JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP

ISSN: 2442-5508

VOL. 5, NO. 1, APRIL 2019

Konsep pertanaman lanskap berdasarkan karakteristik pertamanan Bali pada lanskap New Kuta Golf

I Wayan Gede Ari Sukmawijaya1, Anak Agung Made Astiningsih2*, Naniek Kohdrata1

  • 1.    Prodi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Indonesia 80232

  • 2.    Prodi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Indonesia 80232

*E-mail: [email protected]

Abstract

Concept of Landscape Cropping Based on Balinese Gardening Characteristics in New Kuta Golf Landscape. The golf course consists of two areas: the game zone and the non-game zone (out of boundary) which are generally designed with beautiful landscapes as an attraction for golfers. Landscape of New Kuta Golf that located in Bali should represent the local wisdom of Balinese landscaping. Concept of landscape cropping based on Balinese gardening characteristics in New Kuta Golf landscape was raised as a research topic to identify landscape conditions and create a golf course design concept with Balinese garden characteristics. The research was used survey method with observation technique and literature study. Stages of this research was a reference in the design which includes the stage of inventory, analysis and synthesis, and conceptualization. The results showed that landscape conditions found on the golf course New Kuta Golf was applied concept to the concept of Catur Desa. Catur Desa produces four plant zones that is Wisnu Zone, Iswara Zone, Brahma Zone, and Mahadewa Zone. This concept is uses the point of compass to determine the colors of plants applied. The results of this study were expected to uplift and preserve the cultural heritage and philosophy of Balinese landscaping.

Keywords: landscape cropping, golf course, Balinese

  • 1.    Pendahuluan

Kawasan Pecatu Indah Resort, Bali, terdapat sebuah lapangan golf yang dikenal dengan nama New Kuta Golf. Lapangan golf ini berdiri sejak tahun 2005 dan sudah mendapatkan sertifikat pelestarian lingkungan Laurate Course dari International Golf and Life Foundation (IGOLF) pertama di Indonesia. Beberapa kali turnamen bergengsi pernah diselenggarakan di lapangan New Kuta Golf seperti Indonesia Open 2009 dan Ladies Master Tournament 2010, sehingga memantapkannya sebagai salah satu lapangan golf terbaik.

Lapangan golf terdiri dari dua area yaitu area permainan dan area nonpermainan. Bagian area nonpermainan lapangan golf dinamakan zona out of boundary. Zona inilah yang umumnya didesain dengan lanskap yang indah sebagai daya tarik lebih bagi pemain golf. New Kuta Golf mengandalkan pemandangan lanskap alami dari atas tebing yang berupa pemandangan Samudera Pasifik dan pantai yang berpasir putih.

New Kuta Golf yang berada di Bali seharusnya menunjukkan ciri khas konsep pertamanan Bali sebagai daya tarik utamanya. Bali sebagai destinasi wisata sudah sepantasnya memiliki fasilitas rekreasi yang bergengsi namun citra ketradisiannya tetap kental dan informatif. Arsitektur lanskap dengan ciri khas Bali dapat menjadi simbol atau duta identitas Bali di tengah maraknya perkembangan media sosial sehingga citra arsitektur lanskap tradisional Bali lebih mendunia. Pertamanan tradisional Bali mempunyai filosofi yang sangat tinggi sebagai unsur tanaman yang memberi kehidupan, keteduhan, kedamaian, keindahan, tempat meditasi, memuji dan menyembah kebesaran Tuhan sebagai warisan budaya Hindu di Bali (Prajoko, 2012).

Guna melestarikan warisan budaya pertamanan Bali, New Kuta Golf perlu memiliki konsep pertanaman lanskap berdasarkan konsep pertamanan Bali. Tujuan dari konsep pertanaman lanskap itu sendiri untuk memperbaiki dan menyelamatkan lanskap sumber daya kultural masyarakat Bali. Desain dari lanskap New Kuta Golf ini diharapkan melahirkan suatu konsep lanskap lapangan golf yang unik dan memiliki ciri khas pertamanan Bali yang tidak dimiliki lapangan golf lainnya. Lanskap lapangan golf dengan karakteristik pertamanan Bali sangat jarang dijumpai sehingga penggunaan konsep ini dapat menjadi alternatif bagi pelestarian warisan budaya Bali. Konsep ini juga diharapkan mampu memberi daya tarik baru pada New Kuta Golf dalam persaingan menjadi lapangan golf terbaik di Indonesia. Sehingga, dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah antara lain yaitu bagaimana kondisi lanskap pada

lapangan New Kuta Golf saat ini dan bagaimana konsep tanaman lanskap yang dapat memberikan karakteristik pertamanan Bali pada lanskap New Kuta Golf. Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah: 1) mengidentifikasi kondisi lanskap pada lapangan New Kuta Golf saat ini, dan 2) membuat konsep tanaman lanskap yang dapat memberikan karakteristik pertamanan Bali pada lanskap New Kuta Golf.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dari Bulan November 2016 sampai dengan Februari 2018. Kegiatan penelitian tersebut dilaksanakan di New Kuta Golf, Kawasan Pecatu Indah Resort, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Terletak pada lahan dengan luas 85 ha. Berdasarkan data dari BMKG, suhu rata-rata tahun 2012-2016 adalah 27,4 °C , dengan curah hujan rata-rata dari tahun 2012-2016 dalah 2109,3 mm.

  • 2.2    Alat

Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah berupa kamera sebagai alat dokumentasi lapangan, Google Earth sebagai perangkat lunak untuk mengambil citra satelit, serta Auto CAD dan Photoshop sebagai alat pengolah gambar.

  • 2.3    Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penelitian dimulai dengan persiapan awal berupa pengumpulan data yang diperlukan. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan pengamatan langsung pada tapak dan dari sumber yang terkait. Setelah memperoleh data yang diperlukan, kemudian data dianalisis sehingga dapat diketahui potensi, kendala, kenyamanan dan bahaya pada tapak. Selanjutnya dilakukan sintesis guna mencari solusi dalam mengatasi masalah pada tapak dan memanfaatkan potensi tapak sehingga dapat dihasilkan konsep yang terencana dengan baik.

  • 2.4    Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dari hasil observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan secara langsung pada lokasi penelitian dan fenomena yang diteliti. Data sekunder yang dituangkan dalam tulisan ini didapat dengan cara dokumentasi sebagai data penunjang dan referensi. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dengan menelaah dan mengkaji data dari dokumen-dokumen, catatan kuliah, maupun sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Pakar, 2003). Berikut Tabel 1 menunjukkan pengumpulan data penelitian.

Tabel 1. Pengumpulan Data Penelitian

No

Data

Jenis Data

Sumber

1

Jenis Tanah

Sekunder

Bappeda

2

Tanaman Lanskap

Primer

NKG

3

Iklim Tapak

Sekunder

BMKG

4

Topografi

Sekunder

BPS

5

Peta Dasar

Primer

NKG

6

Visual Tapak

Primer

NKG

Keterangan :            NKG = New Kuta Golf

BMKG = Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah III

BPS = Badan Pusat Statistik Badung

Bappeda = Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali

  • 2.5    Batasan Penelitian

Adapun batasan dari penelitian ini yaitu penelitian dilakukan pada zona non permainan (out of boundary) dari lapangan golf New Kuta Golf. Hasil penelitian berupa rekomendasi konsep tanaman lanskap berdasarkan karakteristik pertamanan Bali.

  • 3.     Hasil dan Pembahasan

    • 3.1   Gambaran Umum Lokasi Penelitian

New Kuta Golf merupakan salah satu lapangan golf yang berada di Bali. New Kuta Golf berlokasi di Jalan Raya Uluwatu, Kawasan Pecatu Indah Resort Jimbaran, Kabupaten Badung. New Kuta Golf berdiri sejak Tahun 2005. Secara administratif New Kuta Golf berada pada wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Luas lahan pada New Kuta Golf yaitu 85 ha yang terdiri dari 18 hole permainan. Batas-batas dari lokasi penelitian ini yaitu pada batas barat adalah Pantai Dreamland, batas timur adalah

Hotel Swiss-Bellresort Pecatu, batas selatan adalah Kantor Pecatu Indah Resort dan batas utara adalah kawasan Tanjung Batupunggal.

  • 3.2    Inventarisasi

    • 3.2.1    Kondisi Iklim

Data Iklim dalam penelitian ini berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun 2017. Berdasarkan pengamatan selama periode tahun 2012 sampai tahun 2016, suhu rata-rata setiap tahunnya yaitu sebesar 27,4oC. Curah hujan selama periode tahun 2012-2016 rata-rata jumlahnya mencapai 2109,3 mm dengan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 505,8 mm dan rata-rata curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 11 mm. Persentase lama penyinaran matahari rata-rata dalam periode tahun 2012-2016 yaitu sebanyak 78,5%. Arah angin dalam periode tahun 2012-2016 dominan berasal dari arah timur yang terjadi selama bulan Maret sampai bulan November dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 9-15 km/jam. Angin dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 11-15 km/jam berasal dari arah barat terjadi pada bulan Desember hingga bulan Februari.

  • 3.2.2    Tanah dan Topografi

Berdasarkan data dari BPS Badung (2008), ketinggian dari lokasi tapak berada antara 0-28 meter dari atas permukaan laut. Berdasarkan Peta Jenis Tanah Pulau Bali, Lapangan New Kuta Golf berada pada wilayah berbukit dengan jenis tanah Mediteran Coklat Merah.

  • 3.2.3    Tanaman Lansekap

Tanaman lansekap pada tapak didominasi oleh tanaman strata pohon yaitu Trembesi (Samanea saman), Akasia (Acacia mangium), Bidara (Ziziphus mauritiana), Ancak (Ficus rumphii), Widuri (Calotropis gigantea), Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Flamboyan (Delonix regia), Kiacret (Spathodea campanulata), Tabebuya (Tabebuia chrysotricha), Kapuk (Ceiba pentandra), Mengkudu (Morinda citrifolia), Mangga (Mangifera indica), Intaran (Azadirachta indica), Jati (Tectona grandis), Ketapang Kencana (Terminalia molineti), Bintaro (Cerbera manghas), Palem Kuning (Cycas rumphii), Nangka (Caesalpinia pulcherrina), Pulai (Alstona scholaris), Bambu Jepang (Pseudosasa japonica), Pandan Laut (Pandanus odorifer), Palem Raja (Roystonea regia), Ketapang (Terminalis catappa L.), Santan (Kibatalia arborea), Beringin (Ficus benjamina), Gamal (Gliricidia sepium), Palem Sadeng (Saribus rotundifolius), Kelapa Gading (Cocos nucifera), dan Asam (Tamarindus indica). Tanaman yang ditanam berumpun pada tapak antara lain Melati Jepang (Pseuderanthemum Reticulatum), Alang-alang (Imperata cylindrica Beauv), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis Linn), Kacang-kacangan (Arachis pintoi), Bakung (Lilium), Temen (Graptophyllum pictum), Iris Kuning (Iris pseudacorus), Hanjuang (Cordyline fruticosa), Ruwelia (Ruellia angustifolia), Widelia (Sphagneticola trilobata), Sinyo Nakal (Duranta repens), Kaca Piring (Gardenia jasminoides), dan Kembang Kertas (Bougainvillea sp.).

  • 3.2.4    Visual Tapak

Lapangan New Kuta Golf berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik yang menghasilkan pemandangan indah matahari terbenam di sore hari. Pemandangan matahari terbenam ini menjadi salah satu visual yang mendukung (good view) yang dapat disaksikan di hole 15 yang berada di pinggir pantai. Pada sekitar hole 14 hingga hole 16 juga dapat disaksikan pemandangan Pantai Balangan dan Pantai Dreamland.

  • 3.3    Analisis dan Sintesis

    • 3.3.1    Kondisi Biofisik

Berdasarkan indeks kenyamanan yang dinyatakan sebagai THI (Temperature Humidity Index) yaitu suatu indeks untuk menetapkan pengaruh suhu udara pada manusia yang secara empiris dirumuskan oleh Nieuwolt (1998) sebagai berikut:

THI = 0,8 T + (RH x T) / 500                                                      (1)

Keterangan:

THI = Indeks Kenyamanan Manusia (oC)

T = Temperatur rata-rata (oC)

RH = Kelembaban rata-rata (%)

Kondisi suhu udara pada tapak rata-rata sebesar 27,4oC dan kelembaban udara rata-rata menurut BPS Badung (2008) sebesar 79%, maka berdasarkan rumus di atas nilai THI sebesar 26,2 oC yang termasuk dalam kategori cukup nyaman yang dikategorikan oleh Emmanuel (2005). Suhu udara yang cukup nyaman ini dapat ditambahkan tanaman lanskap yang bertajuk luas dan rimbun yang mampu menambah tingkat kenyamanan pada tapak. Curah hujan rata-rata tahunan pada tapak menunjukkan ketersediaan air pada wilayah tersebut dengan jumlah curah hujan rata-rata 2109,3 mm setiap tahunnya. Berdasarkan klasifikasi

iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) yang disebut Q dapat ditentukan dengan perbandingan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah, sehingga perbandingan jumlah bulan kering dan bulan basah (Q) pada tapak yaitu sebesar 33,3. Berdasarkan klasifikasi tersebut curah hujan Pecatu termasuk pada golongan C yang bersifat agak basah. Intensitas penyinaran pada tapak rata-rata yaitu 78,5% setiap tahunnya. Berdasarkan kondisi tersebut tapak berpotensi baik bagi penggunaan tanaman yang berbunga dan berbuah. Kecepatan angin rata-rata pada tapak yaitu berkisar antara 9-15 km/jam ke arah timur dan arah barat. Berdasarkan Skala Beaufort kecepatan angin pada tapak tergolong hembusan angin pelan dengan indikatornya yaitu dedaunan dan ranting bergerak atau bendera kecil mulai terbuka. Kondisi tapak yang berdekatan dengan pantai sebaiknya ditanami tanaman pemecah angin sehingga kerusakan pada daun akibat butiran garam dapat dikurangi.

Jenis tanah dari tapak adalah tanah mediteran coklat merah yang merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Tanah mediteran yang berbahan induk batu kapur mempunyai nilai pH 7 dan terkadang lebih. Tanah ini bersifat alkalis atau mengikat fosfat, sehingga unsur-unsur tanah yang baik bagi pertumbuhan tidak dapat diserap oleh tanaman. Tanaman lanskap yang baik ditanam pada tapak adalah tanaman yang memiliki syarat tumbuh dari ketinggian nol mdpl dengan adaptasi luas terhadap berbagai kondisi tanah.

Berdasarkan pengamatan tanaman lansekap memiliki potensi untuk ditanami tanaman berkarakteristik Bali karena beberapa tanaman etnobotani Bali tumbuh dengan baik pada area lansekap. Tanaman pada tapak yang memiliki potensi tersebut antara lain seperti Widuri (Calotropis gigantea), Kapuk (Ceiba pentandra), Alang-alang (Imperata cylindrica Beauv), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis Linn), Temen (Graptophyllum pictum), Hanjuang (Cordyline fruticosa), Kaca Piring (Gardenia jasminoides), Ancak (Ficus rumphii), dan Kelapa (Cocos nucifera).

  • 3.3.2    Kondisi Visual Tapak

Visual dalam tapak yang kurang mendukung terdapat pada area sekitar pembatas New Kuta Golf dengan areal luar seperti jalan raya, rumah penduduk, dan ladang penduduk akibat desain yang kurang tepat. Visual yang kurang baik juga terdapat pada tumbuhan liar yang kering saat musim kemarau membuat lanskap lapangan golf terkesan tidak terawat. Tumbuhan liar tersebut seperti tumbuhan Lamtoro (Leucaena leucocephala) yang tumbuh mengisi lanskap lapangan yang tidak terencana. Berdasarkan kondisi tersebut perlu ditanam tanaman penghalang untuk menutupi bad view pada area luar tapak.

  • 3.4    Konsep Pertanaman Lanskap

Konsep pertanaman lanskap dibagi menjadi empat bagian konsep yaitu konsep dasar, konsep zonasi, konsep pemilihan tanaman lanskap, dan konsep penanaman lanskap.

  • 3.4.1    Konsep Dasar

Konsep dasar yang digunakan adalah konsep Catur Desa. Konsep ini menggunakan pola mata angin dalam menentukan warna tanaman yang digunakan. Catur Desa terdiri dari dua kata yaitu Catur yang berarti empat, dan Desa yang berarti tempat, wadah, tempat bersemayam (Pidada, 2017). Berdasarkan pengertian tersebut Catur Desa berarti empat arah mata angin sebagai tempat bersemayamnya Dewa. Empat tempat yang dimaksud yaitu arah utara, timur, selatan dan barat.

Pola arah penjuru mata angin dari konsep Catur Desa ini diambil berdasarkan konsep Dewata Nawa Sanga yang merupakan sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan arah penjuru mata angin (Sugiarta, 2016). Berdasarkan konsep Dewata Nawa Sanga diambil empat arah utama sehingga menghasilkan konsep Catur Desa. Empat penjuru mata angin yang diambil dikuasai oleh Dewa Wisnu, Dewa Iswara, Dewa Brahma dan Dewa Mahadewa. Dewa Wisnu yang menguasai arah utara disimbolkan dengan warna hitam, Dewa Iswara menguasai arah timur disimbolkan dengan warna putih, Dewa Brahma menguasai arah selatan disimbolkan dengan warna merah dan Dewa Mahadewa menguasai arah barat disimbolkan dengan warna kuning.

  • 3.4.2    Konsep Zonasi Ruang

Konsep zonasi menentukan zona-zona yang dibentuk berdasarkan empat arah mata angin yaitu utara, timur, selatan dan barat. Pembagian zonasi ini diambil melalui titik sumbu yang terletak berdekatan dengan Club House yang merupakan area pusat dari aktifitas pada New Kuta Golf. Berdasarkan pembagian tersebut pembagian zonasi dihasilkan sebagai berikut.

  • 1.    Lanskap pada hole 17, 18, practice green dan training area sebagai zona Wisnu dengan simbol warna hitam.

  • 2.    Lanskap pada hole 01, 06, 07, 08, dan 09 sebagai zona Iswara dengan simbol warna putih.

  • 3.    Lanskap pada hole 02, 03, 04, dan 05 sebagai zona Brahma dengan simbol merah.

  • 4.    Lanskap pada hole 10, 11, 12, 13, 14, 15, dan 16 sebagai zona Mahadewa dengan simbol warna kuning.

Gambar 1. Konsep Zonasi Ruang Lansekap New Kuta Golf

  • 3.4.3    Konsep Pemilihan Tanaman Lansekap

Pemilihan tanaman yang menyesuaikan dengan karakteristik pertamanan Bali mengacu pada buku dari Sardiana, K. dkk. (2012) tentang tanaman etnobotani Bali. Berdasarkan dari referensi tersebut dipilih tanaman yang memiliki syarat tumbuh tanaman yang dapat digunakan antara lain adalah tanaman yang tumbuh baik pada ketinggian 0-28 mdpl dengan adaptasi luas terhadap kondisi tanah, kebutuhan air yang sedikit dan tahan terhadap suhu udara tinggi serta intensitas penyinaran yang tinggi.

Tanaman yang dipilih pada zona Wisnu adalah Tanaman Asam (Tamarindus indica), Lontar (Borassus flabellifer), Kamboja Hitam (Plumeria rubra), Jamblang (Eugenia cumini), Puring Hitam (Codiaeum variegatum), Kenanga (Canangium odoratum), Temen (Graptophyllum pictum), Alang-alang merah (Pennisetum setaceum rubrum), dan Ancak (Ficus rumphii). Tanaman yang dipilih pada zona Iswara adalah Alang-alang Ekor Kuda (Imperata cylindrica), Bunut (Ficus variegata), Cendana (Santalun album), Cempaka Putih (Michelia champaka), Kaca Piring (Gardenia angusta), Kamboja Putih (Plumeria alba), Kapuk (Ceiba pentandra), Kawista (Feronia lucida), Widuri (Calotropis gigantea), Kelapa Bulan (Cocos nucifera), Kembang Sepatu Putih (Hibiscus arnottianus), Pulai (Alstona scholaris), dan Hanjuang variegata (Cordyline fruticosa variegata). Tanaman lanskap yang digunakan untuk zona Brahma adalah Tanaman Beringin (Ficus benjamina), Cangkring (Erythrina fusca Lour.), Soka Merah (Ixora coccinea), Andong (Cordyline fruticosa), Kamboja Merah (Plumeria rubra), Kembang Merak (Caesalpinia pulcherrima), Kepuh (Sterculia foetida), Puring (Codiaeum variegatum), Kelapa Udang (Cocos nucifera), Sambang Darah (Excoecaria cochinchinensis), dan Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Tanaman yang dipilih untuk zona Mahadewa adalah tanaman Bila (Crescentia cujete), Pinang (Areca catecu), Kamboja Kuning (Plumeria Acutifolia), Landepan (Barleria prionitis), Majegau (Dysoxylum densiflorum), Puring Timun Mas (Codiaeum variegatum), Kelapa Gading (Cocos nucifera), Kembang Sepatu Kuning (Hibiscus brackenridgei), Soka Kuning (Ixora sp.) dan Tigaron (Crateva religiosa).

  • 3.4.4    Konsep Penataan Tanaman Lanskap

Tanaman secara alami sudah memiliki keindahan, meskipun demikian penataan tanaman dalam lanskap diperlukan untuk mengoptimalkan manfaat tanaman dalam menciptakan lanskap yang ideal.

  • 3.4.4.1    Konsep Tanaman Pagar (Barier)

Konsep tanaman pagar (barier) menggunakan tanaman strata semak hingga perdu dengan jarak tanam yang rapat sehingga seluruh area tertutupi. Baris terdepan ditanam tanaman semak rendah dengan tinggi maksimal 0,5 meter. Tanaman yang dapat digunakan pada baris ini seperti Alang-alang Merah (Pennisetum setaceum rubrum) untuk Zona Wisnu, Alang-alang (Imperata cylindrica) untuk Zona Iswara, Soka Merah (Ixora coccinea) untuk Zona Brahma, dan Soka Kuning (Ixora sp.) untuk Zona Mahadewa.

Baris berikutnya ditanam tanaman semak tinggi dengan tinggi maksimal 1,0 meter. Tanaman yang dapat digunakan untuk Zona Wisnu yaitu Temen (Graptophyllum pictum). Tanaman yang dapat digunakan untuk Zona Iswara yaitu Kaca Piring (Gardenia angusta), dan Widuri (Calotropis gigantea). Tanaman yang dapat digunakan untuk Zona Brahma yaitu Sambang Darah (Excoecaria cochinchinensis). Tanaman yang dapat digunakan untuk Zona Mahadewa yaitu Landepan (Barleria prionitis).

Baris terakhir ditanam perdu dengan tinggi 2,0 meter. Tanaman yang dapat digunakan untuk Zona Wisnu adalah Puring Bali (Codiaeum variegatum). Tanaman yang dapat digunakan untuk Zona Iswara adalah Kembang Sepatu Putih (Hibiscus arnottianus), Hanjuang Hijau (Cordyline fruticosa variegata).

Tanaman yang dapat digunakan untuk Zona Brahma adalah Andong (Cordyline fruticosa), dan Kembang Sepatu Merah (Hibiscus rosa-sinensis). Tanaman yang dapat digunakan untuk Zona Mahadewa adalah Puring Kuning (Codiaeum variegatum), dan Kembang Sepatu Kuning (Hibiscus brackenridgei).

Konsep tanaman pagar ini menggunakan prinsip kesatuan (unity) yang didapat dari kesatuan warna tanaman yang digunakan pada setiap zonanya. Pagar hidup ini ditanam mengikuti pola bentuk lapangan golf sehingga menimbulkan kesan seperti tembok panyengker yang mengitari seluruh lapangan golf. Berikut Gambar 2 merupakan sketsa konsep tanaman pagar panyengker.

Gambar 2. Sketsa Tanaman Pagar Panyengker

Pada titik masuk dan keluar masing-masing zona ditanam tanaman yang memiliki simbol sebagai candi bentar untuk memperkuat konsep panyengker pada tanaman pagar. Tanaman yang dapat digunakan adalah tanaman yang memiliki bentuk yang identik dari segi ukuran tajuk dan tinggi batang seperti tanaman Kenanga (Canangium odoratum) pada Zona Wisnu, Kapuk (Ceiba pentandra) pada Zona Iswara, Cangkring (Erythrina fusca Lour.) pada Zona Brahma dan Pinang (Areca catecu) pada Zona Mahadewa. Gambar 3 berikut menunjukkan sketsa konsep tanaman Canangium odoratum sebagai candi bentar.

Gambar 3. Sketsa Konsep Tanaman Canangium odoratum sebagai Candi Bentar

  • 3.4.4.2    Konsep Tanaman Pengarah

Tanaman pengarah ditanam dengan jarak tanam 10 meter ditanam tanaman pohon rendah dengan tinggi 3-4 meter dan lebar tajuk 3-4 meter ditanam hanya pada zona out of boundary yang sejajar dan berhimpitan dengan carpath. Tanaman yang dapat digunakan adalah Kamboja (Plumeria sp.). Konsep ini mengacu pada prinsip pengulangan (repetition) yaitu tanaman sebagai elemen visual ditanam berulang dalam desain untuk mengarahkan jalan. Gambar 4 berikut ini merupakan ilustrasi konsep tanaman pengarah.

Gambar 4. Ilustrasi Konsep Tanaman Pengarah

  • 3.4.4.3    Konsep Tanaman Pemecah Angin

Tanaman pemecah angin akan ditanam di sisi barat dan timur dari masing-masing hole. Apabila tanaman yang digunakan memiliki tajuk rimbun seperti pohon Asam (Tamarindus indica) cukup ditanam satu tanaman pada satu titik, sementara apabila tanaman yang digunakan merupakan jenis palem-paleman seperti tanaman Lontar (Borassus flabellifer) ditanam berkelompok 3-5 tanaman pada satu titik dengan

tambahan tanaman pohon rendah dengan tinggi 3-4 meter seperti Plumeria sp untuk menutup celah pada bagian batang palem. Tinggi tanaman pemecah angin agar berfungsi optimal berkisar antara 4-8 meter. Berikut gambar 5 merupakan ilustrasi tanaman pemecah angin.

Gambar 5. Ilustrasi Konsep Tanaman Pemecah Angin

  • 3.4.4.4    Konsep Tanaman Aksentuasi (Emphasis)

Penggunaan tanaman pohon yang besar ini merupakan penerapan dari prinsip skala dan proporsional dalam perbandingan antara elemen dengan area yang ditempatinya. Tanaman lanskap strata pohon yang besar sebagai focal point pada lanskap lapangan golf setidaknya memiliki kemampuan tumbuh hingga mencapai tinggi 8 m atau lebih seperti pohon Beringin (Ficus benjamina), Pulai (Alstona scholaris), Ancak (Ficus rumphii), Bunut (Ficus variegata) dan Kepuh (Sterculia foetida). Pohon-pohon tersebut memiliki tajuk yang indah dan megah serta memiliki nilai sakral menurut kepercayaan masyarakat Bali sehingga penggunaannya sebagai focal point pada lanskap berkarakteristik Bali sangat tepat. Gambar 6 berikut ini mengilustrasikan salah satu bentuk dari tanaman emphasis pada lansekap lapangan golf.

Gambar 6. Ilustrasi Konsep Tanaman Focal Point

  • 4.     Simpulan dan Saran

    • 4.1    Simpulan

Berdasarkan uraian dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

  • 1.    Kondisi biofisik dari tapak New Kuta Golf memiliki suhu udara yang tinggi, curah hujan tipe C yang bersifat agak basah, dengan intensitas penyinaran mencapai 75% sepanjang tahun serta kecepatan angin rata-rata 9-15 km/jam. Berada pada ketinggian 0-28 Mdpl dengan jenis tanah mediteran coklat merah. Good view terdapat pada hole 14-16 dengan pemandangan Samudera Pasifik, Pantai Dreamland dan Pantai Balangan. Bad view pada tapak terdapat pemandangan kurang baik dari area luar lanskap seperti jalan raya, rumah penduduk, ladang penduduk dan tanaman liar. New Kuta Golf membutuhkan konsep tanaman lanskap yang berfungsi sebagai tanaman pagar, sebagai pemecah angin, sebagai peneduh, sebagai pengarah, focal point, dan merepresentasikan karakteristik pertamanan Bali sebagai kearifan lokal.

  • 2.    Konsep dasar yang digunakan pada area lanskap lapangan New Kuta Golf yaitu konsep Catur Desa dengan menggunakan pola arah mata angin dalam menentukan warna tanaman. Tanaman yang dipakai antara lain tanaman etnobotani Bali (tanaman upakara, tanaman obat, dan tanaman untuk bangunan tradisional. Tanaman lanskap ditanam membentuk suatu pola Panyengker dan Candi Bentar yang biasanya terdapat di bangunan tradisional di Bali.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan dari simpulan, maka saran yang dapat diberikan yaitu sebaiknya lapangan New Kuta Golf memiliki konsep lanskap yang menganut filosofi dan karakteristik pertamanan Bali. Perpaduan karakteristik pertamanan Bali dalam lanskap New Kuta Golf dapat menghasilkan desain yang unik sehingga diharapkan ada daya tarik baru bagi pegolf untuk mencoba bermain golf di New Kuta Golf.

  • 5.    Daftar Pustaka

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2017. Pelayanan Jasa Informasi Klimatologi. Balai Besar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III. Denpasar.

Badan Pusat Statistik (BPS) Badung. 2008. Kondisi Umum Kabupaten Badung. Tersedia online pada http://badungkab.bps.go.id. Terakhir diakses tanggal 9 Januari 2018

Emanuel, R. 2005. Thermal Comfort Implications of Urbanization in a Warm-humid City: The Colombo Metropolitan Region (CMR). J Building and Environment. Sri Lanka.

Nieuwolt, S. 1998. Tropical Climatology, An Introducting to the Climates of the Low Latitude. John Wiley and Sons. New York. Page 352.

Pakar, Y. D. (2003). Metode  Penelitian.   Tersedia online pada : Http://elib.unikom.ac.id/

files/disk1/651/jbptunikompp-gdl-jeripujama-32503-10-jeripuj-i.pdf. Terakhir diakses pada 22 Februari 2017

Pidada, J.S. 2017. Menoleh Bingkai Desa, Kala, Patra. Tersedia online pada http://phdi.or.id/artikel/menoleh-bingkai-desa-kala-patra. Terakhir diakses tanggal 04 Februari 2018.

Prajoko, A. 2012. Pertamanan Tradisioonal Bali Berlandaskan Unsur Satyam, Siwam, Sundaram, Religi dan Usada. E-Jurnal Seni Rupa dan Desain 2(2): 87-103. Tersedia online pada: Http//www.parissweethome.com/Bali/cultural. Terakhir Diakses Tanggal 2 November 2016.

Sardiana, K., M. Wiasti dan N. Wardi. 2012. Etnobotani Bali.Udayana University Press. Denpasar.

Schmidt, F. H dan J. H. A. Ferguson. 1951. Rainfall Types Based On Wet and Dry Period Rations for Indonesia With Western New Guinea. Kementrian Perhubungan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.

Sugiarta, N. 2016. Dewata Nawa Sanga Dalam Agama Hindu. Mantra Hindu Bali. Tersedia online pada http://www.mantrahindu.com/11dewata-nawa-sanga-dalam-agama-hindu/.   Terakhir di akses

tanggal 9 Agustus 2017.

JAL | 8

http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap