JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP

ISSN: 2442-5508

VOL. 4, NO. 2, OKTOBER 2018

Rencana jalur interpretasi wisata alam di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan

I Putu Ngurah Aditya Nugraha¹, Ni Luh Made Pradnyawathi²*, Lury Sevita Yusiana¹

  • 1.    Program Studi Arsitektur Pertamanan, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Indonesia

  • 2.    Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Indonesia

*E-mail: npradnyawathi@yahoo.com

Abstract

Interpretation Track Plan of Nature Tourism at Jatiluwih Village, Penebel District, Tabanan Regency. Jatiluwih Village is one of the villages in Bali Province which has seven springs and rivers with an unspoiled nature. Tourism potential in Jatiluwih Village has not been fully developed into a tourist attraction, so it is necessary to maximize the existing potential for tourism activities. This study aims to determine the potentials of Jatiluwih Village and create a plan of interpretation track. The method used in this research was survey method with descriptive qualitative. Stages of this research were: preparation, inventory, analysis, synthesis, and planning. The message to be conveyed on the plan of this interpretation path was to utilize water maximally and reduce water pollution. The goal to be achieved in this interpretation track was to give knowledge about the use of water for life by involving tourist in water utilization activies. The final result of this research was the plan of interpretation track of nature tourism and interpretation media in Jatiluwih Village. Interpretation media that will be used that is personal service and non personal service.

Keywords: Interpretation path, Jatiluwih Village, media interpretation, water utilization

  • 1.    Pendahuluan

Tabanan merupakan salah satu daerah pariwisata di Bali yang memiliki banyak wisata alam yang indah. Salah satu destinasi wisata di Tabanan yang terkenal akan keindahan alamnya adalah Desa Jatiluwih. Desa Jatiluwih sangat terkenal akan keindahan sawah teraseringnya dan menjadi salah satu tujuan wisata terbaik di Tabanan. Kegiatan petani di area persawahan tersebut menjadi salah satu daya tarik tersendiri dan sering kali dijadikan sebagai obyek fotografi oleh wisatawan.

Desa Jatiluwih memiliki potensi alam yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Potensi alam yang dimiliki Desa Jatiluwih berupa sumber mata air, air terjun, bendungan dan sawah berundak. Potensi alam dari Desa Jatiluwih bisa digunakan untuk penyampaian infomasi tentang pelestarian air kepada pengunjung melalui kegiatan interpretasi. Kegiatan interpretasi ini juga bertujuan mengajak wisatawan untuk ikut melestarikan sumber daya alam yang ada. Oleh karena itu, perencanaan jalur interpretasi di Desa Jatiluwih sebagai tempat wisata alam perlu dilakukan dengan harapan agar dapat memberikan pengalaman wisata yang menarik dan menyenangkan bagi pengunjung, serta membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Jatiluwih.

Rumusan masalah yang ada berupa apa saja atraksi dan bagaimana perencanaan jalur interpretasi wisata alam di Desa Jatiluwih. Tujuannya untuk mengidentifikasi, menganalisis dan merencanakan jalur interpretasi wisata alam di Desa Jatiluwih. Manfaat yang diperoleh adalah dapat mengetahui atraksi wisata alam Desa Jatiluwih sehingga memudahkan dalam pengembangan potensi wisata dan dapat merencanakan Jalur interpretasi Wisata Alam di Desa Jatiluwih sehingga memberikan kepuasan dan pengetahuan yang lebih mendalam bagi para wisatawan yang berkunjung.

  • 2.     Metode Penelitian

    2.1    Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.

Penelitian ini dilakukan selama sembilan bulan yaitu dari Bulan Desember 2016 – Agustus 2017.

  • 2.2    Alat Penelitian

Alat yang digunakan untuk melakukan penelitian antara lain adalah alat tulis kantor, kamera, GPS, dan perangkat komputer.

  • 2.3    Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data pada penelitian ini melalui observasi dan studi kepustakaan. Tahapan dalam penelitian ini sesuai dengan tahapan perencanaan menurut Gold (1980) yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis,sintesis, dan perencanaan.

  • 3.     Hasil dan Pembahasan

    3.1    Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Jatiluwih terletak di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Secara geografis Desa Jatiluwih terletak pada 820’48.10” LS dan 11506’43.60” BT dengan batas wilayah di sebelah utara Hutan Lindung, sebelah selatan Desa Mangesta dan Desa Babahan, sebelah timur Desa Senganan dansebelah barat Desa Wongaya Gede. Luas wilayah Desa Jatiluwih 2.233 Ha.3.2 Inventarisasi 3.2.1 Aspek Biofisik

Desa jatiluwih memiliki iklim tropis dengan suhu udara rata - rata 27,5C dan kelembaban udara 7085%. Curah hujan terbanyak terdapat pada Bulan Januari yaitu 2.321 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 118 hari sedangkan curah hujan paling sedikit terjadi pada Bulan Oktober sebesar 38,5 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 7 hari (BPS Kabupaten Tabanan, 2015).

Sumber mata air yang ada di Desa Jatiluwih berjumlah 7 yang terdapat di Br. Dinas Kesambi, Br. Dinas Kesambahan Kaja, Br. Dinas Kesambahan Kelod, Br. Dinas Jatiluwih Kangin, Br. Dinas Jatiluwih Kawan, Br. Dinas Gunungsari Umakayu, Br. Dinas Gunungsari Kelod. Sungai (Tukad) yang ada di Desa Jatiluwih berjumlah 8 yaitu tukad Yeh Baat, Tukad Yeh Ho, Tukad Yeh Kayu, Tukad Bas, Pangkung Tamplengan, Pangkung Kesambi, Tukad Ayung, dan Tukad Pusut.

Desa Jatiluwih termasuk daerah dataran tinggi dengan ketinggian 700 mdpl. Topografi Desa Jatiluwih adalah 70% berbukit, 20% landai, 10% miring dengan jenis tanah yaitu latosol kekuning – kuningan.

Lokasi tapak terletak 26 km sebelah utara Kota Tabanan dan 50 km dari pusat Kota Denpasar. Aksesibilitas menuju Desa Jatiluwih tergolong mudah karena terdapat banyak jalur alternatif. Jalan umum yang ada di Desa Jatiluwih meliputi jalan kabupaten dan jalan antar desa/kelurahan/kecamatan.

Good view yang ada di Desa Jatiluwih berada pada area sawah dan air terjun. Bad View terlihat pada beberapa titik aliran sungai yang terbengkalai atau tidak berfungsi. Akustik atau bunyi – bunyian yang ada pada tapak persawahan didominasi oleh suara kicauan burung dan gemericik aliran air sungai yang ada di sekitar area persawahan.

Vegetasi yang ada di Desa Jatiluwih berupa tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Komoditi utama desa ini antara lain padi (Oryza sativa L.) dan kelapa (Cocos nucifera). Fauna yang ada di Desa Jatiluwih berupa hewan ternak burung dan serangga.

  • 3.2.2 Aspek Sosial

Kehidupan sosial-budaya masyarakat di Desa Jatiluwih masih kental, hal ini dibuktikan dengan adanya antusias warga untuk melakukan berbagai macam kegiatan agama seperti : piodalan, pencaruan dan upacara lain yang dilakukan sendiri oleh warga desa. Jumlah Penduduk di Desa Jatiluwih pada tahun 2016 sebanyak 2.873 orang yang terdiri dari laki – laki sebanyak 1.410 orang (49,1%) dan perempuan sebanyak 1.463 orang (50,9%), dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 937 orang. Mata pencaharian penduduk Desa Jatiluwih sebagian besar di sektor pertanian sebanyak 1.444 orang (84,1%) sehingga hasil padi beras merah di desa ini tergolong besar. (Profil Desa Jatiluwih Tahun 2016) 3.2.3 Aspek Wisata

Wisatawan yang berkunjung ke Desa Jatiluwih terbagi atas wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal. Pada Tahun 2016 jumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa jatiluwih yaitu wisatawan mancanegara sebanyak 5,382 orang dan wisatawan lokal sebanyak 221 orang (Badan Pengelola Daya Tarik Wisata Desa

Jatiluwih, 2017). Aktivitas wisatawan yang berkunjung ke Desa Jatiluwih sangat beragam mulai dari ingin berfoto – foto, berkeliling area persawahan jatiluwih, dan makan di restaurant yang ada di Desa Jatiluwih.

  • 3.3 Analisis dan Sintesis

    3.3.1    Titik – titik Daya Tarik

Sumber mata air yang dijadikan sebagai titik daya tarik wisata yaitu mata air Umakayu yang berada di Br. Dinas Gunungsari Umakayu. Sumber mata air ini digunakan untuk pengambilan Tirta (air suci) dan kebutuhan warga sehari – hari. Pada sumber mata air ini kurang penambahan fasilitas seperti gazebo dan tempat duduk untuk beristirahat atau bersantai. Rumah air juga diperlukan untuk memberi batas area sehingga sumber mata air tetap terjaga dan tidak tercemar oleh wisatawan yang hendak mengambil air.

Terdapat dua air terjun yang ada di Desa Jatiluwih, yaitu air terjun Kembar dan air terjun Yeh Ho. Air terjun Yeh Ho memiliki keunikan tersediri yaitu letaknya di daerah sekitar persawahan dan tempatnya teduh karena adanya pohon – pohon yang rimbun sehingga berpotensi menjadi daya tarik wisata. Pada area air terjun di Desa Jatiluwih dapat ditambahkan prasarana wisata yang menggunakan bahan alami seperti kayu dan batu. Fasilitas yang juga diperlukan yaitu penyediaan wantilan untuk tempat melakukan kegiatan meditasi atau yoga.

Desa Jatiluwih memiliki tiga bendungan yaitu bedungan Yeh Aya Hulu, bendungan Jatiluwih dan bendungan Uma Kayu. Bendungan Yeh Aya Hulu ini berpotensi karena dialiri oleh Tukad Yeh Ho dan terlihat jelas dari jalan besar. Fasilitas yang dapat ditambahkan untuk memaksimalkan potensi dari bendungan tersebut yaitu penambahan tempat duduk, atraksi wisata, kantin dan area parkir.

Permukiman penduduk yang akan dijadikan sebagai titik daya tarik wisata berada di Br. Dinas Gunungsari Kelod. Bale atau jineng yang ada di rumah penduduk akan digunakan untuk melakukan kegiatan membuat jajanan dan juga membuat canang sambil berinteraksi dengan warga desa.

Sawah terasering atau berundak yang berada di Desa Jatiluwih memiliki luas 303 Ha. Pada area persawahan Jatiluwih terdapat pondok peristirahatan yang berada di beberapa titik. Untuk pondok peristirahatan yang ada bisa diubah bentuknya menjadi mirip seperti jineng sehingga memberi ciri khas tersendiri bagi area persawahan jatiluwih dan juga memepertahankan bentuk arsitektur lokal. Pondok tersebut akan berfungsi sebagai daya tarik bagi wisatawan untuk berfoto.

  • 3.3.2    Fasilitas Pendukung Pariwisata

Fasilitas yang ada di Desa Jatiluwih berupa rumah – rumah warga, pura, sekolah, kantor desa, wc umum, balai banjar atau wantilan, puskesmas, warung, papan penunjuk arah atau lokasi, rambu – rambu lalu lintas, villa atau penginapan dan café. Utilitas yang ada di desa ini adalah listrik. Fasilitas pendukung yang kurang dari Desa Jatiluwih yaitu tempat sampah, parkir kendaraan, tempat penyewaan sepeda dan mobil buggy.

  • 3.4.1    Konsep Dasar

Konsep dasar yang digunakan dalam rencana jalur interpretasi ini yaitu pemanfaatan air. Konsep dasar jalur interpretasi mengajak wisatawan mendapatkan pengalaman edukatif dan rekreatif tentang pemanfaatan air dalam berbagai kegiatan. Rencana jalur interpretasi wisata dikembangkan menjadi rencana tata ruang dan rencana tata sirkulasi.

  • 3.5    Konsep Pengembangan

    3.5.1    Konsep Ruang

Konsep ruang yang direncanakan disesuaikan dengan kondisi tapak di Desa Jatiluwih yaitu menggunakan konsep Tri Hita Karana dan DAS (Daerah Aliran Sungai). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kebahagiaan yang bersumber pada keharmonisan hubungan antara 3 hal yaitu: Parhyangan (Hubungan manusia dengan Tuhan), Pawongan (Hubungan manusia dengan sesama) dan Palemahan (Hubungan manusia dengan alam lingkungan) (Inputbali, 2005). Konsep DAS ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu hulu, tengah, dan hilir yang menunjukkan letak dari setiap zona yang ada. Konsep ruang ini akan menghasilkan tata ruang untuk zona yang direncanakan.

  • 3.5.2    Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi dibuat berdasarkan hubungan antara ruang satu dengan lainnya yang saling berurutan dan kembali lagi ke titik awal. Pola sirkulasi yang digunakan yaitu pola loop dimana pola loop ini berbentuk lingkaran atau awal dan akhir sirkulasi berada di titik yang sama. Konsep sirkulasi ini akan menghasilkan tata sirkulasi untuk kegiatan interpretasi yang direncanakan.

  • 3.6    Perencanaan Lansekap

Perencanaan lansekap merupakan hasil yang dibuat berdasarkan konsep pengembangan yang telah dilakukan dengan menghasilkan tata ruang dan tata sirkulasi. Sedangkan produk yang dihasilkan berupa block plan yaitu penggabungan tata ruang dan tata sirkulasi.

  • 3.6.1    Tata Ruang

Tata ruang merupakan penataan zonasi pada tapak yang direncanakan. Berdasarkan potensi dan keadaan tapak, penataan ruang dibagi menjadi empat yaitu ruang hulu, ruang tengah, ruang hilir dan ruang penerimaan (Gambar 1). Ruang hulu adalah ruang wisatawan untuk melakukan kegiatan yang terkait interaksi manusia dengan Tuhan seperti meditasi dan yoga. Ruang tengah adalah ruang wisatawan untuk melakukan kegiatan terkait interaksi manusia dengan manusia melalui rekreasi air, seperti bermain kano, bermain pelampung ban, perang bantal, memasak, membuat canang dan mejaitan di area permukiman penduduk. Ruang hilir adalah ruang wisatawan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan interaksi manusia dengan lingkungan yaitu berbagai kegiatan petani di area persawahan. Ruang penerimaan ini juga difungsikan sebagai titik awal dan akhir dalam rute jalur interpretasi yang direncanakan.

Gambar 1. Tata Ruang Jalur Interpretasi Wisata Alam di Desa Jatiluwih

  • 3.6.2    Tata Sirkulasi

Tata sirkulasi dibuat berdasarkan hubungan antara ruang yang dimanfaatkan untuk memudahkan wisatawan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Tata sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi antar titik dan sirkulasi dalam titik. Sirkulasi dimulai dari penerimaan atau pusat informasi kemudian ke sumber air Umakayu, air terjun Yeh Ho, Bendungan Yeh Aya Hulu, pemukiman penduduk, sawah berundak dan kembali lagi ke area penerimaan (Gambar 2).

Gambar 2. Diagram Tata Sirkulasi Jalur Interpretasi Wisata Alam di Desa Jatiluwih

Pada perencanaan ini terdapat produk yang dihasilkan berupa block plan yaitu penggabungan tata ruang dan tata sirkulasi yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Block Plan Jalur Interpretasi Wisata Alam di Desa Jatiluwih

  • 3.7    Perencanaan Jalur Interpretasi

Tujuan dari perencanaan jalur interpretasi ini adalah agar wisatawan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman mengenai pemanfaatan air yang ada di Desa Jatiluwih. Pesan yang ingin disampaikan pada rencana jalur intepretasi ini yaitu bagaimana memanfaatkan air secara maksimal dan meminimalkan

pencemaran air. Berikut merupakan rencana jalur interpretasi wisata di Desa Jatiluwih dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini:

Gambar 4. Jalur Interpretasi Wisata Alam di Desa Jatiluwih

  • 3.7.1    Konsep Interpretasi

Konsep Interpretasi yang diterapkan adalah mengajak wisatawan untuk ikut dalam kegiatan pemanfaatan air di Desa Jatiluwih. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberi pengetahuan kepada wisatawan tentang siklus air dan pemanfaatan air di Desa Jatiluwih. Konsep Interpretasi ini menghubungkan antara satu obyek dengan obyek lainnya sehingga membuat suatu cerita yang komplek dan berkelanjutan.

  • 3.7.2    Tata Jalur Interpretasi

Rencana jalur interpretasi ini akan bercerita bagaimana siklus air di Desa Jatiluwih dari sumber mata air, kemudian kegunaannya untuk kegiatan warga desa sehari – hari dan terakhir untuk area perswahan. Berikut ini merupakan urutan jalur interpretasi yang dibuat beserta durasi dan aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan di titik – titik daya tarik wisata (Tabel 1).

Tabel 1. Titik – titik Daya Tarik Wisata, Durasi dan Aktivitas

No.

Titik – Titik Daya Tarik Wisata

Durasi

Aktivitas

1.

a. Area pelayanan atau fasilitas wisata

  • •    Memperoleh informasi wisata

  • •    Berbelanja

  • •    Beristirahat

b. Mata Air

30 menit

• Interpretasi mengenai mata air

2.

c. Air Terjun

60 menit

  • •    Interpretasi mengenai air terjun

  • •    Meditasi atau Yoga

3.

d. Bendungan

120 menit

  • •    Interpretasi mengenai bendungan

  • •    Olahraga Air (perang bantal, bermain kano, bermain pelampung ban)

Lanjutan Tabel 1

No.

Titik – Titik Daya Tarik Wisata

Durasi

Aktivitas

• Bersantai

e. Rumah Penduduk

120 menit

• Memasak, makan

• Membuat canang atau banten

• Mejaitan

4.

f. Sawah

60 menit

• Penanaman bibit padi (pada Bulan Januari)

• Memanen padi (pada Bulan Agustus)

• Melukis topi petani

• Membuat kerajinan wayang dari daun singkong

• Memandikan sapi

  • 3.7.3    Media Interpretasi

Media interpretasi pelayanan personal yang akan disediakan berupa pemandu atau guide, dan interpreter. Media interpretasi pelayanan non-personal yang akan disediakan yaitu leaflet. Leaflet akan merberikan informasi mengenai jalur interpretasi dan letak dari titik – titik daya tarik yang ada. Daya tarik, fasilitas dan media interpretasi memiliki hubungan antara satu dengan lainnya dan menjadi satu kesatuan, sehingga semua kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan dapat dilakukan dengan baik dan didukung dengan fasilitas yang sesuai kebutuhan pada tapak (Tabel 2).

Tabel 2. Hubungan Daya Tarik, Fasilitas dan Media Interpretasi

No.

Daya Tarik Wisata

Fasilitas

Media Interpretasi

1.

Area pelayanan atau fasilitas wisata

  • •    Pusat Informasi Wisata                •

  • •    Toko souvenir                         •

  • •    Restaurant

  • •    Toilet

  • •    Parkir kendaraan wisatawan

  •    Home Stay atau penginapan

Interpreter

Guide atau leaflet

2.

Sumber Mata Air

  • •    Parkir                                     •

  • •    Tempat menyewa sepeda atau buggy •

  • •    Rumah air

Interpreter

Guide atau leaflet

3.

Air Terjun

  • •    Parkir sepeda atau buggy              •

  • •    Wantilan                              •

Interpreter

Guide atau leaflet

Instruktur

4.

Bedungan

  • •    Parkir sepeda atau buggy              •

  • •    Toilet                                      •

  • •    Kantin

Interpreter

Guide atau leaflet

5.

Rumah Penduduk

• Bale atau Jineng                      •

• Toilet                                      •

Interpreter

Guide atau leaflet

6.

Sawah

  • •    Gazebo atau Jineng                  •

  • •    Tracking Sepeda                     •

Interpreter

Guide atau leaflet

  • 4.    Simpulan Dan Saran

Desa jatiluwih merupakan salah satu desa yang terkenal keindahannya di Tabanan. Desa Jatiluwih memiliki potensi alam yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Potensi alam yang dimiliki oleh Desa Jatiluwih berupa sumber mata air, air terjun, bendungan dan sawah berundak.

Perencanaan lansekap jalur interpretasi merupakan penggabungan dari tata ruang dan tata sirkulasi yang menghasilkan Block Plan. Tata ruang dibagi menjadi zona hulu, zona tengah, zona hilir dan zona penerimaan. Tata ruang ini didasari oleh konsep Tri Hita Karana dan Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam pembagian zonanya. Tata sirkulasi menggunakan pola sirkulasi loop atau lingkaran. Sirkulasi ini memiliki titik awal dan akhir yang ada di satu titik yang sama. Hasil akhir dari penelitian ini adalah rencana jalur interpretasi

wisata alam Desa Jatiluwih dan media interpretasi. Media interpretasi yang akan digunakan yaitu pelayanan personal dan pelayanan non-personal.

Hasil penelitian berupa rencana jalur interpretasi wisata alam diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan pariwisata di Desa Jatiluwih. Juga perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai detail penataan pada setiap titik – titik daya tarik wisata di Desa Jatiluwih dan pembuatan leaflet.

  • 5.    Daftar Pustaka

BPS Kabupaten Tabanan. 2015. Kabupaten Tabanan Dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan

DTW Desa Jatiluwih. 2017. Informasi Wisata Jatiluwih. Badan Pengelola Daya Tarik Wisata Desa Jatiluwih.

Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York: Mc Graw - Hill Book Company.

Inputbali. 2005. Sejarah dan Penerapan Tri Hita Karana. http://inputbali.com/budaya-bali/sejarah-dan-

penerapan-tri-hita-karana-yang-tidak-boleh-dilupakan.Diakses tanggal 26 Mei 2017

Kantor Desa Jatiluwih. 2011.Monografi Desa Jatiluwih. Penebel : Kantor Desa Jatiluwih

Pemerintah Desa Jatiluwih. 2016. Profil Desa Jatiluwih. Pemerintah Desa Jatiluwih

http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap

JAL | 158