LINGUISTIKA, MARET 2016

ISSN: 0854-9613

Vol. 23. No. 44

Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis Dalam Talk Show One “Indonesia Lawyers Club” di TV One

I Gusti Ngurah Mayun Susandhika e_mail: [email protected] Program Magister Linguistik, Universitas Udayana

I Ketut Darma Laksana

e-mail: [email protected] Program Magister Linguistik, Universitas Udayana

I Nyoman Suparwa

e-mail: [email protected]

Program Magister Linguistik, Universitas Udayana

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memahami fungsi, kategori, peran, dan diagram pohon kategori sintaksis dalam Talk Show One “Indonesia Lawyers Club” di TV ONE. Penelitian ini menggunakan teori RRG (Role and Reference Grammar) yang dikemukakan oleh Robert D. Van Valin, Jr. dan Randy J. LaPolla (1997). Data penelitian ini berupa kalimat-kalimat berbahasa Indonesia. Data dikumpulkan dengan metode simak dan teknik catat. Metode utama digunakan untuk menganalisis data adalah metode agih, sedangkan penerapan metode agih dibantu dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung. Penyajian hasil analisis menggunakan metode formal dan informal dengan teknik induktif dan deduktif. Hasil pembahasan adalah fungsi sintaksis meliputi subjek, predikat (inti) atau nukleus, dan objek, kategori subjek dan objek adalah nomina, sedangkan predikat (nukleus) adalah kata kerja atau verba dan kata sifat atau adjektif, dan peran subjek adalah sebagai pelaku, objek sebagai pasien, dan predikat (nukleus) menggambarkan aktivitas atau keadaan. Nukleus atau inti kalimat berada di sebelah kanan. Selain itu, diperoleh juga hasil analisis berupa struktur pohon atau diagram pohon dalam kategorinya.

Kata kuncisintaksis, fungsi, kategori, peran, dan diagram pohon

Abstract— This study aims to understand the syntactic function of the function, category, and tree diagram in the talk show one “Indonesia Lawyer Club” on TV ONE. This study uses the theory of RRG (Role and Reference Grammar) proposed by Robert D. Van Valin, Jr. and Randy J. LaPolla (1997). This research data is in the form of sentences in Indonesian language. The data was collected using refer method and note technic. The main method that was used to analyze data was distributional method, while the application of this method was assisted with based technique, direct element distributional technique. The result is presented using formal and informal method with inductive and deduktive technique. The result are the syntactic functions contain subject, predicate (core) or nucleus, and objects, the category of subject and object is a noun, while the predicate (nucleus) is a verb and an adjective, and the subject's role is as an actor, the object as a patient, and the predicate (nucleus) describes the activities or circumstances. Nucleus or the core of the sentence is on the right. Besides, it was also found the result in the form of tree structure or tree diagram in its category.

Keywordssyntax, function, category, role, and tree diagram

PENDAHULUAN

Sebagai salah satu sarana komunikasi, bahasa memegang peranan sangat penting. Bahasa dapat digolongkan menjadi dua bagian, yakni bahasa verbal dan nonverbal. Menurut Pateda (1988) dalam buku Linguistik (Sebuah Pengantar), hakikat bahasa merupakan bunyi-bunyi yang bermakna. Bermakna di sini dalam arti segala sesuatu yang berupa pesan yang disampaikan seseorang kepada orang lain harus memiliki arti atau tujuan. Dalam hal ini tentu dengan harapan si penerima informasi dapat mengerti isi pesan tersebut. Adanya beberapa bahasa yang tidak memiliki makna, dapat terjadi dalam bahasa lisan atau dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, pada ungkapan-ungkapan seperti “eh, yah, dah”, dan masih banyak lagi yang lainnya. Bahasa yang demikian biasanya terjadi dalam percakapan atau bahasa lisan.

Menurut Arifin dan Junaiyah (2008), sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan dalam tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa, dan kalimat. Dalam kajian sintaksis (Chaer, 2009) terdapat fungsi, kategori, dan peran sintaksis. Fungsi sintaksis adalah “tempat-tempat” struktur sintaksis yang akan diisi kategori-kategori tertentu (Verhaar, 1983; Chaer, 2009). Tempat-tempat itu bernama subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen (Kom), dan keterangan (Ket). Kategori sintaksis adalah jenis atau tipe kata atau frasa yang menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksis. Kategori sintaksis berkenaan dengan istilah nomina (N), verba (V), adjektiva (A), adverbia (Adv), numeralia (Num), preposisi (Prep), konjungsi (Konj), dan pronominal (Pron). Dalam hal ini N, V, dan A merupakan kategori utama, sedangkan yang lain merupakan kategori tambahan. Terkait dengan peran Sintaksis, Chafe (1970) dan para pakar semantik generatif berpendapat bahwa verba atau kata kerja yang

mengisi fungsi P merupakan pusat semantik dari sebuah klausa (istilah digunakan preposisi). Oleh karena itu, verba ini menentukan hadir tidaknya fungsi-fungsi lain dan tipe atau jenis kategori yang mengisi fungsi-fungsi lain itu. Misalnya, verba membaca menghadirkan fungsi S berkategori N atau FN yang berciri (+ manusia) dan sebuah fungsi O berkategori N atau FN yang berciri (+ bacaan). Selanjutnya, verba membacakan selain menghadirkan fungsi S berkategori N atau FN berciri (+ manusia) dan fungsi O berkategori N atau FN berciri (+ bacaan), yang kini berubah menjadi fungsi komp, juga menghadirkan sebuah fungsi O berkategori N atau FN dan berciri (+ manusia). Bagan sebagai berikut.

S    MEMBACAO

i4

N / FN              N / FN

(+ manusia)            (+ bacaan)

S◄--► MEMBACAKAN ¼> O Komp

ii Γ

N / FN              N / FN N / FN

(+ manusia)         (+ manusia) (+ bacaan)

Diagram 1 Peran Sintaksis

Ditinjau dari segi sintaksis, verba merupakan unsur terpenting dalam sebuah klausa. Verba dapat dibedakan berdasarkan perilaku sintaksisnya. Perilaku sintaksis verba tersebut erat kaitannya dengan ketransitifan verba. Ketransitifan verba jika dilihat dari segi sintaksisnya, dapat ditentukan oleh dua faktor berikut.

  • (1)    Adanya nomina yang berdiri di belakang verba yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat aktif.

  • (2)    Kemungkinan objek tersebut berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif

(lihat Alwi dkk., 1993:90).

Di dalam klausa, konstituen induk adalah verba, yang secara fungsional disebut ‘predikat’. Verba itu disertai nomina atau frasa nominal. Fungsi ‘induk’ dalam klausa itu memang predikat. Predikat itu biasanya berupa verbal atau secara kategorial predikat itu berupa verba.

Verba mengungkapkan suatu keadaan, kejadian, atau kegiatan. Suatu keadaan, kejadian, dan kegiatan tersebut biasanya melibatkan orang atau benda, entah satu atau lebih. Orang atau benda tersebut dapat disebut sebagai ‘peserta-peserta’ dalam keadaan atau kejadian yang diungkapkan oleh verba di tempat predikat dan peserta itu berupa nominal. Jumlah peserta tergantung dari jenis verba di tempat predikat.

Verba-verba dapat digolongkan menurut kemungkinan adanya satu, dua, atau tiga peserta nominal itu dengan istilah ‘valensi’. Peserta-peserta itu disebut dengan ‘argumen’. Valensi adalah hubungan sintaktis antara verba dan unsur-unsur di sekitarnya, mencakup ketransitifan dan penguasaan verba atas argumen-argumen di sekitarnya (Kridalaksana, 2008: 253).

Argumen adalah nomina atau frasa nominal yang bersama predikator membentuk suatu proposisi. Argumen itu secara fungsional ada dua jenis, yaitu ‘subjek’ dan ‘objek’. Subjek adalah apa yang berada dalam keadaan yang diartikan oleh verba di tempat predikat atau apa yang mengalami kejadian yang diartikan oleh verba (bervalensi satu atau lebih dari satu, tetapi dalam bentuk pasif) atau apa yang melakukan hal-hal yang diartikan oleh verba (Verhaar, 2006: 166). Objek adalah nomina atau kelompok nomina yang melengkapi verba-verba tertentu di dalam klausa. Lebih jelasnya lagi, objek adalah pihak yang mengalami tindakan yang diartikan oleh verba bervalensi, minimal bervalensi dua (Verhaar, 2006: 167).

Klausa merupakan satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi untuk menjadi kalimat yang secara organisatoris lebih kecil daripada kalimat, tetapi lebih dan besar daripada frasa. Klausa tersebut dapat juga berupa kalimat yang terdiri atas satu verba atau frasa verbal saja disertai satu konstituen atau lebih yang secara

sintaksis berhubungan dengan verba tersebut (lihat Trask, 2007: 37; Verhaar, 1996:162). Pendapat itu juga sejalan dengan pendapat Ramlan (1987: 89) bahwa unsur yang wajib hadir dalam klausa adalah subjek dan predikat. Klausa merupakan satuan gramatikal yang berwujud kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan memiliki potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 1986: 110). Dengan kata lain, klausa adalah satuan gramatikal yang didukung oleh predikat, baik disertai subjek, objek, pelengkap, maupun keterangan. Selain itu, klausa juga didefinisikan sebagai kalimat yang terdiri atas sebuah verba atau frasa verbal, disertai satu konstituen atau lebih yang secara sintaksis berhubungan dengan verba tadi. Dixon (2010: 106 -- 108) menyatakan bahwa dalam struktur klausa frasa nomina mengisi sebuah inti dari slot argumen periferal. Frasa nominal dapat terdiri atas sebuah nomina saja atau sebuah nomina sebagai kepala dan ditemani oleh sejumlah modifikator. Dalam analisis fungsi sintaksis dibicarakan fungsi-fungsi sintaksis, seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan (Verhaar, 2006: 70).

Teks bahasa Indonesia yang dijadikan objek penelitian di sini adalah Talk Show One dalam program acara “Indonesia Lawyers Club” (selanjutnya disingkat dengan ILC) di TV ONE. Talk Show One dalam program acara ILC di TV ONE merupakan talk show one atau dialog interaktif yang menyajikan beragam topik peristiwa terkini, seperti pendidikan, ekonomi, politik, dan hukum. Talk show one program acara ILC yang menjadi objek penelitian adalah teks berbahasa Indonesia. Teks talk show one program acara ILC dipilih karena talk show ini sepengetahuan penulis belum pernah dikaji oleh para peneliti secara mendalam terutama pada kajian sintaksis dengan menggunakan teori RRG (Role and Reference Grammar).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, ada beberapa rumusan masalah yang dibahas. Rumusan masalah diuraikan sebagai berikut.

  • 1)    Bagaimanakah tataran sintaksis (fungsi, kategori, dan peran) yang terdapat pada teks

bahasa Indonesia dalam talk show one ILC di TV ONE?

  • 2)    Bagaimanakah diagram pohon sintaksis yang terdapat pada teks bahasa Indonesia dalam talk show one ILC di TV ONE?

Secara umum, tujuan tulisan ini adalah mengungkapkan fakta kebahasaan bahasa Indonesia terkait dengan bidang sintaksis untuk memperkaya khazanah linguistik di Nusantara, khususnya linguistik mikro. Secara khusus, tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi, kategori, dan peran sintaksis yang terdapat pada teks bahasa Indonesia dalam talk show one ILC di TV ONE. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui diagram pohon kalimat yang terdapat pada teks bahasa Indonesia dalam talk show one ILC di TV ONE.

Tulisan ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan acuan dasar dalam usaha memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang berhubungan dengan tataran sintaksis dan linguistik umumnya. Selain itu, tulisan ini dapat membantu para pelajar, guru, mahasiswa, pemerhati bahasa, dan semua pihak yang tertarik untuk memahami sintaksis bahasa Indonesia.

METODE PENELITIAN

Teori pokok yang digunakan untuk menganalisis fenomena kebahasaan yang ada dalam penelitian ini adalah Role and Reference Grammar (RRG) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Tata Bahasa Peran dan Acuan (TPA). Teori ini merupakan “teori tata bahasa fungsional-struktural” yang dipelopori oleh Van Valin (1997:1). Representasi semantik dalam teori Role and Reference Grammar mengacu pada representasi predikat, yaitu verba dekomposisi aktionsart. Aktionsart merupakan kelas leksikal yang dianggotai oleh suatu verba berdasarkan jenis proses, keadaan, dan sebagainya, seperti yang dimaksudkan oleh verba tersebut. Kelas aktionsart terbagi atas verba keadaan (state), verba pencapaian (achievement),       verba      penyempurnaan

(accomplishment), verba aktivitas (activity), dan verba     aktif     penyempurnaan     (active

accomplishment) serta versi kausatif (causative)

bagi kelas verba. Representasi bagi dekomposisi kategori aktionsart berbeda ‘struktur logis’ (SL). RRG bermula dengan mengklasifikasikan predikat berdasarkan kelas-kelas aktionsart, yaitu kelas yang berdasarkan ciri aspek inheren perbuatan (inherent aspectual properties). RRG telah mengambil dan mengadaptasi sistem dekomposisi leksikal (decomposition lexical) yang dikembangkan oleh Dowty (1979) berdasarkan klasifikasi verba Vendler (1967), yaitu keadaan (states), pencapaian (achievements), aktivitas (activity), dan penyempurnaan (accomplishments). Walaupun klasifikasi yang dibuat ini untuk verba bahasa Inggris, kajiannya terhadap bahasa-bahasa lain telah menunjukkan bahwa perbedaan-perbedaan tersebut berpusat pada organisasi sistem verba secara universal. Verba penyempurnaan (accomplishment) adalah suatu verba mengandung makna ‘perubahan keadaan’ atau ‘membuat seseorang menjadi tahu’ (Van Valin, 2007).

Dalam teori RRG disebutkan bahwa konteks universal adalah konsep kategori ataupun hubungan yang bisa diterima atau didukung pada setiap bahasa manusia yang buktinya bisa digali untuk mendukung keberadaan konstruksi kalimat pada tiap bahasa. Kebanyakan teori sintaksis mengasumsikan bahwa kata benda, kata kerja, aposisi (baik preposisi maupun postposisi) dan kata sifat adalah kategori yang valid secara universal. Teori ini juga menyebutkan bahwa setiap bahasa di dunia memiliki core, yaitu argumen dan inti atau nukleus. Nukleus dalam kajian sintaksis juga disebut sebagai predikat. Sebuah klausa dan kalimat dikatakan sempurna jika terdapat fungsi gramatikal subjek dan predikat. Kategori untuk predikat dalam kalimat biasanya diisi dengan kata kerja, kata sifat, dan kata benda, sedangkan untuk subjek atau objek biasanya diisi dengan frasa kata benda atau frasa nominal dan nomina atau kata benda, sedangkan untuk peran dalam kalimat atau klausa diisi oleh pelaku atau actor dan pasien atau undergoer.

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku atau tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau perbuatan subjek, diprediksi dapat

pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri subjek. Termasuk juga sebagai predikat dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki subjek. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.

Badudu (2005) mengatakan bahwa kalimat dapat dilihat dari tiga tataran, yaitu fungsi, kategori, dan peran. Tataran fungsi membagi kalimat atas subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Tataran kategori membagi kalimat atas kelas kata (kata benda atau nomina, kata kerja atau verba, kata sifat atau adjektiva, kata keterangan atau adverbial, kata ganti atau pronominal, kata bilangan atau numeralia, kata depan atau preposisi, kata penghubung atau kongjungsi, kata seru atau interjeksi, dan kata sandang atau artikel). Tataran peran membagi kalimat atas jenis pelaku (agentif), penderita (objektif), penerima atau penyerta (benefaktif), tempat (lokatif), waktu (temporal), perbandingan (komparatif), alat (instrumental), penghubung (konjungtif), perangkai (preposisi), dan seruan (interjeksi).

Dalam RRG (Role and Reference Grammar) ada dua hal yang memegang peranan sintaksis dalam setiap bahasa, yaitu perbedaan antara elemen predikat dan elemen nonpredikat. Pada sisi yang lain, frasa kata benda merupakan argumen predikat dan frasa aposisi bukan merupakan argumen. Elemen predikat adalah sebuah kata kerja, tetapi dalam kalimat nonverbal atau tanpa kata kerja, kata benda berikutnya menjadi predikat, yaitu sebuah kata kerja, kata sifat, ataupun kata benda. Predikat ini mendefinisikan sebuah unit sintaksis dalam struktur sebuah klausa yang dinamakan nukleus (Van Valin, Jr dan La Polla, 1997:25).

Sebuah klausa terdiri atas dua buah elemen, yaitu elemen inti (argumen + predikat) dan elemen periferi (elemen yang bukan merupakan argumen). Elemen inti merupakan elemen yang tidak bisa dihilangkan dalam sebuah klausa karena dia mengandung inti atau argumen yang membentuk klausa tersebut. Sebaliknya, elemen periferi merupakan elemen yang bisa dihilangkan ataupun bisa diisi dalam sebuah klausa karena elemen

periferi tidak mempunyai pengaruh yang berarti jika dihilangkan dan menambah keterangan jika ditambahkan dalam klausa. Dalam elemen inti atau core terdapat nukleus, yakni unit sintaksis yang sangat penting. Nukleus itu bisa menjelaskan apa inti klausa tersebut (Van Valin, Jr. dan La Polla, 1997:26).

Contoh :

Tabel 1

Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK)

(dikutip dari Van Valin dan LaPolla, 1997: 26)

KLAUSA

INTI                PERIFERI

John ate           the sandwich in the library

Nukleus

Penelitian ini menggunakan data lisan yang ditranskripsi berupa teks bahasa Indonesia dalam talk show one ILC di TV ONE. Pemilihan teks bahasa Indonesia dalam talk show one ILC di TV ONE sebagai korpus data karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang standar dan mudah dipahami. Selanjutnya, data dikumpulkan dengan metode simak yang didukung dengan teknik lanjutan, yakni teknik catat yang berfungsi untuk melakukan pencatatan data yang telah diperoleh. Setelah dicatat, data tersebut diseleksi berdasarkan penggunaannya karena data berupa teks. Data yang dipilih adalah kalimat yang memenuhi unsur fungsi, kategori, dan peran. Metode utama yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode agih. Metode agih adalah metode yang alat bantunya merupakan bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993:31). Penerapan metode agih ini dibantu dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung. Teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung diterapkan dengan membagi satuan lingual yang terdapat pada struktur klausa dalam teks talk show one ILC di TV ONE dan digunakan untuk menentukan argumen inti dan noninti dalam klausa. Setelah dilakukan analisis data maka diperoleh hasil berupa kaidah-kaidah dan deskripsi yang disajikan dengan metode informal.

Metode informal adalah metode penyajian hasil analisis dengan menggunakan kata-kata biasa. Metode formal juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu hasil analisis data disajikan dengan tanda atau lambang-lambang tertentu, seperti tanda panah, tanda bintang, tanda kurung kurawal, lambang huruf sebagai singkatan, dan diagram. Teknik yang digunakan adalah teknik induktif dan deduktif (Sudaryanto, 1993:145).

Penelitian tentang fungsi, kategori, dan peran sintaksis ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif. Oleh sebab itu, sumber data diperoleh melalui data primer berupa data lisan dari berbagai narasumber yang terlibat dalam acara talk show one ILC di TV ONE. Di pihak lain data sekunder berupa data tertulis meliputi dokumentasi dan perkamusan.

PEMBAHASAN

Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis Teks Bahasa Indonesia dalam Talk Show One ILC di TV ONE

Data yang ditemukan pada teks bahasa Indonesia dalam talk show one ILC di TV ONE dengan topik “Imlek : Anggoro Pulang Kampung”, Bagian 1 -- 8, halaman 1 -- 51, 04 Februari 2014 dapat dilihat dalam tabel berikut.

  • (1)    Seorang Ari Mulyadi mengetahui isi perut dari KPK tentang SKRT.

Tabel 2

Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK) (Seorang Ari Mulyadi mengetahui isi perut dari

KPK tentang SKRT)

Inti

Nukleus

Argumen

S     O

Perif eri

Fungsi

mengetah

seoran

isi perut

tenta

ui

g Ari

dari

ng

Mulya

KPK

SKR

di

T

Katego

Kata

FN

FN

F.

ri        Kerja /                       Ket.

Verba

Peran Aktivitas Pelaku Pasien /

/ Agent  Undergo

/ Actor  er

Data tabel 2 pada klausa Seorang Ari Mulyadi mengetahui isi perut dari KPK tentang SKRT terdiri atas satu nukleus, dua argumen, dan satu periferi. Nukleus pada klausa tersebut adalah ‘mengetahui’, berkategori kata kerja atau verba, dan peran adalah aktivitas. Argumen klausa tersebut adalah ‘seorang Ari Mulyadi’ yang berfungsi sebagai subjek (S), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pelaku atau agent, sedangkan kata ‘isi perut dari KPK’ yang berfungsi sebagai objek (O), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pasien atau undergoer. Periferi klausa tersebut adalah ‘tentang SKRT’ berkategori frasa keterangan.

(2)  Pembuat   undang-undang   menginginkan

pimpinan KPK.

Tabel 3

Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK) (Pembuat undang-undang menginginkan pimpinan KPK)

Inti

Nukleus

Argumen

S     O

Peri feri

Fungsi

mengingin kan

pembu pemipin at an KPK undan

g-undan

Katego ri

Kata Kerja / Verba

g

FN   FN

Peran

Aktivitas

Pelaku

Pasien /

Agent   Undergo

/ Actor er

Data tabel 3 pada klausa Pembuat undang-undang menginginkan pimpinan KPK terdiri atas satu nukleus dan dua argumen. Nukleus pada klausa

tersebut adalah ‘menginginkan’, berkategori kata kerja atau verba, dan peran adalah aktivitas. Argumen klausa tersebut adalah ‘pembuat undang-undang’ yang berfungsi sebagai subjek (S), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pelaku atau agent, sedangkan kata ‘pimpinan KPK’ yang berfungsi sebagai objek (O), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pasien atau undergoer.

  • (3)    Kejaksaan memiliki keyakinan penuh taruhan pada jabatan.

Tabel 4

Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK) (Kejaksaan memiliki keyakinan penuh taruhan pada jabatan)

Inti

Nukleu Argumen

Perif eri

s

S

O

Fungsi

memili

kejaksaa

keyakina

pada

ki

n

n penuh

jabat

taruhan

an

Katego

Kata

N

FN

F.

ri

Kerja / Verba

Ket.

Peran

Aktivit

Pelaku /

Pasien /

as

Agent /

Undergo

Actor

er

Data tabel 4 pada klausa Kejaksaan memiliki keyakinan penuh taruhan pada jabatan terdiri atas satu nukleus, dua argumen, dan satu periferi. Nukleus pada klausa tersebut adalah ‘memiliki’, berkategori kata kerja atau verba, dan peran adalah aktivitas. Argumen klausa tersebut adalah ‘kejaksaan’ yang berfungsi sebagai subjek (S), berkategori nomina, dan peran sebagai pelaku atau agent, sedangkan ‘keyakinan penuh taruhan’ yang berfungsi sebagai objek (O), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pasien atau undergoer. Periferi klausa tersebut adalah ‘pada jabatan’ berkategori frasa keterangan.

  • (4)    KPK menerbitkan SOP.

    Tabel 5

    Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK)

    (KPK menerbitkan SOP)

    Inti

    Perif

    Argumen

    Nukleus                     eri

    S    O

    Fungsi

    menerbitk  KPK  SOP

    Katego

    an

    Kata Kerja FN    FN

    ri

    Peran

    / Verba

    Aktivitas   Pelak

    u   / Pasien /

    Agent Undergo /        er

    Actor

Data tabel 5 pada klausa KPK menerbitkan SOP terdiri atas satu nukleus dan dua argumen. Nukleus pada klausa tersebut adalah ‘menerbitkan’, berkategori kata kerja atau verba, dan peran adalah aktivitas. Argumen klausa tersebut adalah ‘KPK’ yang berfungsi sebagai subjek (S), berkategori nomina, dan peran sebagai pelaku atau agent, sedangkan kata ‘SOP’ yang berfungsi sebagai objek (O), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pasien atau undergoer.

Data tabel 6 pada klausa Rudi menormalisasi terdiri atas satu nukleus dan satu


(5)  Rudi menormalisasi.

Tabel 6

Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK) (Rudi menormalisasi)

Inti

Nukleus

Argumen

S     O

Perife ri

Fungsi Kategori

Peran

menormalisasi Kata Kerja / Verba Aktivitas

Rudi N

Pelaku / Agent / Actor

argumen. Nukleus pada klausa tersebut adalah ‘menormalisasi’, berkategori kata kerja atau verba, dan peran adalah aktivitas. Argumen klausa tersebut adalah ‘Rudi’ yang berfungsi sebagai subjek (S), berkategori nomina, dan peran sebagai pelaku atau agent.

  • (6)    KPK menyewa lembaga survei.

    Tabel 7

    Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK) (KPK menyewa lembaga survei)

    Inti                                     . „

    n                          Perif

    Nukleu Argumen

    s        S      O         er

    Fungsi   menye   KPK  lembaga

    wa              survei

    Kategori Kata    FN    FN

    Kerja /

    Verba

    Peran    Aktivita Pelak

    s         u    / Pasien   /

    Agent  Undergoe

    /         r

    Actor

Data tabel 7 pada klausa KPK menyewa lembaga survei terdiri atas satu nukleus dan dua argumen. Nukleus pada klausa tersebut adalah ‘menyewa’, berkategori kata kerja atau verba, dan peran adalah aktivitas. Argumen klausa tersebut adalah ‘KPK’ yang berfungsi sebagai subjek (S), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pelaku atau agent, sedangkan kata ‘lembaga survei’ berfungsi sebagai objek (O), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pasien atau undergoer.

  • (7)    Yang      bersangkutan      mengusulkan

pembentukan tim 8.

Tabel 8

Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK) (Yang bersangkutan mengusulkan pembentukan tim 8)

Inti Nukleu s

Argumen S

O

Per ifer

Fungsi

mengus ulkan

yang bersangk utan

pembent ukan tim 8

Katego ri

Kata

Kerja /

Verba

FN

FN

Peran

Aktivita s

Pelaku /

Agent / Actor

Pasien / Undergo er

Data tabel 7 pada klausa Yang bersangkutan mengusulkan pembentukan tim 8 terdiri atas satu nukleus dan dua argumen. Nukleus pada klausa tersebut adalah ‘mengusulkan’, berkategori kata kerja atau verba, dan peran adalah aktivitas. Argumen klausa tersebut adalah ‘yang bersangkutan’ berfungsi sebagai subjek (S), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pelaku atau agent, sedangkan ‘pembentukan tim 8’ berfungsi sebagai objek (O), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pasien atau undergoer.

  • (8)    Dia berangkat ke Malang.

Tabel 9 Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK) (Dia berangkat ke Malang)

Inti

Perife ri

Nukleus

Argumen

S     O

Fungsi

berangkat

Dia

ke

Kategori

Kata

N

Malan g F.

Peran

Kerja   /

Verba Aktivitas

Pelaku / Agent / Actor

Ket.

Data tabel 9 pada klausa Dia berangkat ke Malang terdiri atas satu nukleus, satu argumen, dan satu periferi. Nukleus pada klausa tersebut adalah ‘berangkat’, berkategori kata kerja atau verba, dan peran adalah aktitvitas. Argumen klausa tersebut adalah ‘Dia’ berfungsi sebagai subjek (S), berkategori nomina, dan peran sebagai pelaku atau agent. Periferi klausa tersebut adalah ‘ke Malang’ berkategori frasa keterangan.

  • (9)    Kami sudah bingung di kampung.

    Tabel 10

    Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK) (Kami sudah bingung di kampung)

    Inti

    Nukleus

    Argumen

    S       O

    Perifer

    Fungsi

    sudah bingung

    Kami

    di kampu ng

    Kategori

    Kata Sifat   /

    F.Adj.

    N

    F. Ket.

    Peran

    Keadaan

    Pengalam / Agent / Actor

Data tabel 10 pada klausa Kami sudah bingung di kampung terdiri atas satu nukleus, satu argumen, dan satu periferi. Nukleus pada klausa tersebut adalah ‘sudah bingung’, berkategori kata sifat atau frasa adjektiva, dan peran adalah keadaan. Argumen klausa tersebut adalah ‘Kami’ berfungsi sebagai subjek (S), berkategori nomina, dan peran sebagai pelaku atau agent. Periferi klausa tersebut adalah ‘di kampung’ berkategori frasa keterangan.

  • (10)    Adanya rekaman menunjukkan terjadi rekayasa.

Tabel 11 Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK)

(Adanya rekaman menunjukkan terjadi rekayasa)

Inti                              Peri

Nukleus Argumen        feri

S

O

Fungsi

menunjukk

adanya

terjadi

an

rekam an

rekayasa

Katego ri

Kata Kerja / Verba

FN

FN

Peran

Hasil

Pelaku / Agent / Actor

Pasien / Undergo er

Data tabel 11 pada klausa Adanya rekaman menunjukkan terjadi rekayasa terdiri atas satu nukleus dan dua argumen. Nukleus pada klausa tersebut adalah ‘menunjukkan’, berkategori kata kerja atau verba, dan peran adalah hasil. Argumen klausa tersebut adalah ‘adanya rekaman’ yang berfungsi sebagai subjek (S), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pelaku atau agent, sedangkan ‘terjadi rekayasa’ berfungsi sebagai objek (O), berkategori frasa nominal, dan peran sebagai pasien atau undergoer.

  • (11)    Fikry meninggal akibat kecelakaan.

Tabel 12

Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK) (Fikry meninggal akibat kecelakaan)

Inti

Nukleus

Argumen S

Periferi O

Fungsi

meningga l

Fikry

akibat kecelaka

an

Kategor

Kata Sifat /

F. Adj

N

F.Ket.

Peran

Keadaan

Pasien / Undergoe r

Data tabel 12 pada klausa Fikry meninggal akibat kecelakaan terdiri atas satu nukleus, satu argumen, dan satu periferi. Nukleus pada klausa tersebut adalah ‘meninggal’, berkategori kata sifat atau frasa adjektiva, dan peran adalah keadaan.

Argumen klausa tersebut adalah ‘Fikry’ yang berfungsi sebagai subjek (S), berkategori nomina, dan peran sebagai pelaku atau agent. Periferi klausa tersebut adalah ‘akibat kecelakaan’ berkategori frasa keterangan.

  • (12)    Ibunya membuka mata.

Tabel 13

Komponen Struktur Lapisan Klausa (SLK) (Ibunya membuka mata)

Inti

Nukleus

Argum

S

en

O

Perif eri

Fungsi

membuk

Ibuny

mata

a

a

Kategor

Kata

N

N

i

Kerja /

Verba

Peran

Aktivitas

Pelak

u    /

Pasien /

Agent

Undergoe

/

r

Actor

Data tabel 13 pada klausa Ibunya membuka mata terdiri atas satu nukleus dan dua argumen. Nukleus pada klausa tersebut adalah ‘membuka’, berktegori kata kerja atau verba, dan peran adalah aktivitas. Argumen klausa tersebut adalah ‘Ibunya’ berfungsi sebagai subjek (S), berkategori nomina, dan peran sebagai pelaku atau agent, sedangkan kata ‘mata’ berfungsi sebagai objek (O), berkategori nomina, dan peran sebagai pasien atau undergoer.

Diagram Pohon pada Teks Bahasa Indonesia dalam Talk Show One ILC di TV ONE

Tata bahasa kategori merupakan sebuah pendekatan yang melengkapi sintaksis bukan pada aturan tata bahasa, melainkan pada kategori sintaksis. Contohnya, daripada menegaskan bahwa kalimat dibentuk dari sebuah aturan yang menggunakan kata benda (NP) dan kata kerja (VP) (contoh aturan struktur frasa S → NP / VP), dalam tata bahasa kategori, prinsip seperti itu masuk dalam kategori kata utama sehingga kategori sintaksis untuk sebuah kata kerja intransitif adalah sebuah gabungan yang lengkap untuk menjelaskan fakta bahwa kata kerja berperan sebagai penghubung yang membutuhkan NP sebagai input dan membuat struktur tingkat kalimat sebagai output. Kategori lengkap ini ditandai sebagai (NP\S) daripada V. NP\S diartikan sebagai “sebuah kategori yang mencari ke kiri (ditandai oleh \) untuk NP (elemen di kiri) dan membentuk sebuah kalimat (elemen di kanan)”. Kategori kata kerja transitif diartikan sebagai sebuah elemen yang membutuhkan dua NP (subjek dan objek langsung) untuk membentuk suatu kalimat. Hal ini ditandai sebagai (NP / (NP\S)) yang berarti “sebuah kategori yang mencari ke kanan (ditandai oleh /) untuk NP (objek), dan membentuk sebuah fungsi yang mencari ke kiri untuk NP dan membentuk sebuah kalimat”. Tata bahasa gabungan adalah sebuah tata bahasa kategori yang memasukkan struktur pohon dalam kategorinya.

Adapun struktur pohon atau diagram pohon pada teks bahasa Indonesia dalam talk show one ILC di TV ONE dapat dilihat sebagai berikut.

Berdasarkan analisis tabel dua sampai dengan tiga belas ditemukan beberapa fungsi, kategori, dan peran sintaksis. Fungsi sintaksis meliputi nukleus, subjek, objek, dan periferi; kategori sintaksis meliputi kata kerja dan kata sifat; dan peran sintaksis meliputi ada sebagai hasil, keadaan, dan aktivitas (nukleus). Selain itu, ditemukan juga peran pelaku atau agent, dan satu peran lagi pasien atau undergoer.

  • (1)    Seorang Ari Mulyadi mengetahui isi perut dari KPK tentang SKRT.

Kalimat

Klausa

Kalimat

Klausa

I.

Inti


ARG                  Nukleus


◄           Periferi


ARG    Nukleus        ARG


FN


FN       PRED        FN


V


Pembuat undang-undang


ARG

PRED

V menginginkan


FN


pimpinan KPK


Seorang Ari Mulyadi mengetahui

isi perut dari KPK


tentang SKRT


Gambar 2

Diagram Pohon (Seorang Ari Mulyadi mengetahui isi perut dari KPK tentang SKRT)

Struktur klausa Seorang Ari Mulyadi mengetahui isi perut dari KPK tentang SKRT pada diagram di atas mengandung dua argumen, yaitu ‘Seorang Ari Mulyadi’ dan ‘isi perut dari KPK’ serta inti atau nukleus, yaitu ‘mengetahui’. Frasa ‘Seorang Ari Mulyadi’ berfungsi sebagai subjek (S), berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor. Frasa ‘isi perut dari KPK’ berfungsi sebagai objek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pasien atau undergoer, sedangkan ‘mengetahui’ berfungsi sebagai nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah kata kerja atau verba, dan perannya adalah menggambarkan sebuah aktivitas. ‘Tentang SKRT’ dalam klausa di atas berfungsi sebagai periferi karena jika dihilangkan, tidak mengubah arti klausa.

Gambar 3

Diagram Pohon

(Pembuat undang-undang menginginkan pimpinan KPK)

Struktur klausa Pembuat undang-undang menginginkan pimpinan KPK pada diagram di atas mengandung dua argumen, yaitu ‘Pembuat undang-undang’ dan ‘pimpinan KPK’ serta inti atau nukleus, yaitu ‘menginginkan’. Frasa ‘Pembuat undang-undang’ berfungsi sebagai subjek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor. Frasa ‘pimpinan KPK’ berfungsi sebagai objek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pasien atau undergoer, sedangkan ‘menginginkan’ berfungsi sebagai nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah kata kerja atau verba, dan perannya adalah menggambarkan sebuah aktivitas.

  • (2)    Pembuat undang-undang menginginkan pimpinan KPK.

    (3) Kejaksaan memiliki keyakinan penuh taruhan pada jabatan.


    Kalimat

    I

    Klausa


    KPK         menerbitkan    SOP


    Periferi


    Inti 4

    FN       PRED       FN


    Gambar 5

    Diagram Pohon (KPK menerbitkan SOP)


    V


    Kejaksaan memiliki keyakinan penuh taruhan pada jabatan


    Struktur klausa KPK menerbitkan SOP pada diagram di atas mengandung dua argumen, yaitu ‘KPK’ dan ‘SOP’ serta inti atau nukleus, yaitu


    Gambar 4

    Diagram Pohon (Kejaksaan memiliki keyakinan penuh taruhan pada jabatan)

    Struktur klausa Kejaksaan memiliki keyakinan penuh taruhan pada jabatan pada diagram di atas mengandung dua argumen, yaitu ‘Kejaksaan’ dan ‘keyakinan penuh taruhan’ serta inti atau nukleus, yaitu ‘memiliki’. Frasa ‘Kejaksaan berfungsi sebagai subjek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor. Frasa ‘keyakinan penuh taruhan’ berfungsi sebagai objek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pasien atau undergoer, sedangkan ‘memiliki’ berfungsi sebagai nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah kata kerja atau verba, dan perannya adalah menggambarkan sebuah aktivitas. ‘Pada jabatan’ dalam kalimat di atas berfungsi sebagai periferi karena jika dihilangkan, tidak mengubah arti klausa.


    ‘menerbitkan’. Frasa ‘KPK’ berfungsi sebagai subjek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor. Frasa ‘SOP’ berfungsi sebagai objek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pasien atau undergoer, sedangkan ‘menerbitkan’ berfungsi sebagai nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah frasa kata kerja atau verba, dan perannya adalah menggambarkan sebuah aktivitas.


    (5) Kembali menormalisasi.


    Kalimat


    Klausa


    Inti


    ARG


    FN


    N

    Rudi


    Nukleus


    PRED


    V menormalisasi


  • (4)    KPK menerbitkan SOP

Kalimat

Gambar 6

Diagram Pohon (Kembali menormalisasi)

Struktur klausa Rudi menormalisasi pada diagram di atas mengandung satu argumen, yaitu ‘Rudi’ dan inti atau nukleus, yaitu ‘menormalisasi’. ‘Rudi’ berfungsi sebagai subjek, berkategori nomina, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor, sedangkan menormalisasi berfungsi sebagai nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah kata kerja atau verba, dan perannya adalah menggambarkan aktivitas.

  • (6)    KPK menyewa lembaga survei.

Kalimat

Klausa

Inti

ARG       Nukleus     ARG

FN

N        V        FN

KPK


menyewa     lembaga survei


Gambar 7 Diagram Pohon (KPK menyewa lembaga survei)

Struktur klausa KPK menyewa lembaga survei pada diagram di atas mengandung dua argumen, yaitu ‘KPK’ dan ‘lembaga survei’ serta inti atau nukleus, yaitu ‘menyewa’. Frasa ‘KPK’ berfungsi sebagai subjek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor. Frasa ‘lembaga survei’ berfungsi sebagai objek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pasien atau undergoer, sedangkan ‘menyewa’ berfungsi sebagai

nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah kata kerja atau verba, dan perannya adalah menggambarkan aktivitas.

  • (7)    Yang bersangkutan mengusulkan pembentukan tim 8.

Kalimat

ARG      Nukleus         ARG

FN        V          FN

Yang bersangkutan          mengusulkan           pembentukan tim 8

Gambar 8

Diagram Pohon (Yang bersangkutan mengusulkan pembentukan tim 8)

Struktur klausa Yang bersangkutan mengusulkan pembentukan tim 8 pada diagram di atas mengandung dua argumen, yaitu ‘Yang bersangkutan’ dan ‘pembentukan tim 8’ serta inti atau nukleus, yaitu ‘mengusulkan’. Frasa ‘Yang bersangkutan’ berfungsi sebagai subjek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor. Frasa ‘pembentukan tim 8’ berfungsi sebagai objek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pasien atau undergoer, sedangkan pembentukan tim 8 berfungsi sebagai objek nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah kata kerja atau verba, perannya adalah menggambarkan sebuah aktivitas.

  • (8)    Dia berangkat ke Malang.

    Kalimat

    I                                         Kami             sudah     bingung di kampung

    Klausa


    I                                                Gambar 10

    Inti ◄                     Periferi

    ARG   Nukleus

    FN     PRED

    N      VP

    V

    Dia       berangkat                 ke Malang

    Gambar 9

    Diagram Pohon (Dia berangkat ke Malang)

    Struktur klausa Dia berangkat ke Malang pada diagram di atas mengandung satu argumen, yaitu ‘Dia’ dan inti atau nukleus, yaitu ‘berangkat’. ‘Dia’ berfungsi sebagai subjek, berkategori nomina, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor, sedangkan    ‘berangkat’    berfungsi    sebagai

    nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah kata kerja   atau   verba,   dan   perannya   adalah

    menggambarkan sebuah aktivitas. ‘Ke Malang’ dalam klausa di atas berfungsi sebagai periferi karena jika dihilangkan, tidak mengubah arti klausa.

    (9)  Kami sudah bingung di kampung.

    Kalimat

    Klausa

    Inti ◄                    Periferi

    ARG            Nukleus

    FN            PRED

    N                Adj. P

    Adv.    Adj.

    Diagram Pohon

    (Kami sudah bingung di kampung)

    Struktur klausa Kami sudah bingung di kampung pada diagram di atas mengandung satu argumen, yaitu ‘kami’ dan inti atau nukleus, yaitu ‘sudah bingung’. ‘Kami’ berfungsi sebagai subjek, berkategori nomina atau N, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor, sedangkan ‘sudah bingung’ berfungsi sebagai nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah frasa kata sifat atau Adj., dan perannya adalah menggambarkan sebuah keadaan. ‘Di kampung’ dalam klausa di atas berfungsi sebagai periferi karena jika dihilangkan, tidak mengubah arti klausa.

    (10) Adanya  rekaman  menunjukkan  terjadi

    rekayasa.

    Kalimat

    Klausa

    Inti

    ARG     Nukleus     ARG

    FN       PRED      FN

    N      N

    V

    Adanya rekaman menunjukkan            terjadi rekayasa

    Gambar 11

    Diagram Pohon

    (Adanya rekaman menunjukkan terjadi rekayasa)

    Struktur   klausa   Adanya    rekaman

    menunjukkan terjadi rekayasa pada diagram di atas





mengandung dua argumen, yaitu ‘adanya rekaman’ dan ‘terjadi rekayasa’ serta inti atau nukleus, yaitu ‘menunjukkan’. Frasa ‘adanya rekaman’ berfungsi sebagai subjek, berkategori frasa nominal atau FN, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor. Frasa ‘terjadi rekayasa’ berfungsi sebagai objek, berkategori nomina, dan mempunyai peran sebagai pasien atau undergoer, sedangkan ‘menunjukkan’ berfungsi sebagai nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah kata kerja atau verba, dan perannya adalah menggambarkan sebuah hasil.

periferi karena jika dihilangkan, tidak mengubah arti klausa.

(12) Ibunya membuka mata.

Kalimat

Klausa

Inti

ARG Nukleus    ARG

(11) Fikry meninggal akibat kecelakaan.

Kalimat

Klausa

Inti ◄         Periferi

ARG        Nukleus

FN       PRED

N          Adj. P

Adj

Fikry         meninggal           akibat kecelakaan

Gambar 12 Diagram Pohon (Fikry meninggal akibat kecelakaan)

FN PRED     N

Ibunya membuka     mata

Gambar 13 Diagram Pohon (Ibunya membuka mata)

Struktur klausa Ibunya membuka mata pada diagram di atas mengandung dua argumen, yaitu ‘Ibunya’ dan ‘mata’ serta inti atau nukleus, yaitu ‘membuka’. Kata ‘Ibunya’ berfungsi sebagai subjek, berkategori nomina atau N, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor. ‘Mata’ berfungsi sebagai objek, berkategori nomina atau N serta mempunyai peran sebagai pasien atau undergoer, sedangkan ‘membuka’ berfungsi sebagai nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah kata kerja atau verba, dan perannya adalah menggambarkan sebuah aktivitas.

Struktur klausa Fikry meninggal akibat kecelakaan pada diagram di atas mengandung satu argumen, yaitu ‘Fikry’ dan inti atau nukleus, yaitu ‘meninggal’. ‘Fikry’ berfungsi sebagai subjek, berkategori nomina atau N, dan mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor, sedangkan ‘meninggal’ berfungsi sebagai nukleus/inti atau predikat, kategorinya adalah kata sifat atau F. Adj., perannya adalah menggambarkan sebuah keadaaan. ‘Akibat kecelakaan’ dalam klausa di atas berfungsi sebagai

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan fungsi, kategori, dan peran sintaksis dalam talk show one ILC di TV ONE sebagai berikut.

Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis Teks Bahasa Indonesia dalam Talk Show One ILC di TV ONE

Tataran fungsi sintaksis diisi oleh subjek, predikat, dan objek. Predikat klausa berfungsi

sebagai inti atau nukleus. Pada tataran kategori subjek diisi oleh frasa nominal atau nomina, predikat atau inti diisi oleh kata kerja atau verba dan kata sifat atau adjektif, sedangkan objek diisi oleh frasa nominal atau nomina. Selain itu, ditemukan dua peran, yaitu subjek mempunyai peran sebagai pelaku atau aktor dan objek memiliki peran sebagai pasien atau undergoer. Selanjutnya, peran predikat atau nukleus menunjukkan aktivitas atau keadaan. Pada analisis juga ditemukan beberapa klausa mengandung periferi. Periferi adalah keterangan yang jika dihilangkan dalam sebuah klausa tidak akan menghilangkan atau mengubah arti klausa tersebut.

Diagram Pohon pada Teks Bahasa Indonesia dalam Talk Show One ILC di TV ONE

Diagram pohon sintaksis meliputi (1) “Seorang Ari Mulyadi mengetahui isi perut dari KPK tentang SKRT”, (2) “Pembuat undang-undang menginginkan pimpinan KPK”, (3) “Kejaksaan memiliki keyakinan penuh taruhan pada jabatan”, (4) “KPK menerbitkan SOP”, (5) “Kembali menormalisasi”, (6) “ KPK menyewa lembaga survei”, (7) “Yang bersangkutan mengusulkan pembentukan tim 8”, (8) “Dia berangkat ke Malang”, (9) “Kami sudah bingung di kampung”, (10) “Adanya rekaman menunjukkan terjadi rekayasa”, (11) “Fikry meninggal akibat kecelakaan”, dan (12) “Ibunya membuka mata”.

Penelitian ini terfokus pada aspek fungsi, kategori, dan peran sintaksis dalam talk show one “Indonesia Lawyers Club” di TV ONE. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aspek-aspek lainnya, seperti fonetik, morfologi, dan semantik agar diperoleh gambaran yang lengkap tentang struktur bahasa pada program TV lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan minimnya aspek kategori sintaksis. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan penelitian yang lebih intensif tentang kategori sintaksis agar diperoleh hasil penelitian yang menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.

Arifin, E. Zaenal, dan H.M. Junaiyah. 2008. SINTAKSIS. Jakarta: PT Grasindo.

Badudu, J.S. 2005. “Jangan Lupa Subjek dan

Predikat”. Diunduh 10 April 2015 http://pelitaku.sabda.org/jangan_lupa_sub jek_dan_predikat.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta: Rineka Cipta.

Chafe, Wallace L. 1970. Meaning and The Structure of Language.  Chicago: The

Chicago University Press.

Dixon, R.M.W. 2010. Basic Linguistic Theory Volume 2 Methodologi. Oxford: Oxford University Press.

Dowty, D.R. 1979. Word Meaning and Montague Grammar. The Semantics of Verbs and Times in Generative Semantics and in Montague’s PTQ. Dordrecht, Holand: D. Reidel Publishing Company.

Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Pateda, Mansoer. 1988. Linguistik  (Sebuah

Pengantar). Bandung: Angkasa.

Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi,  Suatu Tinjauan Deskriptif.

Yogyakarta: U.P. Indonesia.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Jakarta: Duta Wacana University Press.

Trask. 2007. Language and Linguistics: The Key Concept. Second Edition. Routledge.

Van Valin, Jr. Robert D., Randy J. La Polla. 1997. Syntax; Structure, Meaning, and Function. Australia: Cambridge University Press.

Van Valin, Jr. Robert D. 2007. The Role and Reference Grammar Analysis of Three-

Place Predicates. University of Buffalo. The State of University of New York. Heinrich-Heine Universität Düsseldorf (serial online) [cited 2011, Nov 4].

Verhaar, J.W. M. 1983. Pengantar Linguistik.

Yogyakarta:  Gadjah Mada University

Press.

Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum.   Yogyakarta:   Gadjah Mada

University Press.

Verhaar, J.W. M. 2006. Asas-Asas Linguistik Umum.   Yogyakarta:   Gadjah Mada

University Press.

36