E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP

ISSN: 2442-5508

VOL. 2, NO. 1, APRIL 2016

Evaluasi Pengelolaan Lansekap Areal Vila Obyek Wisata Bagus Agro Pelaga, Kabupaten Badung

I MADE SUARJAYA DWI SAPUTRA1, A.A. GEDE SUGIANTHARA1*, KOMANG ARTHAWA LILA1

1Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Jln. PB. Sudiman, Denpasar 80362 Bali

*E-mail: seriramputrabali@gmail.com

ABSTRACT

Evaluation of the Management Landscape in Bagus Agro Pelaga Vila Area, Badung Regency

Landscape management it is really needen in the progress of Bagus Agro Pelaga (BAP) to improve tourism industry. The best landscape management and suistinable be able give more valve into development agrotourism and satisfaction to the guest. Landscape management is focused in this study only landscape management villa area. Purpose from this reseach is to know the consept of manage the landscape villa area which is used at BAP, know as technical orientation in managed landscape villa area in BAP, to analyst stemulation factor and brominated factor which is influence managerial activity landscape villa area in BAP. Reseach result indicate that planing most important program on the concept which is applied BAP for that villa mentioned already 80% appropriate. That is, what wash already planning appropriate with first purpose or first design. Base which is be orientation for landscape villa area in BAP is blend with concept terracing garden also management system which is democratic. The factor which is influence management landscape activity in BAP that is from internal factor such us, the necessity of SOP, increasing employee specially aesthetics employee on the villa area BAP, and the equitment isn’t enough. External faktor review input from the visitor and obserb on location suck as, amount of plants , structuring and treatment of the plants, the occurrence of vandalism, cleanliness of the pool, not enough of garbage bin, garden bench, ganden lamp, and long chair.

Keywords : park management, park maintenance

  • 1.    Pendahuluan

Kawasan pedesaan merupakan tempat yang sangat strategis untuk objek wisata. Sebagian besar daerah pedesaan masih terlihat alami dengan pemandangan alam yang indah dan asri. Potensi ini mestinya mampu dimanfaatkan dan dioptimalkan oleh masyarakat setempat. Salah satunya dengan pengembangan agrowisata.

Salah satu agrowisata yang terdapat di Provinsi Bali adalah Bagus Agro Pelaga (BAP) yang terletak di Desa Pelaga, Kec. Petang, Kab. Badung. BAP merupakan

kerjasama antara PT. (Persero) pengembangan pariwisata Bali (BTDC) memiliki lahan pertanian seluas 17,5 Ha di Desa Pelaga dan PT. Puri Bagus Citra Lestari yang berpengalaman dalam bidang pariwisata dan agribisnis. Pengembangan BAP sebagai obyek wisata agro bertujuan untuk memanfaatkan seoptimal mungkin potensi yang ada di daerah Pelaga. Pemandangan alam yang indah dapat menjadi daya tarik untuk dikembangkannya obyek wisata agro, Budaya agraris dengan kearifan lokal masyarakat setempat, serta lokasi yang berada di antara dua daerah wisata terkenal Kintamani dan Bedugul menambah keberagaman dalam menunjang pengembangan pariwisata berbasis pertanian. Sebagai salah satu obyek wisata baru, BAP dilengkapi dengan berbagai fasilitas akomodasi untuk menunjang kenyamanan pengunjung di antaranya restoran, saung, wantilan, coffee roosting, aula, green house, vila, joging track, dan outborn. (PT. Bagus Agro Pelaga 2008).

Salah satu fasilitas yang dinilai sangat penting keberadaannya di BAP adalah fasilitas vila. Berdasarkan observasi lapangan, saat ini pengelolaan vila lebih banyak menonjolkan segi estetika, sehingga fungsi-fungsi lain seperti kebersihan, penataan taman, kondisi tanaman, kondisi hardscape, kenyamanan, dan keamanan belum diperhatikan. Fasilitas penunjang lansekap areal vila BAP jaga perlu diperhatikan seperti lampu taman yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, demikian pula bangku taman, tempat sampah, dan long chair pada kolam renang. Penataan lansekap di masing-masing vila tidak merata, hanya difokuskan di sudut-sudut tertentu.

Pengelolaan lansekap sangat diperlukan dalam pengembangan BAP khususnya areal vila untuk meningkatkan daya tarik agrowisata. Pengelolaan ini dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung serta menjaga keberlangsungan BAP itu sendiri. Pengelolaan lansekap yang baik dan berkelanjutan dapat memberikan nilai tambah dalam pengembangan agrowisata dan kepuasan tersendiri bagi wisatawan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengelolaan lansekap areal vila yang diterapkan pihak pengelola BAP.

  • 1.1    Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah:

  • 1.    Bagaimana konsep pengelolaan lansekap di areal vila yang diterapkan pihak pengelola BAP?

  • 2.    Bagaimana pedoman teknis dalam pengelolaan lansekap areal vila di BAP.

  • 3.    Apa saja faktor-faktor pendorong dan penghambat kegiatan pengelolaan lansekap areal vila di BAP?

  • 1.2    Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • 1.    Untuk mengetahui konsep pengelolaan lansekap areal vila yang diterapkan BAP.

  • 2.    Untuk mengetahui pedoman teknis dalam pengelolaan lansekap areal vila di BAP.

  • 3.    Untuk menganalisis faktor-faktor pendorong dan penghambat yang mempengaruhi kegiatan pengelolaan lansekap areal vila di BAP.

  • 1.3    Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

  • 1.    Mengetahui konsep pengelolaan dan pemeliharaan lansekap areal vila yang diterapkan BAP.

  • 2.    Menemukan pedoman teknis pengelolaan lansekap areal vila di BAP.

  • 3.    Dapat merumuskan pemecahan masalah pengelolaan dan pemeliharaan yang menjadi faktor penghambat yang dihadapi BAP.

  • 4.    Menambah pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman kerja lapangan.

  • 1.4    Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di BAP, dengan ruang lingkup mengevaluasi pengelolaan lansekap areal vila. Pengelolaan lansekap yang di maksud adalah melakukan pemantauan dan menganalisis proses pengelolaan mulai dari perencanaan, konsep, pelaksanaan, pemeliharaan, serta pengawasan dan evaluasi yang dilakukan di kawasan wisata BAP. Data yang dibutuhkan berupa data primer dan sekunder. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari wawancara internal Manager dan karyawan BAP, obsevasi lapangan, serta persepsi pengunjung. Data sekunder diperoleh dari hasil studi kepustakaan, baik melalui literatur yang ada, jurnal, makalah ilmiah, dan yang bersumber dari internet. Data yang diperoleh dianalisis, dan kemudian disajikan secara deskriptif sebagai output penelitian.

  • 2.    Metode

    • 2.1    Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bagus Agro Pelaga tepatnya, di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Provinsi Bali dengan ketinggian 750m dpl (meter dari permukaan laut) pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

  • 2.2 . Bahan dan Alat

Penelitian ini memerlukan beberapa bahan dan alat antara lain, titik-titik pengamatan pada lokasi penelitian yang nantinya akan di teliti tepatnya pada ke empat areal vila dan satu lobi di BAP, dan peta dasar areal vila BAP. Alat yang digunakan yaitu, kamera digital untuk dokumentasi di lapangan, kuisioner, form observasi, alat tulis, perangkat komputer untuk mengolah data.

  • 2.3    Metode Pengumpula Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dalam bentuk penelitian yang bersifat deskriptif. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk mendapat gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada dalam pengelolaan lansekap areal vila BAP.

  • 2.4    Teknik Pengumpulan Data

  • 1.    Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan di BAP khususnya pada areal vila yaitu tentang kondisi tapak vila BAP yang terdiri dari elemen hardscape dan softscape.

  • 2.    Kuesioner (angket)

Kuesioner (angket) merupakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data yang belum diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Data yang diperoleh dari kuesioner yaitu tentang penilaian pengunjung terhadap pengelolaan lansekap areal vila BAP.

  • 3.    Wawancara

Wawancara yang digunakan menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Data yang diperoleh dari wawancara yaitu tentang gambaran umum vila BAP, operasional pengelolaan lansekap vila BAP yang terdiri dari pemeliharaan, serta monitoring dan evaluasi.

  • 2.5    Teknik Analisis

Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada Skala Likert (Lekert Scale). Sugiyono (1997) mengemukakan bahwa Skala Likert merupakan skala pengukuran yang diberikan pembobotan secara gradasi dari nilai yang positif hingga negatif. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi sekumpulan atau seseorang tentang fenomena sosial yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Selanjutnya Singarimbun (1994) menambahkan, setiap jawaban yang dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut :

  • 1.

  • 2.

  • 3.

  • 4.

  • 5.


Jawaban Sangat Baik diberi skor 100.

Jawaban Baik diberi skor 80.

Jawaban Cukup diberi skor 60.

Jawaban Buruk diberi skor 40.

Jawaban Sangat Buruk diberi skor 20.

Dalam mengklasifikasikan dan membantu interpretasi hasil penelitian, maka digunakan Skala Likert yang dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai interval kelas diperoleh dengan rumus :

I = Skor Tertinggi-Skor Terendah Jumlah Kelas


(1)

-


100 - 20

I= 5

80

Nilai rata-rata yang dihasilkan dari perhitungan akan dikonfersikan oleh Tabel 1 sehingga dapat diklasifikasikan pada suatu katagori persepsi.

Tabel 1. Skala Likert Skala Persepsi Wisatawan

No

Persepsi

Skor

Interval kelas(%)

1

Sangat Baik

100

>84% – 100%

2

Baik

80

>68% – 84%

3

Cukup

60

>52% – 68%

4

Buruk

40

>36% – 52%

5

Sangat Buruk

20

20% – 36%

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam mengolah hasil kuesioner pengelolaan lansekap dalam penelitian ini adalah teknik tabulasi data dalam bentuk persentase (%). Tabulasi data merupakan langkah memasukkan data berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan. Teknik tabulasi data dalam bentuk persentase (P) digunakan untuk menghitung jumlah pilihan responden (N) ke dalam bentuk persentase (%) (Warsito, 1992). Perhitungan persentase ini menggunakan rumus yaitu :

(2)


P = F × 100% N

Keterangan :

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Σ Total Responden

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1  Gambaran Umum Villa Bagus Agro Pelaga

Vila merupakan salah satu fasilitas penunjang di BAP yang dinilai sangat penting keberadaannya. BAP saat ini memiliki empat vila dan satu lobi yang terletak di sebelah timur kantor pengelolaan dengan luas kurang lebih 0,2 Ha. Letak dari vila ini sendiri sudah diperhitungkan dengan sangat matang. Ada beberapa faktor yang menjadi dasar dibangunnya vila di areal tersebut, salah satunya karena tempat tersebut di nilai merupakan tempat yang paling strategis untuk pembangunan vila, hal ini dapat dilihat dari view yang bagus, pencahayaan atau sinar matahari yang baik. (Wawancara Internal Manager BAP, 2014).

Mengenai RTH (Ruang Terbuka Hijau), dalam vila BAP sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu menyisakan RTH minimal 20% dari luas lahan atau areal yang ada (UU No 26 Tahun 2007, dalam Ulupi, 2013). Konsep taman yang villa BAP mengangkat tema taman terasering yang didominasi oleh tanaman berproduksi. Konsep penataan taman/lansekap yang diterapkan di vila BAP mengangkat tema taman/lansekap terasering yang didominasi oleh tanaman holtikultura buah-buahan seperti nanas, nangka, alpukat, jambu biji, jeruk besar, pepaya. Konsep ini bertujuan agar nantinya taman/lansekap terasering di vila BAP tidak hanya bisa dinikmati dari segi keindahan namun, juga dapat dimanfaatkan untuk konsumsi. Landasan yang dijadikan pedoman pada lansekap areal vila BAP yaitu pola lansekap campuran dengan sistem pengelolaan yang demokratis. Konsep yang diterapkan BAP pada vila tersebut sudah 80% sesuai artinya, apa yang direncakan hampir seluruhnya terlaksana sesuai dengan tujuan awal atau desain awal. Terdapat empat program kerja yang saat ini dilaksanakan oleh pihak estetika khususnya areal vila yaitu, terdapat tiga program kerja jangka pendek dan satu program kerja jangka panjang. Program kerja jangka pendek antara lain, pemeliharaan taman secara rutin, Perbaikan taman bagian utara dari vila, serta renovasi atap bangunan vila dan lobi. Program kerja jangka panjang antara lain, panataan taman pada vila baru yang akan dilaksanakan pada tahun 2015. Semua program kerja di atas tiga di antaranya sudah terlaksana dan satu program jangka panjang yang tersisa karena menunggu pembuatan enam unit vila baru. (Wawancara Internal Asisten Manager BAP, 2014).

  • 3.2    Kondisi Tapak villa Bagus Agro Pelaga

Elemen yang terdapat di vila BAP terbagi atas hardscape dan softscape. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan elemen hardscape adalah fasilitas yang tersedia di vila BAP dapat dilihat pada Tabel 2 sedangkan softscape merupakan vegetasi yang terdapat di vila BAP dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Daftar Hardscape di Vila BAP

No

Elemen

Jumlah

Kondisi

Ket

1

Bangunan Vila

4 unit

Baik

2

Jalan Setapak

800m2

Baik

3

Candi

1 Buah

Baik

4

Kolam Renang

1 Buah

Kurang Baik

5

Lampu Taman

28 Buah

Kurang Baik

6

Pot Tanaman

15 Buah

Baik

7

Patung

3 Buah

Baik

8

Tempat Sampah

1 Buah

Baik

9

Toilet

4 Unit

Baik

10

Lobi

1 Unit

Baik

Elemen hardscape pada Tabel 2 di atas merupakan elemen yang terdapat di areal vila BAP yang terdiri dari jumlah dan kondisi yang berbeda-beda. Terutama yang purlu diperhatikan adalah pada elemen kolam renang, dan lampu taman yang kondisinya kurang baik. Kolam renang di areal vila BAP perlu debersihkan secara rutin agar, kebersihan kolam tetap terjaga dan material kolam tidak cepat mengalami kerusakan. Kondisi yang sama juga terjadi pada elemen lampu taman yang belum terpelihara dengan baik dan tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Berdasarkan observasi dilapangan dua elemen yang kondisinya kurang baik disebabkan karena Kurangnya perhatian dari pihak pengelola terkait khususnya bidang estetika, dan jumlah karyawan estetika yang ditempatkan di areal vila kurang memadai yaitu hanya dua orang karyawan. Tindakan lainnya yang harus diperhatikan lagi adalah jumlah tempat sampah yang belum memadai, long chair atau tempat bersantai di kolam renang yang belum ada, bangku taman yang perlu di tambahkan sebagai fasilitas penunjang, dan pemeliharaan elemen lain harus ditingkatkan kembali. (Observasi Lapangan 2014)

Tabel 3. Daftar Nama Tanaman yang Ada di Vila BAP

No

Nama Indonesia

Nama Latin

Nama Lokal (Bali)

Jenis Tanaman

Kondisi

Jumlah

1

Puring

Codiaeum variegatum

-

Perdu

Baik

162 Pohon

2

Nangka

Artocarpus heterophyllus

Nangka

Pohon

Baik

4 Pohon

3

Alpukat

Persea americana

Pokat

Pohon

Baik

1 pohon

4

Cempaka

Michelia campaka

Cempaka

Pohon

Baik

1 Pohon

5

Jeruk Besar (Pamelo)

Citrus grandis, C. maxima

-

Pohon

Baik

5 Pohon

6

Kamboja Merah

Plumeria rubra

Jepun Barak

Perdu

Baik

2 Pohon

7

Kamboja Kuning

Plumeria acutifolia

Jepun Kuning

Perdu

Baik

2 Pohon

8

Jambu Biji

Psidium guajava

Nyambu

Pohon

Baik

3 Pohon

9

Nanas

Ananas comosus

Manas

Semak

Baik

10 Pohon

10

Rumput Gajah Mini

Pennisetum purpureum

-

Penutup Tanah

Baik

800m2

11

Palem putri

Chrysadilocarpus lutescens

Peji

Perdu

Baik

2 Pohon

12

Teratai

Nymphaea sp.

Tunjung

Semak

Baik

6 Pohon

13

Pucuk Merah

Oleina Syzygium

-

Perdu

Baik

6 Pohon

14

Herbras

Garbera L

-

Perdu

Baik

37 Pohon

15

Kaktus

Euphorbia lactea

-

Perdu

Kurang Biak

5 Pohon

16

Kacang Piring

Gadenia jasminoides

-

Perdu

Baik

6 Pohon

17

Kacang Piring/Gardinia

Gardenia jasminoides

-

Perdu

Baik

2 Pohon

18

Pepaya

Carica papaya

Gedang

Pohon

Kurang Baik

1 Pohon

19

Pakis Tanduk Rusa

Platycrum bifurcatum

Simbar Menjangan

Semak

Baik

9 Pohon

20

Kembang Sepatu

Hibiscus rosa-sinensis

Pucuk

Perdu

Baik

1 Pohon

21

Mahoni

Swietenia mahagoni

Mahoni

Pohon

Baik

2 Pohon

22

Andong Merah

Cordyline fruticosa

Andong Barak

Semak

Baik

171 Pohon

23

Lidah Mertua

Sansevieria trafasciata

-

Semak

Baik

105 Pohon

24

Alamanda

Allamanda oenotheraefolia

-

Semak

Baik

7 Pohon

25

Kupea Putih

Cuphoa hyssopifolia “Alba”

-

Semak

Kurang Baik

123 Pohon

26

Iris Liar Kuning

Dietes bicolor

-

Semak

Baik

155 Pohon

27

Heliconia Nuri Jingga

Heliconia rostrata

-

Perdu

Baik

134 Pohon

28

Leli Kaki Bebek

Hymenocalis latifolia

-

Semak

Baik

50 Pohon

29

Pandan Daun Lebar

Pandanus dubius

Pandan

Perdu

Baik

2 Pohon

30

Ekor Kucing

Acalypha hispida

-

Perdu

Baik

1 Pohon

Vegetasi pada Tabel 3 di atas merupakan elemen softscape yang terdapat di areal vila BAP. Beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya, jumlah tanaman khususnya tanaman holtikultura perlu ditambah kembali untuk mempertegas konsep taman atau

desain awal. Kemudian penataan dan perawatan tanaman yang perlu ditingkatkan lagi, dan mengurangi terjadinya vandalism (Observasi Lapangan 2014).

  • 3.3 . Operasional pengelolaan lansekap di vila BAP

    (Divisi Room and Beverage]


Gambar 1. Struktur Organisasi BAP

Berdasarkan struktur organisasi BAP, operasional pengelolaan lansekap berada di bawah pengawasan Direktur Operasional pada Divisi Leisure (Gambar 1). Pengelolaan lansekap areal vila BAP terdiri dari pemeliharaan, serta monitoring dan evaluasi.

  • 3.3.1    Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan taman di vila BAP meliputi pemeliharaan hardscape, pemeliharaan softscape. Untuk mengetahui efektifitas kerja dalam kegiatan pemeliharaan dilakukan penghitungan kapasitas kerja dengan menggunakan rumus menurut Arifin dan Arifin (2005).

Kapasitas Kerja (KK) =


Luas Lahan

(3)


Waktu × Jumlah Pekerja

Menurut Arifin dan Arifin (2005), kapasitas kerja adalah besarnya kemampuan tenaga kerja untuk melakukan suatu pekerjaan dalam waktu satu jam. Kapasitas kerja dipengaruhi oleh luas lahan, desain, jenis pekerjaan, kelengkapan alat, dan pengawasan. Kapasitas kerja pemeliharaan taman dihitung berdasarkan luas lahan per satuan hari orang kerja (HOK) yang merupakan kemampuan orang mengerjakan satu jenis pekerjaan dalam satu hari kerja yaitu selama delapan (8) jam kerja dengan luasan tertentu.

Tabel 4 menunjukkan bahwa hanya jenis pekerjaan pemangkasan yang sesuai dengan kapasitas kerja yang ditentukan. Sedangkan menyapu, dan memupuk sudah melebihi kapasitas yang ditentukan oleh Arifin. Kemudian penyiraman, proteksi HPT, dan penyiangan dilakukan sewaktu-waktu. Sesuai dengan klasifikasi iklim menurut Schmid-Ferguson (BMKG, 2013) tipe iklim kawasan Kecamatan Petang termasuk dalam tipe iklim A yaitu sangat basah dengan perbandingan 11 bulan basah dan 1 bulan kering oleh sebab itu penyiraman dilakukan jika memang sangat dibutuhkan. pengendalian HPT dilakukan dengan cara manual mencabut tanaman yang terserang hama/penyakit kemudian menggantinya dengan tanaman baru. Penyiangan dilakukan setiap hari.

Tabel 4. Kapasitas Kerja Pemeliharaan Taman Vila BAP dan Standar Kapasitas Kerja Pemeliharaan Taman

No

Jenis Pekerjaan Taman

Jumlah Karyawan Taman

Luas Areal (m2)

Waktu (Jam)

Kapasitas Kerja(1) (m2/Jam)

Kapasitas Kerja(2) (m2/Jam)

Frekuensi Pemeliharaan Musim Kemarau

Frekuensi Pemeliharaan Musim Hujan

1

Menyapu

2

2.000m2

1

1.000

800

Setiap Hari

Setiap Hari

2

Menyiram

Insidentil

-

-

-

-

Insidentil

Insidentil

3

Memupuk

2

2.000m2

1

1.000

200

1 Bulan 1 Kali

1 Bulan 2 Kali

4

Pemangkasan

2

2.000m2

4

250

250

1 Bulan 1 Kali

1 Bulan 2 Kali

5

Proteksi HPT

Insidentil

-

-

-

-

Insidentil

Insidentil

6

Penyiangan

2

2.000m2

6

166,6

40

1 Bulan 1 Kali

1 Bulan 3 Kali

7

Penyulaman

Insidentil

-

-

-

-

Insidentil

Insidentil

8

Pemeliharaan Hardscape

Insidentil

-

-

-

-

Insidentil

Insidentil

Sumber: Wawancara 2014

Keterangan: (1): Pengamatan Lapang di Vila BAP

(2): Kapasitas Kerja Pemeliharaan Taman (Arifin dan Arifin, 2005)

  • 3.3.2    Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan lansekap vila BAP

Pengelolaan vila BAP dapat dinilai dari dua hal yaitu internal dan eksternal. Pengelolaan internal dapat dilihat dari pihak management estetika dan karyawan. Dari ke dua pihak tersebut dapat dilihat bagaimana kondisi pengelolaan vila di BAP dari faktor internal. Di bawah ini adalah Tabel pengawasan dan evaluasi yang dilakukan oleh Management estetika BAP.

Tabel 5. Pengawasan dan Evaluasi Management Estetika BAP

No

Spesifikasi                     Ya      Tidak          Keterangan

1

Monitoring Lapangan dilakukan/                      √                         Setiap Hari

SetiapHari/SetiapMinggu/ Bulanan/ Tahunan

2

Evaluasi dilakukan/Setiap Hari/ Setiap Minggu/        √                       Setiap Minggu

Bulanan/ Tahunan

3

4

5

Pelaksanaan sesuai rencana                       √

Membuat SOP                                       √     -

Struktur Organisasi                                  √

Sumber: Hasil wawancara Internal 2014

Berdasarkan tabel di atas ada satu hal penting yang tidak ada dalam pengelolaan lansekap di vila BAP yaitu adalah standar operasional prosedur (SOP). SOP pemeliharaan taman merupakan sebuah panduan yang digunakan untuk menjalankan pemeliharaan taman. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di BAP ternyata dalam perencanaan awal tidak dibuat SOP pemeliharaan sehingga karyawan hanya bekerja sesuai perintah yang diberikan oleh pihak managemant estetika. Berdasarkan pengamatan dilapangan selain pengawasan dan evaluasi pengelola juga menyediakan sarana prasarana penunjang lansekap yang dibutuhkan untuk keberlangsungan pengelolaan taman. Adapun sarana prasarana penunjang yang ada di BAP dapat dilihat pada Tabel 6.

Selain fator – faktor internal diatas mulai dari monitoring, evaluasi, ada faktor internal lainnya yang berpengaruh terhadap kondisi pengelolaan vila di BAP yaitu karyawan kususnya bidang estetika. Kurangnya karyawan estetika secara keseluruhan maupun di areal vila kususnya, menjadi salah satu kendala yang dihadapi dalam pengelolaan lansekap areal vila di BAP. Tindakan lainnya yang harus di perhatikan lagi adalah jumlah alat kerja yang masing kurang memadai.

Tabel 6. Sarana Prasarana Penunjang Lansekap di BAP

No

Spesifikasi

Ada

Tidak

Jumlah

Keterangan

1

Tempat pembibitan

1

2

Tempat pembuatan pupuk

1

3

Alat-alat kerja :

> Cangkul

1

> Pemotong Rumput

6

> Gunting Rumput

1

4

Penggunaan bahan kimia

  • 3.4    Penilaian Pengunjung Terhadap Pengelolaan Lansekap Areal Vila BAP

Penilaian pengunjung ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 orang pengunjung secara acak. Persepsi pengunjung ini merupakan perbandingan, dan juga masukan dari pengelolaan internal lansekap areal vila di BAP yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat terhadap keberlangsungan lansekap areal vila di BAP. Berdasarkan persentase penilaian pengunjung untuk masing-masing zona diperoleh; zona welcome areal 73%, zona areal vila 71%, zona areal kolam renang 67%. Maka jika di lihat rata-rata persentase pengelolaan dari ke tiga zona berdasarkan skala likert dapat digolongkan baik (70%). Namun, masih banyak yang perlu dibenahi pada lansekap areal vila BAP terutama di zona areal kolam renang yang masuk dalam katagori cukup.

Tabel 7. Pengelolaan Lansekap Areal Vila BAP

Zona Welcome Areal

1

2

3

No

Aspek

Nilai

1

Estetika (Keindahan)

74%

2

Kebersihan

73%

3

Penataan Taman

76%

4

Kondisi Tanaman

71%

5

Kondisi Hardscape

69%

6

Kenyamanan

76%

Persentase Pengelolaan Zona Areal Vila

: 73%

No

Aspek

Nilai

1

Estetika (Keindahan)

77%

2

Kebersihan

68%

3

Penataan Taman

75%

4

Kondisi Tanaman

68%

5

Kondisi Hardscape

69%

6

Kenyamanan

73%

7

Fasilitas

69%

Persentase Pengelolaan

: 71%

Zona Areal Kolam Renang

No

Aspek

Nilai

1

Estetika (Keindahan)

70%

2

Kebersihan

63%

3

Penataan Taman

67%

4

Kondisi Tanaman

70%

5

Kondisi Hardscape

67%

6

Kenyamanan

63%

7

Fasilitas

65%

8

Keamanan

67%

Persentase Pengelolaan

: 67%

Rata-rata Persentase Pengelolaan : 70%

Sumber : Kuesioner pengunjung, 2014

‘Faktor-faktor penyebab kurangnya penilaian pengunjung di zona ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas penunjang seperti long chair, ornamen patung pada kolam renang yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, keamanan, kondisi hardscape yang kurang terjaga, penataan taman, dan kebersihan. Tindakan lain yang harus diperhatikan pada ketiga zona adalah penambahan jumlah tanaman, vandalisme, peningkatan penataan dan perawatan tanaman kembali, penambahan fasilitas penunjang seperti tempat sampah, bangku taman yang masih kurang, dan pemulihan fungsi lampu taman sebagaimana mestinya. Selera taman yang diinginkan pengunjung lansekap areal vila di BAP dijelaskan pada tabel 8.

Tabel 8. Selera Taman yang diinginkan oleh Pengunjung

No

Spesifikasi

Kondisi (P1, P2, Smk, Pt) Dibiarkan Alami

Kondisi

(P1, P2, Smk,Pt) Dipangkas teratur dan rapi

Kondisi

(P1, P2, Smk, Pt) Ada yang alami dan ada yang di pangkas

1

Taman welcome areal

33,3%

30%

36,7%

2

Taman areal vila

30%

26,7%

43,3%

3

Taman areal kolam renang

16,7%

40%

43,3%

(Sumber: Koesioner Pengunjung 2014).

Keterangan : P1 : Pohon, P2 : Perdu, Smk : Semak, Pt : Penutup Tanah

  • 4.    Simpulan

    • 4.1   Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

  • 1.    Perencanaan program terutama pada konsep yang diterapkan BAP pada vila tersebut sudah 80% sesuai.

  • 2.    Landasan yang dijadikan pedoman pada lansekap areal vila BAP adalah lansekap campuran dengan konsep taman terasering.

  • 3.    Faktor-faktor yang menpengaruhi kegiatan pengelolaan lansekap BAP yaitu, tidak

adanya SOP sebagai panduan atau acuan bagi semua karyawan dalam menjalankan tugas masing-masing.

  • 4.    Kurangnya tenaga kerja khusunya karyawan estetika di areal vila BAP, dan jumlah alat kerja yang masih belum memadai.

  • 5.    Berdasarkan hasil evaluasi responden terhadap kepuasan pengunjung, pengelolaan lansekap areal vila tergolong baik terutama pada zona welcome area dan zona areal vila, sedangkan untuk zona areal kolam renang termasuk dalam katagori cukup.

  • 6.    Berdasarkan masukan-masukan pengunjung dan observasi lapangan ada beberapa

hal yang perlu diperhatikan di antaranya, jumlah tanaman, penataan dan perawatan tanaman, terjadinya vandalisme, kebersihan kolam renang, kurangnya fasilitas penunjang seperti tempat sampah, bangku taman, lampu taman, dan long chair.

  • 4.2    Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

  • 1.    Perlu dibuatkan SOP pengelolaan taman yang menjadi panduan atau acuan bagi semua karyawan dalam menjalankan tugas masing-masing.

  • 2.    Pihak pengelola hendaknya menambah karyawan estetika dan memberi mereka training sebelum mempekerjakannya.

  • 3.    Pihak pengelola hendaknya menambah alat-alat kerja yang dibutuhkan oleh karyawan estetika, untuk mendukung kinerja para karyawan.

  • 5.    Daftar Pustaka

Arifin, H.S dan N.H.S. Arifin. 2005. Pemeliharaan Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

BMKG, 2013. Peran BMKG Dalam Antisipasi Bencana Kekeringan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar.

PT. Bagus Agro Pelaga, 2008. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan. PT. Bagus Agro Pelaga. Badung.

Singarimbun, Masri. 1994. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Sogiyono, 1997. Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Ulupi, R. A. 2013. Pengelolaan Lansekap Budaya Kertalangu Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.

Warsito, Hermawan. 1992. Pengantar Metodelogi Penelitian. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/lanskap

JAL | 21