Studi komparasi traffic island Taman Titi Banda dengan traffic island Taman Dewa Ruci di Bali
on
JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP
ISSN: 2442-5508
VOL. 7, NO. 1, APRIL 2021
Studi Komparasi Traffic Island Taman Titi Banda Dengan Traffic Island Taman Dewa Ruci di Bali
Ida Bagus Eka Permana Putra1, Cokorda Gede Alit Semarajaya1*, Ni Luh Made Pradnyawathi2
-
1. Prodi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Indonesia
-
2. Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Indonesia
-
*E-mail: [email protected]
Abstract
Comparative Study of the Traffic Island of Titi Banda Park in Denpasar with the Traffic Island of Dewa Ruci Park in Kuta. Traffic islands are parts of roads that cannot be passed by motorized vehicles, which include sidewalks, garbage dumps, plants, utilities, and signs. The traffic island park Titi Banda in Denpasar and the traffic island garden Dewa Ruci in Kuta have both the function of a traffic island and a landmark. Currently, the two traffic islands are getting additional functions, as a place for recreation and a place to turn around for vehicles.The purpose of this study are to inventory the existing conditions at both sites, compare the two traffic islands, and provide appropriate recommendations to maintain the main function of the two traffic islands. The method used in this research is a survey method, data collection method through observation, questionnaires and interviews. The results showed that the traffic island design for the Titi Banda park and the traffic island for the Dewa Ruci park were not in accordance with the references or regulations regarding traffic islands and roads. The existing conditions on both sites are divided into hardscape elements and softscape elements. Comparisons are made on the two traffic islands in terms of pedestrians, entrance access, vegetation and road facilities by referring to regulations, and literature related to traffic island. The recommendations given include the addition of block tiles and warning tiles for pedestrians, entry access, replacement of vegetation, and providing road facilities that can provide a sense of security and comfort for pedestrians and road users. In addition, the recommendations given can maintain the main function of the site as a traffic island and landmark for the island of Bali and increase convenience for road users and pedestrians.
Keywords: comparative study, design, traffic island
-
1. Pendahuluan
Traffic island merupakan bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan bermotor, dapat berupa kerb, tanah urugan, tanaman, utilitas, dan marka tanda (Menteri Perhubungan Republik Indonesia, 2018). Menurut Departemen Pemukiman dan Prasarana WIlayah (2002) traffic island mempunyai fungsi, yaitu mengatur lalu lintas, memperlancar arus lalu lintas, dan bisa dimanfaatkan sebagai tempat berlindung bagi pejalan kaki yang melakukan penyeberangan jalan. Ruang pada traffic island dapat dimanfaatkan untuk penempatan fasilitas jalan seperti rambu lalu lintas, tiang lampu penerang, dan lanskap dengan catatan tidak mengganggu pandangan pemakai jalan. Pulau Bali khususnya Kota Denpasar dan Kabupaten Badung memiliki traffic island yang saat ini fungsinya sudah bertambah dari tujuan awal dibangun, yaitu traffic island taman Titi Banda (TITTB) di Denpasar dan traffic island taman Dewa Ruci (TITDR) di Kuta. Kedua lokasi ini dipilih karena memiliki persamaan dan perbedaan yang terdapat pada elemen yang mendukung kedua traffic island. Kedua tempat ini memiliki persamaan, yaitu berfungsi sebagai traffic island, memiliki vegetasi peneduh, dan keduanya sama-sama memiliki bentuk segitiga. Keberadaan kedua traffic island ini juga terletak di persimpangan jalan besar dan terletak di pusat keramaian serta kedua traffic island ini dapat dikunjungi pengguna jalan dan di dalamnya terdapat atraksi air mancur dan patung yang dihiasi oleh lampu warna-warni. Namun, terdapat penambahan fungsi atau tujuan didirikannya kedua traffic island ini yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada tentang traffic island.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dari itu perlu dilakukan studi komparasi terhadap TITTB dengan TITDR dengan maksud membandingkan persamaan dan perbedaan elemen-elemen yang terdapat di kedua traffic island serta dapat memberikan solusi mengenai permasalahan terkait penambahan fungsi sebagai
tempat rekreasi dan tempat putar balik kendaraan yang dapat mengganggu keamanan dan kenyamanan pengguna traffic island. Hasil penelitian ini juga dapat merekomendasikan rencana ruang yang sesuai berdasarkan fungsi utama tapak sebagai traffic island dan landmark, serta meningkatkan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki dan pengguna jalan di traffic island.
Penelitian ini dilakukan di traffic island taman Titi Banda di Denpasar dan traffic island taman Dewa Ruci di Kuta (Gambar 1). Penelitian ini dilaksanakan selama 12 bulan mulai bulan Maret 2019 hingga Maret 2020.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, alat tulis, kamera digital, dan komputer dengan software Microsoft Excel untuk mengolah data, Microsoft Word, Google Earth, Auto CAD, dan Adobe Photoshop CC.
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui kuesioner, wawancara, dan observasi berupa data kondisi biofisik, serta aspek sosial. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup dan terbuka sebanyak 60 kuesioner di kedua tapak dengan jumlah 30 kuesioner di TITTB dan 30 kuesioner di TITDR. Kuesioner ini diberikan kepada responden dengan usia minimal 17 tahun, dikarenakan sudah mampu berfikir secara rasional serta dapat memberikan data yang akurat. Kuesioner ini dibagikan setiap hari dari siang hari hingga sore hari dengan teknik pengambilan sampel acak. Haisl kuesioner ini dibuat dalam bentuk blok plan sesuai dengan tempat penyebaran kuesioner. Wawancara merupakan metode untuk mencari informasi tentang tapak kepada pengelola TITTB dan TITDR. Sedangkan data sekunder didapatkan dari literatur, buku, jurnal, dan makalah ilmiah.
Data hasil dari kuesioner ditabulasi dan diolah dalam bentuk persentase (%) (Sudjana, 2001). Perhitungan persentase ini menggunakan rumus yaitu:
P = f/N x 100% .........................(1)
Keterangan: P = Persentase
f = frekuensi
N = Ʃ total responden
Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis komparasi. Analisis komparasi merupakan analisis yang digunakan untuk membandingkan antara beberapa variabel atau kelompok yang saling memiliki hubungan dengan memperhatikan beberapa faktor perbedaan atau persamaannya. Adapun variabel-variabel yang dikomparasi, yaitu kenyaman bagi pengguna jalan dan pejalan kaki, elemen hardscape seperti pedestrian, fasilitas jalan, dan akses masuk, serta elemen softscape seperti vegetasi. Pemilihan variabel ini didasari oleh peraturan, teori, dan studi literatur.
Setelah dilakukan analisis data, selanjutnya dilakukan tahap sintesis yaitu tahapan pemecahan masalah dari objek penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Berbagai potensi dari tapak diusahakan untuk dimanfaatkan dan dikembangkan. Hasil dari sintesis ini dikembangkan untuk mendapatkan konsep yang sesuai.
Lokasi penelitian hanya dibatasi pada area TITTB di Denpasar dan area TITDR di Kuta. Studi penelitian dibatasi dengan melihat kondisi eksisting dan mengkomparasi fungsi tapak, penataan hardscape, penataan softscape, dan penataan fasilitas jalan di kedua lokasi tersebut sehingga dapat memberikan rekomendasi pengaturan ruang untuk dapat mempertahankan fungsi tapak sebagai traffic island dan landmark Pulau Bali.
Kota Denpasar memiliki traffic island yang terletak di desa Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur, tepatnya di Jalan Bypass Ngurah Rai yang berada pada sebuah pertigaan yang menghubungkan tiga jalan, di timur dari arah Klungkung dan Karangasem, utara dari Gianyar dan Selatan dari arah Sanur yaitu traffic island taman Titi Banda (TITTB). Berdasarkan hasil observasi, TITTB memiliki satu patung Rama dan 49 patung pasukan kera termasuk Hanoman, Sugriwa dan Subali. Luas TITTB sekitar 2.200 m2. Gambar 2 menunjukkan desain eksisting TITTB.
Gambar 2. Desain Eksisting TITTB
Lokasi berikutnya juga terletak di Jalan Bypass Ngurah Rai, Kabupaten Badung. Terletak di sebelah utara Mall Bali Galeria, yang menjadi landmark Pulau Bali yaitu traffic island taman Dewa Ruci (TITDR). Berdasarkan hasil observasi, TITDR paling ramai dikunjungi pada saat malam hari dan sering digunakan masyarakat sebagai sarana rekreasi. TITDR memiliki 32 patung termasuk patung Dewa Ruci dan 136 lampu warna-warni yang akan menghiasi taman ini. Gambar 3 menunjukkan desain eksisting di TITDR.
Gambar 3. Desain Eksisting TITDR
Elemen hardscape pada TITTB seperti satu patung Rama, 49 patung pasukan kera, pedestrian dan planter box, serta papan nama identitas taman masih terlihat indah dan kokoh. Sedangkan, elemen softscape seperti vegetasi dan air mancur dalam kondisi yang rusak.
Elemen hardscape seperti patung Dewa Ruci, pedestrian, jalan setapak, lampu, dan tempat sampah dalam kondisi kokoh. Sedangkan elemen softscape seperti vegetasi dan air mancur dalam kondisi air berwarna hijau. 3.4 Preferensi Pengguna terhadap Ruang di TITTB
Preferensi pengguna di TITTB ditentukan dengan membagi ruang menjadi 4 bagian berdasarkan hasil kuesioner. Pembagian ruang dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Blok Plan Preferensi Pengguna terhadap Ruang di TITTB
Bagian yang berwarna kuning merupakan patung rama dan pasukan kera di TITTB, lokasi tersebut memiliki leveling yang lebih tinggi. Bagian yang berwarna merah merupakan pedestrian bagian utara yang terdapat zebra cross sebagai tempat penyebrangan. Bagian yang berwarna biru yaitu pedestrian bagian timur. Pedestrian ini juga memiliki zebra cross dan berseberangan dengan halte bus. Sedangkan, bagian yang berwarna hijau merupakan pedestrian bagian barat. Berdasarkan hasil kuesioner frekuensi kunjungan baik pengguna jalan maupun pengguna tapak dapat ditampilkan dalam grafik. Pada pedestrian bagian utara terdapat 37% pengguna yang melintas dan beraktivitas ditempat tersebut, pedestrian bagian timur terdapat 30% kunjungan baik melintas ataupun beraktivitas, pedestrian bagian barat 27% pengguna yang melakukan kunjungan, dan untuk bagian tengah terdapat 6% pengguna tapak yang melakukan aktivitas berfoto. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
40% 37% Frekuensi Kunjungan di TITTB (%)
-
■ Pedestrian Utara ■ Pedestrian Timur ■ Pedestrian Barat ■ Bagian Tengah
Gambar 5. Grafik Frekuensi Kunjungan di TITTB
Preferensi pengguna di TITDR ditentukan dengan membagi ruang menjadi 4 bagian berdasarkan hasil kuesioner seperti di TITTB. Pembagian ruang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Blok Plan Preferensi Pengguna terhadap Ruang di TITDR
Bagian berwarna hijau adalah bagian tengah TITDR. Pada bagian ini terdapat patung Dewa Ruci, kolam, atraksi air mancur dan lampu warna warni. Bagian yang berwarna merah merupakan taman yang terletak pada bagian utara TITDR. Bagian ini terdapat patung Leucopsar rothschildi (Burung Jalak Bali) yang menjadi ikon burung di Pulau Bali dan bagian ini juga berada di atas underpass, serta dapat dilalui pejalan kaki yang ingin menyebrang. Bagian yang berwarna biru adalah taman yang terletak di bagian timur TITDR. Taman ini dipisahkan oleh jalan setapak dan memiliki luas yang lebih kecil dari taman di bagian tengah. Taman yang berada di bagian timur ini dihiasi dengan vertical garden dan saat malam hari lampu warna-warni akan menghiasi vertical garden. Sedangkan bagian berwarna kuning merupakan pedestrian yang sering dilalui oleh pejalan kaki dan pengguna jalan untuk putar balik kendaraan, tidak jarang juga menjadi tempat parkir bagi pengunjung taman. Berdasarkan hasil kuesioner dapat dibuatkan grafik frekuensi kunjungan baik dari
pengguna jalan maupun pengguna tapak di TITDR. Pada tapak bagian utara terdapat 17% pengguna yang mengunjugi tempat tersebut, tapak bagian tengah terdapat 43% kunjungan, tapak bagian timur 13% pengguna melakukan kunjungan, dan untuk bagian jalan setapak di TITDR terdapat 27% pengguna tapak yang melakukan aktivitas baik memotong jalan atau memarkirkan kendarannya di pedestrian. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
Frekuensi Kunjungan di TITDR (%)
60%
-
■ Bagian Utara ■ Bagian Tengah Jalan Setapak ■ Bagian Timur
Gambar 7. Grafik Frekuensi Kunjungan di TITTB
-
3.6 Komparasi antara TITTB dengan TITDR
Komparasi merupakan suatu teknis yang digunakan untuk membandingkan dua variabel atau lebih yang saling berhubungan dengan melihat persamaan atau perbedaan yang ada. Sehingga dapat menarik kesimpulan dengan membandingkan pendapat ataupun ide dari setiap individu. Komparasi antara TITTB dengan TITDR mengacu pada peraturan, literatur dan teori yang ada, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komparasi antara TITTB dengan TITDR
No |
Elemen |
Landasan |
Kriteria |
Komparasi |
Rekomendasi | |
TITTB |
TITDR | |||||
1. |
Landmark |
Pramono et al., 2012 tentang Bangunan Pusat Konvensi sebagai Landmark Kawasan Tenggara Kota Malang |
d. memiliki nilai historik dan estetik. |
TITTB memiliki fungsi sebagai landmark Pulau Bali. |
TITDR memiliki fungsi sebagai landmark Pulau Bali. |
Memberikan vegetasi yang mendukung fungsi landmark pada TITTB dan TITDR. |
2. |
Pedestrian |
19/Prt/M/2011 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan Dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
|
|
|
|
1. Menambahkan fasilitas bagi pejalan kaki berkebutuhan khusus pada pedestrian seperti ubin blok yang berfungsi sebagai ubin peringatan dan pengarah di TITTB dan TITDR |
Lanjutan Tabel 1. Komparasi antara TITTB dengan TITDR
No |
Elemen |
Landasan |
Kriteria |
Komparasi |
_ Roknmondflei e omen as | |
TITTB |
TITDR | |||||
3. 4. 5. |
Akses Masuk 1. PERMEN a. Akses masuk PUPR No. harus memfasilitasi 02/SE/M/2018 pejalan kaki Tahun 2017 berkebutuhan khusus tentang b. Akses masuk Perencanaan harus diberikan Teknis pelandaian dan area Fasilitas landai harus memiliki Pejalan Kaki penerangan yang cukup. c. Lokasi zebra cross harus mempunyai jarak pandang yang cukup, agar tundaan kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan fasilitas penyeberangan masih dalam batas yang aman. Vegetasi 1. PERMEN a. Tanaman pohon PU No. (percabangan 2m di 05/PRT/M/201atas tanah), 2 tentang perdu/semak ditanam Pedoman berbaris dan ditanam Penanaman membentuk massa di Pohon pada sepanjang pedestrian Sistem pada sisi jalan yang Jaringan Jalanjauh dari jalur lalu lintas. b. Akar kuat, tidak merusak jalan, batang tidak bercabang di bawah, daun tidak besar, tahan terhadap pencemaran udara. c. Menggunakan perdu agar tidak menghalangi pandangan pengemudi kendaraan. Fasilitas Jalan1. Peraturan a. Pejalan kaki harus Dirjen Bina mencapai tujuan Marga No. dengan jarak sedekat 011/T/Bt/1995 mungkin, aman dari tentang Tata lalu lintas yang lain Cara dan lancar, Perencanaan b Fasilitas pejalan Fasilitas kaki harus dipasang Pejalan Kaki pada lokasi-lokasi Di Kawasan dimana pemasangan Perkotaan fasilitas tersebut memberikan manfaat 2. PERMEN yang maksimal, baik Perhubungan segi keamanan, Republik kenyamanan ataupun Indonesia kelancaran No. PM 13 perjalanan bagi Tahun 2014 pemakainya. tentang c. Fasilitas pejalan Rambu Lalu kaki terdiri dari lapak Lintas tunggu, rambu, marka, lampu lalu lintas, bangunan pelengkap. |
masuk di sebelah utara 2. Salah satu akses 2. Akses masuk pada TITDR adalah terhalang oleh planter masuk di sebelah dengan mengurangi akses masuk pada box. utara berada tepat bagian utara di dekat patung Leucopsar
TITTB tidak memiliki 3. Akses masuk memberikan pelandaian pada akses penerangan yang cukup memfasilitasi pejalan masuk di pedestrian.
memfasilitasi pejalan menggunakan kursi kaki yang menggunakanroda. kursi roda.
terdapat di TITTB belumterdapat di TITDR Hymenocallis speciosa L. (Spider Lili) dan memenuhi kriteria dan sudah memenuhi Aerva sanguinolenta Bl. (Sambang Colok 1 fungsi tanaman lanskap kriteria dan fungsi dengan Bougainvillea spectabilis Willd. jalan. tanaman jalan. (Bugenvil) di TITTB.
terletak di tepian TITTB digunakan lebih (Tabebuya) dengan Filicium decipiens berukuran rendah. banyak berukuran (Kiara Payung) di TITDR. sedang dan besar. 1. TITTB tidak memiliki 1. TITDR tidak 1. Menambahkan rambu peringatan bagi fasilitas bagi pengguna memiliki fasilitas bagi pejalan kaki dan lampu penyeberang jalan dan pejalan kaki, pengguna jalan dan jalan di TITTB dan TITDR. seperti rambu pejalan kaki, seperti lampu isyarat peringatan bagi pejalan penyeberang jalan 2. Menambahkan pagar pembatas pada kaki, dan lampu isyarat dan untuk tapak jalan setapak di TITDR. penyeberang jalan. bagian utara tidak memiliki rambu peringatan bagi pejalan kaki. |
Sumber: Literatur dan Observasi 2020
Rekomendasi yang diberikan sesuai dengan peraturan dan literatur mengenai traffic island, yaitu dengan menambahkan fasilitas bagi pejalan kaki berkebutuhan khusus pada pedestrian seperti ubin blok yang berfungsi sebagai ubin peringatan dan pengarah. Selanjutnya, memberikan pelandaian pada akses masuk, menambahkan zebra cross dan akses masuk pada bagian barat, menghilangkan planter box yang menghalangi akses masuk, agar pejalan kaki saat menyebrang dapat memasuki traffic island dan tidak perlu lagi mencari akses masuk lainnya. Untuk vegetasi yang diberikan, yaitu mengganti tanaman pagar Hymenocallis speciosa L. (Spider Lili) dan Aerva sanguinolenta Bl. (Sambang Colok) dengan Bougainvillea spectabilis Willd. (Bugenvil). Tanaman bugenvil dipilih karena memiliki batang yang kuat, massa daun rapat, dan jika ditanam berbaris akan membentuk pagar. Rekomendasi ini bertujuan agar pengguna jalan dan pejalan kaki merasa aman dan nyaman saat melintas atau menggunakan traffic island. Untuk fasilitas jalan yang diberikan, yaitu dengan menambahkan rambu peringatan bagi pejalan kaki dan lampu penyeberang jalan. Untuk site plan dapat dilihat pada Gambar 7. Rekomendasi site plan TITTB.
Gambar 7. Rekomendasi Site Plan TITTB
Rekomendasi yang diberikan sesuai dengan peraturan dan literatur mengenai traffic island, yaitu dengan menambahkan fasilitas bagi pejalan kaki berkebutuhan khusus seperti ubin block yang berfungsi sebagai ubin peringatan dan pengarah. Selanjutnya, mengurangi akses masuk pada bagian utara di dekat patung Leucopsar rothschildi (Burung Jalak Bali), karena akses masuk tersebut terletak di tikungan dan berbahaya bagi pejalan kaki yang ingin menyeberang. Akses masuk ke pedestrian bagian utara juga diberikan pelandaian seperti di TITTB untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki baik yang berkebutuhan khusus yang menggunakan pedestrian sebagai lapak tunggu. Untuk vegetasi mengganti tanaman Tabebuia rosea B. (Tabebuya) dengan Filicium decipiens (Kiara Payung). Kiara payung dipilih karena tidak memiliki bunga sehingga dapat meningkatkan fungsi dari traffic island sebagai landmark. Fasilitas jalan yang diberikan, yaitu menambahkan lampu isyarat penyebrangan dan rambu lalu lintas seperti rambu lokasi penyebrangan, serta menambahkan pagar penghalang di jalan setapak. Rekomendasi ini bertujuan agar tidak ada kendaraan yang menjadikan fasilitas pejalan kaki sebagai lokasi putar balik kendaraan dan untuk meningkatkan rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki dan pengguna jalan. Untuk site plan dapat dilihat pada Gambar 8. Rekomendasi site plan TITDR.
Gambar 8. Rekomendasi Site Plan TITDR
Kondisi eksisting di TITTB dan TITDR dibagi menjadi elemen hardscape dan elemen softscape. Elemen hardscape seperti patung, tempat sampah, dan pedestrian di kedua tapak dalam kondisi baik, sedangkan untuk elemen softscape seperti air mancur dan vegetasi dalam kondisi rusak. Komparasi antara TITTB dengan TITDR tidak jauh berbeda dilihat dari pedestrian, akses masuk, vegetasi, dan fasilitas jalan dengan mengacu pada peraturan, buku, dan literatur terkait dengan traffic island. Rekomendasi yang diberikan untuk TITTB dan TITDR juga tidak jauh berbeda seperti penambahan fasilitas pejalan kaki, akses masuk, penggantian vegetasi, dan penambahan fasilitas jalan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki dan pengguna jalan.
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan mengacu dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak pengelola TITTB dan TITDR dalam mengelola kedua traffic island. Rekomendasi yang diberikan dalam penelitian ini juga dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola agar tetap mempertahankan fungsi dari TITTB dan TITDR sebagai traffic island dan landmark Pulau Bali.
-
5. Daftar Pustaka
Anggriani, N. 2009. Pedestrian Ways dalam Perancangan Kota. Yayasan Humaniora.
Departemen Pekerja Umum Direktorat Jendral Bina Marga. 1995. Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2002. Tata Cara Perencanaan Geometrik Persimpangan Sebidang.
Departemen Perhubungan. 2014. Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan.
Menteri Pekeijaan Umum. 2011. Peraturan Menteri Pekeijaan Umum Nomor: 19/PRT/M/2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan Dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.
Menteri Pekerjaan Umum. 2012. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon Pada Sistem Jaringan Jalan.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2017. Pedoman Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil: Perencanaan Teknis Fasilitas Pejalan Kaki.
Menteri Perhubungan Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 82 Tahun 2018 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan.
Pramono, D. T., T. Mustikawati., & S. T. Pamungkas. 2012. Bangunan Pusat Konvensi sebagai Landmark Kawasan Tenggara Kota Malang. Jurnal Arsitektur UB 4(2):1–8.
Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung.
JAL | 84
Discussion and feedback