LINGUISTIKA, SEPTEMBER 2016

ISSN: 0854-9613

Vol. 23. No. 45

Penilaian Keterampilan Berbicara Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Asing

Ni Wayan Nandaliana Indratayana email: nan_behel@yahoo.com Program Studi Magister Linguistik

I Wayan Simpen email: wyn.simpen8@gmail.com Program Studi Magister Linguistik

I Nyoman Sedeng email: nyoman_sedeng@hotmail.com Program Studi Magister Linguistik

Abstrak—Artikel ini berjudul “Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing”. Penelitian ini bertujuan untuk menilai keterampilan berbicara pembelajar asing dalam mempelajari bahasa Indonesia setelah dilakukan proses pembelajaran aktif yang memotivasi pembelajar untuk terlibat secara aktif. Selain itu, juga bertujuan agar pembelajar dapat mendominasi aktivitas pembelajaran dan mencapai kompetensi dasar yang dimuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan teori penyusunan rubrik yang dikemukakan oleh Airasian (2005). Data-data dikumpulkan dengan metode observasi dan tes. Teknik yang digunakan, yaitu check list, tes tulis, dan tes berbicara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% pembelajar dapat terlibat secara aktif dan tujuan pembelajaran dapat dipenuhi. Persentase keberhasilan siswa dalam menguasai tata bahasa sebesar 60% dan pemahaman terhadap topik-topik pembejaran yang telah diberikan dalam proses pembelajaran aktif sebesar 80%. Faktor-faktor yang menghambat pembelajar dalam kedua aspek tersebut adalah ketidakmampuan pembelajar dalam membedakan dan membandingkan tata bahasa bahasa ibunya dengan tata bahasa Indonesia. Di samping itu, juga kesibukan pembelajar sehingga tidak dapat mengikuti keseluruhan dari sepuluh kali pertemuan sebelum dilakukan proses penilaian dengan teknik check list, tes tulis, dan tes berbicara.

Kata kunci—pembelajaran aktif, check list, rating scale, dan rubrik penilaian

Abstract—This article entitled Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. The aim of this research is to assess learners’ speaking skill in learning Indonesian language after an active learning process had been done that motivates the learners to actively involved, thus the learners can dominate the learning activity and can achieve the basic competency which contained in the lesson plan. The main theory of this research is a rubric design theory proposed by Airasian (2005). The data was collected by using observation and test methods. The techniques used in this articles are check list, written test, and spoken test. The result of this research showed that 80% of the learners actively involved and the aim of learning activity was attained. The learners’ achievement of grammar comprehension is 60% and the comprehension of learning topics that were given in active learning process is 85%. Some factors that obstructed the learners in both aspects mentioned above are the inability of the learners in differentiating and comparing the grammar of their mother language and the Indonesian

grammar, the learners’ activities and schedules that made them unable to attend the whole ten meetings before the assessment process by using check list technique, written and spoken test was done.

Key word—active learning, check list, rating scale, and assessment rubric

PENDAHULUAN

Pembelajaran aktif (active learning) merupakan pembelajaran yang mengajak pembelajar untuk belajar secara aktif. Belajar dengan aktif berarti pembelajar mendominasi aktivitas pembelajaran, baik untuk menemukan ide pokok materi pelajaran, memecahkan persoalan, maupun mengaplikasikan materi yang baru dipelajari ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata (Zaini, 2008: xvi). Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melakukan aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran (Silberman, 1996:6). Dengan kata lain, pembelajaran aktif adalah suatu model pembelajaran yang membuat pembelajar menjadi aktif. Di samping itu, dalam pembelajaran aktif pembelajar diajak menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki dan menerapkan apa yang telah dipelajari (Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas, 2010:2).

Penelitian ini dilakukan pada proses pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Proses pembelajaran pada kelas yang dijadikan subjek penelitian ini difokuskan pada peningkatan keterampilan berbicara, yaitu kemampuan berkomunikasi pembelajar dalam menggunakan bahasa Indonesia ragam lisan. Namun, kerap kali dalam mempelajari suatu bahasa, pembelajar tidak cukup aktif sehingga tujuan pembelajaran, khususnya kemampuan produktif pembelajar, yaitu keterampilan berbicara dan keterampilan menulis tidak tercapai dengan baik. Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini

dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif sehingga pembelajar dapat meningkatkan keterampilan produktifnya, yaitu keterampilan berbicara. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memaksimalkan pencapaian pembelajar terhadap keterampilan berbicara sesuai dengan rubrik penilaian yang telah disusun sebelumnya untuk kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Tujuan lainnya, yakni penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi guru atau fasilitator dalam suatu pembelajaran bahasa untuk dapat menciptakan suatu proses pembelajaran bahasa yang aktif. Artinya, tidak hanya bermanfaat bagi guru, pembelajar pun dapat memanfaatkan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam mempelajari suatu bahasa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di Hotel The Westin, Nusa Dua, Bali. Data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari hasil tes menulis dan berbicara pembelajar asing yang mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan tes. Metode tersebut dilaksanakan dengan teknik catat, tes berbicara, dan tes tulis (Sanjaya, 2013:247). Penyusunan tes yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini mengedepankan empat aspek, yaitu: pemilihan jenis tes, penilaian pada tes, interpretasi terhadap hasil tes, dan penginformasian kepada pembelajar sebagai test takers (American Educational Research Association (AERA), American Psychological AssociationNational Council on Measurement in Education, 1999:35). Metode analisis data

menggunakan descriptive qualitative method. Teknik yang digunakan, yaitu klasifikasi. Hasil analisis data disajikan dengan metode formal dan informal. Teknik yang digunakan, yaitu narasi.

PEMBAHASAN

Pada tahap awal penelitian ini, pembelajaran aktif diterapkan pada kelas pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Pembelajaran aktif merupakan aktivitas pembelajaran yang diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk memotivasi siswa agar lebih mendominasi proses belajar mengajar (Purwono, 2010:4). Untuk menciptakan pembelajar yang dapat berpikir kritis, terdapat tiga komponen, yaitu: komponen bertanya, menemukan, dan refleksi yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan model (pemodelan) yang ada, kemudian mengkonstruksi pemahaman sendiri (konstruktivis) terhadap apa yang dipelajarinya. Tentunya penilaian yang dilakukan tidak terpaku pada hasil akhir saja, namun mempertimbangkan juga proses selama pembelajaran berlangsung demi mewujudkan penilaian yang menyeluruh dan sebenar-benarnya (Johnson, 2010:6).

Pada penelitian ini, pembelajaran aktif yang diterapkan berupa pemberian aktivitas pembelajaran yang memotivasi pembelajar untuk mampu memproduksi ujaran-ujaran dalam bahasa Indonesia sesuai dengan topik pembelajaran dan kompetensi dasar yang ingin dicapai pada setiap pertemuan. Aktivitas-aktivitas tersebut berupa role play dan information gap. Selain aktivitas pembelajaran, metode pembelajaran juga menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Metode adalah sebuah realisasi praktis sebuah pendekatan. Seseorang yang menemukan sebuah metode telah sampai pada keputusan tentang tipe-tipe aktivitas, peran guru dan pembelajar, jenis-jenis materi yang akan membantu proses pembelajaran, dan beberapa model pengorganisasian silabus. Metode termasuk berbagai jenis prosedur dan teknik sebagai bagian standar dari suatu metode tersebut (Harmer, 2006:78). Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan,

menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Terdapat beberapa prinsip dasar pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan akurat, antara lain sebagai berikut: tujuan pembelajaran, aktivitas dan pengetahuan awal siswa, integritas pokok bahasan, alokasi waktu dan sarana penunjang, jumlah siswa, serta pengalaman dan kewibawaan guru (Sanjaya, 2008:17).

Berdasarkan penjabaran tersebut, adapun contoh information gap yang diterapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Jenis: information gap

Nama Permainan: Commuters (Perjalanan ke Tempat Kerja)

Tujuan Pembelajaran: Pembelajar dapat bertanya dan berbicara mengenai cara/bagaimana

mereka berangkat kerja (tempat kerja, dengan kendaraan apa,

seberapa jauh jarak kantor dari rumah, dan lama perjalanan)

Prosedur Pelaksanaan

  • 1.    Pembelajar dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok A dan Kelompok B.

  • 2.    Tiap-tiap kelompok diberikan selembar kertas yang berbeda berisikan tabel dengan beberapa bagian rumpang.

  • 3.    Kelompok A dan B saling bertukar informasi dengan memberikan pertanyaan satu sama lain sehingga dapat mengisi bagian rumpang pada lembaran kertas yang dimiliki.

Kelompok A

No.

Nama

Pekerj

Kenda

Jarak Kantor-

Lama

aan

raan

Rumah

Perjalanan

1.                 ……

Made Polisi    …     25 km

2.

Ayu …….. Taksi    ……..      35 menit

3.

Oka

Guru   …

..   50 km      ……….

Kelompok B

Ke

Jarak

Kanto

No.

Nama

Pekerj aan

nda raa n

r-

Ruma h

Lama Perjalana n

  • 1.        ……  Mo

Made   …   tor  ……  20 menit

Pega

  • 2.           wai   …

Ayu Bank  …. 30 km ………

  • 3.         ……  Mo  ……  1 jam 10

Oka    … bil …     menit

Setelah aktivitas tersebut diterapkan, tahapan penelitian selanjutnya adalah pengumpulan data. Data dalam penelitian ini berupa hasil tes menulis dan berbicara pembelajar. Dalam penyusunan suatu tes, guru dapat mengimplementasikan strategi yang efektif untuk membantu siswa, khususnya siswa yang memiliki kecenderungan untuk menjadi gugup saat mengerjakan suatu tes. Dengan memperhatikan siswa yang memiliki kebiasaan atau perilaku seperti itu, guru yang menggunakan faktor formatif, pengelolaan kebiasaan (habitual prudence), pengalaman pembelajaran yang terfokus (purposeful learning experiences), dan tata cara penyusunan tes yang sesuai, maka dapat membantu siswa untuk meningkatkan performansi akademik dan dengan signifikan mengurangi tingkat kecemasan siswa dalam mengerjakan tes yang diberikan (Linn dan Gronlund, 2000:46).

Tes berbicara merupakan tes berbahasa untuk mengukur kemampuan dalam berkomunikasi dengan bahasa lisan. Tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara adalah tes kemampuan berbicara berdasarkan gambar, wawancara, bercerita, diskusi, dan ujian terstruktur. Alat penilaian berbicara berwujud penilaian yang terdiri atas komponen-komponen tekanan, tata bahasa, kosakata, kelancaran, dan pemahaman (Nurgiyantoro, 2010:325). Terdapat beberapa pilihan bagi guru untuk menyimpulkan hasil pengamatan terhadap performansi yang ditujukan

oleh murid dalam mengerjakan suatu tugas yang diberikan, yaitu checklist, skala penilaian, dan rubrik penilaian (Airasian, 2005:108).

Berdasarkan kriteria-kriteria atau komponen-komponen yang tercakup dalam penilaian keterampilan berbicara seperti yang telah disebutkan di atas, maka penilaian keterampilan berbicara pembelajar dalam mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dilakukan dengan menggunakan rubrik penilaian. Rubrik penilaian yang dirancang hanya menilai kriteria tata bahasa, kosakata, dan pemahaman. Hal ini disebabkan oleh kriteria tekanan dan kelancaran belum dianggap tepat untuk dinilai karena pembelajar baru mengikuti sepuluh kali pertemuan. Dengan demikian, kriteria tekanan dan kelancaran dianggap cukup sulit untuk dinilai pada tahapan ini. Selain itu, dalam menyusun tes yang diberikan kepada pembelajar, taksonomi Bloom digunakan sebagai panduan. Terdapat enam tahapan dalam taksonomi Bloom yang harus diperhatikan guru dalam menilai pencapaian siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun enam tahapan tersebut adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Bloom, 1956:7). Dengan memperhatikan taksonomi Bloom, maka rubrik penilaian yang dirancang setelah proses belajar mengajar dilakukan menjadi lebih bermanfaat dalam menjamin penskoran yang cepat dan akurat.

Namun, beberapa faktor lainnya dapat mempengaruhi hasil tes siswa, yaitu: (a) penilaian guru yang eksperimental menunjukkan realisme yang lebih baik dan kemampuan reaksi guru terhadap perkembangan siswa, (b) struktur instruksional guru dalam proses belajar mengajar menunjukkan peningkatan pencapaian siswa yang lebih baik, dan (c) siswa yang lebih memperhatikan perkembangan dan tujuan dari proses pembelajaran yang telah dilakukan (Thorndike, 2004:304).

Berikut diuraikan persentase pencapaian hasil belajar siswa beserta skala penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran aktif berdasarkan kompetensi dasar yang termuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang diadaptasi dari Evaluasi Pendidikan (Sukardi, 2010:112).

  • 1.    Persentase Penguasaan Tata Bahasa = 60% Skala Penilaian Penguasaan Tata Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing

  • a.    5 sangat baik : Tata bahasa yang digunakan telah benar, baik secara morfologis maupun sintaksis.

  • b.    4 baik      : Tata bahasa yang digunakan

telah benar secara morfologis saja atau secara sintaksis saja.

  • c.    3 cukup baik : Tata bahasa yang digunakan belum benar, baik secara morfologis maupun sintaksis, tetapi masih dapat dimengerti                 oleh

pendengar/petutur.

  • d.    2 kurang baik: Tata bahasa yang digunakan belum benar,   baik   secara

morfologis maupun sintaksis dan   tidak   dapat

dimengerti                 oleh

pendengar/petutur.

  • e.    1 tidak baik : Pembelajar sama sekali tidak dapat memproduksi/mengujarkan frasa atau kalimat yang diinginkan oleh guru/fasilitator.

Berdasarkan skala penilaian di atas, untuk sepuluh kali pertemuan yang diadakan pada proses pembelajaran, hasil penilaian keterampilan pembelajar dari kriteria tata bahasa dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Nilai Penguasaan Tata Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing

  • e.    1 tidak baik : Pembelajar lupa sama sekali tentang    kosakata    yang

diinginkan oleh guru/fasilitator agar diujarkan olehnya.

No.

Nama

Skala Penilaian

1    2    3   4   5

1.

Priti

2.

Valerio

3.

Murali

4..

Marc

5.

Jorge

6.

Lalita

Adapun rubrik penilaian keterampilan berbicara pembelajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dari aspek tata bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Priti

No.

Nama

Skala Penilaian

1

2

3

4

5

1

Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan

2

Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat       yang

diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva

3

Penggunaan verba berimbuhan me- dan ber-

4

Penggunaan    kata

ganti (pronouns)

5

Penggunaan negasi tidak dan bukan

Jumlah skor

22

Tabel 3 Rubrik Penilaian Keterampilan

Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Valerio

Jumlah skor                 12

No.

Nama

Skala Penilaian

1  2   3

4  5

1.

Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan

2.

Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat       yang

diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva

3.

Penggunaan verba berimbuhan me- dan ber-

4..

Penggunaan   kata

ganti (pronouns)

5.

Penggunaan negasi tidak dan bukan

6.

Jumblah Skor

18

Tabel  4  Rubrik  Penilaian  Keterampilan

Berbicara   dalam   Pembelajaran   Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Murali

No.

Nama

Skala Penilaian

1

2

3  4  5

1

Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan

2

Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat       yang

diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva

3

Penggunaan verba berimbuhan me- dan ber-

4

Penggunaan    kata

ganti (pronouns)

5

Penggunaan negasi tidak dan bukan

Tabel 5 Rubrik Penilaian Keterampilan

Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Marc

No.

Nama

Skala Penilaian

1

2   3

4  5

1

Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan

2

Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat       yang

diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva

3

Penggunaan verba berimbuhan me- dan ber-

4

Penggunaan    kata

ganti (pronouns)

5

Penggunaan negasi tidak dan bukan

Jumlah skor

17

Tabel  6  Rubrik  Penilaian  Keterampilan

Berbicara   dalam   Pembelajaran   Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Jorge

No.        Nama        Skala Penilaian

1

2

3  4  5

1

Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan

2

Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat       yang

diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva

3

Penggunaan verba berimbuhan me- dan ber-

4

Penggunaan   kata

ganti (pronouns)

5

Penggunaan negasi tidak dan bukan

Jumlah skor

17

Tabel  7  Rubrik  Penilaian  Keterampilan

Berbicara   dalam   Pembelajaran   Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Lalita

No.

Nama

Skala Penilaian

1  2

3  4

5

1

Penggunaan kata tanya apa, di mana, siapa, berapa, dari mana, kapan

2

Pengorganisasian urutan kata dalam kalimat       yang

diujarkan/dituturkan, yaitu frasa nomina, frasa adjektiva

3

Penggunaan verba berimbuhan me- dan ber-

4

Penggunaan    kata

ganti (pronouns)

5

Penggunaan negasi tidak dan bukan

Jumlah skor

20

Tabel 8 Nilai Penguasaan Kosakata dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai B. Asing

No.

Nama        Skala Penilaian

1    2

3

4

5

1.

Priti

2.

Valerio

3.

Murali

4..

Marc

5.

Jorge

  • 6.    Lalita                      √

Tidak berbeda dari nilai penguasaan tata bahasa yang diperoleh pembelajar, nilai penguasaan kosakata pun dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang dimaksud adalah kesibukan pembelajar, umur pembelajar, dan latar belakang pekerjaan pembelajar.

  • 2.    Persentase      Pemahaman      Konteks

Pembicaraan = 50%

Skala Penilaian Pemahaman Konteks Pembicaraan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing

  • a.    5 sangat paham : Pembelajar dapat mengerti pertanyaan atau konteks percakapan yang diberikan serta dapat memberikan respons yang tepat sesuai dengan konteks tersebut.

  • b.    4 paham        : Pembelajar dapat mengerti

pertanyaan atau konteks percakapan yang diberikan. Namun, dalam memberikan respons terhadap pertanyaan tersebut, pembelajar masih perlu mengulang dan mengonfirmasi     maksud

pertanyaan tersebut. Contoh: Guru/fasilitator  :      “Dari

mana Anda berasal?”

Pembelajar      : “Berasal,

do you mean ‘asal’? originality?”

  • c.    3 cukup paham : Pembelajar dapat mengerti pertanyaan atau konteks percakapan yang diberikan. Namun,     tidak    dapat

memberikan respons yang tepat terhadap pertanyaan atau konteks yang diberikan tersebut. Contoh:

Guru/fasilitator : “Berapa jam Anda kerja kemarin?”

Pembelajar : “Jam 12.” (yang dimaksud oleh pembelajar adalah dia

bekerja selama 12 jam kemarin, tetapi karena tata bahasa yang kurang tepat, maka respons yang diberikan menjadi tidak tepat)

  • d.    2 kurang paham : Pembelajar tidak dapat mengerti pertanyaan atau konteks percakapan yang diberikan serta tidak dapat memberikan respons yang tepat. Hal itu terjadi karena pembelajar hanya mengingat sebagian    kata    dalam

pertanyaan tersebut. Contoh: Guru/fasilitator        :

“Siapa nama ibu Anda?”

Pembelajar :      “Nama

means name. Nama saya Jorge.”

  • e.    1 tidak paham : Pembelajar tidak mengerti sama sekali pertanyaan atau konteks yang diberikan serta tidak dapat memberikan respons sama sekali.

Tabel 9 Nilai Pemahaman Konteks Pembicaraan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing

No.

Nama

Skala

Penilaian

1    2

3   4   5

1.

Priti

2.

Valerio

3.

Murali

4..

Marc

5.

Jorge

6.

Lalita

Adapun rubrik penilaian keterampilan berbicara pembelajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dari aspek pemahaman bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 10 Rubrik Penilaian Keterampilan

Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Priti

No.        Nama           Skala Penilaian

1     2   3    4    5

  • 1.    Pemahaman

tentang

percakapan sederhana, yaitu pertanyaan tentang keluarga dan kehidupan pembelajar yang diajukan untuk dirinya, seperti, Di mana tinggal?

Berapa    punya

saudara?     dan

sebagainya.

  • 2.    Pemahaman

tentang

penggunaan kata puluh,      belas,

ratus, dan ribu pada bilangan/angka beserta

pluralisasi, seperti

5 anak atau anak-anak, bukan 5 anak-anak.

  • 3.    Pemahaman

tentang

pemakaian verba berimbuhan  me-

(yang memerlukan objek/patient) dan verba berimbuhan ber- (yang tidak memerlukan objek/patient)

  • 4.    Pemahaman

tentang

penggunaan preposisi di, ke, dan dari.

Jumlah Skor

Tabel 11 Rubrik Penilaian Keterampilan

Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Valerio

No.        Nama           Skala Penilaian

1

2

3

4

5

1.

Pemahaman

tentang percakapan sederhana,  yaitu

pertanyaan tentang keluarga dan   kehidupan

pembelajar yang diajukan   untuk

dirinya,   seperti,

Di mana tinggal?

Berapa    punya

saudara?     dan

sebagainya.

2.

Pemahaman tentang penggunaan kata puluh,      belas,

ratus, dan ribu pada bilangan/angka beserta pluralisasi, seperti 5 anak atau anak-anak,  bukan  5

anak-anak.

3.

Pemahaman tentang pemakaian verba berimbuhan  me-

(yang memerlukan objek/patient) dan verba berimbuhan ber- (yang tidak memerlukan objek/patient)

4..

Pemahaman tentang penggunaan preposisi di, ke, dan dari.

Jumlah Skor

16

Tabel 12 Rubrik Penilaian Keterampilan

Berbicara   dalam   Pembelajaran   Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Murali

No.

Nama

Skala Penilaian

1     2

3    4    5

1.

Pemahaman

tentang percakapan sederhana,  yaitu

pertanyaan tentang keluarga dan   kehidupan

pembelajar yang diajukan   untuk

dirinya, seperti Di mana    tinggal?

Berapa    punya

saudara?     dan

sebagainya.

2.

Pemahaman tentang penggunaan kata puluh,      belas,

ratus, dan ribu pada bilangan/angka beserta pluralisasi, seperti 5 anak atau anak-anak,  bukan  5

anak-anak.

3.

Pemahaman tentang pemakaian verba berimbuhan  me-

(yang memerlukan objek/patient) dan verba berimbuhan ber- (yang tidak memerlukan objek/patient)

4.

Pemahaman tentang penggunaan preposisi di, ke, dan dari.

Jumlah Skor

10

Tabel 13 Rubrik Penilaian Keterampilan

Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Marc

No.        Nama           Skala Penilaian

1

2

3

4    5

1.

Pemahaman tentang percakapan sederhana, yaitu pertanyaan tentang keluarga dan   kehidupan

pembelajar yang diajukan   untuk

dirinya,   seperti,

Di mana tinggal? Berapa    punya

saudara?     dan

sebagainya.

2.

Pemahaman tentang penggunaan kata puluh,      belas,

ratus, dan ribu pada bilangan/angka beserta pluralisasi, seperti 5 anak atau anak-anak,  bukan  5

anak-anak.

3.

Pemahaman tentang pemakaian verba berimbuhan me-(yang memerlukan objek/patient) dan       verba

berimbuhan ber-(yang      tidak

memerlukan objek/patient)

4.

Pemahaman tentang penggunaan preposisi di, ke, dan dari.

Jumlah Skor

15

Tabel 14 Rubrik Penilaian Keterampilan

Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Jorge

No.

Nama

Skala Penilaian

1     2

3

4    5

1.

Pemahaman tentang percakapan sederhana, yaitu pertanyaan tentang keluarga  dan

kehidupan pembelajar yang diajukan untuk dirinya, seperti      Di

mana tinggal? Berapa punya saudara?  dan

sebagainya.

2.

Pemahaman tentang penggunaan kata    puluh,

belas,    ratus,

dan ribu pada bilangan/angka beserta pluralisasi, seperti 5 anak atau     anak-

anak, bukan 5 anak-anak.

3.

Pemahaman tentang pemakaian verba berimbuhan me-     (yang

memerlukan objek/patient) dan     verba

berimbuhan ber-     (yang

tidak memerlukan objek/patient)

4.

Pemahaman tentang penggunaan preposisi   di,

ke, dan dari.

Jumlah Skor

12

memerlukan objek/patient) dan verba berimbuhan ber- (yang tidak memerlukan objek/patient)

4.

Pemahaman tentang penggunaan preposisi di, ke, dan dari.

Jumlah Skor

16

Tabel 15 Rubrik Penilaian Keterampilan

Berbicara dalam Pembelajaran Bahasa

Indonesia sebagai Bahasa Asing untuk Lalita

No.

Nama

Skala Penilaian

1     2

3

4

5

1.

Pemahaman tentang percakapan sederhana,  yaitu

pertanyaan tentang keluarga dan   kehidupan

pembelajar yang diajukan   untuk

dirinya, seperti Di mana    tinggal?

Berapa    punya

saudara?     dan

sebagainya.

2.

Pemahaman tentang penggunaan kata puluh,      belas,

ratus, dan ribu pada bilangan/angka beserta pluralisasi, seperti 5 anak atau anak-anak,  bukan  5

anak-anak.

3.

Pemahaman tentang pemakaian verba berimbuhan  me-

(yang

Dari sepuluh kali pertemuan yang diadakan untuk melakukan penelitian ini, dengan menggunakan metode observasi, tampak bahwa Priti dan Lalita tidak pernah terlambat, dan dapat dengan aktif, antusias, serta berkonsentrasi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Namun, Valerio, Murali, Marc, dan Jorge terkadang datang terlambat dan tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan serta sering kali tidak cukup berkonsentrasi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan oleh kesibukan mereka bekerja di hotel tempat penelitian ini dilakukan. Di pihak lain, Priti dan Lalita tidak memiliki kesibukan lain yang terlalu menyita waktu karena mereka adalah istri expatriate yang bekerja di hotel tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% pembelajar dapat terlibat secara aktif dan tujuan pembelajaran dapat dipenuhi. Persentase keberhasilan siswa dalam menguasai tata bahasa Indonesia sebesar 60%, persentase penguasaan kosakata sebesar 56,66%, persentase pemahaman konteks pembicaraan sebesar 50%, persentase pengorganisasian urutan kata dalam kalimat dan penggunaan verba berimbuhan me- dan ber-masing-masing sebesar 60%, dan persentase pemahaman pembelajar terhadap pembicaraan sederhana sebesar 85%. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian ini, faktor-faktor yang memengaruhi penguasaan pembelajar terhadap tata

bahasa Indonesia sebagai bahasa asing adalah komitmen pembelajar untuk dapat memanfaatkan waktu belajar dan me-review materi pelajaran di tengah kesibukan pekerjaan, umur pembelajar, dan latar belakang pekerjaan pembelajar. Priti menunjukkan penguasaan tata bahasa yang baik dibandingkan dengan pembelajar lainnya karena dia adalah seorang ibu rumah tangga sehingga memiliki waktu lebih banyak untuk dapat belajar di luar jam pertemuan dengan guru. Di samping itu, Priti memiliki latar belakang sebagai seorang guru bahasa Inggris di India sebelum pindah ke Bali. Di sisi lain, Murali adalah seorang kepala chef di hotel tempat penelitian ini dilakukan. Selain itu, Murali berumur 60 tahun yang merupakan pembelajar yang paling tua sehingga cukup mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Faktor-faktor penghambat lainnya yang memengaruhi pencapaian aspek-aspek yang dinilai dalam rubrik penilaian adalah ketidakmampuan pembelajar membedakan dan membandingkan tata bahasa ibunya dengan tata bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Airasian, P. W. 2005. Classroom Assessment: Concepts and Applications (5th ed.). New York: McGraw-Hill.

American Educational Research Association (AERA),     American     Psychological

Association & National Council on Measurement in Education. 1999. Standars for Educational and Psychological Testing. Washington, DC: American Educational Research Association.

Bloom, B.S. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1 Cognitive Domain. New York: Mckay.

Harmer, Jeremy. 2006. The Practice of English Language Teaching. Edinburg: Pearson Education Limited.

Johnson, Elaine B. 2010. Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center,

Linn, R.L. & Gronlund, N.E. 2000. Measurement and Assessment in Teaching (8th ed.). Upper Saddle, NJ: Prentice Hall.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa.    Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Purwono, U., Randall, J., Magnus, B., Lee, M., & Wells, C. 2010. Asesmen dalam Pembelajaran Aktif (Modul untuk Para Guru). Bandung: Universitas Padjadjaran.

Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010.

Panduan Pengembangan Pendekatan Belajar     Aktif; Buku     I     Bahan

Pelatihan Penguatan           Metodologi

Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian  Pendidikan.

Bandung: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. 2008.  Strategi  Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Silberman, M. 1996. Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston, MA: Allyn & Bacon.

Sukardi, H.M. 2010. Evaluasi Pendidikan (Prinsip dan Operasionalnya). Jakarta: Bumi Aksara.

Thorndike, R.M. 2004. Measurement and Evaluation in Psychology and Education (7th ed.). Upper Saddle, NJ: Prentice Hall.

Zaini, Hisyam & Munthe, B. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.

Semi, M. A. 2007.Dasar-dasar Keterampilan Menulis.Bandung: Angkasa.

195