FUNGSI YAMA KOTOBA DALAM NOVEL KAIKO NO MORI
on
FUNGSI YAMA KOTOBA DALAM NOVEL KAIKO NO MORI
Ni Putu Luhur Wedayanti
Program Studi Sastra Jepang Jln. Pulau Nias 13, Sanglah Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana
Ponsel 081323154215 [email protected]
ABSTRAK
Yama kotoba secara harfiah dapat didefinisikan sebagai bahasa yang digunakan di pegunungan. Bahasa ini memiliki ketiga fungsi bahasa yang disampaikan oleh Halliday dan Hasan (1985:17), yaitu fungsi informatif, interaktif, dan fungsi imajinatif. Fungsi informatif memberi informasi seputar kepercayaan para matagi, keadaan alam maupun cuaca tempat para matagi berburu dan sistem berburu yang digunakan matagi berserta kelompoknya. Fungsi interaktif yama kotoba mengenai hal-hal tabu yang tidak boleh dilakukan karena dapat mengakibatkan hal buruk terhadap matagi itu sendiri maupun kelompoknya. Fungsi interaktif dalam kontrol sosial sekaligus juga mengacu pada fungsi mendukung lingkungan, karena larangan atau perintah untuk menabukan beberapa hal tersebut dapat membantu matagi memelihara keseimbangan dan kelestarian alam di gunung. Kemudian, Fungsi Imajinatif yama kotoba terdiri atas fungsi ritual dan puitik.
Kata kunci : yama kotoba, matagi, dan fungsi bahasa.
ABSTRACT
Yama kotoba as a language which is the identity of the Matagi has the function of language as language functions presented by Halliday and Hasan (1985:17). Yama kotoba has three main functions of language that is informative functions that provide information about things that matagi belief, weather and natural conditions where the Matagi hunting and hunting system that is used by Matagi along with the hunting group. Interactive functions of yama kotoba are about taboo things that should not be done at all because it can lead to bad things against Matagi themselves and the group. Interactive functions in social control also refers to the interactive functions to support the environment, as yama kotoba delivered on the function of social control or command lists to ban some things taboo. The taboo things that can help Matagi maintain balance and preservation of nature in the mountains. Then, yama kotoba’s Imaginative Function consist of ritual and poetic function.
Keywords: yama kotoba, matagi, and language function.
PENDAHULUAN
Daerah Jepang bagian utara, yaitu daerah Tohoku dan Hokaido merupakan daerah yang memiliki banyak ladang dan hutan sehingga petani sekaligus pemburu adalah profesi
sebagian besar penduduk daerah tersebut. Ketika musim dingin tiba dan lahan pertanian membeku, para petani ini akan pergi ke gunung untuk berburu. Pada zaman dulu, petani berburu dengan menggunakan teknik-teknik serta peralatan dan teknik berburu berkelompok yang masih sederhana, serta memiliki aturan-aturan tabu berburu di gunung. Oleh karena alasan tersebut petani yang beralih profesi menjadi pemburu disebut matagi.
Masyarakat Jepang, khususnya komunitas matagi mempercayai gunung sebagai kawasan yang sakral. Salah satu cara mereka menjaga kesakralan gunung dengan cara tidak menggunakan bahasa sehari-hari secara sembarangan ketika berada di gunung. Mereka biasanya menggunakan yama kotoba. Yama berarti gunung dan kotoba berarti kata atau bahasa. Dengan demikian, sehingga yama kotoba dapat diartikan sebagai bahasa gunung atau bahasa yang digunakan di gunung. Secara umum yama kotoba berfungsi menunjukkan identitas para matagi dan juga merupakan cerminan cara pandang serta kepercayaan para matagi yang dituangkan dalam bentuk verbal. Knight (2008:88) menambahkan bahwa yama kotoba juga berfungsi sebagai bahasa substitusi atas ungkapan tabu dalam aturan matagi. Demikian pentingnya fungsi yama kotoba sebagai refleksi kebudayaan matagi sehingga penting untuk dikaji fungsi lain dari yama kotoba bagai komunitas matagi menggunakan teori fungsi bahasa Halliday dan Hasan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak dan teknik baca serta catat dari sumber data primer, yaitu novel Kaiko no Mori. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori fungsi bahasa Halliday dan Hasan.
Teori Fungsi Bahasa
Bahasa selain berfungsi sebagai alat komunikasi dalam masyarakat juga memiliki fungsi lain dalam kehidupan manusia. Beberapa ahli bahasa telah memadatkan fungsi-fungsi bahasa menjadi kategori fungsi tertentu agar dapat menganalisis fungsi bahasa lebih tepat dan detail. Di antaranya adalah Buhler, Jakobson, Leech maupun Halliday. Pada dasarnya teori-teori mengenai fungsi bahasa tersebut hadir saling melengkapi karena terkadang satu ujaran dapat dikategorikan pada lebih dari satu fungsi.
Halliday dan Hasan (1985:15) berpendapat bahwa fungsi dan kegunaan suatu bahasa sangat terkait satu sama lain, karena penelaahaan fungsi secara tidak langsung harus menelaah maknanya juga. Hal ini didasarkan konsep bahwa bahasa tersebut bermakna ketika bahasa tersebut berfungsi dengan baik, demikian sebaliknya. Mengenai teori-teori fungsi bahasa, Halliday dan Hasan telah meringkas dengan padat pendapat para ahli dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.
Tabel 1. Fungsi bahasa Halliday dan Hasan (1985:17)
Pragmatic Narrative Active |
Magical |
Malinowski (1923) | |
Representational Conative |
Expressive |
Buhler | |
(3rd person) (2nd person) |
(1st person) |
(1934) | |
Transactional |
Expressive |
Poetic |
Britton |
Informative Conative |
(1970) | ||
Information Grooming |
Mood |
Exploratory |
Morris |
Talking Talking |
Talking |
Talking |
(1967) |
Interactive uses Imaginative uses Halliday dan
Control Mutual Express Ritual Poetic Hasan 1985) Other Support self
Dari tabel 1 tersebut, diketahui bahwa teori fungsi bahasa Halliday dan Hasan paling tepat digunakan dalam penelitian ini karena dalam teori ditekankan pada bahasa yang berfungsi sebagai sarana informasi, interaksi maupun imajinasi sehingga dapat dipakai untuk menganalisis fungsi-fungsi yama kotoba dalam novel kaiko no mori.
PEMBAHASAN
Yama kotoba yang terdapat dalam novel kaiko no mori memiliki beberapa fungsi bahasa, yaitu fungsi informatif, fungsi interaktif, dan fungsi imajinatif. Dalam fungsi informatif, yama kotoba berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kepercayaan, keadaan alam dan peralatan dan serta sistem berburu para matagi. Fungsi interaktif terdiri atas fungsi untuk mengontrol sesama, fungsi untuk saling mendukung dan fungsi untuk menunjukkan identitas diri. Fungsi imaginatif yang ditemukan berupa fungsi ritual dan fungsi puitik. Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan dengan lebih rinci tentang fungsi bahasa yama kotoba.
Fungsi informatif
Fungsi informatif dari yama kotoba dapat didefinisikan sebagai fungsi bahasa dalam menjelaskan atau memberi informasi terkait dengan ungkapan dalam yama kotoba tersebut. Yama kotoba dalam novel kaiko no mori memberikan informasi mengenai kepercayaan para matagi, keadaan alam tempat para matagi tersebut berburu, peralatan dan sistem berburu yang digunakan oleh para matagi.
Fungsi Informatif Yama Kotoba tentang kepercayaan para Matagi
Hal yang membedakan antara matagi dengan pemburu pada umumnya adalah kepercayaan mereka yang membuat sikap mereka berbeda ketika berburu. Para matagi mempercayai bahwa gunung memiliki kekuatan yang dapat menguntungkan mereka jika mereka berlaku baik dan bisa juga membahayakan jika mereka melakukan hal yang dilarang. Beberapa data di bawah menjelaskan hal-hal yang para matagi percayai mengenai perihal perburuan dan gunung.
-
(1) Matagi ga kari no tame ni yamahairi suru sai, mamoranakereba naranai tei ya kinki niwa, onna ni kansuru mono mo aru. (Kumagai,2004: 42)
‘Para matagi memiliki aturan-aturan ataupun larangan-larangan yang harus dipatuhi saat mereka akan masuk ke gunung, salah satunya adalah hal mengenai wanita.’
Data (1) menjelaskan mengenai kepercayaan matagi untuk menghindari berhubungan dengan wanita ketika mereka akan pergi ke gunung untuk berburu. Hal ini para matagi lakukan karena mereka memercayai bahwa dewa penguasa gunung berwujud perempuan yang berwajah tidak cantik. Sehingga dewi gunung akan lekas marah apabila pria yang masuk ke gunung sedang dalam keadaan memikirkan wanita lain. Pembicaraan mengenai perempuan di gunung juga dilarang. Apabila secara tidak sengaja matagi membicarakan mengenai wanita, maka matagi yang bersangkutan harus segera keluar gunung sebelum dia atau kelompoknya menemui kesialan. Biasanya matagi ini menghindari membuat dewi gunung marah.
Umegaki (1973:173) memiliki pendapat lain mengenai fungsi larangan di atas. Umegaki menjelaskan bahwa perihal mengenai wanita ataupun keluarga adalah hal-hal yang dapat membangkitkan romantisme atau nostalgia pria yang dapat membuat matagi menjadi tidak fokus ketika berburu. Sepertinya hal ini yang mendasari nasihat umum di antara para matagi bahwa jika sedang jatuh cinta sebaiknya menghindari gunung, sedangkan jika patah hati sebaiknya datang ke gunung.
-
(2) Sama-sama na okite ya kinshi ga aru matagi no sekai niwa, ettewa naranai to sareteiru doubutsu wa ikutsuka aru. Sono hitotsu ga, tsuki no waguma ga mattaku nai, senshin ga makkuro no tsuki no waguma, minaguro data (Kumagai, 2004:56).
‘Di dalam kehidupan berburu para matagi yang memiliki begitu banyak aturan dan larangan, ada beberapa binatang yang dilarang untuk diburu. Salah satunya adalah beruang yang seluruh tubuhnya berwarna hitam atau minaguro dan bukan tsuki no waguma.”
Data (2) menjelaskan larangan para matagi mengenai membunuh beruang jenis minaguro. Hal tersebut karena beruang jenis ini merupakan hewan kesayangan dewi gunung. Seperti telah disebutkan di atas bahwa para matagi sangat takut untuk membuat perasaan dewi gunung tidak senang, apalagi kalau hewan kesayangannya dibunuh. Jadi, jika ada
matagi yang sengaja ataupun tidak sengaja membunuh beruang jenis ini, matagi itu biasanya berhenti atau pensiun menjadi matagi. Bukan itu saja, mereka mungkin menghindari untuk masuk ke gunung. Mereka memercayai telah melukai hati dewi gunung dengan melakukan kesalahan tidak termaafkan sehingga akan sangat berbahaya jika mencoba memasuki daerah kekuasaan dewi gunung.
-
(3) Kono mama matagi shigoto ba yamede shimattara, sagekobakari kurau, doushiyoumo nee kaiseinashisha naru nowa, me ni miede iru de no. (Kumagai, 2004: 478)
Kalau berhenti begitu saja dari pekerjaan menjadi matagi, pasti nantinya hanya melihat suamiku yang akan minum sake dan hidup seperti orang yang tidak berguna.
Data (3) menceritakan mengenai kekhawatiran seorang istri matagi yang kawatir jika suaminya berhenti menjadi matagi akan menghabiskan waktunya dengan minum sake. Alasan dari hal itu karena matagi dilarang untuk minum sake secara berlebihan, dan juga dilarang membawa sake ke gunung. Jadi, data di atas dapat juga diterjemahkan bahwa sang istri berharap jika suaminya masih tetap menjadi matagi dapat tetap menjaga jarak dengan sake.
Fungsi Informatif Yama Kotoba Tentang Alat dan Sistem Berburu
Para matagi menggunakan peralatan berburu yang masih sederhana, meskipun ada senapan hanya boleh digunakan oleh mereka yang mendapat tugas sebagai penembak. Para matagi lain akan melakukan tugas sesuai dengan porsinya dengan peralatan yang menjadi tanggung jawabnya. Biasanya, para matagi ini berburu di daerah pegunungan yang terjal dan di musim dingin sehingga mereka menggunakan pakaian dan peralatan khusus. Informasi mengenai hal tersebut dipaparkan oleh data-data berikut.
-
(4) Unazuki, Tomiji wa koshi no saya kara nagasa wo nuita (Kumagai, 2004: 94)
‘Tomiji mengambil pisau dari balik pinggangnya.’
-
(5) Sara ni sore dake dewa naku, sono matagi wa “tate wo osameru” hitsuyo ga aru (Kumagai, 2004: 29).
‘Bukan hanya itu saja, para matagi itu sangat memerlukan ‘perlindungan perisai/tameng’.
Data (4) dan data (5) memaparkan mengenai contoh alat yang digunakan untuk berburu. Selain senapan, para matagi ini juga menggunakan pemukul yang disebut tate, yang bentuknya hampir menyerupai dayung. Pemukul tersebut digunakan untuk memukul beruang sebelum ditembak, atau jika beruang itu cukup lemah digunakan untuk memukul hingga beruang tersebut mati. Data (4) menjelaskan mengenai pisau khusus para matagi. Pisau ini biasanya digunakan untuk memotong atau menguliti hewan buruan yang telah mati.
-
(6) Sawashita no ichi de saisho ni shiji wo dasu noga dewamukaimatte de, oiagararete kuma wo minagara, saishuuteki na shiji wo ataeru no ga okumukaimatte de aru (Kumagai, 2004: 120).
‘Matagi yang bertugas di hilir dan mendapat perintah pertama disebut ‘dewamukaimatte’ sedangkan matagi yang mendapat arahan paling akhir sambil melihat beruang yang diburu disebut ‘okumukaimatte’.
-
(7) Mottomo, ippanteka no wa, agemaki ya noborimaki to iwareru mono de, kuma wo nagae no ue ni oiageteiku houhou da (Kumagai, 2004:130--131).
‘Secara umum, yang disebut agemaki ataupun noborimaki, adalah caranya mengejar beruang hingga ke puncak gunung.’
Komunitas matagi adalah komunitas pemburu yang menggunakan teknik-teknik istimewa dan tradisional dikarenakan jenis peralatan mereka yang masih sederhana dan daerah tempat pemburuan yang sulit. Data (6) dan data (7) memperlihatkan adanya pembagian tugas dan sistem pemburuan yang terencana baik. Para matagi memang membagi tugas berburu menjadi beberapa kelompok seperti kelompok yang berteriak untuk memberikan tanda dimana ada beruang, kemudian kelompok yang bertugas mengejar dan mengarahkan beruang ke arah kelompok yang bertugas memukul beruang, hingga mereka yang bertugas menembak.
Komunitas ini mempelajari bahwa beruang ketika dikejar mereka biasanya lari ke arah puncak gunung. Sehingga mereka memiliki teknik-teknik dalam mengejar beruang ke arah puncak gunung.
Fungsi Informatif Yama Kotoba Tentang Keadaan Alam Daerah Perburuan
Para matagi biasanya pergi ke gunung untuk berburu ketika musim dingin tiba. Meskipun ada juga para matagi yang pergi berburu di musim semi, perburuan biasanya dilakukan di musim dingin, terutama data yang dikumpulkan dari novel kaiko no mori, hanya ditemukan data mengenai keadaan alam yang tengah bersalju.
-
(8) Da ga, koko hijiori onzen no matagi goya ni touchaku shite kara sugu, kura toshite iru yama yama ga mouretshu ni ubiki ha hajimete, ryou ni derarenai hi ga mikka mo tsudzuita (Kumagai, 2004: 8).
‘Akan tetapi, ketika sampai di pondok para pemburu di Hijiori Onsen di pegunungan yang dijadikan tempat berburu, tidak lama lagi mulai terkena badai salju lebat hingga tidak bisa pergi untuk berburu selama tiga hari.’
-
(9) “Ee ga, mabu ni dake wa kiitsukeru yo” (Kumagai, 2004:79).
“Yang terlihat hanyalah hamparan permukaan salju”
-
(10) Koushite fuyu yuki wo aruku sai, washi no tsugi kiken na nowa, nagane no kazashimo ni haridashita mabu ni note shimau koto datta (Kumagai, 2004:79).
‘Yang paling berbahaya jika berjalan di salju musim dingin seperti ini adalah longsoran salju yang berbahaya, bahkan hamparan salju yang menumpuk karena hembusan angin masih terlihat di punggung gunung.’
-
(11) Shikamo, sakuya no fubiki wa doko ni ittaka to kuni kashigetakunaru youshimiten to kite iru. Ketabi ni tsuketa kanekanjiki no tsume ga kimochi yoku guikomi, ukkari suru to, yama dewa kinjirarete iru hanauta wo utaitaku nattekuru kurai da (Kumagai, 2004:80).
‘Lagipula badai salju yang kemarin hilang entah kemana, digantikan dengan cuaca yang begitu cerah. Kaos kaki yang disumpalkan di lubang alas kaki juga terasa begitu nyaman hingga ingin bersiul padahal itu dilarang.’
Data (8) sampai data (11) memberikan gambaran mengenai keadaan alam saat berburu dalam keadaan penuh salju. Perihal yang diceritakan dalam data-data tersebut bukan hanya mengenai salju, melainkan mengenai badai salju ataupun keadaan seusai badai salju. Data-data tersebut memberi gambaran jelas bahwa cuaca saat para matagi ini berburu di musim dingin penuh dengan salju.
-
(12) Aoshishi ga iru iwaba no shui wa kyujun na kage ni natte ita (Kumagai, 2004:8). ‘Daerah berbatu yang ada rusanya menjadi bayangan yang sangat jelas.’
Data (12) menceritakan keadaan alam pegunungan tempat matagi tersebut berburu daerahnya berbatu dan cukup curam. Keadaan cuaca dan alam yang dijelaskan di atas memang bukan daerah yang ramah sehingga wajar jika para matagi menggunakan pakaian kulit dan alas kaki yang kuat dan mudah digunakan di tempat licin atau berbatu.
Fungsi Interaktif
Fungsi interaktif dari suatu bahasa dapat dilihat dari definisi interaktif itu sendiri sebagai hubungan yang saling memberikan aksi, saling berhubungan, sehingga fungsi interaktif dapat dikatakan sebagai fungsi bahasa yang memberikan aksi balasan atau memberikan pengaruh kepada petutur ketika bahasa tersebut diujarkan. Fungsi interaktif yama kotoba terdiri dari fungsi sebagai kontrol sosial, fungsi saling mendukung dan fungsi menunjukkan identitas.
Fungsi Interaktif Yama Kotoba Tentang Kontrol Sosial
Yama kotoba yang berfungsi sebagai kontrol sosial tidak hanya berupa ungkapan deklaratif, tetapi juga ditunjukkan dengan modalitas yang dinyatakan dalam bentuk keharusan, larangan ataupun kalimat negasi.
-
(1) Matagi ga kari no tame ni yamahairi suru sai, mamoranakereba naranai tei ya kinki niwa, onna ni kansuru mono mo aru (Kumagai, 2004:42).
‘Para matagi memiliki aturan-aturan ataupun larangan-larangan yang harus dipatuhi saat mereka akan masuk ke gunung, salah satunya adalah hal mengenai wanita.’
-
(3) Kono mama matagi shigoto ba yamede shimattara, sagekobakari kurau, doushiyoumo nee kaiseinashisha naru nowa, me ni miede iru de no (Kumagai, 2004: 478).
‘Kalau berhenti begitu saja dari pekerjaan menjadi matagi, pasti nantinya hanya melihat suamiku yang akan minum sake dan hidup seperti orang yang tidak berguna. ‘
Data (1) dan (3) adalah memperlihatkan fungsinya sebagai kontrol sosial karena memaparkan larangan bagi matagi untuk berhubungan dengan wanita ketika akan berangkat berburu dan membicarakan serta minum sake ketika berburu di gunung. Hal tersebut tidak saja mengenai kepercayaan para matagi mengenai dewa penguasa gunung yang berwujud seorang wanita tetapi juga sebagai kontrol sosial agar matagi tidak terbuai dengan perasaan romantis ketika berburu ataupun sedang dalam keadaan tidak sadar atau mabuk ketika berburu.
-
(2) Sama-sama na okite ya kinshi ga aru matagi no sekai niwa, ettewa naranai to sareteiru doubutsu wa ikutsuka aru. Sono hitotsu ga, tsuki no waguma ga mattaku nai, senshin ga makkuro no tsuki no waguma, minaguro datta (Kumagai, 2004:56).
‘Di dalam kehidupan berburu para matagi yang memiliki begitu banyak aturan dan larangan, ada beberapa binatang yang dilarang untuk diburu. Salah satunya adalah beruang yang seluruh tubuhnya berwarna hitam atau minaguro dan bukan tsuki no waguma.”
Data (2) selain menjelaskan mengenai kepercayaan para matagi bahwa minaguro adalah hewan kesayangan dewi gunung juga sebagai kontrol sosial agar matagi tidak memburu dengan membabi buta. Seperti dipaparkan pada data (2) bahwa matagi memiliki beberapa hewan yang dilarang untuk diburu, larangan tersebut sebagai bentuk kontrol agar matagi menjaga keseimbangan dan kelestarian isi hutan.
-
(13) Sukari no meiri ni wa settai fukujuu to iu koto mo aru ga, sannin no naka dewa iwaba wo aruku gijutsu ga mottomo sugurete iru to no jifu ga magechi niwa aru no da. (Kumagai, 2004:10).
Perintah ketua memang harus dipatuhi, tetapi selain itu Magechi percaya diri bahwa ‘dia yang paling pandai berjalan di tempat berbatu di antara tiga orang Matagi itu.’
Data (13) memaparkan mengenai para matagi yang harus mematuhi ketua kelompoknya ketika dalam masa perburuan. Hal ini dikarenakan para matagi berada di gunung untuk berburu terkadang memerlukan waktu yang cukup lama, dan ketika berburu harus ada yang membagi tugas dengan adil. Data (13) menunjukkan fungsi yama kotoba sebagai kontrol agar kelompok dalam matagi taat kepada ketua kelompoknya.
Fungsi Interaktif Yama Kotoba Upaya Untuk Saling Mendukung
Fungsi interaktif yama kotoba yang mencirikan upaya untuk saling mendukung dijelaskan pada data (2). Data (2) dapat dikatakan sebagai perwujudan nyata cara para matagi mendukung upaya untuk menjaga keseimbangan alam dan kelestarian jenis hewan tertentu, terutama beruang jenis minaguro.
Fungsi Interaktif Yama Kotoba Sebagai Identitas Diri Matagi
Yama kotoba merupakan bahasa yang hanya digunakan ketika berada di gunung sehingga yama kotoba sendiri merupakan identitas para matagi seperti data(14).
-
(14) Matagi to iu kotoba sonomono ga, honrai wa sato de kuchi ni shite wa naranai yama kotoba de aru kara da (Kumagai, 2004:116).
‘Yama kotoba tidak boleh digunakan ketika berada di desa, terutama kata matagi itu sendiri.’
Fungsi Imajinatif
Kata imajinatif dapat diartikan sebagai sesuatu dibayangkan dalam pikiran atau suatu bayangan yang dikhayalkan. Dari pengertian imajinatif tersebut, fungsi imajinatif dapat didefinisikan sebagai fungsi bahasa yang merefleksikan hal-hal yang berada di dunia ide dan dipercaya oleh masyarakat. Fungsi imjinatif bahasa terdiri dari dua fungsi lain yaitu fungsi ritual dan fungsi puitik. Karena para matagi sangat memercayai hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan alam, sehingga untuk mendapatkan keselamatan, para matagi melakukan beberapa ritual. Beberapa dari ritual tersebut dijelaskan dalam novel kaiko no mori ini, begitu juga kata-kata yang berungsi puitik seperti ungkapan-ungkapan sakral yang digunakan dalam ritual.
Fungsi Ritual
Fungsi yama kotoba yang menunjukkan ritual dijelaskan pada data berikut.
-
(15) Suujitukan, kedo nedomari shite kuma woo u nodearu ga, yama hairi no mae niwa kanarazu mizugori wo totte, mi wo kiyomenakereba naranai. (Kumagai, 2004:17--18) ‘Dalam beberapa waktu akan tinggal di penginapan untuk pemburu pada musim berburu, tetapi sebelum memasuki gunung harus sudah memastikan diri sudah melakukan mizugori’
-
(16) Zenjiro ga kibishii kao tsuki de, “Tomiji, omee sanzokudamaru ba obeededaga” to touitekita (Kumagai, 2004:18).
‘Zenjiro bertanya dengan wajah begitu galak “Tomiji, kamu sudah ingat tentang sanzokudamaru?’
-
(17) Itten shite shimyou na kao ni nari,kebokai no tonaegoto wo hajimeta zenjiro wo mite iru uchi ni, nanikaga kokoto ni shimitekita (Kumagai, 2004:21).
‘Selama saya melihat Zenjiro yang tiba-tiba wajahnya berubah serius kemudian mulai mengucapkan mantra ‘Kebokai’, entah kenapa sesuatu bisa masuk ke dalam hati saya.’
Data yang dipaparkan di atas dari no (14) sampai data (16) menyinggung mengenai ritual-ritual yang dilakukan matagi disituasi tertentu. Data (14) menjelaskan mengenai ritual mizugori yang merupakan ritual pembersihan diri. Ritual ini dilakukan biasanya ketika akan memasuki gunung, ketika melanggar hal-hal yang ditabukan saat berburu. Kata mizugori berasal dari kata mizu yang berarti air dan gori yang dapat diartikan sebagai pembersihan diri. Jadi mizugori merupakan ritual membersihkan diri dengan membasuh badan dengan air. Akan tetapi, apabila tidak ada air makan dapat menggunakan salju, sehingga kata mizugori yang awal mizu diganti dengan yuki yang berarti salju.
Data (15) merupakan ritual inisiasi bagi kelompok baru. Ritual ini dilakukan sebagai ucapan selamat datang kepada anggota yang baru bergabung. Sedangkan data (16) merupakan data yang menceritakan mengenai ritual kebokai yang merupakan ritual untuk menghormati roh hewan buruan yang telah mati diburu. Dengan melakukan ritual kebokai diharapkan roh hewan yang telah mati tidak menaruh dendam baik kepada pembunuhnya maupun kepada siapapun pada kelompok pemburu tersebut.Selain itu ritual ini juga
merupakan perwujudan terima kasih matagi kepada dewi gunung karena telah menunjukkan jalan untuk mendapatkan hewan buruan.
Fungsi Puitik
Fungsi puitik yama kotoba terdiri dari ungkapan-ungkapan yang merupakan reduplikasi sebagian dari kata-kata tertentu. Fungsi puitik yama kotoba diwujudkan dalam kata-kata persembahan yang dipercaya sebagai perantara berkomunikasi dengan kekuatan alam.
-
(18) Ani no Tomio wo araminagaramo, iwareta toori sawa ni ori, “Daikawani na wa daika shinjin, shoukawani wa shoushinjin” to mizugori no tonaekotoba wo kuchi ni shinagara, mizu wo kabutta (Kumagai:2014:19).
‘Meskipun saya masih menyimpan rasa dendam pada kakak, Tomio, tetapi tetap saja turun ke sungai sesuai apa yang dikatakan kakak Tomio. Kemudian saya mandi dengan air dingin sambil mengucapkan mantra ‘Mizugori’seperti“Dewa kuat di sungai yang besar, dewa yang kecil di sungai yang kecil’
Data (17) menunjukkan adanya yama kotoba yang merupakan kata persembahan (mantra) yang diucapkan dalam ritual mizugori. Mantra ini diucapkan ketika matagi tersebut melakukan ritual inisiasi di sungai.
-
(19) “Shobu!”. Sore wo mimi ni shita Zenjiro ga, aratamete”shobu!shobu!”(Kumagai, 20014:16).
“Menang!.Zenjiro juga mendengar hal tersebut dan ikut meneriakkan “Menang!menang!”
Kata “shobu” yang berarti kemenangan harus diucapkan tiga kali, selain sebagai tanda ditemukannya beruang kepada kelompoknya, juga sebagai tanda ucapan terima kasih tulus kepada dewi gunung karena telah ditunjukkan hewan buruan kepada para matagi.
SIMPULAN
Yama kotoba yang terdapat dalam novel Kaiko no Mori memiliki ketiga fungsi bahasa utama yang dipaparkan oleh Halliday dan Hasan (1985:17), yaitu fungsi informatif, fungsi
interaktif, dan fungsi imajinati. Fungsi informatif yang memberikan informasi seputar kepercayaan para matagi, keadaan alam dan cuaca tempat para matagi berburu dan sistem berburu yang digunakan matagi berserta kelompoknya. Fungsi interaktif yama kotoba mengenai hal-hal tabu yang tidak boleh sama sekali dilakukan karena dapat mengakibatkan hal buruk terhadap matagi itu sendiri maupun kelompoknya. Fungsi interaktif dalam kontrol sosial sekaligus juga mengacu pada fungsi interaktif saling mendukung lingkungan. Karena yama kotoba yang disampaikan pada fungsi kontrol sosial berisi larangan atau perintah untuk menabukan beberapa hal. Hal-hal yang ditabukan tersebut dapat membantu matagi memelihara keseimbangan dan kelestarian alam di gunung, selain juga berfungsi menunjukkan identitas matagi itu sendiri. Kemudian, fungsi imajinatif yama kotoba terdiri dari fungsi ritual dan puitik.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Halliday, MAK. Dan Ruqaiyah Hasan. 1985. Language, Context, and Text: Aspect of Language in social semiotic Perspective. Victoria: Deakin Uniersity Press.
Knight, Chaterine. 2008. The Moon Bear as A Symbol of Yama. Asian Ethnology Volume 671 (Jurnal). Japan. Nanzan Institute for Religion and Culture.
Kumagai, Tatsuya. 2012. Kaiko no Mori. Japan. Bunshun Bunko.
Tetsujou, Mutou. 2008. Akita Matagi Bunsho. Japan. Koutomosha.
14
Discussion and feedback