PELUANG DAN TANTANGAN BECAK WISATA DALAM MENDUKUNG PARIWISATA DI KABUPATEN JEMBER

Mushthofa Kamal

Prodi Destinasi Pariwisata, Politeknik Negeri Jember

Email: [email protected]

Vigo Dewangga

Prodi Bahasa Inggris, Politeknik Negeri Jember Email: [email protected]

ABSTRACT

The aim of this research is to identify opportunities and challenges for a tourist pedicab in supporting Jember Regency tourism. The method used in this research is descriptive with qualitative data. The data collection technique used snowball sampling and accidental sampling. The results of this study indicate that the existence of a tourist pedicab has opportunity to support the tourism in Jember Regency, such as: 1) as a mode of transportation. 2) as a tour guide. 3) as a middleman to various restaurants. 4) as a middleman to various inns. 5) as a middleman to various souvenir places. 6) as a middleman to a tourist attraction. But on the other hand, the tourist pedicab also has several challenges, such as: 1) uneven road conditions. 2) a one-way street. 3) the existence of online-based transportation. 4) there is no famous tourist attraction in urban areas. 5) not yet skilled tourist pedicab drivers in serving tourists. Collaboration with various partners is needed to support tourism in Jember Regency through a tourist pedicab.

Keywords: Tourism, Tourist Pedicab, Urban Tourism.

Pendahuluan

Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang terbilang cukup penting, karena selain sebagai mesin penggerak perekonomian di suatu wilayah, juga sebagai wadah yang dapat menyerap banyak tenaga atau sumber daya manusia, oleh sebab itu maka pengembangan pariwisata secara menyeluruh diharapkan akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan di daerah-daerah yang menjadi destinasi wisata (Pajriah, 2018). Secara harfiah menurut (Isdarmanto, 2017) pariwisata merupakan

kegiatan untuk mengisi waktu luang, bersenang-senang, bersantai, studi, kegiatan agama, dan olahraga. Selain itu semua kegiatan dapat memberikan keuntungan bagi pelakunya baik secara fisik maupun psikis, baik sementara maupun dalam jangka waktu lama.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata selalu meningkat setiap tahunnya. Pada 2019, serapan tenaga kerja di sektor pariwisata mencapai 13 juta orang atau naik 3,17% dibandingkan tahun sebelumnya (Katadata.co.id, 2020). Pariwisata sangat berkaitan dengan transportasi sebagai media yang mempermudah mobilisasi ke beberapa destinasi wisata. Saat ini transportasi merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh lapisan masyarakat dan juga memainkan peran penting dalam industri pariwisata, terutama memastikan aksesibilitas yang baik bagi wisatawan (Dewantara, 2020). Menurut (Negoro, Abdul Haris & Hutama, 2019) dalam Kementerian Pariwisata RI (2017), minat wisatawan terhadap sarana transportasi lokal di Indonesia mencapai 8.93% di tahun 2016. Moda transportasi dalam proses mobilitas pengunjung destinasi wisata menjadi utama karena berkaitan kenyamanan dan media untuk mencapai tujuan wisata. Pemenuhan moda transportasi dalam sektor pariwisata harus didukung oleh kebijakan negara baik pusat dan daerah karena menurut (Husin Demolingo, 2015) perkembangan suatu destinasi pariwisata salah satunya dipengaruhi oleh fasilitas pendukung transportasi.

Jember merupakan kabupaten yang memiliki keberagaman potensi wisata. Adapun menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember di dalam laporan Badan Pusat Statistik 2019, jumlah keseluruhan kunjungan wisatawan pada tahun 2017 mencapai 1.459.407 wisatawan dan pada tahun 2018 jumlah keseluruhan wisatawan tersebut bertambah menjadi 1.460.019 wisatawan. Seiring dengan berkembangnya pariwisata di Kabupaten Jember maka keberadaan transportasi sangat dibutuhkan untuk menunjang mobilitas atau pergerakan wisatawan. Transportasi mempunyai peranan penting bukan hanya untuk melancarkan arus

barang dan mobilitas manusia, tetapi juga membantu tercapainya penyerapan sumber daya dalam bidang ketenagakerjaan. Salah satu moda transportasi tradisional yang mendukung kegiatan wisata di kabupaten Jember adalah becak.

Becak merupakan transportasi yang tergolong tradisional, karena untuk menggerakannya masih menggunakan tenaga manusia, uniknya di Kabupaten Jember ini memiliki becak wisata. Kemunculan becak wisata tak lepas dari adanya festival tahunan Jember Fashion Carnival yakni untuk menarik wisatawan agar tidak hanya sekedar menyaksikan festival tersebut, tetapi juga mengelilingi kota atau menuju suatu daya tarik wisata yang ada di wilayah kota. Seiring berjalannya waktu, berdasarkan hasil observasi di lapangan, hingga saat ini peran becak wisata belum optimal dalam mendukung pariwisata di Kabupaten Jember, karena fungsi becak hanya mengantarkan penumpang saja tanpa adanya kegiatan wisata. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan becak wisata dalam mendukung pariwisata di Kabupaten Jember.

Teori

Hampir seluruh destinasi wisata di Indonesia baik di kota maupun di kabupaten saat ini gencar menarik kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan manca negara, karena ada harapan besar bahwa seiring berkembangnya pariwisata maka ada kontribusi positif bagi masyarakat di wilayahnya (Junaid & Hanafi, 2016). Dengan hadirnya pariwisata di tengah masyarakat dapat dipastikan membawa perubahan, baik perubahan pada kehidupan, tingkat kesejahteraan sosial, dan juga kebudayaan (Alamri & Hanapi, 2021). Salah satu upaya menarik wisatawan di Kabupaten Jember adalah dengan adanya becak sebagai salah satu alternatif moda transportasi tradisional. Becak merupakan sebuah moda transportasi tradisional yang masih bertahan seiring laju perkembangan transportasi. Ciri khas dari moda transportasi tradisional tersebut terletak pada pengoperasionalnya yang masih

menggunakan tenaga manusia. Selain itu karakter desain dan dan fasilitas yang menyertai menjadi sesuatu yang unik yang patut untuk dipertahankan (Hutama, P. S., & Negoro, 2019).

Becak tergolong salah satu moda transportasi tradisional yang masih tetap eksis, yang berguna sebagai sarana pemindahan orang dan barang. Berdasarkan jenisnya, becak terbagi menjadi dua jenis yakni becak biasa dan becak wisata. Becak biasa diperuntukan untuk mengangkut orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya yang jaraknya relatif dekat. Sedangkan becak wisata diperuntukan untuk mengangkut wisatawan dari suatu tempat menuju tempat yang memiliki daya tarik wisata (Negoro, Abdul Haris & Hutama, 2019). Becak dan pariwisata adalah sebuah kombinasi yang dapat saling mendukung satu sama lainnya dalam hal keterjangkauan suatu daya tarik wisata di dalam destinasi wisata. Dalam penelitian (Hutama, P. S., & Negoro, 2019) menyatakan bahwa becak wisata sebagai moda transportasi tradisional yang memberikan peran strategis dalam mendukung perekonomian kota yang secara tidak langsung memberikan dampak untuk membantu pemerintah dalam peningkatan pendapatan daerah dari sektor retribusi pendapatan dan menjamin keberlangsungan perputaran ekonomi di masyarakat.

Becak juga sebagai media yang mempertahankan kultur budaya khas daerah yang sudah bertahan sejak masa kolonialisasi. Partisipasi strategis becak wisata tampak dari daya jangkau terhadap berbagai daya tarik wisata dan industri kreatif, serta sarana pendukung wisata lainnya. Becak wisata juga memiliki relevansi dengan pertumbuhan destinasi wisata dan sarana pendukung lainnya, baik sarana akomodasi, restoran dan rumah makan serta biro dan agen perjalanan wisata. Sementara itu, menurut (Pratidina, 2016) dikatakan bahwa becak wisata mempunyai peran sebagai pendukung berbagai kegiatan wisatawan di wilayah perkotaan yang keunikan dan kekhasannya menjadikan becak wisata bukan hanya sebagai transportasi biasa, melainkan bagian dari atraksi wisata yang cukup digemari wisatawan. Becak yang merupakan moda transportasi tradisional juga dapat menjadi

bagian dari aktivitas wisata yaitu sebagai salah satu icon daya tarik wisata dengan catatan bahwa keberadaannya masih dapat dipertahankan dengan catatan memperhatikan dan meningkatkan beberapa aspek penting diantaranya kualitas, kemampuan, kenyamanan, keamanan, dan kelayakan (Trisnawati, Yuliana & Sunaryo, 2014). Menurut (Irene et al., 2015) pariwisata merupakan kunci dalam meningkatkan pendapatan. Pekerjaan sebagai pengemudi becak wisata berpeluang mendapatkan penghasilan yang bisa memenuhi kebutuhan dasar melalui industri pariwisata jika pengemudi berperilaku baik dan profesional.

Metode

Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode yang digunakan untuk mencari unsur, sifat, dan ciri dari suatu fenomena (Suryana, 2010). Hal tersebut juga digunakan untuk meneliti suatu kelompok manusia pada masa sekarang dengan tujuan akhir membuat gambaran secara deskriptif, sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan hubungan antar fenomena yang diselidiki. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan snowball sampling dan accidental sampling. Snowball sampling digunakan untuk mengidentifikasi, memilih, dan mengambil sampel dalam suatu jaringan yang saling berhubungan, terkait dengan becak wisata. Selanjutnya accidental sampling diambil berdasarkan faktor spontanitas yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya.

Adapun pengumpulan data melalui data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui dokumen - dokumen penunjang. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan semantis (makna yang terkandung pada suatu bahasa) antar variabel yang sedang diteliti sehingga peneliti mendapatkan makna hubungan antar variabel yang dapat digunakan untuk menjawab masalah yang

dirumuskan dalam penelitian (Sarwono, 2006). Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.

Pembahasan

Di Kabupaten Jember moda transportasi becak wisata masih eksis di beberapa titik wilayah keramaian, khusunya di wilayah kota. Tipe becak wisata yang masih eksis adalah becak kayuh yang menggunakan sepeda, dengan tenaga penggerak manusia, sebagai kemudi. Kemudian untuk penumpang memiliki kapasitas dua orang, dengan pengemudi berada di belakang. Kondisi becak wisata di Jember ini pernah turut menjadi perhatian pemerintah, tercatat pada tahun 2017 jumlah becak mencapai 1.750 unit dan secara bertahap akan dilakukan modifikasi (Wirawan, 2017). Kemudian saat kongres becak pertamakali yang diselenggerakan oleh pemerintah Kabupaten Jember pada bulan Desember 2017, terdapat 50 unit becak wisata yang sudah dimodifikasi dengan penambahan atribut identitas Jember seperti tergambarnya obyek wisata unggulan, batik khas Jember, daun tembakau, serta bertuliskan website jembertourism.com (Radar Malang, 2017).

Berikutnya kongres becak kedua diselenggarakan tahun 2018 ini membahas kesejahteraan tukang becak pada umumnya dan perlengkapan pengemudi becak (Pemerintah Kabupaten Jember, 2018). Lalu pada tahun 2019 kongres becak diselenggarakan ketiga kalinya oleh pemerintah Kabupaten Jember membahas kesejahteraan pengemudi becak dan modifikasi becak wisata yang dihadiri oleh 1250 pengemudi becak (Mahrus, M, 2019). Meskipun telah banyak perhatian dari pemerintah terhadap becak wisata melalui diselenggarakannya beberapa kongres becak, dapat disimpulkan bahwa kegiatan tersebut hanya berfokus pada peningkatan design dan pemenuhan hak pengendara becak, belum pada pemberdayaan pengemudi becak dalam mendukung pariwisata di Kabupaten Jember. Padahal dengan keunikan dan sebaran daya tarik wisata, becak wisata mempunyai peluang

untuk mendukung pariwisata Kabupaten Jember. Peluang becak wisata dalam upaya mendukung pariwisata di Kabupaten Jember berdasarkan hasil analisis adalah:

Sebagai moda transportasi

Transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang memungkinkan orang atau barang berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas yang diperlukan manusia (Basuki & Ismiyati, 2002). Berdasarkan kondisi becak wisata di Kabupaten Jember saat ini, memiliki peran yang tidak berbeda dengan becak pada umumnya, yakni membawa penumpang untuk menuju suatu tujuan atau membantu untuk membawa barang-barang tertentu, sehingga biasanya keberadaannya sangat mudah dijumpai di sudut keramaian, misalnya di depan stasiun kereta api, terminal bis, pasar, alun-alun, dan beberapa ruas jalan raya.

Sebagai pemandu wisata

Berdasarkan hasil observasi dan data pendukung, mayoritas pengemudi becak wisata berumur lebih dari 30 tahun yang merupakan penduduk asli Kabupaten Jember, sehingga dengan demikian sangat berpeluang sebagai pemandu wisata yang dapat mengantarkan ke suatu tempat bersejarah dan menceritakannya.

Sebagai penghubung ke berbagai restoran

Retoran di Kabupaten Jember sangat beragam, terutama pada restoran lokal. Kabupaten Jember didominasi oleh dua suku, yakni suku Jawa dan suku Madura, sehingga makanan yang disajikan di restoran pun sangat unik karena memiliki citra rasa khas Jawa dan Madura. Becak wisata sangat berpeluang untuk membantu mengantarkan wisatawan yang khususnya baru pertama kali berkunjung ke Kabupaten Jember untuk menuju restoran lokal yang menyajikan masakan khas Jawa dan Madura.

Sebagai penghubung ke berbagai penginapan

Berbagai jenis penginapan di Kabupaten Jember tersedia di beberapa wilayah perkotaan, mulai dari homestay, hotel melati, hingga hotel berbintang. Becak wisata sangat berpeluang untuk membantu mengantarkan wisatawan ke tempat penginapan yang sesuai dengan kebutuhan.

Sebagai penghubung ke berbagai tempat souvernir

Tempat souvernir atau tempat belanja oleh-oleh merupakan suatu agenda wajib bagi wisatawan ketika mengunjungi suatu kota tertentu. Begitu juga dengan Kabupaten Jember memiliki beragam tempat atau toko oleh-oleh yang menyediakan barang-barang khas seperti kerajinan tangan, fashion, dan makanan. Becak wisata sangat berpeluang untuk mengantarkan wisatawan ke tempat oleh-oleh yang menyediakan barang-barang untuk dibeli oleh wisatawan.

Sebagai penghubung ke daya tarik wisata

Khusunya di wilayah kota, Kabupaten Jember memiliki beragam daya tarik wisata yang menarik untuk dikunjungi, di antaranya adalah museum, alun-alun, tempat kuliner, dan bangunan bersejarah. Becak wisata sangat berpeluang untuk membantu wisatawan mengantarkan ke tempat-tempat tersebut yang berada di wilayah kota.

Tantangan becak wisata dalam upaya mendukung pariwisata di Kabupaten Jember berdasarkan hasil analisis adalah:

Eksistensi becak di Kabupaten Jember saat ini berbeda dengan di beberapa kota wisata, seperti di Jogja dan Blitar, di sana disediakan rute wisata khusus untuk becak untuk menjangkau beberapa destinasi wisata perkotaan, sehingga atmosfer wisatanya juga lebih menarik minat wisatawan untuk berkeliling kota mengunjungi keberadaan heritage dengan menggunakan becak dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Namun untuk kondisi di Kabupaten Jember pengemudi becak secara

mandiri menanti calon penumpang di pinggir ruas jalan, stasiun, terminal, pasar, dan alun-alun.

Berdasarkan hasil observasi tantangan yang dihadapi oleh becak wisata dalam mendukung pariwisata di Kabupaten Jember adalah:

Kondisi jalan yang tidak rata

Dengan kondisi topografi Kabupaten Jember yang sangat beragam, mulai dari dataran rendah, perbukitan, hingga pegunungan membuat kondisi jalan tidak rata. Beberapa sungai pun melintasi wilayah perkotaan sehingga tantangan bagi pengemudi becak wisata adalah harus melewati jalan yang naik-turun.

Ruas jalan yang satu arah

Ruas jalan yang memiliki satu arah tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pengemudi becak wisata, karena akan ada jarak tempuh yang lebih jauh. Seperti misalnya di Jalan Trunojoyo, Jalan Jendral Ahmad Yani, dan Jalan Gajah Mada.

Kehadiran transportasi berbasis daring

Maraknya transportasi berbasis daring atau yang dikenal transportasi online sangat memikat banyak pihak karena dengan promo atau voucher tertentu bisa mendapatkan tarif yang lebih murah dengan jarak tempuh yang lebih jauh. Hal tersebut menjadi tantangan bagi pengemudi becak wisata karena transportasi berbasis daring ini menjamin layanan yang mudah, murah, cepat, dan nyaman.

Masih kurangnya daya tarik wisata yang menarik wisatawan di wilayah perkotaan

Kondisi Kabupaten Jember yang bukan merupakan kota wisata, adalah suatu tantangan tersendiri bagi keberadaan becak wisata, karena biasanya banyak wisatawan akan datang ketika hanya ada event-event tertentu. Beberapa daya tarik yang ada di wilayah perkotaan seperti museum, ruang terbuka hijau, tempat oleh-oleh, restoran, dan lain sebagainya belum bisa menarik wisatawan secara optimal.

Belum terampilnya pengemudi becak wisata dalam melayani wisatawan

Semenjak adanya becak wisata untuk mendukung kegiatan Jember Fashion Carnival, peran becak wisata hanya sebatas mengantarkan tamu untuk menuju suatu tempat yang dituju. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa pengemudi becak wisata, mereka mengutarakan bahwa dalam melayani wisatawan seperti penumpang pada umumnya yakni menanyakan mau kemana dan negosiasi tarif. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan bagi pengemudi becak wisata, karena ketika melayani wisatawan tentunya harus bisa mengubah pelayanannya, seperti harus lebih ramah, sopan, dan komunikatif.

Penutup

Salah satu wilayah di Provinsi Jawa Timur yang masih memiliki moda transportasi tradisional dalam mendukung kegiatan wisata adalah Kabupaten Jember. Transportasi tradisional tersebut merupakan becak wisata yang hadir untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan Jember Fashion Carnaval atau JFC. Meskipun telah banyak perhatian dari Pemerintah Daerah terhadap becak wisata melalui diselenggarakannya beberapa kongres becak, namun kegiatan tersebut hanya berfokus pada peningkatan design dan pemenuhan hak pengendara becak, belum secara optimal untuk mendukung kepada pengembangan pariwisata di Kabupaten Jember. Dalam penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa keberadaan becak wisata memiliki sejumlah peluang dan tantangan untuk mendukung pariwisata di Kabupaten Jember, sehingga berdasarkan pembahasan diperlukan usaha-usaha tertentu untuk memberdayakan becak wisata melalui kegiatan wisata itu sendiri, khusunya kegiatan wisata kota di Kabupaten Jember. Kerja sama dengan berbagai pihak tentu sangat dibutuhkan untuk mendukung pariwisata Kabupaten Jember melalui becak wisata.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pimpinan Politeknik Negeri Jember, khusunya kepada Direktur Politeknik Negeri Jember, Bapak Saiful Anwar, S.TP, MP dan kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) Bapak Dr. Ir. Budi Hariono, M.Si yang telah memberikan dukungan hibah penelitian PNBP, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Semoga jurnal ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan umumnya kepada para pembaca.

Daftar Pustaka

Alamri, A. R., & Hanapi, Y. (2021). Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Di Sekitar Kawasan Wisata Pulo Cinta Eco Resort. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 8, 67–88.

Basuki, K., & Ismiyati, I. (2002). Analisis Penggunaan Moda Transportasi Becak Dan Pengembangan Moda Becak Bermotor. Pilar, 13–22.

Dewantara, M. H. (2020). PERAN GOJEK SEBAGAI AKSES PUBLIK WISATAWAN DI BALI DAN PELOPOR EKONOMI KREATIF. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 6(2), 541–556.

Husin Demolingo, R. (2015). Strategi Pengembangan Destinasi Wisata Desa Bongo, Kabupaten Gorontalo. Jurnal Master Pariwisata  (JUMPA),  1,  67–82.

https://doi.org/10.24843/jumpa.2015.v01.i02.p06

Hutama, P. S., & Negoro, A. H. S. (2019). Peran Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Becak Wisata Kota Probolinggo. Journal of Tourism and Creativity, 3(1), 1–18.

Irene, E., FT, L., & JC, B. (2015). Non-Motorized Public Transport and Tourism - The Case of Pedicab Drivers of Catbalogan, Samar, Philippines. Journal of Socialomics, 04(02). https://doi.org/10.4172/2167-0358.1000118

Isdarmanto. (2017). Dasar-Dasar Kepariwisataan dan Pengelolaan Destinasi Pariwisata. Gerbang Media Aksara dan STiPrAm Yogyakarta.

Junaid, I., & Hanafi, H. (2016). Ikon Habibie-Ainun, Strategi Inovatif Dalam

Mengembangkan Pariwisata Di Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 3(1), 127–142.

Katadata.co.id. (2020). Serapan Tenaga Kerja Pariwisata Capai 13 Juta Orang pada 2019. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/12/15/serapan-tenaga-kerja-pariwisata-capai-13-juta-orang-pada-2019

Mahrus, M, A. (2019). Gelar Kongres, Bupati Penuhi Hak-Hak Abang Becak. Jatimnews.Com.

https://www.jatimtimes.com/baca/206746/20191223/184200/gelar-kongres-bupati-penuhi-hak-hak-abang-becak

Negoro, Abdul Haris & Hutama, P. S. (2019). Kualitas Pelayanan Becak Wisata pada Wisatawan Kapal Pesiar di Kota Probolinggo. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Sains Dan Humaniora, 3(2), 77–84.

Pajriah, S. (2018). Peran Sumber Daya Manusia Dalam Pengembangan Pariwisata Budaya Di Kabupaten Ciamis. Jurnal Artefak, 5(1), 25–34.

Pemerintah Kabupaten Jember. (2018). Program Pemkab Jember untuk Tukang Becak. Pemkab Jember. http://www.jemberkab.go.id/program-pemkab-jember-untuk-tukang-becak/

Pratidina, T. A. (2016). BECAK BANTING HARGA: ANALISA PILIHAN RASIONAL TUKANG BECAK WISATA DI KAWASAN MALIOBORO YOGYAKARTA. UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

Radar Malang. (2017). Siapkan Becak Wisata, Buatan Anak Muda Jember Sinergi Jawa Pos. Radarmalang.Id. https://radarmalang.id/siapkan-becak-wisata-buatan-anak-muda-jember-sinergi-jawa-pos/

Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif (1st ed.). Penerbit Graha Ilmu.

Suryana. (2010). Metodologi penelitian; model praktis penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Trisnawati, Yuliana & Sunaryo, B. (2014). Keberadaan Moda Transportasi Umum Tidak Bermotor Dalam Mendukung Aktivitas Pariwisata Di Kawasan Malioboro, Yogyakarta. Jurnal Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 3(4), 1013–1024.

Wirawan, O. A. (2017). Ribuan Becak di Jember akan Dimodifikasi. Beritajatim.Com. http://m.beritajatim.com/politik_pemerintahan/308382/ribuan_becak_di_jemb er_akan_dimodifikasi.html

Profil Penulis

Mushthofa Kamal merupakan dosen di Prodi D4 Destinasi Pariwisata, Politeknik Negeri Jember. Adapun riwayat pendidikannya adalah menyelesaikan pendidikan S1 Prodi Manajemen Resort dan Leisure di Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2016, dan menyelesaikan pendidikan S2 Prodi Perencanaan Kepariwisataan di Institut Teknologi Bandung pada tahun 2018.

Vigo Dewangga merupakan dosen di Prodi D3 Bahasa Inggris, Politeknik Negeri Jember. Adapun riwayat pendidikannya adalah menyelesaikan pendidikan S1 Sastra Inggris di Universitas Jember pada tahun 2009, dan menyelesaikan pendidikan S2 Prodi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Surabaya pada tahun 2013.

720     JUMPA Volume 8, Nomor 2, Januari 2022