LINGUISTIKA, MARET 2016

ISSN: 0854-9613

Vol. 23. No. 44

Wacana Sistem Kepercayaan Masyarakat Waropen Dalam Narasi Munaba (Analisis Antropologi Sastra)

Belghita Sonei Risia Yenusi Universitas Negeri Papua Manokwari Jl. Gunung Salju Amban Manokwari Barat, Provinsi Papua Barat

Telepon: 085244750058

yenusirisiahein@gmail.com

Abstrak— Penelitian berfokus pada wacana sistem kepercayaan dalam puisi narasi munaba yang berasal dari suku Waropen, Papua. Munaba menjadi fokus utama karena masih hidup dalam masyarakat setempat. Pendekatan penelitian berdasarkan teks dan konteks yang berfokus pada karya sastra dan beberapa aspek lainnya seperti sejarah, budaya dan religi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif meliputi fakta, fenomana dan variable yang ada. Penafsiran data disesuaikan dengan situasi yang terjadi dan sesuai dengan pandangan masyarakat, perbedaan antarfakta, pengaruh terhadap sebuah kondisi dan masalah yang diteliti dan diselidiki.

Data diperoleh dari teks munaba yang dituturkan oleh beberapa penutur melalui observasi. Sumber data adalah syair munaba dalam bahasa Waropen dan telah ditransliterasikan dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan teori wacana dan analisis antropologi sastra ditemukan beberapa wacana sistem kepercayaan yaitu kepercayaan terhadap Tuhan, kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan kepercayaan terhadap kekuatan gaib.

Kata kunci— wacana, sistem kepercayaan, munaba, Waropen

Abstract—This study focused on discourse of the tribal religion in narrative poetry munaba from Waropen ethnic, Papua. Munaba was selected due to its familiar and grounded in local communities in the area. Research approach is based on text and context. The approach focused on literary works and based on some aspects such as history, culture, and religion. The study used descriptive qualitative method which uncovered facts, phenomenon and variable. The study as well interpreted data related to given situation, the view points of society, conflicts, the difference between facts, and the influence of particular problem which was studied and investigated.

The data was obtained from oral literature which was shared by the native speakers. In addition, the research also applied observation. Data source is munaba in Waropen language. The original data has been transliterated from a number of informants then it’s translated into bahasa. Based on the discourse theory and anthropology literature analysis, the study found some forms tribal religion such as the believing in God, believing in the spririt of ancestor, and believing in magic power.

Keywords— discourse, tribal religion, munaba, Waropen

PENDAHULUAN

Munaba merupakan produk budaya tradisi lisan masyarakat Waropen. Sebagai produk budaya tradisi lisan, munaba hadir dalam bentuk syair yang dilantunkan pada saat upacara kematian. Oleh karena itu, munaba dikenal sebagai nyanyian kematian.

Dalam dunia sastra, munaba dikategorikan ke dalam puisi narasi. Topografi munaba menunjukkan bahwa munaba berbentuk puisi yang mengisahkan sebuah peristiwa kehidupan dan kematian seseorang. Oleh sebab itu, munaba disebut sebagai puisi naratif.

Munaba sebagai produk budaya masyarakat Waropen sudah tentu menyimpan beberapa unsur budaya. Terdapat tujuh unsur budaya dalam dunia antropologi, yaitu peralatan kehidupan manusia, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, sistem bahasa (dan sastra), kesenian masyarakat, sistem pengetahuan, dan sistem religi atau kepercayaan (Koentjaraningrat, 1992: 2—8). Munaba menyimpan berbagai nilai kebudayaan, Salah satu diantaranya adalah religi atau kepercayaan yang terkandung di dalam masyarakat. Kepercayaan masyarakat Waropen tecermin di dalam karya sastra munaba. Kepercayaan masyarakat merupakan salah satu dari tujuh unsur budaya.

Antropologi sastra merupakan salah satu ilmu baru dalam mengkaji muatan antorpologi dalam sebuah karya sastra. Antropologi sastra juga termasuk dalam pendekatan arketipal, yaitu kajian

karya sastra yang menekankan pada warisan budaya masa lalu. Analisis antropologi sastra akan mengungkapkan berbagai hal, antara lain (1) kebiasaan-kebiasaan masa lampau yang berulang-ulang masih dilakukan dalam sebuah cipta sastra, (2) peneliti akan mengungkapkan akar tradisi atau subkultur dan kepercayaan seorang penulis yang terpantul dalam karya sastra, (3) kajian juga dapat diarahkan pada aspek penikmat sastra etnografi, masyarakat sangat taat menjalankan pesan-pesan yang ada dalam karya sastra, (4) peneliti juga perlu memperhatikan bagaimana proses pewarisan sastra tradisional dari waktu ke waktu, (5) kajian diarahkan pada unsur-unsur etnografis atau budaya masyarakat, dan (6) perlu dilaksanakan kajian terhadap simbol-simbol mitologi dan pola pikir masyarakat pengagumnya. Selanjutnya analisis ditujukan pada simbol-simbol ritual dan hal-hal tradisi yang mewarnai masyarakat dalam sastra tersebut (Endaswara, 2011:109—110).

Berdasarkan penjelasan di atas serta pernyataan Ratna (2011:339) bahwa sistem religi atau kepercayaan dalam karya sastra tidak dilukiskan secara kronologis, melainkan secara fragmentaris sesuai dengan struktur cerita, maka tulisan ini mengungkapkan seperti apakah kepercayaan masyarakat Waropen yang tertuang dalam struktur munaba, ekspresi kebahasaan, dan ideologi masyarakat. Sistem religi atau kepercayaan yang diungkapkan dalam karya sastra munaba, yaitu bentuk pengalaman manusia dalam kaitannya

dengan subjektivitas, keyakinan, dan berbagai bentuk kepercayaan lainnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kecamatan Urei Fasei, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data penelitian diambil dari teks lisan munaba. Data diperoleh dari hasil rekaman, observasi lapangan, dan wawancara. Data tersebut ditranskripsi dan transliterasinya ke dalam bahasa Indonesia. Sumber data diperoleh dari informan yang merupakan pelaku munaba (penutur) dan mereka yang mengerti tentang munaba. Data munaba dianalisis berdasarkan pendekatan antropologi sastra dan teori wacana.

PEMBAHASAN

Masyarakat Papua memiliki sistem kepercayaan yang berkembang di dalam setiap suku. Setiap suku memiliki sistem kepercayaannya masing-masing termasuk kepercayaan kepada Sang Pencipta yang disebut dengan Tuhan dalam agama suku sebelum masuknya penginjil-penginjil dari daratan Eropa dalam penyebaran agama Kristen. Sebagai contoh, sistem kepercayaan dalam agama suku Maybrat, Imian, dan Sawiat yang berada di daerah Sorong, Papua yang disebut dengan wiyon-wofle, yaitu terdapat ritual-ritual persembahan

kepada Tuhan yang Ilahi. Tuhan dalam suku ini disebut dengan Oron yang berarti Allah Bapa, Komeyan yaitu, Allah Anak, dan Bomlansa, yaitu Roh Kudus (Sagrim, 2010:416—417). Sistem kepercayaan tersebut memiliki kesamaan dengan kepercayaan agama Kristen tentang ketritunggalan Allah. Selain itu, juga dapat dilihat beberapa sistem kepercayaan yang terdapat dalam suku Biak, yaitu tentang perjalanan roh kembali kepada tempat asalnya, seperti “dunia awan-awan, ombak, dan angin”, yaitu dunia tempat berdiamnya roh-roh suci setelah melalui yen aibui ‘dunia kematian’(Handayani, 2000:145—150). Beberapa contoh di atas menjadi bahan pertimbangan dalam melihat sistem kepercayaan masyarakat Waropen yang tergambar di dalam syair munaba.

Kepercayaan masyarakat Waropen tergambar melalui munaba. Berdasarkan teori wacana menurut Halliday dan Hasan (1992:16— 17), bahwa terdapat tiga pokok bahasan, yaitu medan, pelibat, dan sarana. Medan wacana merujuk pada hal yang sedang terjadi, pelibat wacana merujuk pada orang-orang yang mengambil bagian, dan sarana merujuk pada bahasa dan lebih mengacu pada proses dan situasi objek. Munaba sebagai medan wacana memberikan gambaran tentang peristiwa kematian dan sifat-sifat baik seseorang dalam kehidupannya yang dapat diambil sebagai pelajaran bagi para pendengar. Salah satu pelajaran bagi masyarakat adalah mengetahui kepercayaan yang dimiliki oleh mereka ketika syair munaba

dilantunkan. Salah satu wacana di dalam munaba yang dapat diteliti adalah sistem kepercayaan yang tertuang dalam munaba.

Dalam menganalisis kepercayaan masyarakat Waropen, penulis melihat wacana kepercayaan tersebut dalam struktur munaba. Kepercayaan atau religi adalah sebuah keyakinan tentang sesuatu yang memiliki kekuatan dan kekuasaan dibandingkan dengan ilmu yang hanya dimiliki oleh manusia biasa. Kepercayaan sesuatu yang memiliki kekuatan, kebesaran, melebihi kekuatan manusia terlihat dalam struktur munaba sebagai berikut.

Kepercayaan terhadap Tuhan

Kepercayaan kepada Tuhan menjadi sebuah wacana yang muncul dalam munaba. Pelibat dalam wacana ini adalah penutur dan pendengar. Penutur mampu mengungkapkan adanya kepercayaan masyarakat terhadap Tuhan dalam syair munaba. Sebelum masuknya agama Kristen dalam suku Waropen, terdapat agama suku yang percaya akan keberadaan zat tertinggi di langit dan percaya terhadap bapa tersembunyi. Bapa tersembunyi ini hanya dapat dikenali oleh anaknya. Kepercayaan terhadap raja dari langit dan bapa tersembunyi menjadi kepercayaan masyarakat yang disebut sebagai agama suku Waropen (Held, 2006: 447— 455). Kepercayaan ini memiliki kemiripan dengan ajaran agama Kristen. Jika dihubungkan dengan agama Kristen, maka keberadaan Allah Bapa hanya dikenali oleh anak-Nya yaitu Yesus.

Sebagian besar penduduk Waropen menganut agama Kristen (BPS, 2013: 82—83). Umat Kristiani percaya akan adanya Tuhan yang berada di atas langit (surga) yang dikenal dengan Allah Tri Tunggal (Bapa, Putra atau Yesus, dan Roh Kudus). Kehidupan dan kematian berada dalam kekuasaan Tuhan. Terkadang penyebutan bagi tempat kekuasaan Tuhan adalah surga. Pada saat Yesus terangkat ke surga melampaui langit maka dipercayai bahwa tempat orang yang telah meninggalkan dunia adalah di atas langit mengikuti Tuhannya. Yesus juga disebut sebagai Raja. Keyakinan akan adanya kehidupan di atas, di langit, kehidupan bersama sang Raja walaupun dalam munaba tidak tersebut kata Yesus secara langsung, ketika dikonfirmasikan kepada beberapa informan, mereka mengakui bahwa maksud dari ungkapan kata-kata itu adalah kembali kepada Tuhan. Berikut adalah kutipan syair munaba yang menunjukkan kepercayaan terhadap Tuhan.

Munaba VI bait 32—34

Iai wuaugau inai wuaugau,

Andisi bino oo inai wuaugau

Andisi gama gomingga inao inai wuaugae,

Andisi yafo sodafo yamo oo inao inai wuaugau wu auwa ragae

Bapa mengambilmu, mama mengambilmu

Mama mengambilmu dari kebersamaan kita

Di dalam perbudakan dari udara mama mengambilmu

Mama mengambilmu dan dibawa meninggalkan perbudakan ini mengambilmu dari kebersamaan kita


Bahasa sebagai sarana dalam wacana

Wona nduma raruma ayomio ironi gaiwae,

Berdayung ke dalam

kepercayaan terlihat dalam tanda dan   simbol-

kampung asing dan

letakkan kepala di Ayomi     simbol yang terdapat dalam teks di atas yang

Wona sanggao oranima sanggao raruna anaigae

Berdayung di atas laut        mampu mengungkapkan kepercayaan tersebut.

pada saat hari panas di

atas kepala di ayomi         Berdasarkan kutipan-kutipan syair munaba di atas,

Munaba V bait 24,37

terlihat bahwa adanya kepercayaan akan roh orang

Dinunggu oaina, dinungguigaika kiwuauwegae wesaninuo rinunggu rao wurakiawe

tua dan nenek moyang. Arwah orang yang Kita punya orang, mereka

yang       melahirkan    meninggal akan diambil oleh roh orang tua ataupun

kampung  membawamu

dari saya                  nenek moyang. Seperti penjelasan sebelumnya

bahwa kata iai dan inai tidak hanya dipakai bagi

Rumbo ndoao awagaibere, munggo nise aimere gayo, awaigai bere awaga kirise

Dalam teluk saat air mulai    orang tua, tetapi  juga bagi nenek moyang

naik,   mencari   makan    keturunannya. Selain kata iai dan inai, juga terdapat

dengan perahu aimere, mencari saat air mulai    kata wesaninuo yang berarti yang melahirkan, yang

pasang

menciptakan keturunan. Kata ini memiliki makna

Munggoiniwe inaiga moyo aimere gayo, awagaibere awagai kirise

Mama mencari makan    nenek moyang pemberi keturunan yang terlihat

dengan perahu  aimere

jelas dalam kutipan syair munaba V di atas. Kata saat air mulai pasang

selanjutnya yang memberikan makna nenek

Igaira roweo minami arira aimerenandoao awagaibere awagaikirise

Mama pergi dengan baik     moyang adalah aimani dan aibini di samping ghea.

menyusuri teluk bersama

aimere saat air mulai         Ghea adalah sejenis burung yang dipercayai

pasang

merupakan simbol nenek moyang milik salah satu

Munaba VI bait 59 dan 65

keret.  Menurut  informan  yang  merupakan

mino gheao dasomageao awowuairae

mama ghea (burung gea)     binabawa penutur munaba ini, ghea adalah jelmaan

bawa kau pergi dari saya                                        ,

dari nenek moyang orang tuanya yang meninggal.

Aimani  dan aibini pada kutipan  di  atas

menggambarkan kekuatan nenek moyang yang

mino Leao daso mageo awowuairae

mama lea orang banyak

datang tutup kau baru kau     terbakar oleh api. Pada zaman dahulu sebelum

pergi dari saya

adanya agama Kristen, mayat biasanya diasapi

Saga jumba aimanie dorao

Saga jumba aibinia dorae

api membakar langit         dengan tujuan pengawetan. Kata api di atas

aimani

api membakar langit         merupakan lambang dari pengawetan mayat yang

aibinia

memiliki makna kematian.  Narasi  di  atas

menunjukkan bahwa kabar tentang kematian

seseorang telah sampai pada kekuatan aimani dan aibini di langit, yaitu nenek moyang orang yang meninggal. Salah satu nama nenek moyang masyarakat Waropen adalah Aimeri yang dapat ditemukan dalam munaba V di atas. Aimeri dipercayai sebagai nenek moyang suku Waropen

yang bertempat tinggal di

Kepercayaan terhadap memiliki kekuatan gaib

Munaba I

Yoaiwe onda aibini

ondao

Aibini we ondao famai buinie.


Yoaiwe ondao aimaniwe ondao

Aimaniwe ondao famai buinie

Amo ndoao aimeri ndoao,

Aimeri ndoao awagai buinie,

Awagai buinie

rofombe buinie


Amo rande rowai buinio,

Amo raune duwiri raune

Amo mareo masingga mareo,


langit.

benda dan tempat yang

duduk di atas tulisan aibini

aibini yang punya tulisan di atas perahu

bersama tabura

duduk di atas tulisan aimani

tulisan aimani yang di atas papan bersama tabura itu

lari di atas teluk aimeri

Berlari di atas teluk aimeri saat air pasang

Berlari di atas teluk saat air pasang membawa tabura yang memiliki kekuatan berlayar untuk tabura yang bagus berlayar melintasi air duwiri

berlayar melewati air moreo

air dari moreo dan

Masingga mareo wisoi raune

Amo goaira gonggi goaira,

Gonggi goaira risi buinio

wisoi

berlari di gua gonggi dari gua gonggi mereka berlari sepanjang pantai


Mainda goaira gonggi goaira, Gonggi goaira risigai buinio


berlabuh dekat gua gonggi

sepanjang pesisir

pantai gua gonggi

Data di atas diambil dari munaba yang berjudul “Inggini Buigha”. Jenis munaba tersebut dituturkan pada saat upacara kematian berupa dansa adat (berisi tarian dan nyanyian) yang dilaksanakan setelah penguburan. Pada data di atas terlihat beberapa benda dan tempat yang dipercayai memiliki kuasa atau kekuatan, seperti onda aibini (tulisan aibini), onda aimani (tulisan aimani), aimeri ndoa (teluk aimeri), tabura (sejenis alat tiup terbuat dari kerang), duwiri raune (air duwiri), mareo wisoi raune (air mareo dan wisoi), dan gonggi goira (gua gonggi). Tempat, seperti gua, teluk dan air memiliki kekuatan gaib karena dipercaya daerah tersebut dihuni oleh beberapa penguasa. Selain itu, terdapat benda, seperti tulisan aibini dan aimani, yaitu sejenis ukiran yang dibuat di atas sebuah papan dalam perahu tempat duduk Siri (Raja). Papan dan tulisan ini dianggap memiliki kekuatan perlindungan bagi yang mendudukinya. Di pihak lain tabura di dalam kisah tersebut merupakan benda yang memiliki kekuatan gaib karena menurut seorang informan yang berasal dari

keret yang mempunyai kisah ini, tabura tersebut berisi seorang peri yang memiliki kekuatan gaib. Oleh karena itu, dijaga oleh Siri sepanjang perjalanannya melewati laut dan pesisir pantai hingga menuju tujuan.

SIMPULAN

Munaba merupakan sastra lisan menjadi milik dan kekayaan budaya masyarakat Waropen. Munaba mengandung falsafah kehidupan masyarakat sehingga munaba perlu dijaga dan dilestarikan.

Peristiwa kehidupan dan kematian seseorang ditemukan dalam syair munaba. Kisah kehidupan dan kematian mengandung nilai-nilai kebesaran, sifat kebesaran, kebaikan, dan keagungan seseorang. Selain itu, juga berisi pandangan hidup masyarakat berupa kepercayaan yang dimiliki masyarakat Waropen. Kepercayaan menjadi salah satu bagian wacana dalam munaba. Wacana kepercayaan ditemukan dalam munaba yaitu kepercayaan terhadap Tuhan, kepercayaan terhadap roh orang tua dan nenek moyang, dan kepercayaan terhadap tempat dan benda-benda yang memiliki kekuatan gaib. Munaba menyimpan nilai keyakinan tersebut yang terkadang tidak disadari oleh pemiliknya termasuk generasi penerus.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Waropen Dalam Angka. Waropen: Badan Pusat Statistik Kabupaten Waropen.

Endraswara S. 2011. Metodologi Penelitian Sastra: Epistimologi, Model, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS

Halliday & Hassan. 1992. Bahasa, Konteks dan Teks:   Aspek-Aspek Bahasa dalam

Pandangan Semiotik Sosial (Asruddin Barori Tou, Pentj).Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Handayani, Tri. 2000. ”Wacana Kayob Guyub Tutur Biak Numfor”(tesis) .Denpasar: Universitas Udayana.

Held, G.J. 2006. Waropen Dalam Khasanah Budaya Papua. (Dharmojo, Pentj). Pasuruan: Pedati.

Koentjaraningrat. 1992. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia

Ratna, I Nyoman, Kutha. 2011. Antropologi Sastra: Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sagrim, Juan F.H. 2010. Kisah Tuhan dalam Agama Suku:   Rahasia Theologia

Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat Papua. Yogyakarta: MA JAV.

7