LINGUISTIKA, MARET 2016

ISSN: 0854-9613

Vol. 23. No. 44

Penerapan Metode PPP (Presentation, Practice, and Production) Dalam Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif Kelas VII SMP PGRI 4 Denpasar

I Ketut Oka Ribawa e-mail: [email protected] Program Magister Linguistik Program Pascasarjana, Universitas Udayana

I Gusti Ayu Gde Sosiowati e-mail: [email protected] Program Magister Linguistik Program Pascasarjana, Universitas Udayana

Made Sri Satyawati

e-mail: [email protected] [email protected] Program Magister Linguistik Program Pascasarjana, Universitas Udayana

Abstrak—Tujuan jurnal ini adalah untuk mengetahui hasil evaluasi belajar menulis teks deskriptif pada peserta didik kelas VII SMP PGRI 4 Denpasar sebelum dan setelah diterapkannya metode PPP (presentation, practice, and production). Data dikumpulkan melalui metode observasi dan metode dokumentasi dengan teknik penugasan, kuesioner, wawancara, catatan langsung, serta dokumentasi berupa hasil karangan deskriptif. Data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel dengan penjelasan deskripsi. Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran dan pengajaran bahasa serta beberapa teori pendukung, seperti teori menulis dan teori tata bahasa Inggris.

Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan peningkatan kemampuan peserta didik, yaitu pada tahap pratindakan kemampuan rata-rata peserta didik adalah 61,33 yang mengindikasikan bahwa nilai ini termasuk dalam kategori kurang. Pada siklus I kemampuan rata-rata peserta didik meningkat menjadi 76,67 dengan kategori baik. Dengan diadakannya siklus II sebagai perbaikan dari siklus I, nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan menjadi 81 dengan kategori baik. Dengan penerapan metode PPP (presentation, practice, and production), peserta didik termotivasi untuk belajar. Hal ini didukung dengan hasil kuesioner dan wawancara peserta didik yang menunjukkan bahwa dari 18 peserta didik 65% di antaranya mengakui bahwa mereka dapat dengan mudah memahami materi yang diberikan.

Kata kuncimenulis, teks deskriptif, PPP (presentation, practice, and production)

Abstract—The journal aimed at finding out whether the use of presentation, practice, and production method could improve the writing skill of descriptive essay. The data were collected by observation and documentation methods by giving assignments, questionnaires, interviews, direct record and student’s descriptive essay. The data were analyzed by descriptive qualitative method. The data were presented in the table, as well as in description sentences. The main theory used in this research is the theory of

learning and teaching from Doughlas Brown. The supporting theories were taken by Jeremy Harmer entitled The Practice of English Language and Teaching and English grammar theory by Yule.

The results of quantitative analysis showed that the use of PPP (presentation, practice, and production) method could improve the writing skill of the students. It could be seen from the result of the students’ achievement test and observation analysis which improve continuously during the aplication of the model. The mean score of the students was 61.33, which was categorized intofair level. After having treatment in the first cycle, the students’ mean inprove to 76.67 categorized into good level, the second cycle, the students’ mean score improve to 81categorized to good level. This improvement was also supported by the qualitative data. The result of the qualitative analysis showed that the use of PPP (presentation, practice and production) method could improve the learning motivation of the students. It could be seen from the result of questionnaire analysis and interview showed that from 18 students, 65% of students admitted that they could easy to understand about the lesson after applying PPP (presentation, practice and production).

Keywords—writing, descriptive text, PPP (presentation, practice and production)

PENDAHULUAN

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami kesesuaian metode dan teknik yang tepat dalam kegiatan pembelajaran menulis, khususnya menulis teks deskriptif berbahasa Inggris. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan hasil evaluasi belajar peserta didik dalam menulis teks deskriptif sebelum dan setelah diterapkannya metode PPP (presentation, practice, and production). Di samping itu, juga untuk mengetahui pengaruh penerapan metode ini terhadap motivasi belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi awal dengan memberikan penugasan berupa menulis sebuah karangan deskritif bebas sederhana, diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan menulis peserta didik adalah 60 yang tergolong dalam kategori kurang. Nilai tersebut masih jauh di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 75. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner diketahui bahwa menulis merupakan kegiatan yang paling sulit karena kurangnya pemahaman peserta didik pada penerapan kaidah-kaidah bahasa, seperti

penggunaan struktur gramatika dan tata cara penulisan yang benar. Di samping itu, peserta didik merasa kesulitan dalam mengungkapkan gagasan atau ide karena kurangnya penguasaan kosakata bahasa Inggris, kurang menariknya metode belajar yang digunakan, dan kurangnya motivasi dalam belajar menulis. Bertolak dari evaluasi hasil belajar peserta didik tersebut, peneliti melakukan upaya refleksi dan perbaikan dengan menerapkan metode pembelajaran PPP (presentation, practice and production) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif peserta didik. Penerapan metode PPP (presentation, practice and production) berfungsi untuk mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki peserta didik (Harmer, 2007:65). Dengan demikian, metode ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan dan mengembangkan ide atau gagasan secara kritis dan komunikatif berbahasa Inggris (Skinner, 1957:225).

Penelitian ini diharapkan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi linguistik terapan dalam meningkatkan keterampilan menulis bahasa Inggris dengan menerapkan metode yang relevan dalam proses pembelajaran. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat menambah temuan baru dalam bidang kebahasaan sehingga dapat tercipta metode dan teknik mengajar yang kreatif dan menarik pada umumnya dan proses belajar menulis pada khususnya (Kunandar, 2011:46).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas selama interaksi proses pembelajaran. Selain itu, juga menjadi acuan peningkatan dan perbaikan terhadap kinerja belajar peserta didik di sekolah (Emilia,dkk., 2008: 13).

Lokasi penelitian adalah SMP PGRI 4 Denpasar yang beralamat di Jl. Mekar II Blok D III No. 50X Pemogan, Denpasar. Sekolah ini dijadikan sebagai tempat penelitian karena sekolah ini memiliki prioritas baik dalam usaha mengembangkan keterampilan berbahasa Inggris peserta didik. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII karena materi teks deskriptif terdapat di dalam kurikulum dan silabus mata pelajaran bahasa Inggris kelas VII. Objek penelitian ini mengambil sampel kelas VII B yang meliputi seluruh unit populasi peserta didik semester II tahun ajaran 2015/2016 sebanyak delapan belas orang. Kelas VII B dipilih sebagai objek penelitian karena hasil observasi menunjukkan kelas VII.B memiliki nilai rata-rata paling rendah, yaitu 61 dibandingkan dengan kelas VII. A, yaitu 70.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji data kuantitatif dari aspek linguistik terapan. Dalam hal ini aspek terapan tersebut adalah hasil karangan deskriptif peserta didik yang dikaji dan dianalisis untuk mendapatkan hasil data berupa angka (Sugiyono, 2011:196). Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengumpulkan data berupa pendapat, tanggapan, informasi, konsep-konsep, dan keterangan yang berbentuk uraian dalam mengungkapkan masalah (Sugiyono, 2011:326). Data kualitatif dalam penelitian ini adalah aspek linguistic yang menyangkut

keterampilan menulis. Analisis yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif analisis yang berarti interpretasi terhadap isi, dibuat dan disusun secara sistematik atau menyeluruh dan sistematis (Azaz, 2012:47).

Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran dan pengajaran bahasa serta beberapa teori pendukung, seperti teori menulis dan teori tata bahasa Inggris. Teori pembelajaran dan pengajaran bahasa digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini lebih menekankan proses pembelajaran di kelas dengan tujuan agar peserta didik mampu menghasilkan tulisan yang dapat membangun keterampilan berbahasa (Brown, 2007:8). Di pihak lain teori menulis dalam penelitian ini digunakan untuk memahami dan memeriksa ketentuan-ketentuan yang ada dalam proses menulis, seperti memeriksa penggunaan bahasa, tanda baca, ejaan, pengembangan ide dalam tulisan, dan mengoreksi hasil tulisan siswa (Harmer, 2007:325). Teori tata bahasa Inggris digunakan untuk memahami dan memeriksa kemampuan peserta didik dalam menggunakan tata bahasa Inggris khususnya dalam penggunaan tense (Yule, 2010:83).

Data yang dianalisis pada penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif dengan sumber data menulis teks deskriptif. Jenis data dalam penelitian berupa data tulis yang dijadikan sebagai data primer. Data primer diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari peserta didik kelas VII B SMP PGRI 4 Denpasar. Dalam penelitian ini data diambil berupa hasil observasi, kuesioner, dan penugasan, baik dalam kegiatan awal maupun kegiatan akhir pada tindakan yang ada di dalam siklus. Sumber data dalam penelitian ini adalah tulisan peserta didik kelas VII B SMP PGRI 4 Denpasar tahun ajaran 2015/2016 berupa karangan deskriptif sederhana. Data dikumpulkan melalui metode observasi dan metode dokumentasi dengan teknik penugasan, kuesioner, wawancara, catatan langsung serta dokumentasi berupa hasil karangan deskriptif dan foto-foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengumpulan data diawali dengan melakukan wawancara terhadap peserta didik secara acak

untuk mengetahui pengetahuan mereka tentang bahasa Inggris selama dua kali, yaitu pada observasi awal dan pada akhir kegiatan penelitian. Sementara itu, data pendukung diperoleh dari daftar hadir, daftar nilai, serta dokumen-dokumen yang diperlukan dalam proses penelitian. Lembar kuesioner diberikan pada akhir kegiatan setiap siklus untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi selama proses belajar peserta didik dan memberikan referensi perbaikan proses pembelajaran sebagaimana yang diharapkan oleh peserta didik . Di samping itu, penugasan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada tahap pratindakan, siklus I, dan siklus II. Penugasan yang diberikan berupa menulis sebuah karangan deskriptif sederhana sesuai dengan topik yang diberikan oleh peneliti. Instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian dan mendukung hasil penelitian. Selanjutnya, data dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memberikan deskripsi atau penjelasan dari tiap-tiap analisis data.

Perolehan nilai dari analisis tersebut didasarkan atas lima kriteria penilaian, yaitu (1) pengorganisasian (pendahuluan, isi, dan simpulan), (2) pengembangan ide, (3) penilaian penggunaan struktur gramatika, (4) ejaan dan mekanisme penulisan, serta (5) gaya dan kualitas tulisan (Hornby, 1976: 112). Kategori penilaian diberikan menurut standar kriteria penilaian yang diadaptasi dari rubrik penilaian Brown dan Bailey (1984:254), yakni dengan kategori “sangat baik (22--25)”, “baik (17--21)”, “cukup (12--16)”, “kurang (6--11)”, dan “sangat kurang (1--5)”. Untuk kategori “sangat baik” diberikan kepada peserta didik yang menyajikan kelima aspek karangan secara teratur, lengkap, mudah dipahami, dan hampir tidak ada kesalahan. Nilai “baik” diperoleh apabila hanya terdapat sebagian kecil kesalahan yang tidak menimbulkan perubahan makna secara signifikan. Selanjutnya, untuk kategori nilai “kurang” disebabkan oleh kurang lengkapnya detail informasi dalam penyajian organisasi, pengembangan ide, serta kesalahan penggunaan struktur gramatika yang mengakibatkan karangan mulai sulit dipahami. Sementara itu, pada kategori “sangat

kurang”, tampilan karangan sangat buruk. Terdapat banyak kesalahan tata bahasa, mekanisme penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah, serta organisasi dan pengembangan ide yang tidak lengkap dan jelas (Brown dan Bailey, 1984:254). Perolehan nilai dari analisis lima kriteria tersebut diakumulasikan menjadi sebuah jumlah nilai yang mengacu pada kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku di SMP PGRI 4 Denpasar sebagai berikut.

Tabel 1

Level Kemampuan dan Ketercapaian KKM

Jumlah Skor

Kriteria

Kemampuan

Ketercapaian KKM

90--100

Excellent (Sangat baik)

Terlampaui KKM

76—89

Good (Baik)

Terlampaui KKM

75

Sufficient (Cukup)

Tercapai KKM

61—74

Insufficient (Kurang)

Belum  tercapai

KKM

40—60

Poor    (Sangat

kurang)

Belum  tercapai

KKM

(Sumber: Kurikulum SMP PGRI 4 Denpasar tentang Penetapan Penilaian dan Ketercapaian KKM Mata Pelajaran Bahasa Inggris)

Setelah menentukan nilai peserta didik berdasarkan level kemampuan dan ketercapaian KKM, langkah berikutnya adalah mengukur tingkat partisipasif peserta didik dengan menggunakan rumus yang dikutip dari Purwanto (2010:90) untuk menentukan rerata kelas (mean) dan persentase respons dari kuesioner peserta didik sebagai berikut.


Keterangan :

x = rerata peserta didik N = Jumlah peserta didik ∑ = Jumlah keseluruhan X = Hasil peserta didik

Selanjutnya, data disajikan melalui tabel dan diagram kemudian dijelaskan melalui metode deskripsi dalam bentuk narasi.

PD06

55

83

82

ingk at

Men ingk at

Men ingk at

Men ingk at

Men ingk at

Men ingk at

Men ingk at

Men ingk at

Men ingk at

Men ingk

i

Terlampau i

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, yakni siklus I dan siklus II selama kurun waktu dua bulan. Tahapan-tahapan kegiatan ini diawali   dengan   perencanaan,   pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi dari tiap-tiap siklus (Arikunto, 2012:16). Metode yang diujicobakan dalam  penelitian  ini  adalah  metode  PPP

(presentation, practice, and production) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif peserta didik kelas VII SMP PGRI 4 Denpasar.

Perbandingan Rerata Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II

Berikut   ini   disajikan   perbandingan

perolehan nilai rerata peserta didik dari tahap pratindakan, siklus I, dan siklus II dalam bentuk tabel berikut.

Tabel 2

Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik pada

Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II

PD07

PD08

PD09

PD10

PD11

PD12

PD13

PD14

49

77

77

61

49

65

61

53

64

80

89

80

75

83

77

72

74

84

89

87

81

86

74

82

Belum Tercapai

Terlampau i

Terlampau i

Terlampau i

Terlampau i

Terlampau i

Belum Tercapai

Terlampau i

Belum Tercapai

Terlampau i

Terlampau i

Tercapai

Terlampa ui

Skor

Siklus

Nama                        Level

Prat              Ket.

Siswa                      KKM

inda    I    II

kan

PD15

PD16

62

77

73

at Men ingk at Men

PD01                 Men

Terlampau

58    82   83   ingk

at

PD02    63    75   80  Mingekn  Terlampau

at

PD03                Men

Terlampau

65    72   86  ingk

at

PD04   55    69   71  Mingekn   Belum

Tercapai

PD05   62   79   81  Men  Terlampau

PD17

PD18

Rerata

50

70

72

61,3

75

73

75

76,6

89

81

75

81

ingk at Men ingk at Men ingk at

Men ingk at

Perbandingan hasil belajar peserta didik kelas VII B yang tertera pada tabel 2 di atas menunjukkan perkembangan kemampuan menulis teks deskriptif selama tahapan penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Tampak bahwa nilai rerata kelas meningkat pada setiap siklus yang diadakan. Berdasarkan akumulasi perolehan nilai individu peserta didik diketahui bahwa nilai rerata peserta didik pada pratindakan adalah 61,3 dan meningkat pada siklus I menjadi 76,6 dan 81 pada siklus II. Ini berarti bahwa peningkatan kemampuan menulis peserta didik dengan metode PPP (presentation, practice, and production) berhasil diterapkan dalam kegiatan menulis teks deskriptif.

Kemampuan Peserta Didik Menulis Karangan Deskriptif Sebelum dan Setelah Penerapan Metode PPP (Presentation, Practice, and Production)

Kemampuan menulis peserta didik sebelum dan setelah penerapan metode PPP (presentation, practice, and production) dijabarkan ke dalam tiga bagian, yaitu (1) pratindakan, (2) siklus I, dan (3) siklus II. Di samping itu, juga dijabarkan faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar peserta didik.

Pratindakan

Tahap pratindakan dilaksanakan pada 15 September 2015 dan 22 September 2015. Mata pelajaran bahasa Inggris di kelas VII B diadakan setiap Selasa dan Kamis pukul 09.10--10.25 WITA. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, peneliti bertindak sebagai pengajar dan pengamat (observer).

Pada pertemuan ini pendidik menjelaskan secara umum tentang teks deskriptif dan memberikan sebuah contoh karangan deskriptif dengan judul “My Lovely Pet”. Pertemuan pertama dilakukan untuk menguatkan dan memberikan pelatihan dasar penulisan karangan deskriptif (Purnama, 2011: 10). Peserta didik ditugasi menulis karangan sesuai dengan tema “Animal”. Pendidik selalu memperhatikan dan mencatat kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

Pada akhir pertemuan, pendidik memeriksa hasil karangan peserta didik sesuai dengan lima kriteria penilaian teks deskriptif, yaitu (1) pengorganisasian; judul, pendahuluan, isi, dan simpulan, (2) pengembangan ide, (3) struktur gramatika, (4) ejaan dan mekanisme penulisan, serta (5) gaya dan kualitas tulisan. Berdasarkan hasil pemeriksaan lima kriteria penilaian terhadap karangan peserta didik, ditemukan banyak terdapat kesalahan yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

Pada aspek pengorganisasian karangan, yaitu berupa judul, pendahuluan, isi, dan simpulan ditemukan bahwa sebagian besar kekeliruan peserta didik terletak pada kurangnya gambaran dan informasi yang disajikan sehingga kalimat-kalimat menjadi tidak saling berhubungan dan maksudnya menjadi sulit dipahami. Beberapa peserta didik tidak mencantumkan judul pada awal karangan sehingga pesan dalam ide dan gagasan yang ingin disampaikan kurang mengacu pada konsep yang ingin dituangkan. Peserta didik kurang memahami generic structure pada teks deskriptif sehingga dalam karangan peserta didik kurang memilah antara paragraf identification dan description.

Dalman (2014:68) dalam bukunya yang berjudul “Keterampilan Menulis” menyatakan bahwa menulis sebuah paragraf harus tersusun atas kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Pada paragraf identification peserta didik hanya mencantumkan satu kalimat umum dan tidak dikembangkan dalam kalimat-kalimat pendukungnya. Pada paragraf description peserta didik tidak menjelaskan ciri-ciri yang lebih spesifik dari apa yang diceritakan. Seluruh tulisan dalam karangan peserta didik kurang dikoordinasikan dengan baik.

Pada aspek pengembangan ide, peserta didik terlalu mengacu pada contoh yang diberikan pendidik. Gagasan atau ide yang dituangkan ke dalam tulisan tidak dapat berkembang dengan baik dan cenderung menjadi karangan yang monoton. Gagasan atau ide yang diberikan hanya sebatas dengan pengetahuan yang dimiliki. Peserta didik belum mampu memberikan gambaran secara terperinci tentang apa yang ingin dijelaskan.

Pada aspek struktur gramatika ditemukan lima jenis kesalahan, yaitu (1) kesalahan penggunaan kopula be, (2) kesalahan penggunaan kata ganti, (3) kesalahan penggunaan adjektiva, (4) kesalahan penggunaan artikel, dan (5) kesalahan penggunaan verba.

Tabel 3

Kesalahan Struktur Gramatika (Pratindakan)

No.

Jenis Kesalahan

Karangan Peserta Didik

Perbaikan

1.

Kesalahan

It colours

Its      skin

Penggunaan

skin

colour   is

Kopula be

spotted

It to run very   fast

and  very

strong

It      not

attack the human

It is has short tail

It be afraid with water Bear   no

living together

It     cute

animals

It has play with human

It has likes fruits

Wolf kind of dog

spoted

It runs very fast and it is strong

It   doesn’t

attact   the

human

It has short tail

It is afraid of water Bear doesn’t live together

It is a cute animal

It     plays

with human

It       likes

fruits Wolf is a kinds     of

dog

2.

Kesalahan

It to run

It runs very

Penggunaan

very   fast

fast and it

Kata Ganti

and   vey

strong

It   colour

skin spotted

is strong

Its skin colour is spoted

It   colour

gray

It breaths

Its colour is

grey

Its skin is

use skin

used    for

breathing

3.   Kesalahan   It has body

It has soft

Penggunaan hair soft

body hair

Adjektiva    Snake   is

Snake is a

animals

wild animal

wild

It      has

It has many

colour

colours

many

It has face

It       has

beautiful

beautiful

face

It      has

It has

instrument

various

various

instruments

4.    Kesalahan    It     likes

It likes to

Penggunaan play    to

play in the

Artikel      garden

garden

Lion     is

Lion is the

king jungle

king     of

jungle

5.    Kesalahan   It has play

It     plays

Penggunaan with

with    the

Verba      human

human

Dog likes

Dog likes to

play ball

play with a

ball

It

It           is

hunting’s

hunting

together

together

It      likes

It likes to

play     to

play in the

garden

garden

Bear also

Bear likes

like to hunt

to hunt

Pada tabel 3 tentang aspek struktur gramatika tampak bahwa kesalahan yang dilakukan peserta didik adalah kesalahan penggunaan kopula be, yaitu pada kalimat “It colours skin spotted”. Pada contoh kalimat tersebut peserta didik tidak mencantumkan to be dalam kalimat. Kalimat

tersebut merupakan kalimat nominal yang tidak memiliki kata kerja sehingga dibutuhkan to be sebagai pengganti fungsi kata kerja (Purnama, 2011: 52). Kalimat tersebut seharusnya “Its skin colour is spoted”. Kesalahan penggunaan kopula be juga terdapat dalam kalimat “It is has short tail” seharusnya menjadi “it has short tail”. Dalam kalimat tersebut terjadi kekeliruan dalam penggunaan to be karena kalimat tersebut sudah memiliki kata kerja sehingga kalimat tersebut tidak perlu dicantumkan to be lagi.

Selanjutnya terdapat kesalahan penggunaan kata ganti kepunyaan atau kepemilikan (possessive pronoun). Kata benda yang diikuti oleh possessive pronoun menunjukkan bahwa benda tersebut telah ada yang memilikinya (Purnama, 2011: 39) . Kesalahan tersebut tampak pada kalimat “It colour grey” seharusnya menjadi “its colour is grey”. Kesalahan lain yang dilakukan oleh peserta didik adalah kesalahan penggunaan adjektiva. Kesalahan tersebut tampak pada kalimat “Snake is animal wild”. Fungsi kata sifat adalah menerangkan kata benda. Jadi kalimat tersebut seharusnya menjadi “Snake is a wild animal.” Kemudian terdapat kesalahan penggunaan artikel the yang masih kurang dipahami peserta didik. Penggunaan artikel the dimaksudkan untuk mengungkapkan hal yang spesifik dari suatu benda atau seseorang. Kesalahan penggunaan artikel tampak pada kalimat “Lion is king jungle” yang seharusnya menjadi “Lion is the king of jungle.” Kesalahan struktur gramatika lainnya adalah kesalahan dalam penggunaan kalimat verbal. Kalimat verbal merupakan kalimat yang mengandung kata kerja operasional atau kata kerja yang melakukan suatu tindakan. Salah satu kata kerja operasional yang kurang diperhatikan oleh peserta didik adalah pemakaian to infinitive. To infinitive adalah kata kerja bentuk pertama yang diikuti oleh to dengan pola S+Verb+to+Verb. Kesalahan yang dilakukan peserta didik tampak dalam kalimat “It likes play in the garden” yang seharusnya menjadi “It likes to play in the garden.” Kata kerja play seharusnya dibubuhi kata to karena sebelum kata play terdapat kata kata kerja like.

Dari aspek ejaan dan mekanisme penulisan, sebagian peserta didik kurang memahami

penggunaan ejaan bahasa Inggris yang baik dan benar sehingga peserta didik sering keliru dan salah dalam menuliskan kata-kata dalam bahasa Inggris. Pada karangan peserta didik ditemukan dua jenis kesalahan, yaitu sebagai berikut.

Tabel 4 Kesalahan Ejaan dan Mekanisme Penulisan (Pratindakan)

en s

Karangan

No.

Kesalahan

Peserta

Perbaikan

Didik

1.    Kesalahan

It has sharp

It has sharp

Ejaan

shight

sight

Cat        is

Cat        is

karnivor

carnivore

It is animal

It             is

mamalia

mammals

It    is    no

It        isn’t

vigoros   the

vigorous the

warm   and

warm  and

cold

cold

2.   Kesalahan

It has short

It has short

Penggunaan

tail it has

tail. It has

Tanda Baca

long ears. It

long ears. It

also has soft

also has soft

body hair.

body hair.

It        has

It        has

beautiful

beautiful

colour.

colour,

Among

among

others white

others white

color

color

It has two

It has two

legs, and two

legs and two

hands

hands

Kesalahan ejaan dan mekanisme penulisan yang dilakukan oleh peserta didik adalah kekeliruan dalam penempatan titik dan koma. Banyak peserta didik lupa dalam memberikan tanda baca titik di setiap akhir kalimat. Di samping itu, banyak kesalahan ejaan yang dapat mengganggu makna yang ingin disampaikan. Penulisan paragraf dalam karangan peserta didik sering kali tidak memperhatikan rata kanan dan kiri yang tidak

teratur sehingga dapat mengganggu karangan yang dibuat. Kalimat awal paragraf yang tidak menjorok ke dalam mengakibatkan karangan tampak tidak teratur. Huruf pertama di awal kalimat seharusnya menggunakan huruf kapital, tetapi masih banyak peserta didik melalukan kesalahan dengan menggunakan huruf kecil.

Selanjutnya pada aspek gaya dan kualitas tulisan, penggunaan kosakata yang kurang tepat dalam setiap kalimat masih terjadi pada produksi tulisan peserta didik. Kalimat yang disampaikan peserta didik masih bertele-tele, kurang fokus pada satu informasi inti yang ingin disampaikan. Bahasa yang digunakan memadai, tetapi beberapa peserta didik masih menulis kalimat-kalimat yang tidak saling berhubungan satu sama lain.

Kesalahan penggunaan diksi masih tampak dalam karangan yang ditulis peserta didik. Banyak kata asing yang tidak sesuai dengan konteks informasi yang ingin disampaikan dalam tulisan, seperti “a doctor animal is expert health. It has instrument for investigate medical patient.” Pemilihan kata dan penggunaan bahasa masih perlu diperhatikan untuk kesesuaian topik yang ingin dibahas sehingga tidak mengakibatkan perbedaan penafsiran makna dan tanggapan dari pembaca.

Siklus I

Setelah melakukan pengamatan dan meninjau hasil proses belajar pada tahap pratindakan, maka proses pelaksanaan siklus I dirancang dengan menyesuaikan desain rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dikombinasikan dengan penerapan metode PPP (presentation, practice, and production) untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif peserta didik menjadi lebih baik. Siklus I dilaksanakan pada 1 Oktober 2015--8 Oktober 2015.

Pada siklus I pendidik menjelaskan materi tentang teks deskriptif secara terperinci dan mendetail. Materi yang dijelaskan berupa definisi, fungsi, struktur, dan ciri-ciri linguistik yang terdapat dalam teks deskriptif. Di dalam proses pembelajaran, pendidik mengaplikasikan metode PPP yang telah divariasikan dengan menambahkan

media gambar dan video untuk membantu peserta didik dalam menulis teks deskriptif.

Penyampaian materi menggunakan metode PPP (presentation, practice, and production) yang dilakukan untuk menunjukkan bahwa pemberian materi dengan metode ini adalah efektif. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai yang dihasilkan peserta didik pada siklus I. Hasil karangan peserta didik mengalami peningkatan, baik dalam struktur organisasi, pengembangan ide, tata bahasa, mekanisme penulisan, maupun gaya dan kualitas tulisannya yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

Dilihat dari aspek pengorganisasian yang meliputi judul, pendahuluan, isi, dan simpulan, peserta didik telah menuliskan tahapan-tahapan penulisan karangan deskriptif dengan benar, yaitu didahului dengan identifikasi dari objek dengan memaparkan secara umum mengenai objek yang akan dibicarakan sehingga pembaca tertarik untuk membacanya. Dilanjutkan dengan tahapan deskripsi, yaitu peserta didik telah mampu menggambarkan secara spesifik dari objek yang dimaksud sehingga pembaca dapat memahami isi dari karangan yang diproduksi oleh peserta didik. Pada tahap simpulan, peserta didik telah mampu memberikan komentar yang jelas terhadap objek yang digambarkan.

Pada aspek pengembangan ide dan gagasan, sebagian besar peserta didik telah mampu menggali ide yang dimiliki dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Pada setiap karangan dicantumkan judul yang jelas dan sesuai dengan tema yang ditugaskan. Paragraf-paragraf pengantar yang mendukung judul mulai dapat dikembangkan dengan baik. Kalimat pendukung yang menjelasakan kalimat utama sudah dituliskan dengan baik dan memberikan kejelasan bagi pembaca.

Pada aspek struktur gramatika masih terdapat kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam penulisan kopula be, kesalahan penggunaan adjektiva, dan kesalahan dalam penggunaan artikel yang dapat dijabarkan dalam tabel berikut.

Tabel 5

Kesalahan Struktur Gramatika Siklus I

No.

Jenis Kesalahan

Karangan Peserta Didik

Perbaikan

1.

Kesalahan

Kopula be

In there also a corn shape giant statue Bedugul ful in the flowers

It’s location not so far from Airport Ngurah Rai.

The situation very crowded

Kuta beach a very wide

There is also a big corn statue

Bedugul   is

full         of

flowers

It location is not so far from Ngurah Rai Airport The situation in the beach is        very

crowded Kuta beach is very wide

2.

Kesalahan

Adjektiva

Bedugul   is

tour   place

biggest    in

town     of

Tabanan

There    are

also  highly

variable flower color It is located in area Kuta

Bedugul   is

the  biggest

tourism place     in

Tabanan Regency There are also various colors of flowers It is located in Kuta area

3.

Kesalahan Penggunaan Artikel

Tree     the

green   and

big Sand is white

The tree is green and big

The sand is white

Berdasarkan tabel 5 di atas diketahui bahwa peserta didik masih banyak mengalami kesulitan tentang penggunaan kopula be, adjektiva, dan artikel. Hal tersebut dapat dilihat dari kalimat “Kuta beach a very wide”. Kalimat tersebut mengalami penghilangan unsur to be yang merupakan syarat dari kalimat nominal. Jika kalimat tidak memiliki

kata kerja, maka to be digunakan sebagai penggantinya. Kalimat tersebut seharusnya menjadi “Kuta beach is very wide”. Selanjutnya terdapat kesalahan penggunaan adjektiva yang tampak pada kalimat “Bedugul is tour place biggest in town of Tabanan”. Dalam bahasa Inggris, kata sifat diletakkan mendahului kata benda sehingga kalimat yang benar adalah “Bedugul is the biggest tourism place in Tabanan regency”. Kemudian, kesalahan penggunaan artikel yang masih kurang dipahami oleh peserta didik. Artikel yang masih kurang dipahami dalam penulisan karangan tersebut adalah penggunaan artikel the. Kesalahan tersebut tampak pada kalimat “Sand is white”. Penggunaan artikel dapat diletakkan di awal kata apabila kata yang dimaksud merupakan kata khusus atau spesifik (Marpudin, 2008). Kata sand di atas merupakan kata special word karena ingin menjelaskan hal menarik dari sebuah kata. Dengan demikian kalimat tersebut seharusnya menjadi “The sand is white”.

Pada aspek ejaan dan mekanisme penulisan, peserta didik sudah memahami dalam menggunakan konvensi menulis dengan baik dan benar. Tepi kiri dan tepi kanan teratur. Kalimat awal paragraf menjorok ke dalam menunjukkan karangan yang ditulis dengan rapi dan teratur. Tidak banyak kesalahan ejaan yang ditulis sehingga mencerminkan karangan ditulis dengan teliti. Tanda baca yang digunakan pada setiap kalimat telah sesuai dengan maksud penulisan. Hanya sebagian kecil peserta didik yang mengalami kesalahan ejaan yang dapat mengganggu makna, gagasan, dan ide yang ingin disampaikan.

Pada aspek gaya dan kualitas tulisan, sebagian besar peserta didik telah mampu menulis kosakata yang sesuai dengan kalimat dan tema yang ditentukan. Gaya bahasa yang digunakan cukup singkat dan mudah dipahami. Peserta didik telah mampu menulis kalimat demi kalimat dengan register atau penggunaan kata yang benar dan sesuai. Pemilihan kosakata yang tepat membuat tulisan mereka mudah dipahami oleh pembaca.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada 20 Oktober 2015 dan 27 Oktober 2015. Pada siklus II pendidik

memberikan pengayaan kepada peserta didik. Pengayaan dimaksudkan sebagai kegiatan untuk memperkaya pengetahuan peserta didik sehingga pemahaman yang dimiliki peserta didik lebih variatif. Proses pembelajaran siklus II dirancang sesuai dengan desain silabus dan RPP yang memiliki kemiripan dengan desain silabus dan RPP pada siklus I. Akan tetapi, pada siklus II desain silabus dan RPP memberikan perhatian terhadap penggunaan kata dan struktur gramatika. Pada siklus II ini peserta didik diminta untuk menulis sebuah karangan deskriptif dengan tema “Favorite Artists” dengan memperhatikan foto dan video yang ditayangkan dalam slide oleh pendidik.

Pada siklus II ini kemampuan menulis teks deskriptif peserta didik menjadi lebih baik lagi. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai yang dihasilkan peserta didik pada siklus II yang lebih tinggi daripada nilai pada tahap pratindakan dan siklus I. Hasil karangan peserta didik mengalami peningkatan yang cukup signifikan, baik dalam struktur organisasi, pengembangan ide, tata bahasa, mekanisme penulisan, gaya, maupun kualitas tulisannya. Hal tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.

Pada aspek pengorganisasian yang meliputi pengenalan objek, isi karangan, dan simpulan sudah tampak dalam karangan mereka. Peserta didik dapat mengorganisasikan karangan mereka dengan tahapan-tahapan teks deskriptif yang baik dan benar. Peserta didik telah mampu memberikan informasi yang lebih detail dengan pengalaman dan ide yang dimiliki. Bagian-bagian paragraf ditulis secara terperinci dengan ide pokok yang dapat dikembangkan dengan baik.

Pada aspek pengembangan ide, peserta didik telah mampu menggali ide yang dimiliki dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Proses pembelajaran yang diawali dengan tahap presentation dan dikombinasikan dengan topik mengenai artis idola, menyebabkan setiap informasi yang ditulis merujuk pada sebuah pemikiran riil peserta didik. Peserta didik mampu menuliskan ide pokok tiap-tiap paragraf dengan baik yang dikembangkan dengan kalimat-kalimat pendukung

yang menjelaskan gagasan utama dan dapat memberikan kejelasan bagi pembaca.

Selanjutnya, dilihat dari aspek struktur gramatika masih terdapat kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam menulis karangan deskriptif yang dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 6

Kesalahan Struktur Gramatika Siklus II

Jenis No.

Kesalahan

Karangan Peserta Didik

Perbaikan

1.    Kesalahan

Grey,    red,

Grey,    red,

Kopula be

white    and

white   and

black      is

black    are

Justin

Justin

favorite

favorite

colour.

colours.

She    have

She has a

white    skin

white   skin

and   smile

and   good

good.

smile.

He famous in

He is famous

the school

in the school.

He  is  get

He     got

awards from

awards from

music   and

music   and

acting

acting

Her  weight

Her weight is

45 kg

45 kg

2.   Kesalahan

The posture

His posture

Penggunaan

is 173 cm,

is 173 cm,

Kata Ganti

the weight is

his weight is

48 kg.

48 kg.

Every

Every

Saturday him

Saturday he

teache    his

teaches his

friend     to

friend to

learn how to

learn how to

breakdance.

breakdance.

She has many

She     has

tattoo in him

many tattoos

whole body

in her whole

body

Berdasarkan tabel kesalahan struktur gramatika di atas, diketahui bahwa masih terdapat kesalahan peserta didik dalam penulisan karangan, yaitu kesalahan penggunaan kopula be dan kesalahan kata ganti. Pada kesalahan penggunaan kopula be, peserta didik kurang memiliki ketelitian yang baik dalam penggunaan kopula be tunggal dan jamak. Begitu pula dalam penggunaan kata ganti orang, peserta didik tidak teliti dalam menuliskannya sehingga masih terdapat kesalahan. Akan tetapi, secara umum penggunaan keseluruhan penilaian dalam struktur gramatika mengalami peningkatan dan peserta didik dapat mengurangi kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya.

Selanjutnya dilihat dari aspek ejaan dan mekanisme penulisan, pada siklus II peserta didik telah memahami mekanisme penulisan yang baik dan benar. Intesitas kesalahan peserta didik dalam penggunaan ejaan dan mekanisme penulisannya telah dapat dikurangi. Secara umum, penilaian pada kriteria penulisan tergolong ke dalam kategori baik. Artinya, hanya sebagian kecil peserta didik mengalami kesalahan dalam penulisan ejaan yang dapat mengganggu makna, gagasan, dan ide yang ingin disampaikan. Kata demi kata yang ditulis sudah mengalami perubahan.

Pada aspek gaya tulisan, sebagian besar peserta didik mampu menulis dan memproduksi karangannya dengan lebih baik dan teratur. Gaya bahasa yang digunakan sesuai dengan topik yang dibahas. Hal ini terlihat dari pemilihan kata yang tepat dan sesuai sehingga penyampaian informasi lebih jelas diterima oleh pembaca. Misalnya, penggunaan kata-kata dalam bidang musik meliputi sound character, released, pitch control, dan lain-lain. Kalimat yang ingin disampaikan tidak bertele-tele dan langsung merujuk pada apa yang ingin disampaikan.

Dari hasil analisis kuantitatif dan kualitatif nilai rerata peserta didik dapat disimpulkan bahwa penerapan metode PPP (presentation, practice, and production) dinyatakan efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif peserta didik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rerata peserta didik setiap siklus dan

berkurangnya tingkat kesalahan peserta didik dari tahap pratindakan, siklus I, dan siklus II.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar Menulis Peserta Didik dalam Pembelajaran Menulis Teks Deskriptif dengan Penerapan Metode Pembelajaran PPP (Presentation, Practice, and Production)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan tersebut, dapat dikatakan bahwa penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) dapat memberikan peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebelum penerapan metode PPP (presentation, practice, and production)    dalam proses pembelajaran,

kemampuan dan pemahaman peserta didik masih tergolong rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil observasi awal yang menunjukkan banyak terdapat kesalahan dalam menulis teks deskriptif, baik kesalahan gramatika maupun mekanisme penulisan. Di samping itu, peserta didik kesulitan dalam mengemukakan dan mengembangkan ide-ide sehingga karangan mereka sangat terbatas dan sederhana. Setelah diadakan treatment dengan menerapkan metode PPP (presentation, practice, and production) maka terjadi peningkatan pemahaman dan kemampuan menulis teks deskriptif peserta didik. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil kuesioner diketahui hal-hal sebagai berikut:

  • 1.    Pelaksanaan metode pembelajaran PPP (presentation,    practice, and production)

memberikan kebebasan berpikir terhadap peserta didik untuk menuangkan ide yang dimiliki dalam bentuk tulisan. Dengan bantuan media gambar dan video yang diberikan, peserta didik dengan mudah dapat berpikir dan menuangkan gagasan mereka.

  • 2.    Ide atau gagasan yang dimiliki peserta didik sering kali tidak muncul ketika proses berpikir karena kurang adanya umpan balik sehingga sering kali peserta peserta didik menunggu dalam waktu yang lama untuk memunculkan ide yang ada di pikiran mereka. Melalui penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) yang diawali dengan tahap presentation peserta didik mulai membuka wawasan terhadap media yang diberikan melalui gambar dan video yang bertujuan 107

untuk membantu peserta didik dalam menentukan ide pokok dan pendukungnya.

  • 3.    Metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) memberikan kesempatan yang lebih luas kepada peserta didik untuk berpikir mandiri. Tahap practice merupakan tahap berpikir yang penting dalam proses pembelajaran. Pada tahap practice pendidik memberikan kesempatan peserta didik lebih luas dalam mempraktikkan hasil imajinasi, gagasan, dan ide yang dimiliki secara bebas.

  • 4.    Adanya motivasi dan bimbingan yang diberikan pendidik selama proses pembelajaran menyebabkan mereka memiliki semangat dalam belajar. Motivasi dan bimbingan juga diberikan pada saat peserta didik kesulitan dalam membuat judul karangan, mengembangkan ide-ide, ataupun dalam tata bahasa. Pemberian motivasi dan bimbingan ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat peserta didik dalam berpikir secara kritis dalam membuat sebuah teks deskriptif yang baik.

  • 5.    Adanya pengulangan materi dan pengayaan dengan tujuan untuk lebih mengingatkan peserta didik dalam menulis teks deskriptif dengan menggunakan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production). Pengulangan materi yang diberikan secara berkala berupa penjelasan tentang penggunaan struktur gramatika dalam karangan membantu peserta didik memahami pola kalimat yang ada pada karangan teks deskriptif mereka.

  • 6.    Adanya penguatan   (reinforcement)   berupa

pengulangan materi, pelatihan-pelatihan menulis, dan pujian yang diberikan pendidik memberikan respons baik sehingga terjadi peningkatan dalam hasil tulisan teks deskriptif peserta didik.

  • 7.    Pada tiap-tiap tahapan pembelajaran dengan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production),    peserta didik menunjukkan

ketertarikan dan keaktifan yang berbeda dari sebelumnya. Keseriusan peserta didik dalam proses pembelajaran menulis mulai tumbuh dengan motivasi dan bimbingan pendidik.

Ketujuh faktor yang memengaruhi hasil belajar peserta didik tersebut dapat dilihat pada karangan peserta didik yang meningkat setelah penerapan    metode    pembelajaran    PPP

(presentation, practice, and production) dalam pembelajaran menulis teks deskriptif yang menuntut peserta didik untuk menggunakan

generic structure dan struktur gramatika yang tepat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

  • 1)    Sebelum menggunakan metode PPP (presentation, practice, and production) dari delapan belas orang peserta didik hanya dua orang yang memenuhi KKM 75, sebanyak 50% peserta didik mendapat nilai kurang, dan 38,8% peserta didik mendapat nilai sangat kurang. Hasil tes awal (pratindakan menunjukkan bahwa pada hasil karangan siswa masih ditemukan banyak kesalahan, yaitu terdapat pada struktur organisasi, pengembangan ide, tata bahasa, dan mekanik yang menjadi perhatian lebih ke depannya. Hal paling utama yang sering menjadi perhatian adalah kesalahan tata bahasa yang dilakukan oleh peserta didik.

  • 2)    Kemampuan peserta didik dalam menulis teks deskriptif setelah menggunakan metode PPP (presentation, practice, and production) dapat dibagi menjadi dua siklus, yaitu seperti di bawah ini.

  • a)    Pada siklus I metode PPP (presentation, practice, and production) diterapkan. Hasilnya menunjukkan sebanyak 50% peserta didik mampu memperoleh kategori good (baik), 22,2% mendapat kategori sufficient (cukup), dan 27,7% mendapat kategori insufficient (kurang) atau di bawah KKM. Peningkatan ini dapat dilihat dari aspek pengorganisasian yang meliputi pendahuluan, isi, dan simpulan yang sudah dituliskan dengan baik oleh peserta didik. Di samping itu, peningkatan juga terjadi pada aspek pengembangan ide, yaitu peserta didik mampu mengembangkan ide pokok tiap-tiap paragraf. Akan tetapi, masih ditemukan kurangnya kemampuan peserta didik dalam struktur gramatika dan mekanisme penulisan yang benar.

  • b)    Pada siklus II persentase hasil belajar peserta didik menunjukkan sebanyak 72,2% peserta didik mampu memperoleh kategori good (baik), 5,5% mendapat kategori sufficient (cukup), dan 22,2% mendapat kategori insufficient (kurang) atau di bawah KKM.

  • 3)    Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar pada penerapan metode PPP (presentation, practice, and

production) dalam menulis teks deskriptif dengan media gambar dan video yang telah dipersiapkan oleh pendidik dapat memberikan stimulus kepada peserta didik tentang pembelajaran baru khususnya dalam menulis teks deskriptif. Dengan demikian, memudahkan peserta didik untuk memunculkan ide-ide yang ada dalam pikiran mereka yang dituangkan menjadi sebuah tulisan. Penambahan instrumen-instrumen baru dapat memudahkan peserta didik untuk menulis teks deskriptif dengan metode PPP (presentation, practice, and production) yang diterapkan. Di samping itu, dengan adanya pengulangan materi dan pengayaan yang diberikan menjadi penguatan (reinforcement) yang memberikan respons baik terhadap hasil menulis peserta didik. Di samping itu, motivasi yang diberikan pendidik ketika pembelajaran berlangsung menyebabkan peserta didik bersemangat dalam menulis.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara

Azas, Schrampfer Betty. 1993. Understanding and Using English Grammar. Jakarta: Binarupa Aksara

Brown, J.D & Bailey, M. 1984. A Categorial Instrument for Scoring Second Language Writing Skills, Language Learning Research Club. University of Michigan

Brown, J.D. 2007. Principle of Language and Teaching. Englewood Clift, N.J.: Prentice-Hall

Emilia, Hermawan & Tati. 2008. “Pendekatan Genre Based dalam Kurikulum Bahasa Inggris Tahun 2006: Penelitian Sebuah Tindakan Kelas di Sebuah SMP Negeri di Bandung. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UPI

Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Harmer, Jeremy. 2007. The Practice of English Language Teaching.  New York: Longman

Group Limited

Hornby, A.S. 1976. Guide and Usage in English Second Edition. New York: Oxford University Press

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan

Profesi Pendidik.  Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Marpudin. 2008. Teknik Pembelajaran Grammar dengan Metode EGRA, diakses tanggal 29 Desember 2015.

Purnama, Puji. 2011. Cara Cepat Menguasai Bahasa Inggris Kelas VII, VIII, IX. Jakarta: PT Buku Seru

Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil   Belajar.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rianasari, Ni Putu. 2012. “Peningkatan Kemampuan Menulis Bussiness Letter Melalui Pendekatan Task-Based Language Teaching (TBLT) pada Mahasiswa Semester II Jurusan DIII Sekretaris Handayani Denpasar”. Denpasar: Universitas Udayana.

Skinner. 1957. Verbal Behavior. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.

Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Yule, George. 2010. The Study of Language-Fourth Edition. New York: Cambridge University Press

109