclusion.

  • 7.    Time sequence

Penggunaan ekspresi transisi “time sequence” yang ditemukan, antara lainfurthermore, when, then, dan too.

Pengulangan kata-kata dan frasa kunci

Pengulangan kata-kata dan frasa kunci merupakan pengulangan kata-kata atau frasa yang penting pada teks.Pengulangan kata-kata dan frasa kunci dalam siklus I dapat dillihat sebagai berikut.

  • (a) Since internet appear in our life there lots of positive impact ther are: easy to make relation or to find friends in social media, easy to get the news via the online news, easy to build business or to find the job. But, beside that ther are also negative impact there are: cyber crime. Sometimes when we read the news we are turned to see the bad or negative news.

Pada paragraf di atas tidak ditemukan kata-kata atau frasa kunci yang dapat digunakan sebagai patokan utama yang dapat diingat sebagai bahasan.Oleh karena itu,seharusnya kata “internet” atau “internet impact” dapat digunakan sebagai kata-kata atau frasa kunci pada paragraf di atas.

Ciri pengulangan kata dan frasa kunci pada siklus II dan IIIdapat dilihat pada data berikut.

  • (a) Since the invention of the internet our lives have been changed. Most of the changes have been for the best, but there are some bad effects to the internet as well. Nearly all the people in Indonesia have access to the internet. Our lives will forever be changed with the invention of the internet. The major contribution of the internet is the sharing of information. Looking up information couldn’t get any easier. The internet is full of sites on anything and everthing you can think of.

Pada paragraf pertama telah menampilkan kata-kata kunci, yaitu “internet”, yang merupakan kata kunci yang penting untuk diingatkan kembali untuk tiap-tiap kalimat.

Penggunaan referensi kata ganti

Penggunaan referensi kata ganti menampilkan adanya hubungan antarkalimat dalam teks yang menjadi penanda adanya hubungan yang koheren antara kalimat sebelumnya dan kalimat selanjutnya.Pada siklus I penggunaan referensi kata ganti dapat dilihat pada kalimat berikut.

  • (a) For all parents in the world you must keep your children from negative effect of internet.

Pada kalimat di atas, “you” ditujukan pada “all parents”. Namun, seharusnya “all parents” merujuk pada “they” yang sama-sama orang ketiga jamak, bukan “you” yang merupakan orang kedua tunggal/jamak.

Penggunaan referensi kata ganti pada siklus II dan III dapat dilihat pada data berikut.

  • (a) Doing research for scholl has been made simpler than ever. You can do a report without leaving your house to go to the library, where you would spend hours looking up information on your topic. Communication to anywhere in the world has been made possible with the internet. E-mail has made sending letters extremely quick and easy. Family members can keep in touch even if they live across the country. People that live away from the city can buy things on the internet as if they are at the mall. Other people that are unable to get out have convince of shopping from home. The internet has also allowed millions of people to work from home.

Pada korpus di atas dapat dilihat kata “they” pada baris kelima dan keenam.Namun, kedua kata ganti ini ternyata merujuk pada kata yang berbeda.

  • (1)    “they” pada baris kelima merujuk pada “family members” pada baris keempat.

Family members can keep in touch even if they live across the country.

  • (2)    “they” pada baris keenam merujuk pada “people that live away from the city”.

People that live away from the city can buy things on the internet as if they are at the mall.

Penggunaan bentuk paralel

Penggunaan bentuk paralel juga merupakan salah satu bagian dari pembentuk teks yang koheren.Pada siklus Ipenggunaan bentuk paralel dapat dilihat sebagai berikut.

  • (a) Working, learning, entertain purpose, we can get them all via internet.

Kalimat di atas dapat dipecah menjadi seperti berikut.

Working purpose, we can get them all via internet.

Learning purpose, we can get them all via internet.

Entertainpurpose,wecan get them all via internet.

Kata “entertain” yang merupakan kata benda kurang tepat pada kalimat tersebut. Seharusnya penggunaan kata kerja yang dibendakan yang lebih tepat untuk kalimat di atas, yaitu “entertaining”.

Penggunaan bentuk paralel pada siklus II dan III dapat dilihat sebagai berikut.

  • (a) Internet gives and makes everything easier, especially to find information.

Menjadi:

Internet gives everything easier, especially to find information.

Internet makes everything easier, especially to find information.

Gives” dan “makes” merupakan kata kerja bentuk pertama dengan akhiran “s” atau V(s/es).

5. Simpulan

Berikut dipaparkan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian berdasarkan ketiga masalah yang telah dirumuskan di atas sebagai berikut.

Perolehan skor mahasiswa pada siklus I ternyata belum dapat dikatakan meningkat secara signifikan dibandingkan dengan hasil perolehan skor mahasiswa pada tahap praobservasi.Hasil menunjukkan rata-rata nilai mahasiswa pada siklus I adalah 63,1 yang tidak berbeda jauh dengan hasil perolehan skor mahasiswa pada tahap praobservasi, yaitu 60,4. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara hasil skor mahasiswa pada tahap praobservasidan pada skilus I yang belum menerapkan pembelajaran koherensi.

Penelitian ini dilaksanakan sampai dengan siklus III.Pada siklus II pembelajaran koherensi teks telah dilaksanakan. Pada siklus ini skor perolehan mahasiswa telah mengalami peningkatan, yaitu 77,2. Namun, untuk lebih meyakinkan hasil yang diperoleh maka penelitian ini berlanjut pada siklus III. Pada siklus III dapat dilihat adanya peningkatan kembali pada skor perolehan mahasiswa, yaitu 85,7. Berdasarkan perolehan skor mahasiswa di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran koherensi teks telah mampu meningkatkan perolehan skor mahasiswa dalam kompetensi menulis.

Daftar Pustaka

Ager, S. 2014. What is Writing?.[Online].Tersedia:

http://www.omniglot.com/writing/definition.htm.Diunduh: 22 September 2014.

Alwi, H. 2001. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Burchfield, R.W.1996. The New Fowler's Modern English Usage. Clarendon Press:

Oxford, England.

Creswell, John W. 2009. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches.3rd Edition. Singapore: Sage Publications Asia-Pasific Pte.Ltd.

Kanz, H. 1999. “Immanuel Kant”.

Dalam Jurnal Paris, UNESCO: International Bureau of Education), vol. XXIII, No. 3/4, 1993, p. 789–806. ©UNESCO: International Bureau of Education, 1999. [Online].Tersedia: http://www.ibe.unesco.org/publications/ThinkersPdf/kante.PDF.

Laelasari dan Nurlaila. 2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia.

Lam, Faith. 2011. The Socratic Method as an Approach to Learning and Its Benefits.

Carnegie Mellon University.Research Showcase @ CMU.Dietrich College Honors Theses

Dietrich College of Humanities and Social Sciences.[Online].Tersedia: http://repository.cmu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1126&context=hsshonorsLorimor, Heidi. 2007. Conjunctions and Grammatical Agreement. University of Illinois at Urbana-Champaign.

Lutz, S., &Huitt, W. (2004). Connecting cognitive development and constructivism:

Implications from theory for instruction and assessment.Constructivism in the Human Sciences,9(1), 67-90.

McLeod, S. A. 2009. Jean Piaget. [Online].Retrieved from

http://www.simplypsychology.org/piaget.html. Diakses: 26 Juni 2014.© Simply Psychology.

Ozagac, O. 2004.Argumentative Essay.Copyright @ 2006 Bogazici University

SFL.[Online].

Tersedia:

http://www.buowl.boun.edu.tr/students/types%20of%20essays/ARGUMENTATIVE%20ESS AY.pdf.Diakses: 27 Juni 2014.

Piaget. J. 1965. The Origins of Intelligence in Children:Third Printing. New York: International University Press, Inc.

Rizana, R1, Asri, Y2 , Afnita3. 2012. “Pengaruh Penggunaan Strategi Konstruktivisme terhadapKeterampilan Menulis Karangan Argumentasi”.Dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri A 1-86.

SIL International, 2003.What is a Text?. This page is an extract from the LinguaLinks

Library, Version 5.0 published on CD-ROM by SIL International, 2003.© 2004 SIL International.

[Online].Tersedia: http://www-01.sil.org/linguistics/glossaryoflinguisticterms/WhatIsAText.htm.  Diakses: 22

September 2014.

Suyatno, 1997.Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Masmedia Buana Pustaka.

Ültanır, E. 2012.An Epistemological Glance at the Constructivist

Approach: Constructivist Learning in Dewey, Piaget, and Montessori. International Journal of Instruction July 2012 • Vol.5, No.2 e-ISSN: 1308-1470 • www.e-iji.net p-ISSN: 1694-609X.Prof., Mersin University, Educational Faculty, Educational Sciences, Turkey emelultanir@yahoo.de.

Vygotsky. 1978. Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes, Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press.

116