JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP

ISSN: 2442-5508

VOL. 5, NO. 2, OKTOBER 2019

Identifikasi tanaman penyerap Pb di tiga ruas jalan Kota Denpasar

Anak Agung Keswari Krisnandika1*, Naniek Kohdrata1*, Cokorda Gede Alit Semarajaya1*

  • 1.    Prodi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Indonesia 80232

Abstract

Plant leaf capability identification to absorb Pb in three sections of Denpasar city streets. Plant as a soft element on landscape’s road, can also function as a pollutant absorber. Plants ability to absorb pollutants, depending on their characters, especially leaves morphology and its environment. Gajah Mada, P. B. Sudirman and Letda Tantular are three roads in Denpasar City which have highly activity of human and vehicle based on their location in center of trade, education and government area. Humans in this area potentially risk of exposure to lead (Pb) of motor vehicle emissions. One solution to minimize Pb exposure to humans is to use plants that can absorb dust and Pb along those roads. Survey's result shows that the dominant plants in Letda Tantular roadside are Lagerstroemia speciosae and Samanea saman, while Plumeria rubra and Callistemon viminalis are dominant in Gajah Mada, at P. B. Sudirman, Cerbera manghas and Polyalthia longifolia are dominating. The leaf of those plants then analyzed to know their capability in accumulate dust and Pb absorption. Laboratory test showed that Lagerstroemia speciosae leaves have the best ability to absorb dust (5.80472 mg/cm2) and absorb Pb (5.04133 mg/kg). Morphology’s character of Lagerstroemia speciosae leaves is stiff, with a rough surface but not hairy. Lagerstroemia speciosae has row and dense canopies with moderate plant height, this plant roots also didn't damage roads. Therefore, Lagerstroemia speciosae is one of the proper plant to use as pollutant absorber especially on fairly large roads with dense human activities.

Keywords: Bungur, landscape plant, pollutant

  • 1.    Pendahuluan

Lanskap jalan terdiri atas elemen keras dan lunak. Tanaman sebagai salah satu elemen lunak memiliki fungsi tersendiri di dalam suatu lanskap seperti estetika, arsitektural, ameliorasi iklim mikro maupun untuk merekayasa kualitas lingkungan. Fungsi tanaman yang ingin dicapai dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam pemilihan tanaman di suatu lanskap. Pada jalan di tengah kota dengan volume kendaraan padat dan aktivitas manusia tinggi di sekitarnya, polutan kendaraan menjadi masalah utama yang dapat mengganggu aktivitas maupun kesehatan manusia. Fungsi tanaman dalam merekayasa kualitas lingkungan, terutama dalam menjerap dan atau menyerap polutan menjadi penting untuk diperhatikan. Polutan udara dapat berupa gas (Co2, No, So), partikel (logam, debu, material halus dan kasar), suara maupun aroma. Polutan berbahaya yang dihasilkan kendaraan bermotor adalah logam berat. Kendaraan bermotor terbukti menghasilkan emisi logam berat seperti Cu, Zn, Cd, Sb, Ba dan Pb (Sternberck et al. 2002). Logam-logam tersebut sulit didegradasi oleh lingkungan, dapat terbawa oleh angin dan air, terendap pada bahan makanan maupun terhirup masuk ke tubuh manusia. Akumulasi logam berat yang berlebih dalam tubuh manusia, dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

Daun tanaman diketahui mampu menjerap debu yang mengandung polutan logam berat di udara, polutan tersebut kemudian masuk ke tanaman melalui foliar transfer (Shahid et al. 2016). Beberapa jenis tanaman seperti Bungur (Dahlan et al. 1989), Jati Putih, Jati Super dan Asam Jawa (Patra et al. 2004) serta Trembesi (Manik et al. 2015) terbukti memiliki kemampuan untuk menjerap dan atau menyerap polutan. Sementara Taihuttu (2001), Syamsoedin (2010), Ram et al. 2012; Rai dan Panda (2013) dan Manik et al. (2015) dan Fathia et al. (2015) menyimpulkan morfologi tanaman seperti bentuk daun (jarum, besar), jumlah dan ukuran trikoma, permukaan daun dan jumlah stomata memiliki korelasi positif dengan tingkat jerapan partikulat polutan udara. Selain itu, faktor lingkungan seperti suhu, musim, arah angin dan kepadatan polutan juga mempengaruhi banyaknya debu dan logam berat yang dapat terjerap dan terserap tanaman. Simon et al. (2011) menunjukkan debu yang terjerap daun tanaman memiliki komposisi logam berat yang berbeda

tergantung pada tingkat cemaran suatu kawasan. Jenis tanaman dan lingkungan yang berbeda dapat mempengaruhi kemampuan tanaman dalam menyerap polutan, oleh sebab itu, identifikasi jenis tanaman, kondisi lingkungan dan kemampuan tanaman tersebut dalam menjerap polutan perlu untuk dilakukan.

Jalan P.B. Sudirman, Jalan Gajah Mada dan Jalan Letda Tantular merupakan jalan di Kota Denpasar dengan aktivitas manusia yang tinggi dan kendaraan yang padat. Hal ini dikarenakan lokasi jalan yang strategis. Jalan P.B. Sudirman adalah jalan utama yang berada di sekitar wilayah pendidikan karena terletak diantara universitas, sekolah swasta (TK-SMA), dan sekolah negeri. Jalan Letda Tantular merupakan salah satu jalan di wilayah kantor pemerintahan Kota Denpasar, terdapat juga kantor pelayanan masyarakat dan rumah sakit di lokasi ini. Jalan Gajah Mada terletak di kawasan perdagangan, terdapat Pasar Kumbasari, Pasar Badung, ruko-ruko dan bangunan perbankan di sekeliling jalan tersebut. Mengingat tingginya potensi manusia terpapar logam berat hasil emisi kendaraan bermotor di lokasi-lokasi ini, perlu dilakukan identifikasi jenis tanaman yang digunakan di sepanjang jalan tersebut dan kemampuannya dalam menjerap debu dan menyerap logam berat berbahaya.

Penelitian ini akan difokuskan untuk mengidentifikasi jenis dan kemampuan tanaman di sepanjang jalan Jalan P.B. Sudirman, Jalan Gajah Mada dan Jalan Letda Tantular dalam menjerap debu dan menyerap logam berat Pb (timbal). Pb dipilih karena memiliki tingkat mobilisasi yang paling rendah diantara logam berat lainnya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hiadun et al. (2015), sehingga kecil kemungkinan, hasil analisa kandungan Pb pada jaringan daun tanaman berasal dari dalam tanah yang diserap oleh akar dan diedarkan ke daun. Hasil analisis kandungan logam Pb pada daun tanaman, diharapkan cukup akurat untuk memastikan kemampuan tanaman dalam menyerap Pb dari udara.

  • 2.    Metode

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Oktober 2017 di Kota Denpasar, Bali. Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Jalan P.B. Sudirman, Jalan Letda tantular dan Jalan Gajah Mada (Gambar 1). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskripstif digunakan untuk mengkarakterisasi fisik daun tanaman yang memiliki kemampuan menjerap debu dan menyerap Pb.

Gambar 1. Lokasi jalan terpilih Sumber: Google Maps (2017)

Penelitian ini dibagi menjadi empat tahapan, yaitu:

  • 2.1    Inventarisasi Tanaman

Tanaman yang sengaja ditanam di sepanjang Jalan P.B. Sudirman, Jalan Letda tantular dan Jalan Gajah Mada diinventarisasi terlebih dahulu jenis, jumlah, diameter batang dan koordinatnya. Jenis tanaman diketahui melalui survey langsung dan dibandingkan dengan literatur. Dari masing-masing jenis tanaman yang ada, dipilih tiga tanaman secara acak untuk diukur diameter batangnya menggunakan meteran. Masing-

masing tanaman yang berada di masing-masing jalan juga dicatat koordinatnya menggunakan Global Positioning System (GPS).

  • 2.2    Pemilihan dan pengambilan sampel daun tanaman

Dipilih dua jenis tanaman yang mendominasi dari masing-masing jalan dengan teknik purposive sampling, untuk diambil daunnya. Daun yang dipilih adalah daun dewasa yang paling dekat dengan jalan (depan) dan daun yang paling jauh dari jalan (belakang). Dari tiga ruas jalan yang dipilih, diperoleh enam jenis tanaman, masing-masing diulang sebanyak tiga kali, sehingga total sampel untuk dianalisis adalah 36. Daun sampel yang telah dipisahkan dengan gunting dari ranting dan tanamannya, kemudian dimasukkan dalam plastik dan diberi label. Pengambilan daun dilakukan di pagi hari sehingga sampel segar dapat langsung dianalisis dan diamati karakter morfologi daunnya.

  • 2.3    Analisis jerapan debu dan serapan Pb

Sampel daun tanaman terpilih dibawa langsung ke UPT. Laboratorium Analitik Universitas Udayana di Jimbaran untuk dianalisis. Sementara, jerapan debu dari sampel daun diukur menggunakan modifikasi dari metode yang dijabarkan oleh Rai dan Panda (2013), yaitu:

W= W2-W1/A                               (1)

Dimana:

W : berat debu yang terjerap di daun tanaman (mg/cm2)

W2 : berat daun tanaman setelah dibersihkan (mg) W1 : berat daun tanaman sebelum dibersihkan (mg) A : luas permukaan daun (cm2)

  • 2.4    Analisis data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan Microsoft Excel sehingga diperoleh sebaran jenis tanaman serta kemampuan tanaman tersebut dalam menjerap debu dan menyerap Pb.

  • 3.     Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Inventarisasi tanaman di Jalan Letda Tantular

Jalan Letda Tantular tersusun atas 14 jenis tanaman yang ditanam di sepanjang ruas jalan (Tabel 1). Bungur dan Trembesi adalah tanaman yang dominan ditanam di lokasi ini. Tajuk kedua tanaman ini yang memayung serta ukuran pohon yang sudah dewasa (terlihat dari diameternya) membuat fungsi pohon sebagai penaung dominan di sepanjang jalan Letda Tantular (Gambar 2). Pohon-pohon ini ditanam pada bahu jalan dengan jarak yang cukup berdekatan antar pohonnya, sehingga tajuk pohon selain dapat menjadi naungan bagi kendaraan yang parkir juga dapat menjadi peneduh bagi manusia yang beraktivitas di sekitar jalan ini. Bungur memiliki batang yang lurus serta perakaran yang tunggal, sehingga tidak merusak area sekitarnya. Sebaliknya Trembesi memiliki perakaran yang melebar sehingga kurang sesuai apabila digunakan pada tepi jalan karena dapat merusak konstruksi atau bangunan sekitar (Gambar 2). Aktivitas manusia dan kendaraan di kawasan jalan ini sangat padat terutama pada hari kerja (Senin-Jumat) akibat banyaknya gedung dan fasilitas pelayanan seperti rumah sakit, bank, kantor pelayanan pemerintah, gedung keuangan, kantor pos, serta rumah makan.

Tabel 1. Tanaman yang berada pada Jalan Letda Tantular

No.

Nama Latin

Nama Indonesia/ Lokal

Jumlah Tanaman/ Tapak

Tajuk

Diameter Batang (cm)

1

Pterocarpus indicus

Angsana

3

Menyebar

40

2

Ziziphus mauritiana

Bidara

1

Menyebar

58

3

Lagerstroemia speciosae

Bungur

32

Memayung

36

4

Erythrina cristagali

Dadap

2

Memayung

27

5

Polyalthia longifolia

Glodokan Tiang

6

Kolumnar

35

6

Cocos nucifera

Kelapa

4

Vertikal

30

7

Terminalia catappa

Ketapang

4

Pagoda

40

8

Muntingia calabura

Kresen

3

Menyebar

40

Lanjutan Tabel 1

No.

Nama Latin

Nama Indonesia/ Lokal

Jumlah Tanaman/ Tapak

Tajuk

Diameter Batang (cm)

9

Swietenia mahagoni

Mahoni

2

Kolumnar

35

10

Wodyetia bifurcata

Palem Ekor Tupai

1

Vertikal

18

11

Roystonea regia

Palem Raja

2

Vertikal

32

12

Hibiscus tiliaceus

Waru

1

Menyebar

26

13

Mimusops elengi

Tanjung

16

Oval

27

14

Samanea saman

Trembesi

22

Memayung

90

Gambar 2. Kanopi (a) dan perakaran (b) pohon Bungur; kanopi (c) dan perakaran (d) pohon Trembesi (kanan)

  • 3.2    Inventarisasi tanaman pada Jalan Gajah Mada

Jalan Gajah Mada baru mengalami penataan dengan mempertahankan beberapa jenis tanaman seperti Jepun dan Beringin, sementara untuk tanaman yang dominan di jalan ini yaitu Sikat Botol. Sikat Botol baru ditanam pada planter box di tepi jalan Gajah Mada, terlihat dari diameter batangnya yang masih kecil dengan rataan sekitar 4 cm (Tabel 2.). Aktivitas manusia yang tinggi juga terjadi pada pagi hari sebelum matahari terbit karena terdapat pasar.

Tabel 2. Tanaman yang berada pada Jalan Gajah Mada

No

Nama Latin

Nama Indonesia/Lokal

Jumlah Tanaman/ Tapak

Tajuk

Diameter Batang (cm)

1

Saraca indica

Asoka

2

Bulat

37

2

Ficus benjamina

Beringin

2

Memayung

157

3

Polyalthia longifolia

Glodokan

2

Kolumnar

30

4

Plumeria rubra

Jepun

38

Vertikal

35

5

Dypsis lutescens

Palem Kuning

17

Vertikal

3

6

Callistemon viminalis

Sikat Botol

46

Iregular

4

Pohon Sikat Botol merupakan tanaman evergreen dan dapat tumbuh hingga 4.5 m, kecepatan tumbuh sedang, umum digunakan sebagai tanaman ornamental, serta penarik burung, kanopi pohon yang berbentuk iregular dapat menyamarkan bentuk bangunan yang terkesan formal dan kaku (Gambar 3). Tanaman ini toleran genangan maupun kekeringan, membutuhkan penyinaran penuh serta toleran pemangkasan, perakaran Sikat Botol juga tidak melebar (Gambar 3) sehingga dari segi ekologi dan perakaran pohon ini tepat digunakan di tepi jalan. Jepun tergolong tanaman deciduous dengan tipe pertumbuhan lambat, dapat mencapai ketinggian 7 m, bunga beraroma wangi dapat menyamarkan bau akibat aktivitas di sepanjang jalan ini, tanaman ini memiliki kanopi vertikal dengan bentuk percabangan yang unik sehingga dapat digunakan sebagai penyemarak. Jepun dapat tumbuh baik pada daerah tropis serta membutuhkan cahaya matahari penuh, perakarannya juga tidak menyebabkan kerusakan pada konstruksi bangunan (Gambar 3).

Gambar 3. Kanopi (a) dan perakaran (b) tanaman Jepun; kanopi (c) dan perakaran (d) tanaman Sikat Botol

  • 3.3    Inventarisasi Tanaman di Jalan P. B. Sudirman

Jalan P. B. Sudirman merupakan salah satu jalan utama di kota Denpasar, namun daerah ini juga memiliki aktivitas padat di sekitarnya, karena terdapat area pendidikan (sekolah dan universitas) sehingga memerlukan penanaman tanaman tepi jalan yang cukup rapat untuk meminimalisir dampak negatif dari padatnya kendaraan di jalan ini. Tanaman yang sudah ada sejak lama dan paling dominan di sepanjang jalan P. B. Sudirman adalah Palem Raja, dimana fungsi tanaman ini adalah sebagai pengarah. Daun Palem Raja yang terlalu tinggi, kurang efektif untuk dianalisa sebagai penjerap debu maupun penyerap logam hasil emisi kendaraan yang umumnya berterbangan di sekitar jalan. Sehingga, tanaman yang dipilih untuk dianalisis adalah Bintaro dan Glodokan Tiang (Tabel 3). Tanaman ini ditanam berlapis dengan jarak yang teratur.

Tabel 3. Tanaman yang berada sepanjang Jalan P. B. Sudirman

No

Nama Latin

Nama Indonesia/Lokal

Jumlah Tanaman/ Tapak

Tajuk

Diameter batang (cm)

1

Ficus benjamina

Beringin

1

Memayung

170

2

Cerbera manghas

Bintaro

73

Koulmnar

24

3

Borassus flabellifer L.

Siwalan

4

Vertikal

17

4

Bougainvillea glabra

Kembang Kertas

22

Menyebar

3

5

Erythrina cristagali

Dadap

25

Memayung

18

6

Polyalthia longifolia

Glodokan Tiang

34

Kolumnar

25

7

Plumeria rubra

Jepun

8

Vertikal

25

8

Cocos nucifera

Kelapa

4

Vertikal

25

9

Mangifera indica

Mangga

1

Menyebar

30

10

Dypsis lutescens

Palem Kuning

1

Vertikal

15

11

Veitchia merillii

Palem Putri

3

Vertikal

40

12

Roystonea regia

Palem Raja

94

Vertikal

4

13

Syzygium oleina

Pucuk Merah

13

Kerucut

3

14

Tabebuia caraiba

Tabebuya

2

Menyebar

11

15

Hibiscus tiliaceus

Waru

1

Menyebar

24

Glodokan Tiang dan Bintaro merupakan tanaman evergreen dengan bentuk kanopi yang kolumnar (Gambar 4), sehingga terkesan rapi dan formal. Bentuk kanopi seperti ini bertujuan untuk memudahkan orientasi pengguna jalan sehingga fungsi tanaman ini pada jalan P. B. Sudirman mendukung fungsi Palem Raja yaitu sebagai pengarah. Perakaran dari tanaman glodokan tiang tidak merusak perkerasan di sekitarnya, hal ini berbanding terbalik dengan perakaran tanaman bintaro (Gambar 4).

Gambar 4. Kanopi (a) dan perakaran (b) tanaman Glodokan Tiang; kanopi (c) dan perakaran (d) tanaman Bintaro

  • 3.4    Morfologi daun

Pengamatan karakter morfologi permukaan daun dari enam jenis tanaman terpilih di jalan Letda Tantular, P. B. Sudirman dan Gajah Mada (Gambar 5) adalah sebagai berikut:

  • 1.    Bungur (Lagerstroemia speciosae)

Daun bungur memiliki permukaan yang kasar, berlekuk namun tidak berbulu serta tebal

  • 2.    Trembesi (Samanea saman)

Daun tebal dengan permukaan cukup kasar dan tidak berbulu pada bagian atas, sementara pada bagian bawah, daun lebih kasar dan berbulu pendek.

  • 3.    Jepun (Plumeria rubra)

Daun jepun tebal, berlekuk dengan permukaan daun kasar dan tidak berbulu.

  • 4.    Sikat botol (Callistemon viminalis)

Permukaan daun sikat botol tidak licin, tidak kasar dan juga tidak berbulu, bulu justru terdapat di bagian batang.

  • 5.    Bintaro (Cerbera manghas)

Permukaan daun bintaro licin, daunnya juga tipis dan tidak berbulu.

  • 6.    Glodokan Tiang (Polyalthia longifolia)

Tanaman ini memiliki permukaan daun yang licin.

Gambar 5. Morfologi permukaan daun Bungur bagian atas (a) dan bawah (b); daun Trembesi bagian atas (c) dan bawah (d); daun Jepun bagian atas (e) dan bawah (f); daun Sikat Botol bagian atas (g) dan bawah (h); daun Bintaro bagian atas (i) dan bawah (j); daun Glodokan Tiang bagian atas (k) dan bawah (l)

  • 3.5    Keterkaitan morfologi daun dengan kemampuan jerapan debu dan serapan Pb

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Bungur (Lagerstroemia speciosae) memiliki kemampuan menjerap debu dan menyerap Pb terbaik dibandingkan lima jenis tanaman lainnya yaitu 5.80472 mg/cm2 dan 5.06700 mg/kg (Tabel 4). Tanaman ini memiliki daun yang lebar, tebal dan kasar. Dahlan et al. (1989) dalam penelitiannya meyimpulkan Bungur memiliki kemampuan sangat tinggi dalam menyerap dan menjerap Pb di jalan Sudirman Bogor, yaitu hingga 73.7 ppm. Karakter daun dan kemampuan tanaman ini dalam menjerap debu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taihuttu (2001) dimana tanaman berdaun jarum, serta tanaman yang berdaun besar memiliki tingkat jerapan partikulat yang tinggi. Sementara, Syamsoedin (2010) menyatakan semakin luas penampang daun kemampuan menjerap debu semakin tinggi.

Tabel 4. Hasil analisis serapan debu dan jerapan Pb

No.

Daun Tanaman

Lokasi

Sisi

Satuan

Rata-rata Jerapan debu

Satuan

Rata-rata Serapan Pb (timbal)

1

Jepun

Jl. Gajah Mada

Depan

mg/cm2

1.89712

mg/kg

0.39400

2

Jepun

Jl. Gajah Mada

Belakang

mg/cm2

1.34021

mg/kg

ttd

3

Sikat Botol

Jl. Gajah Mada

Depan

mg/cm2

0.53694

mg/kg

1.19033

4

Sikat Botol

Jl. Gajah Mada

Belakang

mg/cm2

0.27912

mg/kg

ttd

5

Bungur

Jl. Letda Tantular

Depan

mg/cm2

5.80472

mg/kg

5.04133

6

Bungur

Jl. Letda Tantular

Belakang

mg/cm2

0.28896

mg/kg

5.06700

7

Trembesi

Jl. Letda Tantular

Depan

mg/cm2

0.55085

mg/kg

5.06500

8

Trembesi

Jl. Letda Tantular

Belakang

mg/cm2

0.25200

mg/kg

5.19733

9

Bintaro

Jl. P.B. Sudirman

Depan

mg/cm2

0.21523

mg/kg

ttd

10

Bintaro

Jl. P.B. Sudirman

Belakang

mg/cm2

0.16724

mg/kg

ttd

11

Glodokan

Jl. P.B. Sudirman

Depan

mg/cm2

1.07407

mg/kg

0.20800

12

Glodokan

Jl. P.B. Sudirman

Belakang

mg/cm2

0.33959

mg/kg

ttd

Keterangan: ttd= tidak teridentifikasi

Daun Trembesi (Samanea saman) juga memiliki kemampuan menyerap Pb yang tinggi yaitu 5.19733 mg/kg. Kemampuan trembesi dalam menyerap Pb juga dijelaskan dalam hasil penelitian Manik et al. 2015, dimana trembesi memiliki kemampuan menyerap Pb (3.24-0.76 ppm) yang lebih tinggi dibandingkan tanaman Asam (Tamarindus indica) (0.73-0.69 ppm) dan berkorelasi positif dengan jumlah stomata masing-masing daun. Tanaman ini juga memiliki daun dengan karakter yang cukup tebal dan kasar walaupun tidak setebal dan sekasar daun bungur. Sementara, Jepun memiliki karakter daun yang besar, kasar dan kaku, namun hasil analisis jerapan debu dan kandungan Pb daun ini tidak sebesar daun Bungur, hal ini mungkin dikarenakan sifat daun Jepun yang deciduous sehingga akumulasi debu dan Pb di daun tidak sebanyak daun yang evergreen. Sikat Botol memiliki potensi untuk menjerap debu terutama di bagian batangnya yang berbulu dan susunan daunnya yang rapat, hanya saja tanaman di jalan ini masih berusia muda, sehingga belum optimum kemampuannya. Sebaliknya, daun Bintaro tidak memiliki kemampuan untuk menjerap debu maupun menyerap Pb, hal ini mungkin dikarenakan karakter morfologi daunnya yang licin dan tipis, sehingga debu maupun logam tidak mudah menempel dan mudah tercuci dari daun terutama saat musim hujan sehingga tidak terakumulasi pada daun tanaman. Dwiputri (2015) menggolongkan Glodokan Tiang ke dalam tanaman dengan tingkat toleransi tinggi terhadap polusi udara, sehingga dapat digunakan di daerah dengan tingkat polutan tinggi.

  • 4.    Simpulan

Daun Bungur (Lagerstroemia speciosae) yang kasar, berlekuk, kaku, tebal dan besar memiliki kemampuan tertinggi dalam menjerap debu dan menyerap polutan yaitu 5.80472 mg/cm2 dan 5.06700 mg/kg dibandingkan lima jenis daun tanaman tepi jalan lainnya. Perakaran tanaman yang tidak menyebar ekstensif serta ukuran tanaman yang sedang dengan kanopi memayung dan bunga berwarna ungu tepat digunakan di tepi jalan dengan tingkat polusi udara tinggi sebagai penyerap polutan, peneduh dan estetika.

  • 5.    Ucapan Terimakasih

Penulis menyampaikan terima kasih kepada LPPM Universitas Udayana yang telah mendanai sepenuhnya penelitian ini melalui Hibah Penelitian Dosen Muda Universitas Udayana Tahun 2017.

  • 6.    Daftar Pustaka

Dahlan E. N., Y. Ontaryo, Umasda. 1989. Kandungan timbal pada beberapa jenis pohon pinggir jalan di jalan sudirman, bogor. Media Konservasi II(4):45-50.

Dwiputri, D. A. 2015. Toleransi Spesies Pohon terhadap Pencemaran Udara di Kawasan Industri Krakatau Kota Cilegon. Thesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fathia, L. A. N., M. Baskara, Sitawati. 2015. Analisis kemampuan tanaman semak di median jalan dalam menyerap logam berat Pb. Jurnal Produksi Tanaman, 3(7):528 – 534.

Hiadun, K.R., D. R. Parker, J. T. Trumble. 2015. Cadmium, copper, and lead accumulation and bioconcentration in the vegetative and reproductive organs of Raphanus sativus: implications for plant performance and pollination. Journal of Chemical Ecology, 10p.

Manik, S. T., W. Prihanta, E. Purwanti. 2015. Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Daun Tamarindus indica dan Samanea saman di Kecamatan Garum Kabupaten Blitar. Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS: 816-821.

Patra, A. D., N. Nasrullah, E. L. Sisworo. 2004. Kemampuan berbagai jenis tanaman menyerap gas pencemar udara (NO2). Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi. 8p

Rai, P. K., L. L. S. Panda. 2013. Dust Capturing Potential and Air Pollution Tolerance Index (APTI) of some road side tree vegetation in Aizwal, Mizoram, India: an Indo-Burma hot spot region. Air Quality, Atmosphere & Health 7(1):93-101.

Ram, S. S., S. Majumder, P. Chaudhuri, S. Chanda, S. C. Santra, P. K. Maiti, M. Sudarshan, A. Chakraborty. 2012. Plant canopies: bio-monitor and trap for re-suspended dust particulates contaminated with heavy metals. Mitig Adapt Strateg Glob Change, 10p.

Shahid, M., C. Dumat, S. Khalid, E. Schreck, T. Xiong, N. K. Niazi. 2016. Foliar heavy metal uptake, toxicity and detoxification in plants: A comparison of foliar and root metal uptake. Journal of Hazardous Materials 325:36-58.

Simon E., M. Braun, A. Vidic, D. Bogyó, I. Fábián, B. Tóthmérész. 2011. Air pollution assessment based on elemental concentration of leaves tissue and foliage dust along an urbanization gradient in Vienna. Environmental Pollution, 59:1229-1233.

Sternbeck, J., A. Sjodin, K. Andreasson. 2002. Metal emissions from road traffic and the influence of resuspension—results from two tunnel studies. Atmospheric Environment 36:4735–4744.

Syamsoedin, I. 2010. Kajian Status Iptek dan Pengembangan Ekosistem Hutan di Perkotaan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Taihuttu, H. N. 2001. Studi Kemampuan Tanaman Jalur Hijau Jalan sebagai Penjerap Partikulat Hasil Emisi Kendaraan Bermotor. Thesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

JAL | 232

http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap